Anda di halaman 1dari 7

UPAYA MENDETEKSI KECURANGAN

(FRAUD)

Mantinaf, SE, M.M


Auditor Ahli Pertama Inspektorat Daerah Kabupaten Way Kanan

Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan
wewenang, penyuapan, pemberian uang pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan
atas dasar kolusi dan nepotisme serta penggunaan uang negara untuk kepentingan
pribadi telah menjadi perhatian masyarakat dan dianggap sebagai suatu hal yang
lazim terjadi di negara ini. Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya pelaksanaan
fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan
pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara untuk menjamin bahwa
pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah
ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan
efektif.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), pelaksanaan pengendalian intern tersebut
dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). APIP adalah
instansi pemerintah sekaligus sebagai auditor internal pemerintah yang dibentuk
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri atas Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Kementerian, Inspektorat/unit
pengawasan intern pada Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada Badan Hukum
Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tugas APIP
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 ini adalah melakukan
pengawasan intern yang didefinisikan sebagai seluruh proses kegiatan audit, 2
reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan
dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
1
Fraud dapat didefinisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar
hukum (Ilegal Acts) yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu,
misalnya menipu atau memberikan gambaran yang keliru (mislead) untuk
keuntungan pribadi/kelompok secara tidak fair, baik secara langsung maupun
tidak langsung merugikan pihak lain.
Kecurangan yang terjadi di lingkungan korporasi dipengaruhi 3 unsur faktor
pendorong, yaitu : motivasi, kesempatan dan rasionalisasi atau pembenaran.

Definisi Kecurangan (Fraud)


Kecurangan atau fraud didefinisikan dengan berbagai makna sebagai berikut :
(1) Kecurangan, (2) Kebohongan, (3) Penipuan (4) Kejahatan (5) Manipulasi data
(6) Melanggar Kepercayaan (7) Rekayasa Informasi (8) Mengubah Opini
Publikdengan memutarbalikan data yang ada (9) Menghilangkan Barang bukti
dengan sengaja

Unsur Kecurangan (Fraud)


Kecurangan memiliki unsur – unsur sebagai berikut : (1) Terdapat salah saji
(misrepresentasi), (2) Masa lampau (post) atau sekarang (present), (3) Fakta
bersifat material, (4) Kesengajaan atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly), (5) Dengan maksud (intens) (6) Ada yang dirugikan dari salah saji
tersebut, (7) Menimbulkan kerugian, (8) menguntungkan pelaku ataupihak lain
yang terkait dengan pelaku.

Tujuan dan Manfaat Mendeteksi Kecurangan (Fraud)


Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor melakukan kegiatan– kegiatan
berikut : (1) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan
sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern, dan pengendalian
operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan
biaya yang tidak terlalu mahal, (2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan,
rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen, (3)
Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan, (4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan
dalam organisasi dapat dipercaya, (5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam
melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen, (6) Menyarankan perbaikan-
perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisensi dan efektifitas.
Dengan memahami gejala kecurangan (Red Flags) manajemen dapat
mengidentifikasikan kondisi kecurangan yang kemungkinan besar akan terjadi
atau telah terjadi.
Dengan belajar dari kecurangan yang pernah terjadi,maka kecurangan dapat sedini
mungkin ditangani oleh manajemen atau internal auditor.

Ruang Lingkup Mendeteksi Kecurangan (Fraud)


Ruang lingkup mendeteksi kecurangan (Fraud) adalah Peran dan Tanggung Jawab
Internal Auditor dalam masalah kecurangan terdapat 4 pilar utama dalam
memerangi kecurangan yaitu Pencegahan kecurangan (fraud prevention),
Pendeteksian dini kecurangan (eraly fraud detection), Investigasi kecurangan

2
(fraud investigation), Penegakan hukum atau penjatuhan sanksi (follow-up lega
action).
Berdasarkan 4 pilar utama dalam rangka memerangi kecurangan tersebut, peran
penting dari internal auditor dalam ikut membantu memerangi perbuatan
kecurangan khususnya mencakup adalah Preventng Fraud (mencegah
kecurangan), Detecting Fraud (mendeteksi kecurangan), Investigating Fraud
(melakukan investigasi kecurangan)

Motivasi melakukan Kecurangan (Fraud)


Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara
bersama, yaitu: (1) Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (2) Peluang untuk
melakuakn fraud (3) Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:
Donald R Cressey (1953)

Pressure (Tekanan) meliputi Tekanan keuangan, kebiasaaan individu (Judi,


Narkoba, Alkohol), Ketidakpuasan kerja, mencari hasil tertentu dan kesulitan
keuangan.
Oportunity (kesempatan) meliputi Pengendalian buruk, kepedulian fraud
rendah, kebuijakan tidak konsisten, perputaran pegawai tinggi, tidak adanya
kesempatan cuti.
Rationalization (Pembenaran) meliputi mencontoh atasan atau temen sekerja,
mersa sudah berbuat banyak terhadap organisasi, menganggap yang diambil tidak
seberapa, dianggap meminjam nanti dibayar dan umum dilakukan
GONE THEORY
Jack Bologne

Jack Bologne mengatakan, akar penyebab korupsi ada empat: Greed,


Opportunity, Need, Exposes. Dia menyebutnya GONE theory, yang diambil dari
huruf depan tiap kata tadi.
3
Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah
orang yang tidak puas pada keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat
punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin pulau pribadi.
Opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi.
Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan.
Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat.
Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi
menganga lebar.
Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap
konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai.
Exposes berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman
yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang
minim.

Metodologi dan Teknik mendeteksi Kecurangan


Metodologi yang digunakan dalam penilaian resiko kecurangan khusunya dalam
ruang lingkup audit atas laporan keuangan dapat menggunakan panduan yang
diterbitkan oleh IFAC Audit Guide (2007;145) bahwa dalam prosedur penaksiran
resiko kecurangan, audit team harus mengindentifikasikan risiko – risiko
kecurangan secara bersama-sama ke dalam eleman-elemen fraud triagle. Risiko-
risiko yang telah diklasifikasikan ke dalam elemen-eleman fraud triagle nantinya
akan dinilai tingkat signifikasinya berdasarkan profesuonal judgment. Prosedur
penaksiran risiko kecurangan (Fraud Risk assessment Procedure) dilakukan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut (IFAC Audit Guide, 2007;145-151) yaitu
(1) Audit Team Discussion adalah mengenai informasi yang di peroleh anggota
tim audit untuk memperolah suatu keyakinan yang terintegrasi mengenai faktor
risiko kecurangan yang mengkin terjadi, (2) Identification of Fraud Risk Faktor
adalah Merupakan proses mengidentifikasi faktor risiko kecurangan yang
dilakukan melalui prosesdur, inquiry of management, observation, dan analytical.
Perlu kecermatan dalam mengolah hasil identifikasi karena kecurangan selalu
disembuyikan dan manajemen selalu memberikan respon positif mengenai kondisi
perusahaan.(3) Asessment of fraud Risk adalah menaksir tingkat kemungkinan
(likelihood) terjadinya resiko dan besarnya dampak (inpact) menggunakan risk
rigister. (4) Fraud Risk Register adalah salah satu bentuk format untuk
mengidentifikasikan dan menilai resiko-resiko kecurangan. (5) Determination of
significant risks adalah penilaian terhadap tingkat signifikansi risiko-risiko
teridentifikasi dengan mengalihkan nilai yang terdapat pada kemungkinan terjadi
dan dampak yang ditimbulkan. (6) Responding to signifikant Risks adalah ketika
risiko diklasifikasikan menjadi signifikan, auditor harus melakukan respon
terhadap desain dan implementasi pengendalian internal dan tidak tergantung pada
hasil evaluasi pengendalaian tahun sebelumnya.

Teknik Mendeteksi Kecurangan


Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
(1) Critical Point Auditing (CPA) adalah merupakan suatu teknik dimana melalui
pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi.
Critical point auditing ini adalah : (a) Analisis Tren ; pengujian ini terutama
dilakukan atas kewajaran pembukuan pada rekening buku besar dan menyangkut
4
pula pembandingannya dengan data sejenis untuk periode sebelumnya maupun
dengan data sejenis dari cabang-cabang perusahaan. (b) Pengujian Khusus
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya
kecurangan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti : - Pembelian, Pemeriksa tingkat
kewenangan pejabat dalam melakukan pembelian dan menyetujui faktur,
- Lakukan uji-petik terhadap kontrak, terutama dari pemasok yang barang-
barangnya dibeli tanpa ada harga resminya, - Penjualan dan pemasaran.
Kecurangan dalam aktivitas ini biasanya dilakukan dengan cara seolah-olah
terjadi penjualan yang diikuti dengan pengiriman barang namun tanpa pendebetan
pada rekening debitur. – Persediaan, - Analisis hubungan.
(2) Job Sensitivity Analysis (JSA) adalah Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job
sensitivity analysis) didasarkan pada suatu asumsi. Dengan kata lain, teknik ini
merupakan analisis dengan risiko kecurangan dari sudut “pelaku potensial”,
sehingga pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan dapat
dilakukan misalnya dengan memperketat pengendalian intern pada intern pada
posisi-posisi yang rawan kecurangan.

Pengkatagorian Jenis/Tipe Kecurangan


Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan
eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
Dalam tabel berikut tipe kecurangan menurut Albrecht .W.Steve ( Fraud
Examination ) :

Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-2000),


salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam
pencegahan dan pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam
tiga kelompok sebagai berikut : (a) Kecurangan Laporan Keuangan (Financial
Statement Fraud), Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material
Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat
bersifat financial atau kecurangan non financial. (b) Penyalahgunaan aset (Asset
5
Misappropriation), Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam
‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta
pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).
(c) Korupsi (Corruption), Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi
menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di
Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan
(conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan
pemerasan (economic extortion).

Pendeteksian Kecurangan
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya
adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya kecurangan oleh manajemen atau
pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindak penyimpangan lainnya yang
dapat mengurangi nama baik / reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat
mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Adanya resiko tersebut mengharuskan internal auditor untuk menyusun
tindakan pencegahan / prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan
sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya.

Pelaku Kecurangan
Pelaku Kecurangan dapat dikatagorikanmenjadi empat kelompok yaitu : (1) First
time offenders merupakan pelaku tanpa latar belakang criminal, pelaku memiliki
tekanan penghasilan maka mencari kelemahan pengendalian internal untuk
melakukan kecurangan. (2) Repeat offenders adalah seorang yang melakukan
kecurangan lebih dari dua kali factor kesempatan yang menjadi pemicunya. (3)
Organized crime groups adalah kelompok kecurangan professional, bisa juga
secara individu seperti penyuapan, pemerasan dan lain-lain. (4) internally
communitted for the perceived benefit of the corporation adalah pelaku
kecurangan biasanya pegawai yang percaya bahwa tindakan kecurangan yang
dilakukan adalah untuk kebaikan organisasi/perusahaan.

Penggolongan Kecurangan
Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya
langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya
gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku
seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun
kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin
melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi / keadaan
lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi /
situasi tertentu, perilaku / kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Red flag
(Fraud indicators).
Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar
penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.
1. Kecurangan Laporan Keuangan
2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).
3. Corruption (Korupsi),

6
Upaya pencegahan dalam menanggulangi kecurangan.
Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan
kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab-
sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan
terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah
terjadi kecurangan tersebut.
Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apa bila :
a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan
tidak efektif.
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau
ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan
keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.
d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak
efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat
dipecahkan, biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya
hidup yang berlebihan.
f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi
kecurangan

PENUTUP
Kecurangan meliputi unsur penipuan (deception), kepercayaan (confidence), tipu
daya (trickery), dan strategi penyembunyian (concealment strategy). Kecurangan
sangat sulit ditemukan karena sisembunyikan. Pelaku akan melakukan kecurangan
karena merasa yakin hasil pebuatannya tidak akan ditemukan. Langkah sistimatis
untuk mendeteksi kecurangan adalah melalui pemahaman teori kecurangan,
mengatami sinyal kecurangan dan memahami skanario kecurangan(awareness)
serta metedologi yang didesain untuk menemukan kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai