Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
KECURANGAN KARYAWAN DALAM
PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE
(STUDI KASUS PADA PT. CMS)

Indah Purnamasari Wijaya


Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530,
Indonesia, Tel: (+62-21) 53696969, Fax: (+62-21) 530-0655, indahpurnamasariw@yahoo.com

Armanto Witjaksono, S.E., Ak., M.M., CA


Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530,
Indonesia, Tel: (+62-21) 53696969, Fax: (+62-21) 530-0655, armanto.witjaksono@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan dari tekanan
financial, sistem pengendalian, dan budaya etis organisasi terhadap kecenderungan
kecurangan yang dilakukan karyawan pada PT. CMS. Sampel penelitian ini berjumlah 48
karyawan yang bekerja di PT. CMS. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling
jenuh. Penelitian ini menggunakan time horizon yaitu cross sectional. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian deskriptif dan
asosiatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan
juga studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
sistem pengendalian dengan kecenderungan kecurangan, tidak terdapat pengaruh signifikan
antara tekanan financial dengan kecenderungan kecurangan, dan tidak terdapat pengaruh
signifikan antara budaya etis organisasi dengan kecenderungan kecurangan. Hasil studi ini
memberikan saran bahwa sistem pengendalian yang diterapkan hendaknya
mempertimbangakan kebermanfaatannya untuk mengendalikan keamanan aset dan informasi
organisasi untuk mencegah terjadinya kecurangan karyawan, serta perusahaan perlu
mempertimbangkan masalah pelanggaran etis yang pernah dilakukan karyawan sebagai
dasar pengembangan budaya etis dalam organisasi dan mengimplementasikan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance (GCG).

Kata kunci : Tekanan Financial, Sistem Pengendalian, Budaya Etis Organisasi,


Kecenderungan Kecurangan, Fraud Triangle.
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a significant effect of financial pressure,
control system, and the organization's ethical culture of fraud committed against the
tendency of employees at PT. CMS. The sample of this research is 48 employees who work in
PT. CMS. The sampling technique uses total sampling. This study uses a time horizon that is
cross sectional. The research method used is quantitative research method, with descriptive
and associative type of research. Data was collected by using questionnaires, interviews,
and also literature. The result shows that there is significant influence between the control
system with a tendency to fraud, there is no significant influence between financial pressure
with the tendency of cheating, and there is no significant influence between the
organization's ethical culture with a tendency to fraud. Results of this study provide
suggestions that the control system is applied always consider the benefits to the destination
control systems to maintain the security of assets and information organization to prevent
employee fraud, as well as companies need to consider the issue of ethical violations that
have been done of employees as the basis for the development of an ethical culture within the
organization and implement the principles of Good Corporate Governance (GCG).

Keywords: Financial Pressure, Control Systems, Organizational Ethical Culture, Fraud,


Fraud Triangle.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang baik dalam bidang perekonomian, politik,
teknologi informasi, maupun sosial budayanya. Dalam bidang perekonomian, Indonesia banyak
mengalami masalah. Salah satu permasalahan serius yang sedang dialami bangsa Indonesia ialah
maraknya praktik korupsi dan tindak kecurangan akuntansi (fraud) lainnya yang banyak terjadi dalam
lingkungan bisnis. Menurut Pristiyanti (2012), berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Political
and Economic Risk Consultancy (PERC) pada tahun 2010, dapat diketahui bahwa Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai Negara terkorup di Asia Pasifik. Skala yang digunakan adalah
0-10, di mana 0 berarti sangat bersih, dan 10 berarti sangat korup. Korupsi di Indonesia menduduki
skor sebesar 9,27. Dengan kata lain, perilaku kecurangan di Indonesia sudah sangat marak dan sudah
menjadi budaya yang tidak etis lagi dalam lingkungan bisnis.
Menurut Thoyibatun (2012), fraud diindikatorkan dengan adanya perilaku tidak etis yang
timbul karena adanya berbagai faktor yang mendesak seseorang untuk melakukannya. Selain itu,
fraud tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak manajemen, tetapi juga dapat dilakukan oleh seluruh
karyawan dalam perusahaan yang mendapat kepercayaan untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya masing-masing. Berdasarkan penerapan manajemen risiko, risiko merupakan suatu
kondisi yang dapat terjadi yang berkaitan dengan hambatan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Setiap aktivitas organisasi pasti mengandung risiko. Untuk mengeliminasi faktor-faktor terjadinya
risiko kecurangan, manajer harus dapat menganalisis dan mengantisipasi setiap perubahan yang dapat
mempengaruhi aktivitas perusahaan terutama apabila perubahan tersebut dapat mengakibatkan
kerugian yang cukup signifikan bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Manajer PT. CMS, karyawannya pernah melakukan tindak kecurangan. Bentuk
kecurangan yang pernah terjadi antara lain pencurian uang kas dan penggelapan uang tagihan. Untuk
mencegah tindakan tersebut berulang, perusahaan dapat mempertimbangkan faktor yang dapat
mempengaruhi karyawan dalam melakukan tindak kecurangan tersebut. Kecurangan (fraud) tidak
selalu harus diamati setelah adanya bukti bahwa seseorang telah melakukan tindak kecurangan, tetapi
perusahaan harus menentukan pencegahan fraud tersebut sejak awal sebagai bentuk penilaian risiko
manajemen terhadap aktivitas organisasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan pada PT. CMS. Menurut Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan
Zimbleman (2015) elemen dari Fraud Triangle yang antara lain terdiri dari tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan.
Penelitian ini berpedoman pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Witjaksono (2012)
dengan menggunakan instrumen kuesioner, menyatakan bahwa fraud terjadi karena dipicu oleh
adanya motif atau tekanan financial pelaku yang kemudian didukung dengan adanya peluang atau
kesempatan. Peluang terjadinya fraud didominasi oleh faktor lemahnya sistem pengendalian internal
yang diterapkan dalam perusahaan. Di sisi lain pelaku fraud diyakini tidak melakukan aksinya seorang
diri, melainkan pelaku mendapat bantuan atau berkolusi dengan pihak lain. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa peluang (opportunity) masih menjadi penyebab utama pelaku melakukan fraud
dan bukan karena tekanan atau hal mendasar misalnya gaji.
Tekanan dapat berupa tekanan financial maupun tekanan non financial. Dalam penelitian ini,
tekanan (pressure) diproksikan pada Tekanan financial yang diindikatorkan dengan adanya kebutuhan
hidup yang tidak tercukupi, penghasilan kurang, dan tidak sesuainya gaji yang dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan tindak kecurangan (fraud).
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Pristiyanti (2012) dengan menyebarkan
kuesioner pada pegawai instansi pemerintah. Analisis terhadap fraud triangle dianggap dapat
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecurangan. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh keadilan distributif dan keadilan prosedural
terhadap perilaku seseorang untuk melakukan fraud, kemudian terdapat pengaruh sistem pengendalian
dan kepatuhan terhadap sistem pengendalian, serta budaya etis organisasi dan komitmen organisasi
yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan tindak kecurangan.
Sementara, dalam penelitian ini Opportunity atau peluang juga diproksikan pada Sistem
Pengendalian yang meliputi Lingkungan pengendalian, Penilaian risiko, Aktivitas Pengendalian,
Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan (Arens, Best, Shailer, dan Fiedler, 2013:268). Dalam
mencegah terjadinya kecurangan, sistem pengendalian internal memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap tingkat risiko terjadinya fraud. Menurut AICPA dalam Thoyibatun (2012), adanya suatu
sistem pengendalian internal bagi sebuah organisasi sangatlah penting, antara lain untuk
meningkatkan kepatuhan karyawan terhadap hukum-hukum dan peraturan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Rasionalization, dalam penelitian ini akan diproksikan pada Budaya Etis Organisasi
yang diindikatorkan dengan adanya Manajer bertindak sebagai model peran yang visible, Komunikasi
harapan-harapan etis, Pelatihan Etis, Hukuman bagi tindakan tidak etis, dan Mekanisme Perlindungan
etika (Robbins, 2008: 277-278). Rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak kecurangan.
Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya.Rasionalisasi
merupakan bagian dari Fraud Triangle yang paling sulit diukur. Budaya etis organisasi merupakan
faktor yang diduga dijadikan alasan pembenaran mengapa karyawan melakukan kecurangan dalam
perusahaan.
Berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan studi kasus untuk menanggapi tindak kecurangan yang pernah dilakukan oleh karyawan
pada PT. CMS. Penelitian ini tidak hanya menggunakan kuesioner dalam melakukan analisis terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan tersebut, tetapi juga melakukan wawancara terhadap
Manajer dan Direktur PT. CMS mengenai struktur upah, sistem pengendalian, dan budaya etis
organisasi yang diterapkan dalam perusahaan itu sendiri.

METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah PT. CMS, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang elektronik
sebagai penyedia (supplier) peralatan listrik tegangan rendah dengan jaringan pelanggan dan jaringan
tenaga pemasaran yang tersebar di seluruh wilayah bagian Barat, Timur, dan Tengah Indonesia.
Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan PT. CMS yang meliputi setara tingkat Kepala Bagian
hingga karyawan setiap divisi. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100, maka
peneliti menggunakan jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasinya yaitu sebanyak 48 orang
karyawan. Teknik pengambilan sampelnya adalah non-probability sampling yaitu sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2011:68), sampling jenuh digunakan untuk membuat generalisasi dengan tingkat
kesalahan yang sedikit atau kecil.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mengukur hubungan antara 3 variabel bebas (independen)
dan 1 variabel terikat (dependen), serta menunjukan arah hubungan (sebab-akibat) antara variabel
independen dengan variabel dependen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey. Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh karyawan dan melakukan wawancara
kepada Manajer dan Direktur PT. CMS. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, dan
juga literature. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert 1 (sangat tidak setuju)
sampai dengan 5 (sangat setuju). Horizon waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional, yaitu data yang diperoleh dalam periode yang sama pada beberapa objek dengan tujuan
untuk menggambarkan suatu keadaan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda untuk menguji masing-
masing variabel dan menguji seluruh variabel secara bersama-sama. Dalam penelitian ini, data yang
telah diperoleh dari hasil kuesioner dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS (Stastitical Product
and Service Soulution) versi 22. Menurut Priyatno (2014), suatu kuesioner dapat dikatakan baik jika
dinyatakan valid dan reliabel, serta memenuhi asumsi klasik agar dapat dikatakan BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator). Maka pengujian yang akan dilakukan pada data yang telah dikumpulkan
dari responden adalah Uji Validitas & Uji Reliabilitas, Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik yang
terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heteroskedastisitas.
Setelah itu dilanjutkan dengan Analisis Korelasi untuk mengatahui arah hubungan antarvariabel dan
mengukur keeratan hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya.
Setelah dilakukan Analisis Korelasi, maka dilanjutkan dengan melakukan Analisis Regresi Linear
Berganda yang meliputi Koefisien Determinasi (R2), Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F), dan
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) agar dapat menjawab hipotesis penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

(X1)
Tekanan Financial

(Y)
(X2)
Sistem Pengendalian Kecenderungan
Kecurangan (Fraud)

(X3)

Budaya Etis Organisasi


Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis
H1 : Tekanan Financial berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan.
H2 : Sistem Pengendalian berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan.
H3 : Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan.
H4 : Tekanan financial, Sistem Pengendalian, dan Budaya etis organisasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kecenderungaan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Validitas
Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau dengan tingkat kesalahan
sebesar 5% dengan total sampel (n) yaitu sebanyak 48 orang responden. Dengan menggunakan rumus
df = n 2, maka hasil df adalah 48 2 = 46. Kemudian diperoleh perhitungan r tabel adalah sebesar
0.24 yang didapat dengan menggunakan rumus t_0.05/SQRT(df+t_0.05**2) melalui SPSS. Dasar
pengambilan keputusan pada uji validitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jika r hitung > 0.24, maka butir pertanyaan atau variabel valid.
2. Jika r hitung < 0.24, maka butir pertanyaan atau variabel tidak valid.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada SPSS versi 22, setiap butir pertanyaan dalam variabel
Tekanan financial, Sistem Pengendalian, Budaya Etis Organisasi, dan Kecenderungan Kecurangan
menunjukan angka diatas 0.24. Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan dalam
variabel tekanan financial, sistem pengendalian, dan budaya etis organisasi yang terdapat pada
kuesioner dinyatakan valid karena memiliki nilai r hitung > 0.24.

Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Cronbachs Alpha, yakni
dengan melihat nilai Cronbachs Alpha yang diperoleh dari perhitungan melalui SPSS versi 22. Dasar
pengambilan keputusan untuk reliabilitas data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jika Cronbachs Alpha > 0,6, maka butir pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.
2. Jika Cronbachs Alpha < 0,6, maka butir pernyataan tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Dari hasil analisis pada SPSS versi 22, menunjukan bahwa semua butir-butir pernyataan pada
variabel Tekanan financial (0.774), Sistem pengendalian (0.798), Budaya Etis Organisasi (0.791),
Kecenderungan Kecurangan (0.791), maka masing-masing variabel memperoleh nilai Alpha lebih
besar dari nilai 0.60. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut adalah
reliabel.

Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 22, maka
diperoleh hasil untuk distribusi data sebagai berikut:

Tabel 4.17 Hasil Output Statistik Deskriptif

N Min. Max. Mean Std. Deviation


Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
X1 48 9 27 18.71 4.717
X2 48 22 36 28.94 4.280
X3 48 18 53 45.08 6.424
Y 48 17 32 23.19 4.389
Valid N (listwise) 48
Sumber: Hasil Pengolahan Data Melalui SPSS 22

Menurut Priyatno (2014:30), statistik deskriptif digunakan untuk penggambaran tentang statistik data
seperti min, max, mean, dan standard deviation untuk mengukur distribusi data. Statistik deskriptif
berfungsi menerangkan suatu keadaan, gejala, atau persoalan. Penarikan kesimpulannya hanya
ditujukan pada kumpulan data yang ada.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan aplikasi SPSS versi 22, maka didapatkan hasil
untuk masing-masing variabel antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.19 Kesimpulan Uji Normalitas Data

Variabel Angka Kolmogorov- Kesimpulan


Signifikansi Smirnov
Tekanan Financial 0.05 .103 Normal
Sistem Pengendalian 0.05 .185 Normal
Budaya Etis Organisasi 0.05 .109 Normal
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) 0.05 .183 Normal
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil dari pengolahan data dengan bantuan SPSS versi 22 menunjukan angka signifikansi
Kolmogorov-Smirnov untuk masing-masing variabel adalah diatas 0.05. Maka dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berditribusi normal.

Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi ditemukan
adanya korelasi atau hubungan signifikan antarvariabel bebas dimana dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Dasar pengambilan keputusan untuk uju
multikolinieritas antara lain sebagai berikut:

1. Tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai Tolerance > 0,10.

2. Tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai VIF < 10.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan SPSS versi 22, dapat diketahui bahwa nilai
Tolerance untuk variabel Tekanan Financial (X1) adalah sebesar 0.970, Sistem Pengendalian (X2)
adalah sebesar 0.596, dan Budaya Etis Organisasi adalah sebesar 0.610. Sedangkan nilai VIF
(Variance Inflation Factor) untuk variabel Tekanan Financial (X1) adalah sebesar 1.030, Sistem
Pengendalian (X2) adalah sebesar 1.678, dan Budaya Etis Organisasi (X3) adalah sebesar 1.640.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas, karena nilai
Tolerance untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF (Variance
Inflation Factor) untuk masing-masing variabel adalah lebih kecil dari 10.

Uji Autokorelasi

Penelitian ini menggunakan Uji Durbin Watson (DW test) sebagai dasar analisis data. Dimana
nilai DL dan DU diperoleh dengan melihat tabel statistik Durbin Watson pada tingkat signifikansi =
5%, k=3 (jumlah variabel bebas yaitu X1, X2,dan X3), kemudian diperoleh nilai DL = 1.4064 dan
nilai DU = 1.6708 dengan n = 48 (jumlah responden), dan nilai DW = 1.925 yang diperoleh dari hasil
pengolahan data dengan SPSS versi 22 sebagai berikut:

Tabel 4.21 Hasil Output Uji Autokorelasi


Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .902a .814 .802 1.955 1.925
a. Predictors: (Constant), BudayaEtisOrganisasi, TekananFinancial, SistemPengendalian
b. Dependent Variable: KecenderunganKecurangan
Sumber: Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 22

DU < DW < 4 - DU

= 1.6708 < 1.925 < 4 1.6708


= 1.6708 < 1.925 < 2.3292
Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson terletak
diantara DU dan 4 DU (1.6708 < 1.925 < 2.3292). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
autokorelasi pada model regresi tersebut.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini melakukan Uji Heteroskedastisitas dengan
menggunakan Uji Scatterplot yang dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 22. Hasil dari
Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 22

Analisis Korelasi
Menurut Siregar (2013:251-252), pedoman untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi
sebagai berikut:
Tabel 4.22 Tabel Penaksiran Indeks Korelasi

Indeks Korelasi Penafsiran


0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Syofian Siregar, M. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif.

Berdasarkan tabel hasil output uji korelasi pada SPSS versi 22, dapat diketahui bahwa variabel
Tekanan Financial (X1) mempunyai nilai r = 0.135, Sistem Pengendalian (X2) mempunyai nilai r = -
0.898, dan Budaya Etis Organisasi (X3) mempunyai nilai r = -0.631. Hal ini menunjukan adanya
hubungan positif yang sangat rendah antara Tekanan Financial (X1) terhadap Kecenderungan
Kecurangan (Y). Hubungan negatif yang sangat kuat antara Sistem Pengendalian (X2) terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Y), dan hubungan yang kuat antara Budaya Etis Organisasi (X3)
terhadap Kecenderungan Kecurangan (Y).

Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh hubungan secara linea
antara variabel independen (tekanan financial, sistem pengendalian, dan budaya etis organisasi)
terhadap variabel dependennya yaitu kecenderungan kecurangan. Dalam penelitian ini, persamaan
regresi yang digunakan untuk memprediksi arah hubungan suatu variabel dependen berdasarkan
variabel independennya adalah sebagai berikut:
Y = 51,306 + 0,001 X1 0,846 X2 0,080 X3
Dimana:
Y = Kecenderungan Kecurangan
X1 = Tekanan Financial
X2 = Sistem Pengendalian
X3 = Budaya Etis Organisasi
Diasumsikan jika tidak ada kenaikan nilai Tekanan Financial (X1), Sistem Pengendalian (X2),
dan Budaya Etis Organisasi (X3), maka nilai variabel Kecenderungan Kecurangannya (Y) adalah
51,306. Koefisien regresi X1 (tekanan financial) adalah sebesar 0,001 menunjukan bahwa setiap
kenaikan nilai dalam tekanan financial sebesar 1 poin, akan meningkatkan Kecenderungan
Kecurangan Karyawan sebesar 0,001. Koefisien regresi X2 (sistem pengendalian) adalah sebesar -
0,846 menunjukan bahwa setiap kenaikan nilai dalam sistem pengendalian sebesar 1 poin, akan
mengurangi Kecenderungan Kecurangan Karyawan sebesar 0,846. Koefisien regresi X3 (budaya etis
organisasi) adalah sebesar -0,080 menunjukan bahwa setiap kenaikan nilai dalam budaya etis
organisasi sebesar 1 poin, akan mengurangi Kecenderungan Kecurangan Karyawan sebesar 0,080.

Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi menunjukan seberapa besar kemampuan variabel independen (tekanan
financial, sistem pengendalian, budaya etis organisasi) dalam menjelaskan varians variabel
dependennya, yaitu kecenderungan kecurangan.
Dari hasil analisis regresi, dapat dilihat pada output moddel summary yang hasilnya disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.26 Hasil Output Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .902a .814 .802 1.955
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Sumber: Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 22

Menurut Priyatno (2014:142), adjusted R square biasanya untuk mengukur sumbangan


pengaruh jika dalam regresi menggunakan lebih dari dua variabel independen. Adjusted R square nya
adalah sebesar 0.802. Angka ini kemudian diubah ke bentuk persen, yang artinya persentase
sumbangan pengaruh variabel Tekanan Financial (X1), Sistem Pengendalian (X2), dan Budaya Etis
Organisasi (X3) berpengaruh sebesar 80,2% terhadap Kecenderungan Kecurangan (Y). Dan sisanya
sebesar (100% - 80,2% = 19,8%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)


Uji Anova atau uji F yaitu uji koefisien regresi secara bersama-sama untuk menguji
signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Priyatno
(2014:186), untuk mengetahui pengaruh simultan dari variabel berdasarkan nilai signifikansi adalah
sebagai berikut:
1. Jika signifikansi > 0.05 maka H0 diterima, tidak ada pengaruh signifikan
2. Jika signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak, terdapat pengaruh signifikan.
Tabel 4.28 Hasil Output Uji Anova atau Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 737.152 3 245.717 64.293 .000b
Residual 168.161 44 3.822
Total 905.313 47
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), x3, x1, x2
Sumber: Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 22
Berdasarkan tabel diatas, nilai probabilitas (signifikan) adalah sebesar 0.000, yang artinya lebih
kecil dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yaitu Tekanan financial
(X1), Sistem pengendalian (X2), dan Budaya Etis Organisasi (X3) secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen Kecenderungan Kecurangan (Y).
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui kebenaran pernyataan atau dugaan yang dihipotesiskan oleh
si peneliti. Atau dengan kata lain, Uji t ini dilakukan untuk menentukan apakah H0 diterima atau
ditolak. Selain untuk menentukan apakah H0 diterima atau ditolak, Uji t juga dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel dependennya, maka dilakukan uji t.
Kriteria pengujian pada Uji T menurut Priyatno (2014:175) adalah sebagai berikut:
1. Jika Signifikansi > 0,05, maka H0 diterima.
2. Jika Signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.
Tabel 4.27 Hasil Output Uji Statistik t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 51.306 2.604 19.704 .000
X1 .001 .061 .001 .022 .982
X2 -.846 .086 -.825 -9.799 .000
X3 -.080 .057 -.117 -1.411 .165
a. Dependent Variable: y
Sumber: Hasil Pengolahan Data melalui SPSS 22
Berdasarkan tabel output diatas, dapat disimpulkan bahwa Tekanan financial (X1) mempunyai nilai
signifikansi 0.982 > 0.05 dan Budaya Etis Organiasai (X3) mempunyai nilai signifikansi 0.165 > 0.05,
yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Tekanan financial dan Budaya Etis Organisasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan. Sedangkan Sistem Pengendalian
(X2) mempunyai nilai signifikansi 0.000 < 0.05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Sistem pengendalian (X2) memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Y).

Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel output 4.27 diatas, dapat disimpulkan bahwa Tekanan financial (X1)
mempunyai nilai signifikansi 0.982 > 0.05 yang artinya H0 diterima dan H1 ditolak. Tekanan
financial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan. Sedangkan dalam
teori yang dikemukan oleh Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbleman (2015), tekanan financial
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Seseorang yang berada dalam tekanan
financial atau memiliki kesulitan ekonomi akan lebih mudah termotivasi untuk melakukan tindak
kecurangan dibandingkan dengan seseorang yang kebutuhan hidupnya sudah merasa terpenuhi.
Akan tetapi, hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Witjaksono (2012), bahwa penyebab utama fraud adalah peluang yang berasal dari lemahnya sistem
pengendalian dan bukan motif atau tekanan financial. Hal ini diperkuat pula bahwa pelaku fraud
memang memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatannya dan bukan karena hal yang mendasar
seperti alasan gaji.
Sedangkan Sistem Pengendalian (X2) mempunyai nilai signifikansi 0.000 < 0.05 yang artinya
H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sistem pengendalian (X2) memiliki
pengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan (Y). Hasil dari penelitian ini sama dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Pristiyanti (2012), bahwa sistem pengendalian berpengaruh
negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya, semakin baik sistem pengendalian
internal yang diterapkan di suatu instansi atau suatu perusahaan, maka akan semakin rendah tingkat
untuk melakukan kecenderungan kecurangannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer perusahaan, perusahaan belum menerapkan
manajemen risiko yang berkaitan dengan sistem pengendalian untuk mencegah risiko terjadinya
kecurangan karyawan. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian pada perusahaan masih
cenderung lemah dan belum berjalan secara efektif.
Budaya Etis Organiasai (X3) mempunyai nilai signifikansi 0.165 > 0.05, yang artinya H0
diterima dan H1 ditolak. Budaya Etis Organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Kecenderungan Kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Zulkarnain (2013), bahwa budaya etis organisasi atau kultur
organisasi memiliki arah hubungan negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Artinya,
semakin baik budaya etis organisasinya, maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan
kecurangannya. Akan tetapi, budaya etis organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud) tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer perusahaan, pihak manajemen telah
menyampaikan nilai-nilai etika dan berbagai macam peraturan yang berlaku di perusahaan sebagai
pedoman karyawan dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut telah disampaikan pihak manajemen
sejak pertama kali perusahaan merekrut atau menerima karyawan baru untuk bekerja pada perusahaan.
Tetapi menurut Zulkarnain (2013), budaya etis organisasi dipengaruhi juga oleh komitmen
yang dimiliki oleh para anggota atau setiap karyawan yang bekerja. Oleh karena itu, budaya etis
organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan yang dilakukan
oleh karyawan apabila tidak disertai dengan adanya komitmen yang tinggi dari para karyawan untuk
mematuhi kode etik atau nilai-nilai perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
kecurangan karyawan dalam perspektif fraud triangle. Berdasarkan pembahasan, analisis, dan juga
hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS 22, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tekanan financial (X1) memiliki arah hubungan positif terhadap kecenderungan kecurangan.
Artinya, semakin tinggi nilai tekanan financialnya, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan
kecurangan yang dilakukan karyawan. Akan tetapi, tekanan financial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Pengaruh variabel
Tekanan Financial (X1) terhadap variabel kecenderungan kecurangan (Y) adalah sebesar 1,8%.
Dan sisanya sebesar 98,2% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini.
2. Sistem Pengendalian (X2) memiliki arah hubungan negatif terhadap kecenderungan kecurangan.
Artinya, semakin tinggi nilai sistem pengendaliannya, maka akan semakin rendah tingkat
kecenderungan kecurangan yang dilakukan karyawan. Sistem pengendalian juga berpengaruh
secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan. Pengaruh variabel Sistem Pengendalian
(X2) terhadap variabel kecenderungan kecurangan (Y) adalah sebesar 80,6%. Dan sisanya sebesar
19,4% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
3. Budaya Etis Organisasi (X3) memiliki arah hubungan negatif terhadap kecenderungan
kecurangan. Artinya, semakin tinggi nilai budaya etis organisasinya, maka akan semakin rendah
kecenderungan kecurangan yang dilakukan karyawan. Akan tetapi, budaya etis organisasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.
Pengaruh variabel Budaya Etis Organisasi (X3) terhadap variabel kecenderungan kecurangan (Y)
adalah sebesar 39,8%. Dan sisanya sebesar 60,2% ditentukan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam penelitian ini.
4. Secara keseluruhan, Tekanan Financial (X1), Sistem Pengendalian (X2), dan Budaya Etis
Organisasi (X3) secara bersama-sama mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Y) yang
dilakukan oleh karyawan. Pengaruh variabel Tekanan Financial, Sistem Pengendalian, dan
Budaya Etis Organisasi secara simultan terhadap variabel Kecenderungan Kecurangan adalah
sebesar 0.802. Angka ini kemudian diubah ke bentuk persen, yang artinya presentase sumbangan
pengaruh variabel tekanan financial, sistem pengendalian, dan budaya etis organisasi berpengaruh
sebesar 80,2% terhadap kecenderungan kecurangan karyawan. Dan sisanya sebesar 19,8%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
5. Berdasarkan analisis dan hasil seluruh pengujian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa faktor yang memiliki presentase paling tinggi dalam mempengaruhi kecenderungan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan PT. CMS adalah faktor Sistem Pengendalian, yaitu
sebesar 80,6%.
Keterbatasan-Keterbatasan
Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dalam penulisan penelitian ini antara adalah sebagai sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel independen yaitu tekanan financial, sistem
pengendalian, dan budaya etis organisasi. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
kecenderungan kecurangan tidak dibahas dalam penelitian ini. Sehingga peneliti selanjutnya dapat
menambahkan variabel untuk mengetahui faktor lainnya yang mempengaruhi kecenderungan
kecurangan (fraud).
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 100 sehingga untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat mengenai faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan, peneliti
selanjutnya dapat menggunakan jumlah responden yang lebih banyak.

Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan-keterbatasan penelitian diatas, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
Bagi Perusahaan:
1. Variabel yang paling mempengaruhi kecenderungan kecurangan karyawan adalah Sistem
pengendalian. Semakin tinggi nilai sistem pengendaliannya, maka semakin rendah tingkat
kecenderungan kecurangannya. Oleh karena itu, perusahaan dapat meningkatkan sistem
pengendalian internalnya yang meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, pemantauan (monitoring), informasi dan komunikasi. Selain itu, sistem
pengendalian internal yang diterapkan hendaknya mempertimbangakan kebermanfaatannya untuk
mengendalikan keamanan aset dan informasi organisasi untuk mencegah terjadinya kecurangan
karyawan
2. Untuk mengurangi faktor tekanan financial, perusahaan dapat memperhatikan apakah gaji yang
diberikan telah sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan serta struktur
upah dapat memotivasi kinerja karyawan untuk melakukan yang terbaik demi tercapainya tujuan
perusahaan.
3. Budaya etis organisasi memiliki arah hubungan negatif yang kuat terhadap kecenderungan
kecurangan, akan tetapi dalam kasus ini budaya etis organisasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan. Oleh karena itu, perusahaan dapat meningkatkan budaya etis
organisasi dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
yang meliputi transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness. Kemudian
dapat mengadakan seminar atau pelatihan etis mengenai standar tuntutan organisasi yang
menjelaskan praktik-praktik yang tidak diperbolehkan dan untuk menangani dilema etika yang
mungkin muncul, serta memberikan sanksi yang lebih tegas saat terjadi pelanggaran etis oleh
karyawan.

Bagi Peneliti Selanjutnya


1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebanyak 3 variabel antara lain
terdiri dari tekanan financial, sistem pengendalian, dan budaya etis organisasi. Untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain untuk mengetahui faktor-faktor lainnya
yang dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan (fraud).
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan perusahaan yang jumlahnya kurang
dari 100. Penelitian selanjutnya dapat mencoba untuk menggunakan sampel karyawan pada
beberapa perusahaan atau pada sektor pemerintahan dengan jumlah responden yang lebih banyak.

REFERENSI
Albrecht, Albrecht, Albrecht, Zimbleman. (2015). Fraud Examination 5th Edition. Boston: Cengage
Learning.
Arens, Best, Shailer, Fiedler. (2013). Auditing, Assurance Services and Ethics in Australia: an
Integrated Approach 9th Edition. Australia: Pearson Education Inc.

Pristiyanti, I. R. (2012). Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan Vol 1 No 1. Accounting Analysis Journal, 1-
14.
Priyatno, Duwi. (2014). SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis Edisi 1. Yogyakarta: Andi.
Robbins, Stephen. (2008). Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Perbandingan Perhitungan
Manual dan SPSS Cet 1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thoyibatun, S. (2012). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Tidak Etis dan
Kecenderungan Kecurangan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya Terhadap Kinerja
Organisasi Vol 16 No 2. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 245-260.
Witjaksono, Armanto. (2012). Faktor-Faktor Terjadinya Fraud dalam Bisnis Vol 2 No 1. 72-86.
Zulkarnain, R. M. (2013). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud Pada Dinas Kota
Surakarta Vol 2 No 2. Accounting Analysis Journal, 125-131.

RIWAYAT PENULIS
Nama : Indah Purnamasari Wijaya

Tempat / Tanggal lahir : Tegal, 7 Juli 1994

Pendidikan S1 :Universitas Bina Nusantara, Akuntansi dan Keuangan (2011-


2015)

Anda mungkin juga menyukai