Anda di halaman 1dari 15

Resume Hasil Webinar

Judul Webinar : “Implementasi Forensic Accounting Dalam

Mendeteksi Fraud (Study Kasus di Indonesia dan

Australia)”

Pemateri : Emman Marpaung M.FCG, CFE, Cert III

Tanggal Pelaksanaan : 05 Juni 2021

Waktu : 200 Menit

Pembahasan:

Dalam webinar yang berjudul “Implementasi Forensic Accounting

Dalam Mendeteksi Fraud (Studi Kasus di Indonesia dan Australia)” ada 5

poin yang sudah dibahas secara garis besar yakni:

 Lima (5) Principle of Fraud and Corruption

 Fraud and Economic Crime Survey – Oleh Pwc

 Fraud and Corruption Case Study – Australia

 Penipuan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), Red-Flags, dan

bagaimana cara mendeteksinya?

 Cara Memitigasi Fraud dan strategy internal control perusahaan untuk

menjaga aset perusahaan

Pembahasan mengenai poin-poin tersebut akan dibahas Kembali dalam resume

ini. Penjabaran kelima poin diatas akan dijabarkan dibawah ini.


 Lima (5) Principles of fraud and corruption

Persoalan fraud merupakan persoalan global, bukan hanya masalah suatu

korporasi yang berdiri sendiri. Fraud pada umumnya dilakukan oleh para

karyawan yang memahami dan paling mengerti operasi internal di tempat

kerja mereka. Pelaku fraud umumnya memanfaatkan keuntungan atas

kelemahan pengendalian internal perusahaan.

Adapun pengertian fraud sendiri adalah suatu perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi,

dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau

kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Pilar

pencegahan fraud dilandasi oleh 5 (lima) prinsip dasar yaitu;

1) Tone at the top, keteladanan pimpinan

2) Kebijakan dan pedoman yang mengatur batasan kewenangan dan

tanggungjawab

3) Budaya organisasi

4) Tata kelola organisasi dan

5) Sistem kendali fraud.

Teknik pengendalian kecurangan dan WBS merupakan strategi

manajemen korporasi yang berisi rancangan kebijakan anti-fraud  yang

tersusun secara korporasi yang berisi rancangan kebijakan anti-fraud  yang

tersusun secara komprehensif integralistik dan diimplementasikan dalam

bentuk pengendalian fraud.
 Fraud and economic crime survey

Price waterhouse Coopers melakukan global survey mengenai

fraud dan kejahatan ekonomi berdasarkan pada ukuran, skala dan

kedalaman global survey. Dari hasil suvey yang tersebar pada 5000+

responden global pada 99 wilayah dengan cakupan 171 responden

Indonesia. Cakupan responden menunjukan data sebagai berikut:


Gambar 1. Ukuran, skala dan kedalaman global survey (Price waterhouse

Coopers)

Data diatas menunjukan bahwa lebih dari 50% responden mewakili

perusahaan milik swasta, sedangkan lebih dari 66% responden merupakan

bagian dari CEO, sedangkan 70% respondent merupakan pihak yang

memiliki omzet tahunan sebesar US$ 100 JUTA.

Berdasarkan hasil survey mengenai fraud dan kejahatan ekonomi

diajukan Price waterhouse kepada responden menunjukan bahwa 47%

responden menyatakan perusahaan global tidak pernah mendapatkan kasus

economic crime selama satu tahun terakhir, 47% responden menyatakan

pernah mendapatkan kasus economic crime selama satu tahun terakhir dan

6% menyatakan bahwa tidak tahu mengenai kasus economic crime yang

terdapat pada perusahaannya.


Adapun jenis economic crime yang banyak terjadi di beberapa

perusahaan globel berdasarkan hasil survey yakni sebagai berikut:

Gambar 2. Kasus Economic Crime terbanyak skala global dan local (Price

waterhouse Coopers)

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa kasus yang banyak terjadi

pada skala global adalah “customer fraud” atau penipuan pelanggan.

Sedangkan untuk kasus yang banyak terjadi pada skala Indonesia yaitu

“asset misappropriation” atau penyalahgunaan aset.

 Penipuan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), Red-Flags, dan

bagaimana cara mendeteksinya?

Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya

terjadi secara bersama, yaitu:

1) Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud

2) Peluang untuk melakuakn fraud


3) Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan

fraud.

Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud

Triangle) berikut:

Donald R Cressey (1953)

Gambar 3. Fraud Triangel (Mantinaf, SE, M.M)

Pressure (Tekanan) meliputi Tekanan keuangan, kebiasaaan

individu (Judi, Narkoba, Alkohol), Ketidakpuasan kerja, mencari hasil

tertentu dan kesulitan keuangan.

Oportunity (kesempatan) meliputi Pengendalian buruk,

kepedulian fraud rendah, kebuijakan tidak konsisten, perputaran pegawai

tinggi, tidak adanya kesempatan cuti.

Rationalization (Pembenaran) meliputi mencontoh atasan atau

temen sekerja, mersa sudah berbuat banyak terhadap organisasi,


menganggap yang diambil tidak seberapa, dianggap meminjam nanti

dibayar dan umum dilakukan.

GONE THEORY

Jack Bologne

Gambar 4. Gone Theory (Mantinaf, SE, M.M)

Jack Bologne mengatakan, akar penyebab korupsi ada empat:

Greed, Opportunity, Need, Exposes. Dia menyebutnya GONE theory,

yang diambil dari huruf depan tiap kata tadi.

Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi.

Koruptor adalah orang yang tidak puas pada keadaan dirinya. Punya satu

gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta

segudang, ingin pulau pribadi.

Opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang

terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan

seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat


bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi

angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi menganga lebar.

Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup,

penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah

usai.

Exposes berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi yang

rendah. Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang

lain. Deterrence effect yang minim.

Metodologi dan Teknik mendeteksi Kecurangan

Metodologi yang digunakan dalam penilaian resiko kecurangan

khusunya dalam ruang lingkup audit atas laporan keuangan dapat

menggunakan panduan yang diterbitkan oleh IFAC Audit Guide

(2007;145) bahwa dalam prosedur penaksiran resiko kecurangan, audit

team harus mengindentifikasikan risiko – risiko kecurangan secara

bersama-sama ke dalam eleman-elemen fraud triagle. Risiko-risiko yang

telah diklasifikasikan ke dalam elemen-eleman fraud triagle nantinya akan

dinilai tingkat signifikasinya berdasarkan profesuonal judgment. Prosedur

penaksiran risiko kecurangan (Fraud Risk assessment Procedure)

dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut (IFAC Audit Guide,

2007;145-151) yaitu:

1) Audit Team Discussion adalah mengenai informasi yang di

peroleh anggota tim audit untuk memperolah suatu keyakinan


yang terintegrasi mengenai faktor risiko kecurangan yang mengkin

terjadi,

2) Identification of Fraud Risk Faktor adalah Merupakan proses

mengidentifikasi faktor risiko kecurangan yang dilakukan melalui

prosesdur, inquiry of management, observation, dan analytical.

Perlu kecermatan dalam mengolah hasil identifikasi karena

kecurangan selalu disembuyikan dan manajemen selalu

memberikan respon positif mengenai kondisi perusahaan.

3) Asessment of fraud Risk adalah menaksir tingkat kemungkinan

(likelihood) terjadinya resiko dan besarnya dampak (inpact)

menggunakan risk rigister.

4) Fraud Risk Register adalah salah satu bentuk format untuk

mengidentifikasikan dan menilai resiko-resiko kecurangan.

5) Determination of significant risks adalah penilaian terhadap

tingkat signifikansi risiko-risiko teridentifikasi dengan

mengalihkan nilai yang terdapat pada kemungkinan terjadi dan

dampak yang ditimbulkan.

6) Responding to signifikant Risks adalah ketika risiko

diklasifikasikan menjadi signifikan, auditor harus melakukan

respon terhadap desain dan implementasi pengendalian internal

dan tidak tergantung pada hasil evaluasi pengendalaian tahun

sebelumnya.

Teknik Mendeteksi Kecurangan


Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu:                    

1) Critical Point Auditing (CPA) adalah merupakan suatu teknik

dimana melalui pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu

manipulasi dapat diidentifikasi. Critical point auditing ini adalah:

a. Analisis Tren; pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran

pembukuan pada rekening buku besar dan menyangkut pula

pembandingannya dengan data sejenis untuk periode

sebelumnya maupun dengan data sejenis dari cabang-cabang

perusahaan. 

b. Pengujian Khusus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang

memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan. Kegiatan-

kegiatan tersebut seperti:

- Pembelian, Pemeriksa tingkat kewenangan pejabat dalam

melakukan pembelian dan menyetujui faktur, 

- Lakukan uji-petik terhadap kontrak, terutama dari pemasok

yang barang-barangnya dibeli tanpa ada harga resminya,

- Penjualan dan pemasaran. Kecurangan dalam aktivitas ini

biasanya dilakukan dengan cara seolah-olah terjadi

penjualan yang diikuti dengan pengiriman barang namun

tanpa pendebetan pada rekening debitur.

- Persediaan,

- Analisis hubungan.
c. Job Sensitivity Analysis (JSA) adalah Teknik analisis kepekaan

pekerjaan (job sensitivity analysis) didasarkan pada suatu

asumsi. Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisis dengan

risiko kecurangan dari sudut “pelaku potensial”, sehingga

pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan

dapat dilakukan misalnya dengan memperketat pengendalian

intern pada intern pada posisi-posisi yang rawan kecurangan.

 Cara Memitigasi Fraud dan strategy internal control perusahaan untuk

menjaga aset perusahaan

Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam

pencegahan kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau

mengeleminir sebab- sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena

pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih

mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut. Pada

dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apa bila :

a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan

longgar dan tidak efektif.

b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas

mereka.

c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan

atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai

sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.


d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan

atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan

yang berlaku.

e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat

dipecahkan , biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan

keluarga, gaya hidup yang berlebihan.

f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah

atau tradisi kecurangan

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang

dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem

dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang

diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan

personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan

memadai dalam mencapai 3 ( tiga ) tujuan pokok yaitu ; keandalan

pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta

kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang berlaku. ( COSO:

1992) Untuk hal tersebut , kecurangan yang mungkin terjadi harus

dicegah antara lain dengan cara –cara berikut :

1) Membangun struktur pengendalian intern yang baik Dengan

semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas

manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi

semakin berat. Agar tujuan yang telah ditetapkan top

manajemen dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin


dan kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien,

manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian intern

yang baik dan efektif mencegah kecurangan. Dalam

memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The

Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway

Commission) pada bulan September 1992 memperkenalkan

suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model

pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup

menejemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5

(lima) komponen yang saling terkait yaitu:

(1) Lingkungan pengendalian (control environment)

menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi

kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan

pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen

pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

Lingkungan pengendalian mencakup:

- Integritas dan nilai etika

- Komitmen terhadap kompetensi

- Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

- Filosofi dan gaya operasi manajemen

- Struktur organisasi

- Pemberian wewenang dan tanggungjawab

- Kebijakan dan praktik sumber daya manusia


(2) Penaksiran risiko (risk assessment) adalah identifikasi

entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk

mencapai tuuannya, membentuk suatu dasar untuk

menenetukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat

timbul atau berubah karena keadaan berikut:

- Perubahan dalam lingkungan operasi

- Personel baru

- Sistem informasi yang baru atau diperbaiki

- Teknologi baru

- Lini produk, produk atau aktivitas baru

- Operasi luar negeri

- Standar akuntansi baru

(3) Standar Pengedalian (control activities) adalah kebijakan

dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan

manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang

dimaksud berkaitan degan:

- Penelaahan terhadap kinerja

- Pengolahan informasi

- Pengendalian fisik

- Pemisahan tugas

(4) Informasi dan komunikasi (information and

communication) adalah pengidentifikasian, penangkapan,

dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu


yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab

mereka. Sistem imformasi mencakup sistem akuntansi,

terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk

mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi

entitas dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva,

utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu

pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual

berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan

keuangan.

(5) Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu

kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan

mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang

tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

Anda mungkin juga menyukai