Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KORUPSI


A. Pengertian Korupsi
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5803362/korupsi-pengertian-tipe-dan-cara-
berantasnya
Korupsi berasal dari bahasa latin corrumperio atau corrumpere. Artinya corrumpio berasal
dari kata Latin kuno corrumpere. Korupsi secara harfiah adalah korupsi, keburukan,
kebejatan moral, ketidakjujuran, penyuapan, amoralitas, penyimpangan dari kesucian.
Secara umum pengertian korupsi mencakup segala perbuatan salah yang menggunakan
kedudukan atau kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau lainnya. Di Indonesia, praktik
korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Menurut undang-undang, korupsi mengacu pada seseorang yang secara
tidak sah memperkaya diri sendiri, orang lain, atau perusahaan, sehingga berpotensi
merugikan keuangan dan ekonomi negara.
Pemahaman ahli tentang korupsi
Untuk lebih memahami apa itu korupsi, Anda bisa simak pendapat para ahli berikut ini.
1. Robert Klitgard
Menurut Robert Klitgaard, konsep korupsi menyangkut penegakan aturan perilaku oleh
individu atau individu, kerabat dekat, kelompok sendiri, atau pelanggaran.
2. Henry Campbell Black
Menurut Henry Campbell Black, korupsi adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak resmi
pihak lain.
3. Albert Sidney-Hornby
Korupsi, menurut Albert Sidney Hornby, berarti memberi dan menerima hadiah berupa
suap, serta korupsi dan keburukan.
4. Nathaniel H. Lev
Natanael H. Lev, istilah korupsi, adalah metode di luar hukum yang digunakan oleh individu
atau kelompok untuk mempengaruhi perilaku birokrasi.
5. Sheikh Hussein Aratas
Menurut Syeh Husein Alatas, pengertian korupsi adalah subordinasi kepentingan umum
terhadap kepentingan pribadi, termasuk pelanggaran norma, kewajiban dan kepentingan
umum, yang dilakukan secara rahasia, makar, penipuan, dan ketidakpedulian terhadap
akibat yang diderita rakyat. .
6. Gunnar Myrdal
Menurut Gunnar Myrdal, konsep korupsi adalah urusan pemerintah karena praktik suap dan
korupsi membuka jalan bagi pengungkapan korupsi dan hukuman bagi pelanggarnya.
Tindakan pemberantasan korupsi biasanya digunakan sebagai justifikasi utama KUP militer.
7. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut KBBI, pengertian korupsi adalah penggelapan atau penyalahgunaan dana
pemerintah (seperti korporasi) untuk kepentingan individu atau orang lain.
B. Penyebab Korupsi
faktor korupsi
Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa korupsi adalah perbuatan yang ditujukan
untuk keuntungan pribadi atau terhadap kelompok tertentu, tetapi merugikan kepentingan
umum dan masyarakat luas. Faktor penyebab terjadinya korupsi adalah :
1. Faktor internal
Faktor internal penyebab korupsi muncul dari diri sendiri, sifat dan karakter seseorang, dan
mempengaruhi semua tindakan seseorang. Beberapa faktor internal tersebut adalah:
• Keserakahan, kecenderungan orang untuk menginginkan lebih dari yang mereka butuhkan
dan menjadi semakin tertekan.
• Perilaku manusia seperti konsumerisme, atau hedonisme, yang berusaha memenuhi
kebutuhan yang semakin tidak penting karena ketidakseimbangan antara pendapatan dan
pengeluaran.
2. faktor eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi berasal dari lingkungan, yang dapat mempengaruhi
pikiran dan tindakan seseorang dan berujung pada korupsi. Beberapa faktor eksternal
tersebut adalah:
• Faktor ekonomi, kebutuhan akan ekonomi yang lebih baik, seringkali mempengaruhi
perilaku masyarakat. Misalnya, upah yang buruk untuk pekerjaan mendorong korupsi.
• Faktor politik, dunia politik erat kaitannya dengan perebutan kekuasaan. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengisi jabatan dengan maksud melakukan praktik korupsi. • Faktor
organisasi: Korupsi terjadi karena perilaku menyimpang, kurang disiplin, kurang percaya diri,
aturan yang tidak jelas, struktur organisasi yang tidak jelas, dan manajemen yang tidak tegas
dalam organisasi pengurus dan anggota, ada kemungkinan.
• Faktor Hukum. Tindakan hukum sering melihat ke atas dan ke bawah. Artinya PNS dan
orang-orang terdekatnya cenderung diberikan perlakuan hukum yang istimewa, sedangkan
minoritas diperlakukan dengan kasar. Hal ini disebabkan praktik suap dan korupsi di badan
hukum.

C. jenis korupsi
https://www.maxmanroe.com/vid/social/pengertian-korupsi.html
jenis korupsi
Menurut kajian Transparency International Indonesia, melanjutkan mengutip buku Theory
and Practice of Anti-Corruption Education, korupsi termasuk manipulasi uang negara,
praktik suap dan pemerasan, kebijakan moneter, dan kolusi bisnis. Pada dasarnya korupsi
dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
1. Suap (suap)
Suap adalah setiap pembayaran uang atau bentuk serupa yang dilakukan atau diterima
sehubungan dengan korupsi. Jadi, dalam konteks suap, korupsi adalah membayar atau
menerima suap. Suap biasanya dilakukan dengan tujuan untuk meratakan atau
mempermudah, apalagi jika harus melalui proses birokrasi yang formal. 2. penggelapan
Penggelapan atau pencurian adalah tindak pidana penggelapan atau pencurian dana publik
yang dilakukan oleh pejabat publik, pegawai swasta, atau birokrat.
3. Penipuan (Penipuan)
Penipuan atau kecurangan dapat didefinisikan sebagai kejahatan kerah putih berupa
berbohong, menyontek, dan menyontek. Jenis korupsi ini merupakan kejahatan kerah putih
terorganisir dan biasanya melibatkan pejabat. Dengan demikian, penipuan relatif lebih
berbahaya dan skalanya lebih besar daripada suap dan penggelapan.
Empat. pemerasan (pemerasan)
Korupsi dalam bentuk pemerasan adalah jenis korupsi di mana aparat dipaksa mencari
keuntungan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan. Sebagai aturan, pemerasan dilakukan
dari atas. Ini dilakukan oleh penyedia layanan untuk penduduk setempat.
5. Favortisme
Favoritisme, juga disebut favoritisme, adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang
melibatkan privatisasi sumber daya.
D. Prinsip korupsi
https://123dok.com/article/principles-anti-corruption-value-principles-anti-
corruption.y629r8oz
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan pekerjaan. Akuntabilitas
digunakan sebagai alat untuk memantau dan mengarahkan tindakan manajer dengan
memberikan komitmen untuk memberikan jawaban kepada berbagai otoritas eksternal
mengenai kinerja organisasi (Dubnik: 2005). Tujuan akuntabilitas adalah untuk memenuhi
aspirasi masyarakat dalam mengelola negara yang bersih, jujur dan berwibawa (good
governance) (LAN & BPKP, 2003). Untuk itu, sistem akuntabilitas yang tepat, jelas, terukur
dan berkeadilan harus dikembangkan dan dilaksanakan. Demi terselenggaranya
pemerintahan dan pembangunan yang efisien, Nilai dan Prinsip Anti Korupsi 93 efektif,
bersih, akuntabel, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Akuntabilitas publik
menyajikan pola yang berbeda dalam mekanismenya, termasuk akuntabilitas program,
akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas hasil, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001). Dalam praktiknya, akuntabilitas harus diukur dan
ditangani melalui mekanisme pelaporan dan akuntabilitas atas semua kegiatan yang
dilakukan (Nanang & Romie, 2011:75). Evaluasi kinerja bisnis, Proses pelaksanaan, dampak
dan manfaat langsung dan jangka panjang yang diperoleh masyarakat dari kegiatan tersebut
Prinsip akuntabilitas dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sekolah dan madressa
mereka sehari-hari. Misalnya program kegiatan yang disusun oleh siswa harus disusun
menurut peraturan yang berlaku di sekolah/madrasah dan harus dilaksanakan menurut
peraturan yang berlaku.
Menurut Reevers (dalam Sukamto, 2005:3), prinsip dasar dalam menegakkan akuntabilitas
antara lain:
a) Konsistensi
Akuntabilitas harus menjadi isu atau alat kontrol, melalui pengakuan penghargaan dan
sanksi, untuk memastikan bahwa kebijakan umum, rencana strategis dan indikator tenaga
kerja secara konsisten tercermin dalam sistem evaluasi staf.
b) Kejelasan program
Akuntabilitas perlu spesifik dan diartikulasikan, tidak cukup hanya merumuskannya sebagai
kebijakan. Setiap pelaksana unit harus tahu persis apa yang diharapkan dari pekerjaan
mereka, serta mengharapkan bantuan dari orang lain.
c) Relevansi
Akuntabilitas diharapkan secara bertahap mengembangkan hubungan yang bermakna
tentang kebijakan dan relevansinya dengan proses kelas dan hasil belajar. Bukti tidak
langsung atau tersedia, tetapi arah ke arah ini perlu terus ditunjukkan melalui praktik
terbaik dan tolok ukur.
d) Diversifikasi
Tanggung jawab tidak bertentangan dengan keragaman. Setiap lembaga memiliki konteks
dan situasi yang berbeda yang perlu disikapi dengan pendekatan, teknik dan strategi yang
berbeda. Tetapi akuntabilitas membutuhkan transparansi dan kesediaan untuk secara jujur
mengakui pendekatan mana yang gagal dan mana yang berhasil melalui berbagi informasi.
e) keberlanjutan
Akuntabilitas memiliki efek yang bertahan lama dalam konteks upaya untuk meningkatkan
pendidikan ketika ada sistem umpan balik yang akurat, objektif dan tepat waktu. Frekuensi
dan kualitas umpan balik yang diberikan kepada pendukung. Pelaksana dan Pelajar Nilai dan
Prinsip Antikorupsi 95 Sibuk Semua Pemangku Kepentingan Pemusatan tenaga dan
kekuatan mental untuk senantiasa mengupayakan peningkatan kualitas.
f) Fokus pada Kesuksesan (Kinerja)
Akuntabilitas tidak lepas dari upaya peningkatan pembelajaran secara lebih luas. Terlepas
dari parameter yang digunakan, statistik yang dikumpulkan sebagai data, dan teknik analisis
yang digunakan, komitmen untuk meningkatkan hasil pendidikan tidak boleh dikaburkan.
2. Transparansi
Prinsip antikorupsi kunci lainnya adalah transparansi. Prinsip transparansi menjadi penting
karena pemberantasan korupsi berlandaskan pada transparansi, dan semua proses politik
harus dilakukan secara terbuka sehingga segala bentuk pelanggaran menjadi pengetahuan
publik (Eko Prasojo, 2007). Transparansi menciptakan rasa saling percaya antara
sekolah/Madrasah dan masyarakat dengan menyediakan informasi dan membuat informasi
terkait tersedia. Pengembangan transparansi sangat diperlukan untuk membangun
kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap sekolah/Madrasah. Transparansinya
tinggi, masyarakat tidak lagi meragukan sekolah/madrasah, dan kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah/madrasah tinggi. Transparansi adalah ekspresi paling sederhana dari
keterbukaan dan kejujuran untuk menjaga rasa saling percaya. Ketiga sikap tersebut
membimbing siswa untuk menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sekarang dan di masa
yang akan datang.
3. Keadilan
Prinsip anti korupsi selanjutnya adalah prinsip imparsialitas. Prinsip ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (penyimpangan) dalam penganggaran berupa markup dan
penyimpangan lainnya. Prinsip keadilan ini terdiri dari lima elemen kunci: 1) inklusivitas dan
disiplin, 2) fleksibilitas, 3) prediktabilitas, 4) kejujuran, dan 5) kegunaan (Nanang & Romee,
2011: 82). Inklusif dan disiplin berarti mempertimbangkan semua aspek, berkelanjutan,
berpegang pada prinsip, prinsip pemuatan, pembelanjaan dan tidak melintasi batas.
Fleksibilitas berarti memiliki pedoman khusus untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Dapat diprediksi berarti ada keputusan Rencanakan sesuai dengan rasio harga/kinerja untuk
menghindari defisit pada tahun anggaran berjalan. Anggaran yang dapat dihitung
mencerminkan prinsip pemerataan dalam proses perencanaan pembangunan. Kualitas
selanjutnya adalah integritas. Kejujuran berarti tidak ada bias yang disengaja dalam
memperkirakan pendapatan atau pengeluaran berdasarkan pertimbangan teknis atau
politik. Kejujuran adalah bagian mendasar dari prinsip keadilan. Karakter informatif
berfungsi sebagai dasar
4. Kebijakan
Prinsip-prinsip kebijakan ini diperlukan bagi siswa untuk mengetahui dan memahami
kebijakan anti-korupsi kami. Kebijakan ini membantu mengatur sistem interaksi agar tidak
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan bangsa atau masyarakat. Kebijakan antikorupsi
ini mungkin tidak selalu identik dengan undang-undang antikorupsi, tetapi tunduk pada
undang-undang yang berkaitan dengan akses bebas terhadap informasi, desentralisasi,
antimonopoli, dan undang-undang lain yang memfasilitasi korupsi. Menginformasikan
kepada publik tentang dan mengendalikan kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh
pegawai negeri sipil (Nanang & Romie, 2011:83). Aspek kebijakan terdiri dari 1) konten
kebijakan, 2) pembuat kebijakan, 3) pelaksana kebijakan, dan 4) budaya kebijakan.
Kebijakan antikorupsi efektif bila mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan isu
korupsi, dan kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Keberadaan kebijakan tersebut berkaitan dengan nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan
persepsi masyarakat terhadap undang-undang atau undang-undang antikorupsi. Apalagi
budaya politik ini menentukan derajat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.
5. Kontrol kebijakan
Pengendalian kebijakan merupakan upaya untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil
benar-benar efektif dan menghilangkan segala bentuk korupsi. Menurut Nanang & Romie
(2011: 83), ada tiga bentuk kontrol politik: 1) partisipasi, 2) revolusi, dan 3) reformasi.
Kontrol politik berbentuk partisipasi. H. Kontrol Kebijakan Melalui Partisipasi dalam
Perumusan dan Implementasi Kebijakan Kontrol politik mengambil bentuk sebaliknya.
dominasi politik dalam bentuk revolusi, yaitu

Anda mungkin juga menyukai