Anda di halaman 1dari 14

1

MODUL PERKULIAHAN

U002100010 – Pendidikan Anti


Korupsi dan ETIK UMB

Korupsi dan Integritas

Abstrak Sub-CPMK 5

Penguatan integritas para pejabat Mahasiswa mampu memahami konsep


publik yang berada pada sektor dan karakteristik korupsi dan integritas
publik kepemerintahan dan juga
dalam otoritas pada sektor swasta
dan masyarakat secara
keseluruhan terbukti di banyak
negara sebagai salah satu cara
efektif untuk membangun sikap
dan kesadaran dalam
pemerintahan dan publik secara
keseluruhan dalam memberantas
atau setidak-tidaknya mengurangi
korupsi secara lebih efektif.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

ISLAHULBEN, SE., MMr


Ekonomi dan Bisnis Manajemen
9
Pendahuluan
Pada dasarnya, korupsi merupakan suatu tindakan menyimpang yang dapat
terjadi kapanpun dan dimanapun, sepanjang insentif yang dihasilkan cukup besar.
Penyakit korupsi ini bisa terjadi di sektor publik maupun swasta, bahkan di tingkat
masyarakat. Fenomena korupsi juga merupakan masalah besar yang dihadapi negara-
negara dengan per-kembangan ekonomi pesat. Masalah korupsi tidak hanya dihadapi
oleh negara yang sedang berkembang, namun juga di beberapa negara-negara maju
sekalipun. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab korupsi yang diklasifikasikan
ke dalam tiga kategori besar, yaitu faktor ekonomi, politik dan sosial budaya. Faktor
ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Pembangunan ekonomi
melalui pendidikan, adanya kelas penciptaan kelas menengah ditemukan sebagai
penentu terkuat untuk mengurangi korupsi di banyak studi (Treisman, (2000), Paldam
(2002)). Faktor politik yang menjelaskan korupsi misalnya demokrasi, keefektifan
pemerintah dan desentralisasi. Demokrasi elektoral misalnya, di satu sisi pemilihan
kompetitif cenderung mengurangi korupsi aktor lama yang korup dan memilih keluar dari
pemilihan. Di sisi lain, kebutuhan untuk membiayai kampanye politik dapat menyebabkan
politisi memperdagangkan keputusan politik untuk pendanaan.

Pada tingkat deskriptif, terdapat negara-negara yang tidak cocok dengan pola
yang lebih demokratis adalah negara yang tingkat korupsinya rendah. Sedangkan faktor
sosial budaya dan sejarah korupsi telah disoroti sebagai efek dari nilai-nilai budaya,
warisan kolonial, ethnic diversity, kualitas regulasi dan urban population. Dalam perspektif
hubungan korupsi dan pertumbuhan ekonomi, para ekonom, sejarawan dan ahli politik
telah terlibat dalam perdebatan panjang tentang apakah korupsi membahayakan
pertumbuhan ekonomi. Pandangan umum menyatakan bahwa korupsi dapat mendistorsi
alokasi sumberdaya yang efisien dalam perekonomian. Sebagian besar ekonom
memandang bahwa korupsi menjadi penghambat utama pembangunan ekonomi. Menurut
Blackburn et al. (2006), korupsi merupakan salah satu penyebab pendapatan rendah dan
memainkan peran penting dalam menimbulkan jebakan kemiskinan. Namun, beberapa
orang menganggap bahwa korupsi digunakan sebagai oiling the wheel untuk birokasi,
terkadang korupsi juga dapat bermanfaat bagi perekonomian (Huntington, 1968; Lui,
1985). Sebaliknya, Tanzi (1998) mengklaim bahwa korupsi dapat menimbulkan biaya

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
birokrasi yang besar. Ancaman korupsi yang sudah menjadi endemik ini menjadi
permasalahan besar di seluruh negara tidak terkecuali sejumlah negara di Asia Pasifik.
Menurut Uni Sosial Demokrat (2015) sekitar sepertiga dana investasi publik dikorupsi dan
terjadi penggelembungan harga dalam berbagai proyek atau menerima suap dalam
kisaran 20-100%. Angka-angka korupsi di kawasan Asia Pasifik termasuk dramatis, hal ini
didukung dari laporan Transparency International (2015) bahwa 64% negara di kawasan
ini berada pada indeks di bawah 50 yang berarti sebanyak 64% negara-negara di
kawasan Asia Pasifik memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi. Meskipun mendukung
rencana anti korupsi untuk kawasan Asia Pasifik, pemerintah daerah dibebani oleh
endemik korupsi yang menghambat pemerintahan di daerah. Korupsi dapat terjadi karena
kualitas pemerintahan yang, dimana kualitas lembaga pemerintahan mempengaruhi
investasi dan pertumbuhan sebanyak variabel ekonomi politik lain. Tingginya tingkat
korupsi di suatu negara juga dapat menimbulkan high cost economy yang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi melalui hambatan yang terjadi pada investasi
(Damanhuri, 2010). Berdasakan deskripsi di atas, maka inti permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang memengaruhi tingkat korupsi di
kawasan Asia Pasifik. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat mendukung kebijakan
pemerintah dalam penanggulangan korupsi di Asia Pasifik.

Bentuk atau perwujudan utama korupsi menurut Amundsen dalam Andvig et al. (2000)
menyebutkan bahwa terdapat 6 karakteristik dasar korupsi, yaitu:
1. Suap (Bribery) adalah pembayaran dalam bentuk uang atau barang yang
diberikan atau diambil dalam hubungan korupsi. Suap merupakan jumlah yang
tetap, persentase dari sebuah kontrak, atau bantuan dalam bentuk uang apapun.
Biasanya dibayarkan kepada pejabat negara yang dapat membuat perjanjuan atas
nama negara atau mendistribusikan keuntungan kepada perusahaan atau
perorangan dan perusahaan.
2. Penggelapan (Embezzlement) adalah pencurian sumberdaya oleh pejabat yang
diajukan untuk mengelolanya. Penggelapan merupakan salah satu bentuk korupsi
ketika pejabat pemerintah yang menyalahgunakan sumberdaya public atas nama
masyarakat.
3. Penipuan (Fraud) adalah kejahatan ekonomi yang melibatkan jenis tipu daya,
penipuan atau kebohongan. Penipuan melibatkan manipulaso atau distorsi
informasi oleh pejabat publik. Penipuan terjadi ketika pejabat pemerintah
mendapatkan tanggungjawab untuk melaksanakan perintah. Memanipulasi aliran
informasi untuk keuntungan pribadi.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
3 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Pemerasan (Extortion) adalah sumberdaya yang diekstraksi dengan
menggunakan paksaan, kekerasan atau ancaman. Pemerasan adalah transaksi
korupsi dimana uang diekstraksi oleh mereka yang memiliki kekuatan untuk
melakukannya.
5. Favoritisme adalah kecenderungan diri dari pejabat negara atau politisi yang
memiliki akses sumberdaya negara dan kekuasaan untuk memutuskan
pendistribusian sumberdaya tersebut. Favoritisme juga memberikan perlakuan
istimewa kepada kelompok tertentu. Selain itu, favoritisme juga mengembangkan
mekanisme penyalahgunaan kekuasaan secara privatisasi.
6. Nepotisme adalah bentuk khusus dari favoritism, mengalokasikan kontrak
berdasarkan kekerabatan atau persahabatan

Karakteristik Koruptor

Lima koruptor berdasarkan basic human values sehingga dapat tergambarkan profilnya
yaitu:

1. Dengan dominasi basic human values tradition memberikan penjelasan bahwa


faktor pelaku korupsi melakukan korupsi karena adanya nilai suatu perilaku
sebagai budaya/kebiasaan. Perilaku korupsi dinilai sebagai budaya atau
kebiasaan sehingga dinilai wajar dilakukan. Perilaku korupsi dapat dianggap
sebagai kebiasaan karena adanya kasus per kasus yang telah terjadi dari masa ke
masa dan perilaku korupsi tetap ada hingga saat ini. Perilaku korupsi tersebut
tidak pernah diproses selama pelaku masih memegang kendali atau kekuasaan
sehingga pola yang sama diwariskan pada pemegang kendali kekuasaan
berikutnya. Bentuk- bentuk perilaku yang seharusnya bagian dari perilaku korupsi
dinilai sebagai bukan korupsi tetapi perilaku wajar dari generasi ke generasi,
seperti menggunakan dana proyek untuk kepentingan pihak lain tetapi diri sendiri
juga mendapatkan bagian keuntungan karena telah membantu kepentingan pihak
lain.
2. Dengan dominasi basic human values tradition, self direction, dan stimulation.
Profil koruptor tipe kedua ini menggambarkan perilaku korupsi disebabkan adanya
penilaian koruptor bahwa perilaku korupsi dianggap sebagai kebiasaan atau
budaya meskipun ada larangannya. Faktor internal tersebut ditunjang dengan
koruptor memiliki kecenderungan untuk tidak terikat dengan peraturan dan
keberanian mengambil risiko melakukan korupsi untuk kekayaan dan kesenangan
diri.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Dengan dominasi basic human values self direction, stimulation, achievement, dan
power. Faktor internal penyebab perilaku korupsi adalah dalam diri koruptor
terdapat kecenderungan untuk tidak mengikuti peraturan yang ada, keberanian
untuk mengambil risiko dengan melakukan perilaku korupsi. Tujuannya, untuk
mencapai kesuksesan pribadi dengan jumlah kekayaan sehingga diakui atau dipuji
orang lain sehingga dapat mengendalikan orang lain dengan kekayaan yang
dimiliki. Prinsipnya agar dapat menguasai atau mengendalikan orang lain untuk
kepentingan pribadi maka koruptor harus memiliki kekayaan dengan cara berisiko
yang termasuk melanggar peraturan.
4. Didominasi basic human values conformity dan security. Profil koruptor tipe
keempat ini menggambarkan seorang koruptor memiliki kecenderungan mengikuti
pola perilaku orang lain yang umum terjadi di sekitarnya demi keamaan diri
sendiri. Ketika lingkungan sekitar koruptor melakukan perilaku korupsi, apalagi
terdapat orang lain yang berpengaruh terhadap koruptor memberikan saran atau
anjuran untuk melakukan korupsi maka koruptor tipe ini akan melakukan perilaku
korupsi agar dapat diterima oleh orang lain atau tidak dikucilkan karena
melakukan perilaku yang berbeda. Dengan melakukan perilaku korupsi seperti
orang lain, maka koruptor dianggap sebagai bagian dari pelaku korupsi yang lain
dan menghindari konflik kepentingan dengan orang lain.
5. Didominasi basic human values hedonism dan power. Profil koruptor tipe ini
sangat jelas menggambarkan individu yang menekankan pada kesenangan,
kekayaan, dan memiliki kendali atas orang lain. Pelaku korupsi memiliki prinsip
harus mencapai kekayaan sehingga diri merasa senang, dengan kekayaannya
dapat memerintah, mengontrol, dan bahkan menguasai orang lain untuk mencapai
tujuan pribadi.

Setiap nilai dalam basic human values terdapat sisi kelebihan (positif) dan kekurangan
(negatif). Mengacu pada hasil profil psikologi koruptor, nampak bahwa koruptor lebih
menunjukkan sisi negatif dari setiap nilai dari basic human values tradition, hedonism,
security, conformity, achievement, stimulation, self direction dan power. Berikut akan
dikaji masing-masing nilai yang dimiliki koruptor.

- Tradition
Menggambarkan tentang perilaku yang menghormati, mempertahankan, dan
menerapkan kebiasaan ataupun adat-istiadat. Koruptor yang memiliki nilai bahwa
perilaku korupsi merupakan sebuah tradisi yang bersifat turun-temurun, sebuah
kebiasaan yang dapat diterima, menunjukkan sisi negatif nilai tradisi. Sisi positif

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
5 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
nilai tradisi adalah individu seharusnya mampu memilah sebuah perilaku yang
merupakan bagian dari sebuah tradisi atau bukan, dan termasuk memilah tradisi
positif atau tradisi negatif, sehingga tidak secara mentah menerapkan tradisi
sesuai dengan kepentingan pribadi. Salah satu penekanan tentang tradisi,
meskipun perlaku korupsi telah terjadi dari masa ke masa, perilaku korupsi bukan
merupakan sebuah tradisi, apalagi dikatakan sebagai tradisi luhur bangsa
Indonesia.
- Self direction
Sisi positif dari self direction adalah kemandirian dalam bertindak dan menjadi
lebih kreatif dalam mengerjakan sesuatu karena tidak terlalu terikat kepada aturan
yang ada. Namun karakteristik self direction juga membuka kemungkinan adanya
sisi negatif untuk melanggar aturan. Karena yang terpenting pada hasil bukan
proses. Perilaku korupsi yang didasarkan pada basic human values self direction
menunjukkan usaha mencapai tujuan dengan melanggar aturan yang ada, karena
menekankan pada tercapainya tujuan memperkaya diri.
- Achievement
Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mencapai kesuksesan yang
menggambarkan teraktualisasinya potensi diri. Basic human values achievement
menekankan pada kesuksesan sesuai dengan usaha dan suatu standar yang
berlaku. Perilaku korupsi dengan tujuan mencapai kesuksesan berdasarkan
kriteria kekayaan atau materi dari tinjauan usahanya, termasuk melanggar etika
normatif. Etika normatif mengarah bagaimana seharusnya individu harus
bertindak. Perilaku korupsi yang menggambarkan achievement dengan cara
negatif bertentangan dengan etika normatif kebajikan (virtue) dan etika normatif
konsekuensialis. Dari sudut pandang etika normatif kebajikan, untuk mencapai
kesuksesan seharusnya individu menggunakan cara-cara yang seharusnya
dilakukan. Dari sudut pandang etika normatif konsekuensialis, perilaku korupsi
untuk mencapai kesuksesan individu memberikan dampak negatif bagi diri sendiri
dan pihak lain.
- Stimulation
Perilaku korupsi merupakan usaha yang menantang dan berisiko karena usaha
korupsi melanggar aturan dan jangan sampai terbongkar. Nilai positif dari nilai
dasar insani stimulation adalah individu melakukan usaha yang bersifat
menantang dan berisiko yang mengarah pada makna positif dalam kehidupan.
Perilaku korupsi yang didasarkan pada nilai dasar insani stimulation tidak
mengarah pada terbentuknya makna positif dalam kehidupan koruptor.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
6 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
- Conformity
Sisi positif nilai dasar insani conformity adalah ketika individu mengikuti atau
menyesuaikan perilaku dengan sebagian besar orang lain di lingkungannya maka
akan menciptakan keharmonisan sosial. Keharmonisan sosial yang terjadi di
kelompok kecil menjadi potensi terciptanya keharmonisan sosial pada kelompok
yang lebih besar. Namun, perilaku korupsi yang didasari nilai dasar insani
conformity pada kelompok koruptor, membuat keharmonisan sosial pada
kelompok koruptor, namun berpotensi merusak keharmonisan sosial pada tingkat
sosial yang lebih tinggi, misalnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Secara logika, conformity terhadap perilaku korupsi yang tergolong perilaku
melanggar peraturan tidak dapat diterima secara moral oleh masyarakat, selain
merugikan masyarakat, juga lebih mengutamakan kepentingan kelompok
dibandingkan kepentingan kelompok lain.
- Security, perilaku korupsi yang didasarkan pada nilai untuk mencapai keamanan
diri dari kelompok yang melakukan korupsi merupakan sisi negatif dari nilai dasar
insani security. Nilai ini tidak dapat dilepaskan dari conformity, karena aktualisasi
nilai conformity terhadap perilaku korupsi yang dilakukan kelompok koruptor
didasari untuk mendapatkan keamanan diri. Saat individu berada di sebuah
kelompok dan hampir sebagian besar anggota kelompok melakukan perilaku
korupsi, individu yang tidak melakukan korupsi dapat merasakan sebagai anggota
kelompok yang asing (out group) sehingga lebih rentan untuk menampilkan
perilaku yang sama dengan anggota kelompok yang lain agar tercipta perasaan
aman sebagai anggota kelompok (in group). Namun, keamanan diri dengan
berperilaku korupsi tentunya tidak akan permanen karena terdapat ancaman
sewaktu-waktu perilaku tersebut akan terbongkar, tidak sejalan dengan peraturan
dan bertentangan dengan harmonisasi sosial yang lebih luas.
- Hedonism
Setiap individu dalam hidup pasti akan berupaya mencapai kenyamanan atau
kesenangan. Nilai dasar insani hedonism mengarahkan individu mencapai
kenyamanan dengan cara yang tepat. Perilaku korupsi merupakan cara mencapai
kenyamanan atau kesenangan namun cara yang digunakan tidak tepat. Sisi positif
nilai dasar insani hedonism adalah mencapai kenyamanan secukupnya dan
melalui cara yang tidak tepat. Perilaku korupsi biasanya tetap dilakukan,
meskipun secara finansial kebutuhan hidupnya terpenuhi, namun karena nilai
hedonism yang terlalu tinggi, maka koruptor merasa tidak berkecukupan dan
melakukan korupsi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
7 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
- Power
Untuk dapat beradaptasi dan bertahan hidup setiap individu harus memiliki
keseimbangan dalam berelasi. Selain dipengaruhi orang lain, individu juga harus
mampu memengaruhi orang lain agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sisi
positif dari nilai dasar insani power adalah individu dapat memiliki pengaruh atau
kendali terhadap orang lain ketika individu tersebut memiliki kelebihan yang dapat
bermanfaat bagi orang lain. Sehingga dengan kelebihan diri dapat membantu
orang lain yang mengkreasi relasi mutualisme antara individu dengan orang lain.
Relasi tidak lagi bersifat transaksi untung-rugi, tetapi berdasarkan pada relasi.
Perilaku korupsi yang didasari nilai power, lebih menekankan pada adanya
kekayaan yang dapat digunakan untuk menguasai orang lain, didasarkan pada
prinsip hidup dengan uang atau kekayaan hidup menjadi lebih mudah karena
dapat memenuhi semua kebutuhan hidup termasuk membeli orang lain.
Pengendalian terhadap orang lain yang didasarkan pada adanya kekayaan yang
dimiliki menggambarkan relasi transaksional.

Korupsi yang melibatkan banyak pejabat publik di legislatif dan eksekutif serta pihak
swasta menunjukkan korupsi bukan kian menyurut, tetapi terus merajalela.
Telah lama juga publik dan aktivis anti korupsi berbicara tentang urgensi penguatan
integritas pejabat publik dalam berbagai tingkatannya. Tampaknya, penguatan integritas
itu tidak terjadi, meski tidak jarang mereka dilantik dengan menandatangani ‘Pakta
Integritas’.
Subjek atau ikhwal ‘integritas’ sebenarnya telah cukup lama menjadi wacana dan praktis
penting di berbagai banyak belahan dunia, termasuk di Indonesia. Karena itu, kita perlu
meningkatkan pemahaman lebih baik dan langkah konsisten secara simultan untuk
pengukuhan integritas guna memberantas korupsi ke akar-akarnya.
Soal integritas muncul berbarengan dengan perkembangan politik dunia yang ditandai
gelombang demokrasi yang terjadi sejak paroan kedua dasawarsa 1980-an. Dunia
menyaksikan semakin banyak negara yang mengalami gelombang demokrasi, termasuk
Indonesia sejak 1998 dan negara-negara Arab sejak awal 2011 —yang kini kelihatan
gagal.
Dalam gelombang demokratisasi yang juga terjadi akibat atau implikasi dari globalisasi,
kian meningkat pula tuntutan warga di masing-masing negara bagi terwujudnya good
governance, ‘tata kelola pemerintahan yang baik’, yang terutama ditandai tiga karakter
pokok: integritas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pemerintahan dan kepejabatan
publik.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
8 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Indonesia yang telah selama hampir dua dasawarsa mengalami dan menjadi negara
demokrasi terbesar ketiga setelah India dan AS harus diakui —sekali lagi— belum
berhasil dalam penguatan integritas penyelenggara negara baik eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Bahkan, bukan integritas yang kelihatan menguat, tetapi korupsi —yang
merupakan antitesis integritas— kian merajalela berbarengan tidak hanya dengan
demokratisasi yang tidak diikuti penegakan hukum tegas terhadap pelaku korupsi, namun
juga dengan desentralisasi daerah yang membuat korupsi kian mewabah sampai ke
tingkat pemerintahan paling rendah.
Kenyataan ini bisa terlihat dari berbagai survei yang dilakukan berbagai institusi, termasuk
World Bank dan Transparency International, tentang indeks korupsi di Indonesia. Sejak
2001 sampai 2016, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia cenderung membaik, tapi tidak
signifikan; pada 2016 indeks IPK Indonesia hanya meningkat satu poin dari 36 ke 37 poin
dan menduduki posisi 90 dari 176 negara.
Dengan begitu Indonesia tetap berada di separuh bagian bawah negara-negara dengan
tingkat korupsi terjelek sampai sekarang. Antara 2012-2016, IPK Indonesia meningkat
hanya lima poin. Skandal megakorupsi KTP-el membuat target Indonesia mencapai 50
poin menjelang 2019 menjadi ‘musltahil’.
Meski ada perbaikan pemberantasan korupsi di Indonesia —bahkan pernah dianggap
sebagai salah satu negara paling progresif di Asia— berkat masyarakat sipil, media, dan
KPK yang terus memerangi korupsi, tetapi korupsi tetap masih merajalela. Karena itu,
selain berharap pada KPK, masyarakat sipil dan media untuk terus meningkatkan
gempuran terhadap korupsi, perlu pula peningkatan integritas aparatur negara.
Integritas (berasal dari kata Inggris, integrity) secara definisi berarti: kepengikutan dan
ketundukan kepada prinsip-prinsip moral dan etis (adherence to moral and ethical
principles); keutuhan karakter moral (soundness of moral character); kejujuran (honesty);
tidak rusak secara moral (morally unimpared) atau keadaan moral sempurna tanpa cacat
(morally perfect condition).
Untuk melengkapi, PBB mendefinisikan ‘integritas’ sebagai “sikap jujur, adil, tidak
memihak [dalam urusan publik, pemerintahan, dan birokrasi]. Integritas mengacu kepada
kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Integritas adalah ‘kepaduan, dan keutuhan karakter
diri berdasarkan prinsip-prinsip etika dan moral dalam kehidupan dan pekerjaan pribadi
maupun publik”.
Integritas dalam konteks pemerintahan dan birokrasi adalah penggunaan kekuasaan
resmi, otoritas dan wewenang oleh para pejabat publik untuk tujuan-tujuan yang syah
(justified) menurut hukum. Integritas dengan demikian adalah keteguhan diri aparatur
birokrasi dan pejabat publik untuk tidak meminta atau menerima apapun dari

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
9 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dengan demikian, integritas merupakan antitesis dari korupsi yang merupakan
penggunaan kekuasaan untuk tujuan-tujuan tidak syah atau ilegal baik oleh individu
maupun kelompok yang memegang kekuasaan, otoritas dan wewenang. Karena itu,
penciptaan dan penguatan integritas para pejabat publik merupakan salah satu faktor
terpenting tidak hanya dalam pemberantasan korupsi, tetapi juga dalam reformasi
administrasi guna terbentuknya good governance.
Penguatan integritas para pejabat publik yang berada pada sektor publik kepemerintahan
dan juga dalam otoritas pada sektor swasta dan masyarakat secara keseluruhan terbukti
di banyak negara sebagai salah satu cara efektif untuk membangun sikap dan kesadaran
dalam pemerintahan dan publik secara keseluruhan dalam memberantas atau setidak-
tidaknya mengurangi korupsi secara lebih efektif. Dan, lebih jauh, adanya integritas
tersebut dapat memberikan dukungan bagi terciptanya good governance.

Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.
Integritas itu sendiri berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti: Sikap yang teguh
mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri
sendiri sebagai nilai-nilai moral.

Integritas juga menjadi salah satu nilai-nilai Kementerian Keuangan yang idealnya harus
terwujud dalam diri setiap pegawai Kementerian Keuangan. Integritas menurut nilai-nilai
Kementerian Keuangan diartikan sebagai berpikir, berkata, berperilaku dengan baik dan
benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.

Teori tentang Integritas

Integritas berasal dari bahasa latin integrate yang artinya komplit atau tanpa cacat,
sempurna, tanpa kedok. Maksudnya adalah apa yang ada di hati sama dengan apa yang
kita pikirkan, ucapkan, dan lakukan (Bertens, 1994).

Integritas (integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan
organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk
melakukannya. Secara sederhana, integritas menunjukkan keteguhan sikap, menyatunya
perbuatan dan nilai-nilai moral yang dianut oleh seseorang. Orang yang memiliki
integritas tidak akan tergoyahkan oleh godaan untuk mengkhianati nilai-nilai moral yang
diyakini.

Pribadi berintegritas adalah pribadi yang mempertahankan tingkat kejujuran dan etika
yang tinggi dalam perkataan dan tindakannya sehari-hari. Mereka adalah orang-orang

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
10 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang kompeten, teliti dan handal dalam berperilaku, dapat dipercaya oleh rekan kerjanya,
bawahan dan atasannya serta pihak luar. Mereka juga memperlakukan orang lain dengan
adil.

Henry Could

Orang-orang yang menjadi pemimpin atau yang benar-benar sukses cenderung memiliki
tiga kualitas. Kualitas dimaksud menurut Henry Cloud (2006), yaitu memiliki perangkat
kemampuan tertentu, membangun hubungan saling menguntungkan (lebih dari sekedar
networking), dan berkarakter. Setidaknya, karakter yang dimaksud di sini adalah
mencakup etika dan integritas. Kesuksesan seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari
seberapa besar kemampuannya dalam bidang tertentu, tetapi yang lebih penting adalah
seberapa besar integritas dirinya dalam mengelola dan menggunakan kemampuannya
tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang diyakininya.

Dr. Phill Pringle

Beberapa penjelasan mengenai integritas menurut Dr. Phill Pringle (2001) dalam bukunya
Top 10 Qualities of A Great Leader adalah sebagai berikut :

1. Integritas berasal dari sikap tidak mementingkan diri sendiri.

2. Integritas dibangun di atas dasar disiplin.

3. Integritas adalah kekuatan moral yang terbukti tetap benar di tengah api godaan.

4. Integritas adalah kemampuan untuk bersabar ketika hidup ini tidak berjalan mulus.

5. Integritas adalahtahan uji yang memerlukan perilaku yang dapat diduga.

6. Integritas adalah kekuatan yang tetap teguh sekalipun tidak ada yang melihat.

7. Integritas adalah menepati janji-janji, bahkan ketika merugikan Anda.

8. Integritas, tetap setia kepada komitmen, bahkan ketika itu tidak nyaman.

9. Integritas, tetap teguh pada nilai-nilai tertentu meskipun dirasakan lebih populer
untuk mencampakkannya.

10. Integritas, hidup dengan keyakinan, ketimbang dengan apa yang disukai.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
11 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
11. Integritas adalah pondasi dari kehidupan, jika integritas baik, maka kehidupan
baik, begitupun sebaliknya.

12. Integritas dibentuk melalui kebiasaan.

Bagaimana Membangun Pribadi Berintegritas

Untuk membangun pribadi berintegritas sebenarnya tidak susah karena sekurang-


kurangnya cukup dengan melakukan tiga langkah penting.

1. Anda harus membangun konsep diri positif, yaitu memiliki pandangan dan
perasaanyang positif mengenai diri sendiri yang akan membuat seseorang
menjadi manusia yang optimis dalam menyelesaikan masalah. Kemudian merasa
setara dengan orang lain, menganggap pujian sebagai kewajaran, menyadari
bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang dan memiliki kemampuan
untuk mengubah diri. Disamping itu, kunci untuk hidup dalam integritas
diantaranya adalah memiliki karakter jujur, hati yang tulus, tidak munafik, tidak
menyimpan kesalahan atau konflik, pandai menjaga lidah, berani mengakui
kesalahan dan bertanggung jawab terhadap komitmen yang telah kita buat kapan
dan dimanapun kita berada.

2. Anda harus melihat integritas sebagai integritas seluruh bagian. Menurut Henry
Cloud (2006), ada enam aspek integritas, yaitu :

- Kemampuan terhubung secara autentik ( yang mengarah pada rasa percaya)

- Kemampuan berorientasi pada kebenaran (yang mengarah pada penemuan


kenyataan dan bekerja sesuai kenyataan).

- Kemampuan bekerja dengan cara yang menghasilkan dan selesai dengan baik
(yang mengarah pada pencapaian sasaran, laba, atau misi)

- Kemampuan terlibat dalam menghadapi hal negatif (yang mengarah pada


penyelesaian atau perubahan masalah).

- Kemampuan untuk berorientasi pada pertumbuhan (yang mengarah ada


peningkatan).

- Kemampuan untuk menjadi transenden (yang mengarah pada perluasan


gambaran yang lebih besar dari diri sendiri).

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
12 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Anda harus mengenali konsep dari integritas tersebut. Menurut Henry Cloud
(2006), ada empat konsep integritas, yakni :

- Sebagai keterampilan

Integritas merupakan sebuah keterampilan yang harus dilatih terus-menerus. Ia


bukan sesuatu yang ada dalam kepribadian seseorang . Integritas diajarkan dan
dipelajari sepanjang hidup.

- Sebagai pedoman

Integritas merupakan benchmark, rujukan atau tujuan yang digunakan dalam


membuat keputusan yang berdasarkan pada kebenaran dan kejujuran.

- Sebagai bangunan yang kokoh

Integritas harus dibangun dan dilestarikan sepanjang hidup. Integritas merupakan


suatu bangunan di dalam hati seseorang, dimulai ketika orang itu masih muda.
Integritas harus dipelihara terus menerus, jika tidak maka bangunan yang sudah
dibuat selama hidup dapat runtuh dalam waktu singkat.

- Sebagai benih

Integritas ibarat sebuah benih yang ditanam sejak kecil, disirami dan akan
berbunga di saat dewasa. Semakin rajin dirawat, akan lebih cepat tumbuh dan
berbunga. Jika tanaman kita mati, harus segera menanam yang baru dan disirami
tiap hari. Perlu diingatkan bahwa tanaman tidak bisa langsung berbunga, perlu
waktu untuk kembali seperti semula.

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
13 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Artiningrum, Primi, Kurniasih, Augustina, Nurgroho, Arissetyanto, 2013,
Etika dan Perilaku Prof esional Sarjana, Graha Ilmu, Yogyakarta

Ruky,Achmad, 2003, SDM Berkualitas, Gramedia, Jakarta

Hasibuan, Malayu, SP., 1996. Manajemn dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Gunung Agung.
Mulyana, Deddy, 2005. Ilmu Komnikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
Mulyana, Deddy, 2004. Komunikasi Efektif. Bandung: Rosda.
Sutarto, 1991. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: UGM Press
Stephen P.Robbins.1994. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi,Arcan: Jakarta

Sumber Internet :
https://www.infokekinian.com/pengertian-dan-contoh-kearifan-lokal/

http://pradieta-pelestarianlingkunganhidup.blogspot.co.id/2011/04/pengertian-lingkungan-
lingkungan-hidup.html

2021 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
14 ISLAHULBEN, SE., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai