Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL DAN MORALIATS

INDIVIDU DALAM MENCEGAH FRAUD PADA INSTANSI


PEMERINTAH

DISUSUN OLEH

BURHANUDDIN
90400114074
AKUNTANSI C

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan akuntansi yang semakin pesat saat ini tidak hanya
membawa manfaat buat masyarakat, tetapi juga menjadi sumber masalah
kecurangan (fraud). Fraud dalam instansi pemerintah Indonesia bukan lagi
merupakan isu baru. Hal in dapat dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan pusat dan laporan
keuangan daerah pada Semester I- tahun 2013 potensi kerugian negara
mencapai Rp 56,98 triliun. Penyebab terjadinya fraud dipengaruhi oleh
bebarapa hal di antaranya pengendalian internal dan moralitas individu.
Pengendalian internal dalam instansi sektor publik merupakan hal
yang perlu diperhatikan secara khusus karena merupakan titik awal yang
memungkinkan terjadinya suatu kecurangan. Apabila dalam suatu instansi
memiliki pengedalian internal yang longgar maka besar kemungkinan akan
terjadinya suatu kecurangan dikarenakaan tidak adanya pengawasan yang
ketat terhadap pelaksanaan dilapangan.
Moralitas individu juga menjadi sumber terjadinya fraud. Selain tidak
adanya pengawasan yang ketat juga akan memberikan peluang terhadap
individu untuk melakukan kecurangan. Serta kurangnya kesadaran individu
terhadap masalah yang akan ditimbulkan dari perbuatannya tersebut. Maka
perlu adanya kedua aspek diatas untuk meminimalisir terjadinya masalah
kecurangan (fraud).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengendalian internal ?
2. Apa yang dimaksud moralitas individu ?
3. Bagaimana pengaruh pengendalian internal dan moralitas individu dalam
pencegahaan terjadinya fraud ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan maksud pengendalian internal
2. Menjelaskan maksud moralitas individu
3. Menjelaskan pengaruh pengendalian internal dan moralitas individi
terhadap fraud
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengendalian Internal


Pengendalian merupakan mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif
(pemerintah daerah) untuk menjamin dilaksanakannya system dan kebijakan
manajemen dengan baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Pengendalian internal merupakan salah satu bentuk pengendalian dimana
dari suatu struktur yang terkordinasi yang berguna bagi pemimpin untuk
menyusun laporan keuangan lebih hati-hati, mencegah kecurangan dalam
organisasi serta mengamankan harta organisasi. IAPI dikutip oleh Sukrisno
(2012) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris manajemen dan personel lain entitas-entitas
yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan yakni: keandalan pelaporan keuangan, efektifitas dan
efesiensi operasi serta kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang
berlaku. Lebih lanjut di jelaskan komponen pengendalian internal dibagi
menjasi lima komponen inti yakni: (1) tujuan pelaporan, (2) lingkungan
pengendalian, (3) penilaian resiko, (4) sistem informasi, dan (5) kegiatan
pengendalian dan pemantauan.
Sedangkan menurut Mayangsari & Wandanurum (2013)
pengendalian internal adalah penggunaan semua sumberdaya perusahaaan
untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi berbagai
aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai.
Berbeda dengan Sunyoto dalam Soleman (2013) menjelaskan bahwa
pengendalian internal adalah sebuah system dimana sostem pengendalian
internal teerdiri dari atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa organisasi telah
mencapai tujuan dan sasarannya. Kemudian mengkategorikan komponen
pengendalian internal menjadi tiga kategori dasar yaitu: 1) lingkungan
pengendalian yang berkaitan ddengan tindakn, kebijakan dan prosedur
mencerminkan keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur dan pemilik
perusahaan terhadap pengendalian, 2) sistem akuntansi yang bertujuan untuk
mengontrol seluruh transaksi tersebut, 3) prosedur pengendalian yaitu
aktivitas pengendalian ini berhubungan dengan peniliaan atas mutu
pengendalian telah berjalan sebagaimana yang diarapkan dan dimodifikasi
sesuai dengan kondisi yang ada dalam perusahaan. Ini menunnjukkan
bahwa, pemimpin harus mampu merencanakan, dan mengevaluasi secara
konsisten dan kontinyu, sehingga pengendalian berjalan sesuai dengan
sistem pengendalian yang diinginkan, maka proses pengendaian tidak berarti
terhadap [encegahan fraud.
Terkait hal diatas, menurut Tyanakotta (2013) pengendalian internal
akan berjalan efektif manakala komponen inti pengendalian internal
diterapkan secara baik dan benar dalam organisasi guna memberikakn
kepastian terhadap pencapaian tujuan organisasi.

B. Pengertian Moralitas Individu


Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Moral secara eksplisit
adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa
moral manusia tidak bias melakukan proses sosialisasi.
Moralitas menurut KKBI merupakan sopan santun , segala sesuatu
yang berhubungan dengan etika atau adat sopan santun. Moralitas individu
dalam akuntansi merupakan etika indvidu para pelaku akuntansi dalam
mejalankan tanggungjawab yang dimilikinya. Baik dalam bentu pelaporan
maupun pengawasan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintahan.
Menurut Hurlock (1990) moral merupakan suatu kebiasaan, tata
cara, dan juga adat dari suatu peraturan perilaku yang sudah menjadi
kebiasaan bagi anggota dari suatu budaya dalam masyarakat. Lebih jauh
Russel Swanburg menyatakan morar sebagai sesuatu pernyataan dari
pemikiran yang berhubungan atau berkaitan dengan ke antusiasan seseorang
didalam bekerja yang mana hal itu dapat merangsang perilau seseorang`
Lynn W. Swaner mengemukakan empat komponen moral yakni: (1)
kepekaan moral, (2) moral, (3) motivasi moral, dan (4) karrakter moral.
Kepekaan moral merupakan suatu kemampuan untuk dapat melihat dilema
etika, termaksud itu bagaimana tindakan kita akan dapat mempengaruhi
orang lain. Moral merupakan suatu kemampuan utuk dapat berpikir dengan
benar tentang atau mengenai apa yang seharusnya dilakukan di dalam situasi
tertentu. Motivasi moral merupakan komitmen peribabi untuk suatu tindakan
moral, menerima tanggung jawab atas segala hasilnya. sedangkan karakter
moral merupakan ketekunan meskipun kelelahan juga banyak godaan untuk
mengambil jalan keluar yang mudah
C. Kecurangan Akuntansi
Kecurangan merupakan suatu tindakan yangbersifat kontinyu dan
biasanya terjadi karena adanya tekanan untuk melaukan penyelewengan atau
dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1)
salah saji yang ditimbulkan dalam pelaporan kauanagn yaitu salah saji atau
penghilanagn secara sengaja jumlah atau pengungkapan untuk mengelabui
pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva (seringkali di sebut dengan penyalagunaan atau
penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat
laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Perlakkuan tidak semestinya terhadap
aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, termaksuk penggelapan
tanda terima barang atau uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang
menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh
entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat di sertai dengan
catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut
ssatu atau lebih individu di antara pegawai atau pihak ketiga.
Menurut SPAI (2004:63) fraud mencakup perbuatan melanggar
hokum dan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lainnya
yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan tersebut
dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian organisasi oleh
orang dalam atau juga oleh orang di luar organisasi tersebut.
Menurut IPPF (2012) kecurangan adalah setiap tindakan illegal yang
bercirikan penipuan, persembunyian, atau penyalagunaan kepercayaan.
Tindakan tersebut tidak terbataas pada ancaman atau pelanggaran dalam
bentuk kekuatan fisik saja. Kecurangan dapat dilakukan oleh pihak-pihak
dan organisasi untuk mendapatkan uag, asset, atau jasa: untuk menghindari
pembayaran atau kerugian atas jasa; atau untuk memperoleh keuntungsn
peribadi atau bisnis.
Dari pengertian diatan dapat disimpilkan bahwa fraud merupakan
suatu tindakan illegal, mencakup perbuatan melanggar hokum yang
bercirikan penipuan, penyembunyian, atau penyalahgunaan kepercayaan dan
dilakukan dengan sengaja umtuk memperoleh sesuatu bukan merupakan hak
pelakunya sehingga dapat meningkatkan kerugianatau keuntungan peribadi
atau bisnis.
D. Pengaruh Pengendalian Internal dan Moralitas Individu Terhadap Fraud
Penyebab fraud menurut Bologna dalam Dewi (2016), terdiri dari
empat faktor perilaku menyimpang yaitu: Greed, Opportunity, Need dan
Exposure. Opportunity (pengungkapan) berhubungan dengan organisasi
disebut juga faktor umum seperti elemen pengendalian internal. Greed
(keserakahan) dan Need (kebutuhan) merupakan faktor yang berhubungan
dengan individu pelaku kecurangan (disebut dengan faktor individual).
Faktor individual berhubungan dengan perilaku yang melekat dari individu
itu sendiri, dalam kaitannya faktor indvidu ini berhubungan dengan
moralitas. Menurut Kohlberg dalam Dewi (2016) menjelaskan bahwa moral
berkembang melalui tiga tahapan yaitu tahapan pre-conventional tahapan
conventional dan tahapan post-conventional.
Albrecht dalam Dewi (2016) mengungkapkan bahwa sala satu
motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adlah keinginan
untuk mendapatkan keuntungan peribadi. Individu dengan level penalaran
oral rendah cenderung akan memanfaatkan kondisi tidak terdapat elemen
pengendalian internal dalam organisasi tersebut untuk kepentingan peribadi
(self-interets) misalnya melakukan tindakan kecurangan akuntansi.
Novita (2012) juga mengungkapkan kondisi elemen pengendalian
internal di dalam organisasi (ada dan tidak ada pengendalian internal) dapat
mempengaruhi individu dengan level moral rendah untuk cenderung
melakukan atau tidak melakukan kecurangan akuntansi. Namun bagi
individu dengan level moral tinggi, kondisi ada dan tidak ada elemen
pengendalian internal organisasi tidak akan melakukan kecurangan akuntansi
yang akan merugikan organisasi dan masyarakat.
Ramamoorti dalam Dewi (2016) menyatakan bahwa faktor perilaku
merupakan akar dari permasalahan mengenai fraud. Mayangsari dan Wilopo
(2002) membuktikan bahwa internal birokrasi memberikan pengaruh
terhadap kecurangan akuntansi pemerintah. Artinya, semakin baik
pengendalian internal birokrasi, maka semakin rendah tingkat kecurangan
akuntansi pemerintah.

Maka dari itu diperlukan adanya pengendalian internal sebagai


bentuk tanggungjawab individu dalam menjalankan roda organisasi yang
sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan suatu organisasi. Adanya pengendalian internal dalam bentuk
pengasan yang ketat bagi para pelaku individu maka ini akan meminimalisir
individu akan atau berniat melakukan kecuranngan. Olehnya itu moralitas
individu dalam suatu instansi sangat dipengaruhi pengendalian internal yang
ada. Selain pengendalian internal yang baik juga ada beberapa faktor yang
berpengaruhi moralitas individu diataranya lingkungan kerja, kubutuhan dan
peluang untuk melakukan kecurangan. Ketiga faktor tersebut bias di
minimalisir dengan mengadakan pengendalian secara khusus.

Terdapat tiga faktor seseorang melakukan kecurangan yang dikenal


sebagai fraud triangle yang dikemukakan oleh SAS 99 (AU316) dikutip oleh
arens (2008) yakni:

1. Pressure (Tekanan)
Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong
seseorang berani melakukan kktindakan fraud. Faktor inii berasal dari
individu si pelaku dimana dia merasa bahwa tekanan kehidupan yang
begitu berat memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk keuntungan
peribadinya, biasanya dilakukan karena jaminan kesejahtraan yang
ditawarkan perusahaan atau oraganisasi tempat dia bekerja kurang atau
pola hidup mewah si pelaku merasa terus-menerus kekurangan.
2. Opportunity (Kesempatan)
Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal ddari luar individu, yakni
berasal dari organisasi sebagai korban perbuatan fraud. Kesempatan
mmelakukan fraud selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan kedudukan
yang dimiliki, si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk mengambil
keuntungan ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari organisasi
yang kurang memadai.
3. Reazionalization (Rasionalisasi)
Si pelaku merasa memiliki alas an yang kuat menjadi dasar untuk
membenarkan apa yang dilakukan serta mempengaruhi pihak lain untuk
menyetujui apa yang dilakukan.
Soejono karni (2000) mengemukakan pendapat tentang faaktor
pendorong terjadinya kecurangan sebagai berikut:
1. Lemahnya pengendalian internal
a. Manajemen tidak menekan perlunya pengaruh pengendalian internal
b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan
c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadinya conflict of
interest
d. Internal auditor tidak diberi wewwenang untuk menyelidiki para
eksekutif terutama menyangkut pengeluaran yang besar
2. Tekanan keuangn terhadap seseorang
a. Banyak utang
b. Pendapatan rendah
c. Gaya hidup mewah
3. Tekanan non financial
a. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan karyawan
b. Direktur utama menetapkan suatu tujuan yang harus dicapai tanpa
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada bawahannya
c. Penurunan penjualan
4. Indikasi lain
a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai
b. Meremehkan integritas pribadi
c. Kemungkinan koneksi dengan orang kriminal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulakn bahwa
pengendalian internal yang baik akan meminimalisir terjadinya kecurangan.
Pengendalian internal harus dillakukan sesuai prosedur dan kebijakan
organisasi melalui sebuah sistem yang telah didesai sedemikian rupa serta
perlu diawasi dengan baik dan benar. Hal ini diperlukan Karena dapat
mengurangi tingkat kecurangan diantaranya penyalagunaan wewenang dan
melakukan penyajian laporan keuangan yang salah.ini juga berarti
pengendalian internal secara efektif dapat memberikan kontibusi positif
terhadap peencegaha fraud.
Terjadinya sebuah fraud dipengeruhi oleh moralitas individu dalam
suatu instansi. Moraliats individu menjadi akar permasalahan terjadinya
fraud. Beberapa faktor yang mempengaruhi individu melakukan kecurangan
diantaranya lingkungan, kebutuhan, keserakahan serta peluang untuk
melakukan tindakan kecurangan. Aspek tersebut dapat diminimalisir dengan
meningkatkan dan menciptakan pengendalian internal yang baik dalam
instansi. Ini membutuhkan kerja keras untuk mengubah semuanya apalagi
ketika yang ingin dikendalikan adalah aspek lingkungan. Maka dibutuhkan
kerjasama di semua lini untuk menerapkan pengendalian yang telah di
tetapka,
B. Saran
Apabila suatu instansi pemerintah hendak membuat pengendalian
internal maka perlu melibatkan semua lini. Ini bertujuan untuk meningkatkan
keberhasilan dari pengendalian internal yang telah dibuat. Apabila masih di
temukan kecurangan dilapangan maka diperlukan pemberian sanksi. Dan
lebih ditindak lanjuti dirana hukum. Inilah yang menjadi aslah di Negara
Indonesia. Para pelaku disembunyikan dan dibelah dengan aksud demi
menjaga nama bagi instansi. Maka dari itu perlu adanya kerjasama disemua
lini untuk menciptakan lingkungan yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

BPKp R.I 2003. Tim Corporate Governance BPKP Modul 1 Good Corporate
Governance Dasar-dasar Corporate Governance. Jakarta.
Dewi Sari. 2016. Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal Pada
Kecurangan Akuntansi. JIA. Vol 1(1):77-92.
https://pendidikan.co.id/moral -pengertian-jenis-komponen-contoh-menurut-
para-ahli. Akses 18 april 2020.
Soleman Rusman. 2013. Pengaruh Pengendalian Internal dan Good Corporate
Governance Terhadap Pencegahan Fraud. JAAI. Vol 17 (1):57-74.

Anda mungkin juga menyukai