Anda di halaman 1dari 10

Center of Economic Student Journal Vol. 5 No.

4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

Pengaruh Pengendalian Internal, Moralitas Individu dan


Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud Pada
(Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan)

Ingka Adila Nonci1, Asriani Junaid2*, Muhamad Abduh3


ingkaadilanonci@gmail.com1, Asriani.Junaid@umi.ac.id2*,
Muhammad.abduh@umi.ac.id3
1Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muslim Indonesia
2*,3Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muslim Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Pengaruh Pengendalian internal, Moralitas Individu,
dan Budaya Organisasi Terhadap Pencegahan Fraud. Di penelitian ini diperoleh dari kantor
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang bersedia menjadi responden. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh melalui pembagian kuesioner di kantor Inspektorat Daerah yang bersedia menjadi
responden, teknik penarikan sampel sensus dengan sampel sebanyak 40 auditor. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa pengendalian internal dan budaya organisasi memiliki hasil uji
siginikan positif terhadap pencegahan fraud yang dimana pada inspektorat daerah provinsi
sulawesi selatan telah mencakup kerangka kerja perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
pengawasan dalam mencapai tujuan, sedangkan moralitas individu berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap pencegahan fraud. Artinya bahwa jika sikap atau moral seorang
auditor rendah maka pencegahan fraud harus ditingkatkan.

Kata Kunci: Pengendalian internal, Moralitas individu, Budaya organisasi,


Pencegahan fraud

Pendahuluan
Di Indonesia, kasus kecurangan (fraud) sampai saat ini masih menjadi satu hal yang
belum bisa diberantas oleh pemerintah Indonesia. Maksud dari belum bisa diberantas adalah
bahwa setiap tahunnya masih saja ditemukan kasus kecurangan. Banyaknya lembaga
pengawasan yang telah berlapis – lapis tidak diikuti dengan kinerja yang diharapkan.
Dari tahun ke tahun indonesia masih belum bisa menunjukkan kemajuan yang signifikan
dalam hal memberantas kecurangan (fraud) demi kebaikan bangsa. Menurut Black’s Law
Dictonary kecurangan merupakan tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara
sengaja oleh satu pihak atau lebih, yang pada umumnya agar memperoleh keuntungan secara
finansial (Mahdalena, 2019).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Asociation of Certified Fraud Examiners
Indonesia (ACFE) tahun 2019, fraud yang paling banyak dilakukan di indonesia adalah korupsi.
ACFE Indonesia menjelaskan bahwa presentase kecurangan yang dilakukan indonesia adalah
69,9% korupsi, dan 20,9% penyelewengan aset atau aset negara dan perusahaan dan sisanya
penipuan laporan keuangan sebesar 9,25%. Korupsi merupakan tindakan merugikan yang sering
terjadi pada penyelenggara negara & indonesia (Pristiyanti, 2012). Di dalam sebuah instansi
pemerintah diperlukannya pengendalian internal yang dilakukan oleh audit internal sebagai
langkah pertama untuk melakukan pencegahan terhadap kecurangan (fraud). Semakin efektif
sistem pengendalian internal suatu instansi pemerintah, maka akan semakin rendah tingkat
kecurangan.
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

Pada peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian


Internal Pemerintah (SPIP), SPIP adalah proses integral pada tindakan atau kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan pegawai, untuk memberikan keyakinan
yang memadai atas tercapainya tujuan instansi melalui kegiatan efektif dan efisien,
keandalan laporan keuangan, pengamatan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan UU
yang diselenggarakan secara menyeluruh dilingkungan pemerintah pusat maupun daerah.
Dalam memerangi masalah kecurangan diperlukan pengontrolan atau pengawasan. Untuk
mendapatkan pengawasan yang baik, diperlukan pengendalian internal yang efektif,
pengendalian internal memegang peran penting dalam organisasi untuk meminimalisir
terjadinya kecurangan. Dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian internal secara
baik dan benar pada suatu perusahaan atau instansi maka akan lebih mudah dalam mencapai
tujuan dan meminimalisir risiko (Ismatullah, 2019).
Tinjauan Teori
Fraud pentagon teori fraud pentagon atau disebut juga dengan crowe’s fraud
pentagon theory merupakan perluasan dari model fraud triangle yang dikembangkan oleh
Donald Cressey. Donald Cressey menyimpulkan hasil risetnya bahwa fraud memiliki tiga
sifat umum yang hadir pada saat fraud terjadi yaitu intensif atau tekanan yang melakukan
fraud (pressure), adanya peluang atau kesempatan untuk melalukan fraud (opportunity),
selanjutnya adanya dalih untuk membenarkan tindakan fraud (rasionalization). Tiga sifat
umum tersebut menjelaskan sebab seseorang melakukan kecurangan.
Fraud triangle banyak membantu mengidentifikasi kecurangan tapi tidak semua
situasi. Kemudian Crowe’s mengembangkan model fraud menjadi lima elemen yaitu
pressure, opportunity, rationalization, competence, arogance yang kemudian dinamakan
dengan teori fraud pentagon.

(Crowe Howart, 2011)


a. Pressure (tekanan)
Pressure adalah dorongan orang untuk melakukan fraud. Tekanan muncul tidak
hanya karena kebutuhan atau masalah finansial saja, tetapi banyak juga terdorong
oleh keserakahan. Penggelapan uang perusahaan oleh pelaku bermula di suatu
tekanan kebutuhan keuangan yang mendesak.
b. Opportunity (peluang)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Peluang dapat
terjadi karena pengendalian internal yang lemah, pengawasan manajemen yang
kurang baik atau melalui penggunaan posisi. Untuk meminimalisis kemungkinan
terjadinya fraud dapat meningkatkan pengendalian internal serta meningkatkan
pengawasan.
c. Rasionalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, di mana pelaku fraud
selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya.
Adanya suatu sikap, karakter atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka
berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

sehingga menyebabkan mereka membenarkan pelaporan keuangan yang tidak benar


tersebut.
d. Competence (Kemampuan)
Competence memiliki makna yang sama dengan capability dalam fraud diamond
yang dicetuskan Hermanson. Crowe mendefinisikan kompetensi, kemampuan
karyawan untuk mengesampingkan pengendalian internal, mengembangkan strategi
penyembunyian yang canggih, dan mengendalikan situasi sosial demi
keuntungannya dengan menjual kepada orang lain.
e. Arrogance (Sifat Arogan)
Menurut Crowe, kesombongan atau kurangnya hati nurani adalah sikap superioritas
dan hak atau keserakahan dari orang yang percaya bahwa pengendalian internal
tidak secara pribadi diterapkan. Sebuah studi oleh Committee of Sponsoring
Organisations (COSO) telah menemukan bahwa 70% kecurangan memiliki profil
yang menggabungkan tekanan dengan kesombongan atau keserakahan.

Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Tiara (2022) yang
melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan pengendalian internal dan good
corperate governance terhadap pencegahan fraud pada perbankan di kota kupang.
Dimana dalam penelitian tersebut menjukkan sampel yang berjumlah 40 responden dan
menggunakan motede pengumpulan data dengan penyebaran kueioner. Teknik analisis
data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengendalian internal secara parsial tidak berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan,
sedangkan tata kelola perusahaan yang baik secara parsial berpengaruh terhadap
pencegahan kecurangan. Pengendalian internal dalam penelitian ini tidak berpengaruh
masa kerja responden rata-rata kurang dari 10 tahun serta adanya kemungkinan
responden sedang sibuk sehingga dikhawatirkan responden belum terlalu mengerti
mengenai pengendalian internal tempat mereka bekerja. Pengendalian internal dalam hal
ini lebih dibuat oleh perusahaan untuk mengatur segala aktivitasnya agar mencapai
tujuan perusahaan dengan baik. secara simultan pengendalian internal dan tata kelola
perusahaan yang baik berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan pada perbankan di
kota Kupang.
Penelitian Provita (2018) tentang pengaruh budaya organisasi dan moralitas
indvidu terhadap pencegahan fraud di pemerintah desa. Menggunakan metode analisis
regresi linier dummy dengan 40 perangkat desa di kecamatan sayung, Demak sebagai
sampel. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik personal, efektivitas pengendalian
internal dan budaya etis organisasi serta moralitas individu secara bersama – sama
berpengaruh pada kecenderungan fraud.
Penelitian Fahmi (2021) tentang peranan audit internal dalam pencegahan fraud
dengan menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi dengan metode deskriptif
analisis. Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1)  audit internal pada PT. Pos
Indonesia (Persero) Regional I Sumut-Aceh yang dilakukan telah memadai didukung
dengan pengujian unsur audit internal dari perencanaan hingga tindaklanjut yang ada
telah berjalan efektif, (2) peranan audit internal pada PT. Pos Indonesia (Persero)
Regional I Sumut-Aceh telah  berperan dalam pencegahan fraud,  (3) dimana unsur-
unsur pengendalian intern yang diterapkan telah dijalankan sesuai dengan ketentuan
yang ada.
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Lokasi penelitian
ini adalah Inspektorat Daerah Provinsi Sulsel. Pada penelitian ini menggunakan data
primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utamanya
yang dimana sumber data primer dalam penelitian ini adalah semua auditor yang ada
di Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kouesioner yang
dibagikan kepada responden. Populasi dan sampel pada penelitian ini seluruh auditor
di inspektorat dan memiliki kriteria auditor yang bekerja diatas 3 tahun dan
pendidikan minimal S1. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan
adalah program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 26.

Hasil dan Pembahasan

1. Uji Deskriptif
Tabel 1
Hasil uji statistik deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PENGENDALIAN 40 50 65 55,98 4,347

INTERNAL

MORALITAS INDIVIDU 40 23 30 26,08 2,596

BUDAYA ORGANISASI 40 87 110 95,60 8,814

PENCEGAHAN FRAUD 40 31 40 34,08 2,841

Valid N (listwise) 40

Sumber : data diolah (2023)


Pada tabel diatas menjelaskan bahwa pada variabel pengendalian internal jawaban
minimum responden sebesar 50, dan maksimum sebesar 65, dengan rata – rata total jawaban
55,98 dan standar deviasi sebesar 4,347. Variabel moralitas individu jawaban minimum
responden sebesar 23, dan maksimum sebesar 30, dengan rata – rata total jawaban 26,08 dan
standar deviasi sebesar 2,569. Variabel budaya organisasi jawaban minimum responden 87, dan
maksimum sebesar 110, dengan rata – rata 95,60 dan standar deviasi 8,814. Variabel
pencegahan fraud jawaban minimum responden sebesar 31, dan maksimum sebesar 40, dengan
rata – rata 34,08 dan standar deviasi 2,84.
2. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur validnya suatu kuesioner dengan menguji
validitas dari setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Teknik korelasi pearson yang
dilakukan dengan membandingkan rtabel dengan rhitung pada tingkat singnifikansi 5% atau
0.05. Jika rhitung > rtabel maka item dikatakan valid, jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak
valid. R tabel dalam penelitian ini dengan total sampel 40 responden adalah 0,000. Berdasrkan
hasil uji validitas yang dilakukan menggunakan SPSS 26, seluruh item pertanyaan dinyatakan
valid karena memiliki nilai rhitung 0,000.
3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

instrumen penelitian serta konsistensi alat ukur untuk mengukur variabel. Pengujian reliabilitas
hanya dilakukan pada item valid, sehingga seluruh item valid akan diuji reliabilitasnya dengan
pengambilan keputusan menggunakan Cronbach’s Alpha. Jika Cronbach’s Alpha > 0,6
makadata dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil uji seluruh item valid dinyatakan reliabel
karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
4. Uji asumsi klasik
a. Uji normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan apakah nilai residual
yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah model yang memiliki nilai residual terdistribusi secara normal
dapat dilihat dengan cara melihat penyebaran data pada sumber diagonal grafik P-
P Plot of regression standardized residual. Jika titik-titik menyebar disekitar garis
dan mengikuti garis diagonal mala nilai residual normal.
Gambar 1
Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 2 maka dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar


disekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual terdistribusi
dengan normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji
apakah antar variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki
hubungan linier yang sempurna yakni koefisiennya tinggi atau bahkan 1.
Tabel 2
Hasil uji multikolonieritas
Tolerance VIF
Pengendalian internal ,852 1,174
Moralitas individu ,689 1,450
Budaya organisasi ,790 1,266

c. Uji Heteroskedastiditas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varian residual dalam pengamatan.
Heteroskedastisitas tidak terjadi jika tidak ada pole tertentu seperti titik-titik tang
membentuk gelombang, melebar kemudian menyempit. Heteroskedastisitas juga
tidak terjadi jika titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y tidak membentuk pola yang jelas.
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

Gambar 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa titik-titik tidak membentuk


pola yang jelas, dan titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0
sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya masalah
heteroskedastisitas.
5. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis maka menggunakan regresi dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = 16,399+0,215X1-0,196X2+0,112X3
a. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 3
Hasil Uji R2

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,441a ,194 ,127 2,654 2,180
a. Predictors: (Constant), BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERNAL,
MORALITAS INDIVIDU
b. Dependent Variable: PENCEGAHAN FRAUD
Nilai adjusted R2 sebesar 0,127 menunjukkan variasi pengendalian
internal, moralitas individu, dan budaya organisasi dapat menjelaskan 12,7%
variasi pencegahan fraud.
b. Uji F
Tabel 4
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 61,205 3 20,402 2,896 ,048b
Residual 253,570 36 7,044
Total 314,775 39
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN FRAUD
b. Predictors: (Constant), BUDAYA ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERNAL, MORALITAS
INDIVIDU
Tabel 4 menunjukkan nilai F hitung sebesar 2,896 dengan tingkat
signifikansi 0,48. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pencegahan fraud, atau
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

dapat dikatakan bahwa variabel pengendalian internal, moralitas individu dan


budaya organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pencegahan fraud.
c. Uji Statistik t
Tabel 5
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1(Constant) 16,399 6,729 2,437 ,020
PENGENDALIAN INTERNAL ,215 ,106 ,329 2,032 ,050 ,852 1,174
MORALITAS INDIVIDU -,196 ,197 -,179 -,993 ,327 ,689 1,450
BUDAYA ORGANISASI ,112 ,054 ,348 2,070 ,046 ,790 1,266
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN FRAUD
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 19 variabel pengendalian
internal mempunyai nilai t sebesar 2,032 dengan nilai signifikansi 0,50 dan
mengarah positif, maka pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan
Hal ini berarti menerima hipotesis sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian
internal berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan fraud.
Hasil hipotesis 2 dapat dilihat dari tabel 19 variabel moralitas individu
mempunyai nilai t sebesar -0,993 tingkat signifikansi sebesar 0,327, maka
variabel moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan. Hasil pengujian
dalam penelitian ini tidak mendukung rumusan hipotesis kedua menyatakan
bahwa moralitas individu berpengaruh negatif terhadap pencegahan fraud.
Hasil hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 19 variabel budaya organisasi
mempunyai nilai t sebesar 2,070 dengan tingkat signifikansi 0,46, maka variabel
budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini berarti menerima
Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh secara
signifikan terhadap pencegahan fraud karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel lebih kecil dari 0,05.
Pengaruh pengendalian internal terhadap pencegahan fraud
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan pengendalian internal berpengaruh
terhadap pencegahan fraud. Hal ini diperoleh dari hasil uji t yang menunjukkan 2,032 dan
nilai signifikannya sebesar 0,50. Artinya, apabila sistem pengendalian internal terlaksana
dengan baik, maka pencegahan kecurangan dapat berjalan dengan efektif sebagaimana
mestinya.
Pada inspektorat daeah provinsi sulawesi selatan menerapkan lingkungan pengendalian
yang dimana kepala inspektur selalu memberikan pengarahan kepada para auditor dan telah
menetapkan prosedur penguasaaan dan terintegrasi dari seluruh aktivitas sistem pengendalian
internal, dan sudah tersedia prosedur kegiatan pemantauan yang efektif atas pelaksanaan
pengendalian internal baik bersifat rutin maupun bersifat khusus.
Menurut peneliti pengendalian internal yang baik pada inspektorat akan dapat mencegah
terjadinya kecurangan, pengendalian internal yang lemah dapat memberi celah kepada pelaku
kecurangan untuk melakukan tindakan ilegal dan pencurian atau sejenisnya. Dan kerena tujuan
dari pengendalian internal diantaranya untuk mengamankan harta kekayaan organisasi, serta
mendorong untuk dipatuhinya kebijakan dan aturan. Oleh karena itu pengendalian internal yang
baik akan meningkatkan pencegahan kecurangan itu sendiri.
Hasil penelitian ini didukung oleh Artini et al (2014) yang menyatakan pengendalian
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

internal memegang peranan penting dalam organisasi untuk meminimalisir terjadinya


kecurangan. Pengendalian internal yang efektif akan menutup peluang terjadinya
kecenderungan untuk berlaku curang. Rahmawati (2012) dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa dengan adanya pengendalian internal yang efektif memungkinkan dapat
terhindarnya dari kecurangan.
Pengaruh moralitas individu terhadap pencegahan fraud
Hasil pengujian dalam penelitian ini tidak mendukung rumusan hipotesis kedua
menyatakan bahwa moralitas individu berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud. Artinya,
moralitas individu tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Individu dengan moral yang
rendah akan cenderung mengambil keputusan berlandaskan hal uang dikehendakianya oleh
dirinya sendiri dan tidak menaati peraturan dan kewajibannya. Auditor pada inspektorat daerah
provinsi selawesi selatan memiliki tingkat moralitas yang tinggi jika dilihat dari uji statistik
deskriptif dimana responden rata – rata menjawab pertanyaan koesioner yang diberikan berkisar
pada pilihan yang mendekati nilai maksimum 30. Jika total skor yang diperoleh > 17 maka
dapat dikatakan partisipan memiliki level moral yang tinggi (Dewi, 2014).
Di penelitian ini, moralitas individu tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud
karena adanya motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal tersebut didukung dengan
adanya tekanan (pressure) untuk melakukan tindak kecurangan. Kebutuhan finansial seperti
gaya hidup menjadi salah satu dorongan bagi individu untuk menjalankan aksinya agar seluruh
kebutuhan dan keinginan individu tersebut terpenuhi, dan pada elemen tekanan Menurut
Wardana et al (2017), apabila para pegawai di suatu instansi memiliki moralitas yang tinggi,
maka tidak akan mendorong pegawainya untuk melakukan tindakan kecurangan.
Pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan fraud
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap
pencegahan fraud. Salah satu faktor yang bisa mencegah kecurangan menurut Arens (2008)
adalah budaya organisasi. Teori arens diperkuat oleh Tunggal (2010) dalam Anita (2015)
menyatakan bahwa kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan budaya organisasi yang
dapat dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip – prinsip Good Corporate Governance.
Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik budaya organisasi Inspektorat daerah Provinsi
Sulawesi Selatan maka tindakan kecurangan bisa diminimalkan. Pada inspektorat daerah
inspektur mendorong auditor untuk meningkatkan kreativitas agar pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cepat dan aman,dan inspektur juga menuntut para aparat untuk menjadi satuan kerja
yang kompak dan handal dalam menjalankan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil penelitian ini mendukung teori fraud pentagon yang dimana auditor harus sadar
akan informasi yang mengindikasikan terjadinya faktor risiko pada elemen rasionalisasi yang
dimana mengetahui komunikasi, implementasi, dukungan atau penegakan nilai atau standar
etika entitas oleh manajemen, atau komunikasi nilai atau standar etika yang tidak semestinya
yang tidak efektif, Jessvita (2017).
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian interna, moralitas
individu, dan budaya organisasi terhadap pencegahan fraud. Responden dalam penelitian ini
berjumlah 40 pegawai yang bekerja di Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud. Hal ini
menunjukkan bahwa peran sistem pengendalian internal dalam sebuah instansi atau
perusahaan sangatlah penting. Penerapan sistem pengendalian internal yang efektif
dan sikap patuh seluruh pegawai dapat mencegah terjadinya kecurangan.
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

2. Moralitas individu tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini


menunjukkan bahwa seseorang yang bermoral tinggi tidak menjamin orang tersebut
tidak akan melakukan tindakan kecurangan.
3. Budaya organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan fraud. Hal
yang mencegah kecurangan adalah budaya organisasi yang dimana auditor dituntut
untuk menciptakan satuan kerja yang kompak dan handal untuk mendapatkan hasil
optimal.
Saran
1. Bagi direksi disarankan untuk memperhatikan pengendalian internal, moralitas
individu, dan budaya organisasi dalam memberikan saran-saran terhadap pencegahan
fraud karena akan mempengaruhi pencegahan tersebut.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian seperti pemberian
kompensasi, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, risiko fraud,
kesesuaian kompensasi lain yang dapat mencegah kecurangan.
Center of Economic Student Journal Vol. 5 No. 4, Februari 2023
e-issn : 2621 - 8186

REFERENSI
Arens, Alvin A., dkk. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi.
Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
ACFE Indonesia. 2020. Survey Fraud Indonesia 2019.:https://acfe-indonesia.or.id/wp-
content/uploads/2020/07/SURVEIFRAUD-.INDONESIA-2019.pdf. Diakses
pada tanggal 31 November 2022.
Amita (2015). Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi,
Moralitas Aparat Dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi. Jom FEKON, 2(2), 1-15.
Anita. (2015) “The Impact of Internal Control and Good Corporate Governance on
Fraud Prevention,” 2nd International Seminar on Accounting Society,
(January), hal. 251–257.
Dewi, G. A. K. R. S. (2016). Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal
pada Kecurangan Akuntansi. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 1, No 1.
Damayanti, D. N. S. (2016) “Pengaruh Pengendalian Internal dan Moralitas Individu
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada
Pegawai Bagian Keuangan dan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta)”.
Universitas Negeri Yogyakarta .
Dewi, P. A Y. (2020). “Pengaruh Komitmen Pimpinan, Moralitas Individu, Penegakan
Hukum Dan Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan (Fraud) Pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Buleleng”. dipublikasikan
oleh Universitas Pendidikan Ganesha.
Ismatullah, Lusi andari, dkk (2019). Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap
Pencegahan Kecurangan. Edisi 15. Jakarta.
Kurniawan, P. C. dan Izzaty, Tunggal K. N. (2010) “Pengaruh Good Corporate
Governance Dan Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud,”
ECONBANK: Journal of Economics and Banking, 1(1), hal. 55–60. doi:
10.35829/econbank.v1i1.2.
Ratna Amelia, Jassvita 2017. Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan dan
Pendeteksian Fraud (Kecurangan).
Pristiyanti, Sari (2018). Peranan Audit Internal Terhadap Pencegahan Fraud. Vol 9,
No.2.
Sujana, E., Wardana et al, N., Erni, G., & Ganesha, U. P. (2017). Pengaruh Budaya
Organisasi , Proactive Fraud Audit , Dan Whistleblowing Terhadap Pencegahan
Kecurangan Dalam Pengelolaan Dana Bos ( Studi Empiris Pada sekolah-sekolah
di Kabupaten Buleleng ), 1(3).
Saputra, A, Rahmawati. (2017) “Pengaruh Sistem Internal Kontrol, Audit Internal dan
Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kecurangan (Fraud)
Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Syariah Anak Perusahaan BUMN di
Medan),” Owner Riset & Jurnal Akuntansi, 1(1), hal. 48–55.

Anda mungkin juga menyukai