Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FAKTOR PENGARUH TERJADINYA

PENIPUAN DALAM AKUNTANSI

Dosen Pengampu :
Adelia Savitri, S.HUM, M.HUM

Disusun Oleh :

1. Firda Satria Bima Nugroho 21013010118


2. Hezkia Juan Pratama 21013010124
3. Rheza Ernowo Wicaksono 21013010143
4. Mario Ferdinandus Tele 21013010316

PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

TAHUN AJARAN 2022


Pendahuluan
Kerugian ekonomi tahunan akibat aktivitas penipuan setiap tahun sudah sering kita
dengar. Tidak jarang dalam kurun waktu yang dekat media melaporkan penipuan lain dari
beberapa jenis. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter tahun
2019 untuk yang kedua kalinya melakukan penelitian tentang Survei Fraud Indonesia (SFI).
Hasil survei menunjukkan bahwa fraud yang paling sering terjadi dan menyebabkan kerugian
terbesar di Indonesia adalah tindak pidana korupsi. Responden juga menyatakan bahwa fraud
dalam bentuk korupsi memiliki dampak kerugian antara Rp. 100 juta hingga Rp. 500 juta
rupiah per kasus
Penipuan ini tidak hanya bersumber dari penipuan korupsi, tetapi juga penyalahgunaan
aset, manipulasi laporan keuangan, dan lain sebagainya. Tidak hanya di lingkup pemerintahan
maupun perusahaan besar, namun penipuan juga dapat terjadi pada perusahaan kecil dan juga
pada organisasi-organisasi dengan lingkup yang kecil.
Pengendalian kecurangan merupakan tanggung jawab perusahaan maupun organisasi.
Dalam menangkal adanya penipuan, kedua pihak ini dapat melakukan banyak cara. Namun
dalam upaya penangkalan harus terdapat faktor dasar yang dapat digunakan sebagai patokan
dalam melaksanakannya. Marshall B Romney dan Paul J Steinbart (2020) mengungkapkan
bahwa penipuan adalah mendapatkan keuntungan yang tidak adil atas orang lain. Secara
hukum, agar suatu perbuatan dapat dikatakan curang, harus ada pernyataan , representasi, atau
pengungkapan yang salah, fakta material, niat untuk menipu, ketergantungan yang dapat
dibenarkan, dan cedera atau kerugian yang diderita oleh korban. Terdapat juga dasar lain
seperti fraud triangle atau segitiga penipuan yang sering digunakan, meskipun pada saat ini
segitiga penipuan sudah mengalami perkembangan namun faktor ini akan tetap menjadi dasar
analisis atau penyelidikan terkait penipuan akuntansi. Fraud triangle memiliki 3 komponen
penting yaitu pressure, opportunity, dan rationalization.
Pressure dalam bahasa Indonesia berarti tekanan, yang dimaksudkan dalam tekanan ini
adalah tekanan untuk melakukan penipuan dengan latar belakang atau faktor-faktor yang
berbeda-beda. Opportunity atau kesempatan adalah sebuah keadaan bagi pelaku penipuan
untuk melakukan aksinya, kesempatan dapat berupa kesalahan system maupun terdapat celah
pada keamanan. Rationalization atau rasionalisasi merupakan tindakan pertahanan diri yang
digunakan pelaku penipuan untuk membenarkan perbuatannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penipuan dalam akuntansi dengan menggunakan dasar-dasar yang telah disebutkan.
Artikel ini hendaknya dapat berkontribusi dalam analisa faktor terjadinya penipuan dalam
akuntansi serta untuk penangkalan terjadinya penipuan akuntansi.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Fraud
Zergos (1992) dalam Ciptaningsih (2012) berpendapat bahwa fraud adalah seni
mencari keuntungan dan ketidakjujuran adalah bahan utamanya. Penipuan bervariasi dalam
jenis, ukuran, dan kompleksitas. Hal ini dapat ditemukan dalam berbagai konteks yang
berbeda.
Di Indonesia, hampir semua perusahaan dan organisasi menjadi korban penipuan baik
dari luar maupun dari perusahaan itu sendiri. Dampak yang dihadapi fraud mulai dari
penurunan citra perusahaan secara umum, diikuti dengan hilangnya kepercayaan masyarakat,
khususnya karyawan dan anggota, hingga hilangnya kepercayaan, dan penurunan sumber daya
manusia di dalam perusahaan. Perusahaan.
Pengendalian internal adalah bagian dari rencana organisasi untuk mengamankan aset,
mendorong karyawan untuk mematuhi kebijakan perusahaan, meningkatkan efisiensi
operasional, dan memastikan akuntansi yang akurat dan andal (Sari et al., 2021).

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode literature review dari beberapa penelitian terdahulu
yang terkait dengan faktor pengaruh terjadinya penipuan dalam akuntansi. Penelitian yang
dibahas adalah artikel yang dipublikasikan dalam 3 tahun terakhir (2019-2022)

Hasil dan Pembahasan


Pada dasarnya kecurangan akuntansi didasari dengan 3 faktor yaitu tekanan,
kesempatan, dan rasionalisasi. Tekanan atau pressure ini berhubungan dengan niat seseorang
dalam melakukan kecurangan. Seseorang yang melakukan fraud pasti memiliki motivasi atau
dorongan tersendiri. Peluang adalah kesempatan seorang pekerja untuk melakukan tindakan
kecurangan. Kesempatan untuk melakukan fraud biasanya disebabkan oleh beberapa hal.
Ketika tindakan fraud telah terdeteksi, biasanya pelaku akan memberikan alasan yang rasional
sebagai bentuk pembelaan diri. Rasionalisasi ini terjadi untuk menjadikan kesalahan yang
terjadi adalah tindakan yang wajar dilakukan.
Dari ketiga hal tersebut kita bisa mengerti alasan mengapa mereka melakukan
kecurangan akuntansi. Masalah keamanan dan sistem perusahaan juga mempengaruhi, seperti
bagian peluang pada fraud triangle. Ketika ada peluang maka dapat digunakan untuk
melakukan penipuan.
Asmara (2021) menyimpulkan bahwa dalam rangka untuk memperkuat sistem
keamanan dan pengawasan dalam perusahaan maupun organisasi dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan berikut:
a. Pencegahan
Pencegahan mencakup tindakan proaktif untuk membatasi peluang terjadinya fraud
dengan kurangi motivasi, batasi rasionalisasi, dan tarik penipu potensial.
Teknik pencegahan meliputi peningkatan kebijakan, peningkatan prosedur,
peningkatan kontrol, dan aktivitas seperti pelatihan dan kesadaran akan fraud.
b. Deteksi
Deteksi melibatkan penentuan langkah-langkah untuk mengungkap suatu insiden
penipuan tepat waktu. Metode analitik atau deteksi dapat digunakan untuk mendeteksi
penekanan pada penyimpangan dan mekanisme pelaporan untuk melaporkan kasus
yang dicurigai seperti tindakan pengkhianatan. Teknik deteksi termasuk pelaporan
pengecualian, penambangan data, analisis tren, penilaian dan mekanisme risiko
berkelanjutan yang berlangsung terus menerus.
c. Respon (Investigasi)
Respon membutuhkan pelaporan, eskalasi, dan investigasi penipuan dan keyakinan
terkait. Penyelidikan dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti-bukti dari suatu
kejadian yang patut dicurigai sebagai suatu kejadian fraud.
d. Remediasi (Pemantauan, Evaluasi, Tindak Lanjut, dan Sanksi)
Remediasi adalah pelaksanaan tindakan korektif untuk mencegah terulangnya
kecurangan. Langkah-langkah korektif direncanakan setelah menganalisis atau
mengevaluasi metode operasi, akar penyebab, penyimpangan pengendalian, dan
kemungkinan pelajaran yang dapat dipetik. Pembaruan harus praktis dan berkelanjutan
agar organisasi dapat berfungsi dengan sehat.
e. Pelaporan
Perusahaan bisnis harus memiliki mekanisme pelaporan yang efektif untuk melakukan
investigasi dan mendeteksi penipuan. Mekanisme pelaporan harus dilakukan secara
baik dan efisien. Mekanisme pelaporan itu sendiri dapat meliputi pelaporan kepada
manajemen internal perusahaan dan regulator.

Terdapat juga cara mengatasi penipuan dengan menanamkan kultur yang baik pada
perusahaan. Kurniasari et al. (2018) menuturkan bahwa meningkatkan kultur organisasi dapat
dilakukan dengan cara:
a. Menunjukkan teladan kepemimpinan, perilaku bawahan mencerminkan perilaku
pemimpin jadi sebagai pemimpin harus bisa memberikan teladan atau contoh yang baik
bagi rekan maupun bawahannya, sebaliknya sebagai bawahan juga harus bisa
meneladani sikap dari pemimpinnya.
b. Menciptakan suasana kerja yang positif, seseorang harus berusaha menyesuaikan diri
dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan kerja bukan malah
mengacaukan atau merubah kebiasaan yang sudah ada dilingkungannya kecuali
memang dirasa memerlukan perubahan yang lebih baik.

Setelah membahas mengenai faktor-faktor dan cara pengamanannya, kita beralih kepada
cara pemulihan perusahaan yang telah mengalami penipuan. Setiap perusahaan pasti akan
memerlukan proses pemulihan perusahaan. Berikut proses yang dapat dilakukan.
a. Menelaah dan menilai kembali sistem perusahaan
b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan perusahaan
c. Membangun struktur pengendalian internal yang baik
d. Mengefektifkan pengendalian perusahaan
e. Meningkatkan kultur organisasi
f. Melakukan perbaikan-perbaikan operasional perusahaan

Menurut hasil survei fraud 2019, menunjukkan bahwa mayoritas pelaku fraud di
Indonesia berusia 30 keatas. Dari hasil survei dapat dilihat bahwa pelaku kecurangan yang
berumur 36-45 tahun presentasenya sebesar 42%, diikuti oleh kelompok umur 46-55 tahun
yaitu sebesar 32%. Status ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku fraud di Indonesia
berada dalam kelompok usia dewasa dan produktif yang sebagian besar dari mereka telah
mencapai posisi manajer menengah ke atas.
Secara keseluruhan pelaku penipuan atau kecurangan masih didominasi laki-laki
meskipun proporsinya turun dari 97% menjadi 92%. Di saat yang sama, jumlah pelaku
kecurangan wanita proporsinya meningkat dari 3% menjadi 8%. Hal ini dimungkinkan karena
semakin banyak perempuan yang menduduki posisi kunci di perusahaan yang memungkinkan
mereka memiliki peluang untuk melakukan kecurangan.
Pembahasan mengenai penipuan ini bisa kita lihat dampaknya tidak hanya dirasakan
oleh instansi tertentu yang mengalaminya, seringkali tindakan ini berdampak kepada orang
sekitar dari pelaku. Dampak atau efek kepada para keluarga pelaku kecurangan dapat berupa
kesulitan ekonomi, mendapat perilaku terisolasi oleh masyarakat, permasalahan (pisah/cerai)
keluarga, hingga kestabilan mental keluarga terganggu .
Daftar Pustaka
Amaliyah, A. (2019). Apakah Accounting Fraud Disebabkan Kesalahan Individu Atau
Budaya Organisasi? Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(3), 569–582.
https://doi.org/10.21776/ub.jamal.2019.10.3.33
Association of Certified Fraud Examiners Indonesia. (2019). Survei Fraud Indonesia 2019.
Indonesia Chapter #111, 53(9), 1–76. https://acfe-indonesia.or.id/survei-fraud-
indonesia/
Fachruddin, W., Bahri, S., & Pribadi, A. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Audit dengan Prosedur Audit sebagai Pemediasi. Jurnal Ilman, 5(2), 1–13.
Ilmu, J., & Akuntansi, R. (2001). Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi e-ISSN : 2460-0585. 1–22.
Kurniasari, N. T., Fariyanti, A., & Ristiyanto, N. (2019). Strategi Pencegahan Kecurangan
(Fraud) Dalam Pengelolaan Keuangan Pemerintah Menggunakan Analytical Hierarchy
Process. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, 9(2).
https://doi.org/10.29244/jurnal_mpd.v9i2.27633
Marciano, B., Syam, A., Suyanto, & Ahmar, N. (2021). Penerapan Pengendalian Internal
Terhadap Kecurangan: Sebuah Literatur Review. WACANA EKONOMI (Jurnal
Ekonomi, Bisnis Dan Akuntansi), 20(2), 130–137.
https://doi.org/10.22225/we.20.2.2021.130-137

Anda mungkin juga menyukai