ABSTRAK
Sebagai lembaga keuangan perbankan, bank syariah juga menghadapi resiko adanya tindakan fraud.
Terlebih dengan masih banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalam perbankan
syariah namun tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam bidang perbankan syariah.
Sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan hukum positif dan syariah Islam, penipuan yang
terdeteksi di bank Islam mungkin akan terpengaruh nilai kredibilitas perbankan syariah dan nilai-nilai
Islam di masyarakat umum. Penipuan dapat terjadi di mana saja maka harus diantisipasi agar tidak
menghambat perkembangan perusahaan itu sendiri dengan melakukan audit internal yang bertugas
sebagai alat pengawas di seluruh jaringan operasional perusahaan. Sadar akan pentingnya fungsi
Pemeriksaan internal di badan organisasi perusahaan, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
khusus tentang manfaat peran audit internal untuk pencegahan kecurangan (fraud). Istilah fraud tidak
terlalu dikenal di Indonesia. Orang Indonesia lebih mengenal segala bentuk penyelewengan dan
penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan daripada suap, padahal suap sebenarnya hanyalah salah satu
dari praktik fraud. Fraud lebih luas daripada korupsi. Fraud merupakan sebuah tindakan melawan
hukum yang dibuat oleh manusia di dalam dan di lua rorganisasi, dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung dengan merugikan pihak lain. Penelitian ini
memiliki tujuan untuk dapat mengetahui peran audit internal dalam bentuk upaya pencegahaan dan
pendeteksian kecenderungan kecurangan (Fraud) pada bank syariah. Penelitian ini merupakan
penelitian berjenis kualitatif dengan menggunakan pendekatan metode literature review. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang telah dianalisa agar dapat
dikembangkan untuk menjabarkan permasalahan penelitian. Bedasarkan hasil analisis penelitian,
Auditor internal dapat melakukan evaluasi berupa penilaian dan pengujian yang berkaitan dengan
sistem pengendalian internal yang diterapkan suatu perusahaaan. Auditor internal berperan untuk
memastikan segala rencana dan agenda yang dimiliki oleh suatu perusahaan berjalan sesuai dengan
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dengan memahami ruang lingkup pengendalian internal
perusahaan secara menyeluruh. Dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai bagaimana peran audit internal dalam melakukan pencegahan dan pendeteksuan
kecurangan (fraud), oleh karena itu peneliti memberi judul Analisis Peran Audit Internal Ddalam
Upaya Pencegahan Dan Pendeteksian Kecenderungan Kecurangan (Fraud).
Menurut (Nasim & Mediawati, 2019), bank syariah adalah perantara keuangan antara
pihak yang membutuhkan dan pihak yang membutuhkan dana serta entitas syariah yang
bertanggung jawab untuk memperlancar pembayaran. Filosofi perusahaan bank terkait dengan
kepercayaan masyarakat. Hal ini tercermin dari kegiatan utama bank yaitu mengambil
simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, giro dan pemberian kredit
kepada yang membutuhkan dana.
Pesatnya perkembangan dunia perbankan telah menimbulkan persaingan yang ketat
antar bank. Persaingan ini telah memicu dunia perbankan, memaksa bank untuk melakukan
efisiensi dan efektivitas yang lebih besar untuk mempertahankan dan memperluas
kehadirannya di masyarakat. Kegiatan perbankan yang efektif dan efisien akan mendorong
bank untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tentunya umat Islam dan
masyarakat sangat mengandalkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia (Santosa,
Tho'in, & Sumadi, 2020). Bank harus mampu memitigasi sistem yang tidak memadai untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif. Bank sangat sensitif untuk melakukan penipuan. Fraud
adalah manipulasi dan penipuan yang dilakukan dengan sengaja untuk merugikan pihak lain.
Secara umum, kecurangan di sektor keuangan dikaitkan dengan korupsi, yaitu pengungkapan
fakta yang menyesatkan, penyalahgunaan, atau pelanggaran aturan. Kinerja keuangan suatu
bank tercermin dari kondisi keuangan bank tersebut dalam kurun waktu tertentu dan juga
karena rendahnya tingkat kecurangan bank itu sendiri. Auditor adalah salah satu peran yang
diperlukan untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan tersebut (M. Februari dan Yogi,
2020).
Auditor internal harus menjaga integritasnya setiap saat dan berkesinambungan,
meningkatkan keterampilannya dan selalu siap menjadi yang terdepan dan menjadi mitra
profesional (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2020). Oleh karena itu, peran
pendengar menjadi penting dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya hal tersebut.
Fraud atau kecurangan dalam lingkungan bisnis memiliki arti khusus yaitu suatu
kebohongan yang disengaja, ketidak beneran melaporkan aset perusahaan, ataupun manipulasi
informasi keuangan untuk menguntungkan pihak mana pun. Biasanya, penipuan dilakukan
dengan memanipulasi catatan, menghapus dokumen, atau mengeluarkan biaya tambahan yang
merusak keuangan publik atau perusahaan. Pencegahan penipuan kurang diperhatikan tetapi
perlu ditangani sedini mungkin (Widaningsih dan Hakim, 2015).
OJK mencatat 108 kasus kejahatan bank dalam hampir dua tahun antara 2014 dan
2016. Pada tahun 2018, OJK juga mengungkap kasus tindak pidana di dunia perbankan di
Bekasi. Direktorat Tindak Pidana Korupsi Mabes Polri menetapkan dua pejabat Bank BJB
Syariah Kota Bandung sebagai tersangka kasus pinjaman fiktif senilai Rp 548 miliar. Ini
adalah kasus yang sangat penting yang mencoreng sistem perbankan syariah khususnya di
kota Bandung (Arief, 2019). Sehingga OJK bekerja keras untuk terus memantau dan
menganalisis secara ketat aktivitas perbankan di Indonesia. Temuan OJK tentang Common
Bank Fraud, yaitu modus operandi pencatatan palsu dan sengaja gagal mencatat transaksi
perdagangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2020).
Faktor penyebab adanya kecurangan tidak terlepas dari konsep fraud triangle yaitu
tekanan (pressure) berupa dorongan seseorang melakukan kecurangan yang diakibatkan
kebutuhan finansial, yang kedua ialah kesempatan (opportunity) yang terjadi karena kurang
ketatnya pengendalian internal, dan terakhir yaitu rasionalisasi (rationalization) berupa sikap
pembenaran oleh pelaku dengan merasionalkan tindakan kecurangan tersebut (Tuanakotta,
2012).
Peran auditor internal memainkan peran penting dalam mengevaluasi kinerja sistem
pengendalian dan memberikan kontribusi untuk perbaikan sering memainkan peran penting
dalam mengawasi operasi bisnis. Secara umum, auditor dapat memeriksa kepatuhan laporan
keuangan perusahaan apakah laporan tersebut sudah susuai dengan PSAK, laporan keuangan
tersebut merupakan hasil dari aktivitas operasional tersebut.
Menurut (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2015) peran audit internal
yang ideal adalah audit internal dalam mendeteksi kecurangan dan peran audit internal dalam
pencegahan kecurangan. Menurut (Tugiman, 2013) indikator dari peran auditor internal harus
independen dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diaudit, auditor internal harus dapat
bekerja dengan tekun dalam melakukan pemeriksaan, dan auditor harus mematuhi kebijakan,
rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan.
Termotivasi oleh pernyataan yang diungkapkan di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk melakukan analisis yang lebih mendalam tentang peran audit internal dalam upaya
mencegah dan mendeteksi kecenderungan kecurangan (fraud). Oleh karena itu diharapkan
penelitian ini dapat merumuskan solusi atas permasalahan terkait pentingnya peran audit
internal dalam organisasi.
II. LITERATUR REVIEW
Sudah ada beberapa artikel tentang pertanyaan yang mendukung dan menyertai
penelitian ini, beberapa di antaranya telah diambil oleh berbagai peneliti dalam judul
karyanya, dalam bentuk ulasan, artikel, atau bentuk tulisan lainnya.
Artikel pertama, yaitu jurnal “Peran Auditor Internal Dalam Mendeteksi dan
Mencegah Fraud Pada Bank Syariah Di Kota Bandung” yang ditulis oleh Yogi Ginanjar dan
E. Mulya Syamsul, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Majalengka
menjelaskan bahwa peran auditor internal memiliki pengaruh pada pencegahan penipuan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin besar peran auditor internal dalam pelaksanaan
pengendalian internal, semakin efektif pencegahan kecurangan. Pencegahan kecurangan dapat
dilakukan apabila auditor internal bersikap mandiri/independen dan profesional dalam
pekerjaannya sehingga auditor internal dapat mengidentifikasinya. Sebaliknya, jika auditor
internal tidak profesional dan gagal mendeteksi kecurangan, maka terjadi kecurangan dan
perusahaan mengalami kerugian. Kelebihan Penelitian ini bersifat lebih detail dan mendalam,
mengingat penelitian ini bersifat pada kualitas. Sedangkan kekurangan penelitian ini dalam
teknik pengambilan sampel hanya sebanyak 60 responden dengan random sampling. Sehingga
penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel agar penelitian selanjutnya lebih
akurat dan pengkajian pernyataan dalam kuesioner lebih ditingkatkan.
Artikel kedua dari jurnal berjudul "Pencegahan Fraud Melalui Audit Internal dan
Pengendalian Internal pada Bank Syariah Indonesia yang ditulis oleh Danny Wibowo,
menyatakan bahwa
a. Audit internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud di Bank
Syariah Indonesia.
b. Pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud di
Bank Syariah Indonesia.
c. Audit internal dan pengendalian internal secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencegahan fraud di Bank Syariah Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Audit Internal
a) Pengertian Menurut Sawyer
“Internal auditing is an independent appraisal function established within an
organization to examine and evaluate its activities as a service to organization”
(Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu
organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa
yang diberikan bagi organisasi).
b) Pengertian Menurut IIA (Institute of Internal Auditor)
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity
designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an
organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach
to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance process”.
(Internal audit adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan
keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Internal auditing membantu organisasi
dalam usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin
yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektivan manajemen
resiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi).
c) Pengertian Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
“Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinated
methods and measures adopted within a business to safeguad its cassets, chek the
accuracy and realibility of its accounting data,promate operational efficieny, and
encourage adhrence to prescribed manegerial policies”.
(Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan
yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda
miliknya, memeriksan kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya,
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan
yang telah digariskan).
2. Tugas dan Fungsi Auditor Internal Bank
Bank Indonesia melalui PBI nomor 1/6/PBI/1999 telah mempertimbangkan
pentingnya menjaga dan mengamankan kegiatan usaha Bank dengan mewajibkan
pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank yang efektif melalui pembentukan Satuan Kerja
Audit Internal (SKAI).
Fungsi Audit Internal Bank sangat penting karena peranan yang diharapkan dari
fungsi tersebut untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam mengamankan
kegiatan operasional bank yang melibatkan dana dari masyarakat luas. Dengan penerapan
Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB) diharapkan fungsi tersebut
dapat berjalan dengan benar dan sesuai dengan ukuran minimal yang harus dipatuhi oleh
semusa Bank Umum di Indonesia.
Dengan SPFAIB juga diharapkan adanya penjabaran dari misi, kewenangan,
interdependensi, dan ruang lingkup dari audit internal. Sesuau dengan ketentuan SPFAIB
misi dari audit internal yaitu bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan bank dan
depositary community sebagaimana mestinya. Hal ini perlu diungkapkan karena sebagai
entitas bisnis terdapat berbagai kepentingan yang dilayani oleh pihak-pihak terkait di
dalam bank seperti: Pemilik, manajemen, karyawan serta nasabah. Walaupun terdapat
perbedaan kepentingan diantara perusahaan afiliasi tersebut, namun kepentingan tersebut
pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya bank yang sehat dan
berkembang secara wajar.
Audit Internal Bank harus menempatkan fungsinya di atas kepentingan yang beragam
untuk memastikan terciptanya Bank yang sehat, berkembang secara wajar dan mampu
mendukung perekonomian nasional. Agar misi tersebut dapat terlaksana dengan baik,
diperlukan mekanisme pengendalian yang bersifat umum di setiap bank di Indonesia.
Sesuai dengan ketentuan SPFAIB tugas dan fungsi dari Satuan Kerja Audit Internal
(SKAI) adalah sebagai berikut :
1. Membantu Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan menjabarkan secara
operasional perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan atas hasil audit.
2. Auditor Internal mewakili pandangan dan kepentingan profesinya dengan membuat
analisis dan penelitian di bidang keuangan, akuntansi, operasional dan kegiatan
lainnya melalui pemeriksaan secara on-site dan pemantauan secara off-site serta
memberi saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang di-
review kepada semua tingkatan manajemen.
3. SKAI harus mampu mengidentifikasikan segala kemungkinan untuk memperbaiki
dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
Audit Internal bank harus bisa menempatkan fungsinya di atas berbagai kepentingan
guna menjamin munculnya bank yang sehat dalam pembangunan yang alami, mampu
menopang perekonomian nasional. Kegiatan audit intern harus mencakup semua aspek
dan unsur usaha bank yang dimaksudkan untuk secara langsung atau tidak langsung
memberikan kontribusi bagi kepentingan bank dan perusahaan secara benar. Oleh karena
itu, selain meninjau dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kerangka pengendalian
intern dan kualitas pelaksanaannya, juga mencakup seluruh aspek dan elemen organisasi
bank sehingga mampu menunjang analisis yang optimal dalam membantu proses
pengambilan keputusan oleh manajemen. Modul Audit Internal ini merupakan lanjutan
dari beberapa modul yang ditawarkan oleh IBI di bidang perbankan. Isi modul ini dibagi
menjadi lima bagian yaitu Banking Knowledge, Banking Product and Regulation, Bank
Accounting, Principles and Processes of Internal Audit, serta Audit Engagement and
Follow Up Monitoring.
Penyusunan materi ini dilakukan oleh tim penyusun yang berasal dari kalangan
auditor internal perbankan. Modul ini diharapkan dapat menjadi salah satu materi
pelatihan untuk uji kompetensi bidang audit internal dan sumber pengetahuan tentang
kompetensi pimpinan bidang audit internal, di samping menjadi salah satu upaya program
peningkatan kompetensi bankir di Indonesia secara keseluruhan.
ATURAN PERILAKU
1. Integritas
Auditor internal:
a. Harus melaksanakan pekerjaannya secara jujur, hati-hati dan bertanggung jawab.
b. Harus mematuhi hukum dan membuat pengungkapan sebagaimana diharuskan
oleh hukum atau profesi.
c. Tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal, atau melakukan kegiatan
yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau organisasi.
d. Harus menghormati dan mendukung tujuan organisasi yang sah dan etis.
2. Objektivitas
Auditor internal:
a. Tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat, atau
patut diduga dapat, menghalangi penilaian auditor internal yang adil. Termasuk
dalam hal ini adalah kegiatan atau hubungan apapun yang mengakibatkan
timbulnya pertentangan kepentingan dengan organisasi.
b. Tidak boleh menerima apapun yang dapat, atau patut diduga dapat, mengganggu
pertimbangan profesionalnya.
c. Harus mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya, yang apabila
tidak diungkapkan, dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview.
3. Kerahasiaan
Auditor internal:
a. Harus berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang diperoleh
selama melaksanakan tugasnya.
b. Tidak boleh menggunakan informasi untuk memperoleh keuntungan pribadi, atau
dalam cara apapun, yang bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan
organisasi yang sah dan etis.
4. Kompetensi
Auditor internal:
a. Hanya terlibat dalam pemberian jasa yang memerlukan pengetahuan, kecakapan
dan pengalaman yang dimilikinya.
b. Harus memberikan jasa audit internal sesuai dengan Standar Eksternal Praktik
Profesional Audit Internal (Standar).
c. Harus senantiasa meningkatkan keahlian, keefektifan dan kualitas jasanya secara
berkelanjutan.
4. Etika Menyampaikan Hasil Temuan dan Saran Perbaikan
Dalam konteks audit, penyajian temuan dan saran perbaikan merupakan
bagian penting dari proses tersebut. Laporan audit harus mencakup tujuan, ruang
lingkup, temuan, dan kesimpulan, termasuk pendapat auditor atas dampak temuan
tersebut. Laporan juga harus mencakup rekomendasi perbaikan dan informasi yang
objektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua tingkatan Manajemen. Selain
menyajikan temuan dan saran perbaikan, penting untuk menindaklanjuti hasil audit.
Hal ini termasuk memperoleh tanggapan auditi terhadap rekomendasi atau saran,
menyepakati tindakan atau prosedur perbaikan, dan memantau pelaksanaan tindakan
tersebut. Dalam konteks penulisan ilmiah, penyajian temuan dan saran perbaikan juga
penting. Penting untuk menjelaskan ide berdasarkan fakta yang ada, terbuka terhadap
umpan balik dan kritik, serta melaporkan hasil tulisan secara akurat dan tepat. Secara
keseluruhan, etika dalam menyajikan temuan dan saran perbaikan adalah bersikap
objektif, akurat, dan transparan dalam melaporkan hasil, serta menindaklanjuti hasil
tersebut untuk memastikan tindakan perbaikan dilakukan.
5. Kecurangan (Fraud)
a. Definisi Kecurangan (Fraud)
Menurut Statement of Auditing Standards (SAS) No.99, kecurangan adalah
tindakan yang sengaja dilakukan agar menimbulkan kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan yang akan diaudit.
Sedangkan menurut G. Jack Balogna dan Robert Lindquist (1995) :
“Kecurangan adalah penipuan yang disengaja, umumnya dideskripsikan sebagai
kebohongan, plagiat, dan pencurian, dan dapat dilakukan pada pelanggan, kreditor,
pemasok, banker, investor, pejabat asuransi, dan pemerintah.”
b. Bentuk Fraud
Kecurangan dibagi dalam tiga bentuk utama (Rozmita Dewi, 2017) :
1) Asset Missapropriation Kecurangan ini disalahgunakan untuk kepentingan pelaku
fraud baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Korupsi Yaitu bentuk kecurangan penyalahgunaan wewenang, dan biasanya
dilakukan oleh para pejabat.
3) Manipulasi Laporan Keuangan Kecurangan ini dilakukan oleh manajemen
terhadap laporan keuangan agar mendapat imbalan penilaian kinerja yang lebih
besar.
c. Batasan Fraud
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) mengungkapkan tiga batasan utama
fraud, antara lain :
1) Tersembunyi, yaitu kecurangan yang sengaja disembunyikan agar tidak diketahui
pihak lain.
2) Bukti sebalik, yaitu dengan cara membalik fakta bahwa kecurangan yang terjadi
harus diupayakan agar seakan-akan kecurangan tersebut tidak terjadi.
3) Jenis fraud :
Intern fraud, yaitu berkaitan dengan setiap kegiatan yang rentan terjadi
kecurangan.
System control fraud, yaitu kecurangan yang disebabkan karena lemahnya
pengendalian internal dalam suatu organisasi dan pelaku fraud lebih
mengetahui cara melakukan fraud pada organisasi tersebut.
6. Pencegahan Kecurangan
a. Definisi Pencegahan Kecurangan
Karyono (2013) mendefinisikan pencegahan kecurangan sebagai upaya
menangkal dan mempersempit ruang gerak dari pelaku fraud, dan mengidentifikasi
setiap kegiatan yang memiliki risiko tinggi terhadap kecurangan. Sementara Amrizal
(2004), mendefinisikan pencegahan kecurangan sebagai segala upaya untuk
menghilangkan atau meminimalisir penyebab terjadinya kecurangan.
b. Tujuan Pencegahan Kecurangan
Terdapat lima tujuan utama pencegahan kecurangan (Karyono, 2013) :
1) Prevention Yaitu mencegah setiap peluang yang membuka tindakan kecurangan.
2) Deference Yaitu dengan menangkal setiap pelaku potensial fraud.
3) Description Yaitu mempersulit setiap ruang gerak pelaku potensial fraud.
4) Recertification Yaitu keharusan untuk mengidentifikasi setiap kegiatan yang
rentan terhadap risiko kecurangan dan sistem pengendalian internal yang lemah.
5) Civil action prosecution Yaitu menuntut setiap pelaku kecurangan
c. Implementasi Pencegahan Kecurangan
The Audit Office at New South Wales Australia (1998) menyatakan faktor utama
yang harus diimplementasikan dalam mencegah kecurangan :
1) Kebijakan makro terpadu
2) Struktur pertanggungjawaban
3) Penilaian risiko fraud
4) Kepedulian pegawai
5) Kepedulian pelanggan dan masyarakat
6) Sistem pelaporan fraud
7) Pengungkapan perlindungan
8) Pelaporan ke pihak luar
9) Standar investigasi
10) Standar perilaku dan disiplin
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersiat studi pustaka (library research)
yang menggunakan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama (Hadi,
2015: 3). Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskripsi yang terdapat di dalam teks yang
diteliti (Mantra, 2008: 30). Dengan penelitian kualitatif, perlu dilakukan analisis deskriptif.
Metode analisis deskriptif memberikan gambaran dan keterangan yang secara jelas, objektif,
sistematis, analitis dan kritis mengenai Trend Teknologi Informasi di dunia Perbankan.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan, tekhnik yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari,
disajikan dan dianalisis. Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang
substansinya membutukan tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis. Studi pustaka di
sini adalah studi pustaka tanpa disertai uji empirik (Muhadjir, 2010: 159). Data yang disajikan
adalah data yang berbentuk kata yang memerlukan pengolahan supaya ringkas dan sistematis
(Muhadjir, 2008: 29). Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan buku-buku tentang nilai, pendidikan dan ṭahārah. Kemudian dipilih, disajikan
dan dianalisis serta diolah supaya ringkas dan sistematis.
Teknik Analisis Data. Analisis adalah serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana
data penelitian pada gilirannya dikembangkan dan diolah ke dalam kerangka kerja sederhana
(Zed, 2004: 70). Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mendapatkan
informasi, namun terlebih dahulu data tersebut diseleksi atas dasar reliabilitasnya (Mantra,
2008: 123). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisi data berupa analisis isi (content
analysis). Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu data (Muhadjir, 2010:
49). Jadi, sebagai bahan analisis dan komparatif terhadap Peran Audit Internal Dalam Upaya
Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) data sekunder, sehingga dapat diketahui
bagaimana peran audit internal dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan di suatu
perusahaan.
IV. PEMBAHASAN
Peran Auditor Internal Dalam Pendeteksian Fraud
Peran audit internal ini dapat ditentukan dari mekanisme operasionalnya dalam
mengendalikan risiko pembiayaan melalui review aktivitas penjualan pinjaman bank
diperiksa. Saat memecah aset keuangan, bank diteliti dan dievaluasi apakah kinerjanya sudah
jatuh tempo, jadi itu bukan jumlah pinjaman yang tidak dapat dilunasi yang mungkin terjadi
bekerja atas biaya bank. Berdasarkan pengertian tersebut, Audit Internal adalah pihak yang
memantau dan mengevaluasi kegiatan penjualan keuangan CFO cabang (yang diaudit) untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya. Akuntabilitas entitas
yang diaudit, tentu saja, adalah bagaimana melakukan pembiayaan klien yang tepat dengan
undang-undang saat ini. Berdasarkan tugasnya tersebut, audit internal pembiayaan
dilaksanakan oleh tim audit kantor cabang yang disebut Resident Auditor (RA). Mekanisme
pelaksanaan kegiatan auditnya sebagaimana yang ditetapkan oleh Standar Pelaksanaan Fungsi
Audit Intern Bank (SPFAIB) dari Bank Indonesia bahwa mekanisme audit internal meliputi
tahap persiapan audit, penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan
hasil audit, tindak lanjut hasil audit dan dokumentasi.
Tahap persiapan audit dilakukan dengan mengumpulkan data keuangan dan
mengambil sampel nasabah berdasarkan profil risiko yang akan ditetapkan.
pelanggan/memeriksa ulasan. Penulis mencatat bahwa resensi mengkompilasi kesalahan yang
ditemui pada saat ini tentang penugasan pinjaman oleh perusahaan yang dikendalikan.
Auditor tidak membuat pengurangan risiko refinancing yang ada seperti itu berupa mitigasi
risiko utama. Bahwa auditor tidak memiliki kebijakan mitigasi risiko saat melakukan audit
sebelumnya. Pengurangan risiko yang diberikan oleh auditor dicantumkan dalam KKPA dan
LHA segera setelah audit. Pada tahap pelaksanaan audit elaksanaan audit yang merupakan ciri
khas kegiatan audit berupa memeriksa keakuratan data dengan Made Dharmawan
menyebutkan dalam proses ini diperlukan mental dan kepekaan sebagai auditor dalam
menghadapi situasi dan kondisi nasabah pembiayaan yang berisiko. Karena tidak jarang objek
audit ini berada di daerah pelosok. Dalam menggali informasi sehingga ditemukan temuan
audit, auditor melakukan wawancara untuk menyesuaikan penuturan keadaan nasabah
pembiayaan yang sebenarnya di lapangan dengan data yang dipegang auditor dari auditee.
Temuan-temuan audit tersebut dikumpulkan dalam pelaporan hasil audit dalam bentuk Kertas
Kerja Pemeriksaan Audit (KKPA) dan Laporan Hasil Audit (LHA). kunjungan langsung pada
nasabah sehingga diperoleh temuan-temuan audit.
Peran auditor internal berdampak signifikan terhadap deteksi kecurangan di bank
syariah, yang memungkinkan auditor internal mendeteksi kecurangan petunjuk pertama dan
perencanaan yang baik untuk mengungkap sesuatu tentang scam/penipuan. Salah satu faktor
kunci dalam peran auditor internal yang dapat mendorong mereka untuk lebih baik dalam
mendeteksi kecurangan adalah independensi mereka. salah satunya tentang kemerdekaan. Jika
auditor internal memiliki sikap independensi yang baik, auditor internal akan mudah terlibat
melakukan deteksi penipuan. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa indikator peran
audit internal yang masih kurang baik yaitu independensi. Sedangkan salah satu indikator
tersebut adalah auditor internal tidak boleh melakukan intervensi terhadap pekerjaannya.
Tanggung Jawab AuditAuditor internal memainkan peran yang sangat penting dalam
mendeteksi dan Pengendalian kegiatan korporasi yang berpotensi tinggi terjadinya
kecurangan (fraud). Auditor internal perusahaan juga harus mampu memberikan solusi dan
saran perbaikan ketika ditemukan aktivitas yang dapat merugikan perusahaan. Audit internal,
sebagai fungsi yang mengawasi pengendalian internal, harus menanggapi deteksi penipuan.
Ketika fungsi-fungsi ini dilakukan secara akurat, maka peran auditor internal di perusahaan
dapat dikatakan efektif.
Secara umum, kecurangan dapat dideteksi oleh auditor internal karena ada tanda-
tanda awal perencanaan yang baik untuk mengungkapkan apa saja yang mungkin terjadi atas
kecurangan tersebut. Jika kecurangan terdeteksi, auditor internal juga akan meminta proses
peninjauan struktur. Proses pengujian ini merupakan salah satu pendorong deteksi kecurangan
karena proses ini dapat memberikan indikasi kuat kepada auditor internal apakah diperlukan
tindakan atau penyelidikan lebih lanjut. Mendeteksi fraud juga merupakan upaya untuk
mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak fraud, sekaligus mempersempit
ruang gerak para pelaku fraud (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya telah diketahui,
maka sudah terlambat untuk berkelit. Auditor internal yang diperlukan untuk mendeteksi
kecurangan haruslah seorang auditor internal dengan mata yang jeli untuk mengidentifikasi
berbagai aspek internal bisnis yang berisiko (rentan) terhadap kecurangan.dapat dikurangkan
bahwa peran auditor internal berdampak signifikan dalam mendeteksi kecurangan di bank
syariah.
Auditor internal memiliki peran yang berpengaruh terhadap pendeteksian fraud. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar atau semakin baik peran audit internal dalam melaksanakan
auditnya sesuai dengan prosedur audit, maka semakin besar pula upaya untuk mendeteksi atau
mendeteksi atau mendapatkan indikasi awal mengenai fraud. Sebaliknya, jika peran auditor
internal masih lemah atau tidak memadai dalam menjalankan tugasnya, kecurangan tidak dapat
terdeteksi dengan baik. Peran Auditor Internal memiliki pengaruh terhadap Pencegahan Fraud.
Dapat disimpulkan bahwa semakin baik Peran Auditor Internal menjalankan internal control akan
membuat Pencegahan Fraud semakin efektif. Pencegahan kecurangan dapat dilakukan apabila
Auditor Internal bersikap mandiri dan profesional dalam pekerjaannya, kemudian Auditor Internal
sudah mampu mengidentifikasi. Sebaliknya, ketika audit internal tidak profesional dan gagal
mendeteksi kecurangan, maka perusahaan rugi. Audit internal yang dilakuan oleh pihak
manajemen dalam suatu perusahaan akan mengurangi terjadinya tindak kecurangan (fraud)
bahkan dapat mencegah terjadinya fraud.