AKUNTANSI
(Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)
Herman Darwis
Herman.darwis@gmail.com
Meliana
meliana.mdj@gmail.com
Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Ternate *1
Abstract : This study aimed to obtain evidence of whether there are differences in the tendency to
commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and high levels moral
reasoning, the conditions are there is elements of internal control and there is no element of
internal control and obtain evidence as to whether there was an interaction between individual
morality and control internally. The design of the study is experiment design with 2x2 factorial
design involving 155 Head of Sub Division of the Local Government of Ternate. The data analysis
technique used is Two Way Anova. The results showed that there are differences in the tendency
to commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and high levels moral
reasoning. In addition, this study also proves that the tendency of individuals to commit fraud in
the state there is no element of internal control and there was an interaction between individual
morality and internal control. Individuals with low morale levels tend to perform fraud on
condition there is no element of internal control.
Abstrak : Penelitian ini bertujuan memperoleh bukti apakah terdapat perbedaan kecenderungan
melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah
dan level penalaran moral tinggi, dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak
terdapat elemen pengendalian internal serta memperoleh bukti apakah terdapat interaksi antara
moralitas individu dan pengendalian internal. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
eksperimen dengan desain faktorial 2X2 yang melibatkan 155 Kepala Sub Bagian Pemerintah
Daerah Kota Ternate. Teknik analisis data yang digunakan adalah Two Way Anova. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan
akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral
tinggi. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa kecenderungan individu melakukan
kecurangan akuntansi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal dan terdapat
interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah
cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian
internal.
Perkembangan dunia akuntansi yang semakin Akuntan Publik (KAP) dalam pelaksanaan audit
pesat saat ini tidak hanya membawa manfaat 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan
bagi masyarakat tetapi juga menjadi sumber pada tahun 1997, diajukannya manajemen
masalah kecurangan (fraud) yang sangat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta
kompleks seperti misalnya korupsi, ke pengadilan, serta korupsi di komisi
penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan penyelenggara pemilu (Putra, 2012). Shleifer
keuangan. Banyak kasus kecurangan dalam dan Vishny (1993) sertaGaviria (2001)
akuntansi yang akhirnya terungkap di menyatakan bahwa kecurangan akuntansi
Indonesia seperti kasus kejahatan perbankan, ditunjukkan oleh tingkat korupsi suatu
manipulasi pajak, keterlibatan 10 Kantor negara.Indonesian Corruption Watch (ICW)
65
66 Jurnal Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 2, Maret 2018, Hlm 65-73
menyatakan tahun 2013 menjadi tahun hazard yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
dengan kemarakan kasus korupsi. Setiap seorang manajer tidak seluruhnya diketahui
tahun Transparency International (TI) oleh pemegang saham, sehingga manajer
meluncurkan Corruption Perception Index dapat melakukan tindakan di luar
(CPI), sebuah indeks pengukuran tingkat pengetahuan pemegang saham yang
korupsi global.Rentang indeks CPI 2012 adalah melanggar kontrak dan sebenarnya secara
0-100 (0 dipersepsikan sangat korup, 100 etika atau norma mungkin tidak layak
sangat bersih). Tahun 2012 skor Indonesia dilakukan. Prinsipal harus melakukan
adalah 32, pada urutan 118 dari 176 negara pengawasan terhadap kinerja manajemen
yang diukur. Secara regional Indonesia tidak dengan sistem pengendalian yang efektif
banyak mengalami perubahan, masih di untuk mengantisipasi tindakan menyimpang
jajaran bawah apabila dibandingkan skor CPI- yang dapat dilakukan oleh pihak
nya dengan negara-negara di kawasan Asia manajemen.Sistem pengendalian tersebut
Tenggara.Skor 32 menunjukkan bahwa diharapkan mampu mengurangi adanya
Indonesia masih belum dapat keluar dari perilaku menyimpang dalam sistem
situasi korupsi.Praktik kecurangan akuntansi pelaporan, termasuk adanya kecurangan
tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tetapi akuntansi. Bologna (1993) menjelaskan fraud
juga banyak terjadi pada sektor dengan GONE Theory yang terdiri dari 4
pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan (empat) faktor yang mendorong seseorang
dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa berperilaku menyimpang yaitu: Greed,
Keuangan (BPK) atas laporan keuangan Opportunity, Need dan Exposure. Opportunity
pemerintah pusat dan laporan keuangan (kesempatan)dan Exposure (pengungkapan)
pemerintah daerah pada Semester I- tahun berhubungan dengan organisasi disebut juga
2013 potensi kerugian negara mencapai Rp faktor umum seperti elemen pengendalian
56,98 triliun. Potensi kerugian negara pada internal. Terdapat lima elemen pengendalian
semester I- tahun 2013 lebih banyak internal yang harus dimiliki oleh organisasi
disebabkan oleh kasus kelemahan Sistem (Arens dan Loebecke, 1999). Kelima elemen
Pengendalian Intern (SPI) dan ketidakpatuhan tersebut antara lain: lingkungan pengendalian,
terhadap perundang-undangan.BPK penetapan risiko oleh manajemen, sistem
menemukan sebanyak 13.969 kasus komunikasi dan informasi akuntansi, aktivitas
kelemahan SPI selama semester 1- tahun 2013 pengendalian, dan pemantauan. Coram et al.
(Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang
2013). memiliki fungsi audit internal akan lebih dapat
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeteksi kecurangan akuntansi.
menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: Selain faktor di atas, terdapat faktor
(1) Salah saji yang timbul dari kecurangan Greed (keserakahan)dan Need (kebutuhan)
dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji yang berhubungan dengan individu sebagai
atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pelaku kecurangan (disebut dengan faktor
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk individual).Faktor individual berhubungan
mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) dengan perilaku yang melekat dari individu itu
Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak sendiri, dalam kaitannya faktor individu ini
semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut berhubungan dengan moralitas. Salah satu
dengan penyalahgunaan atau penggelapan) teori perkembangan moral yang banyak
yang berkaitan dengan pencurian aktiva digunakan dalam penelitian etika adalah
entitas yang berakibat laporan keuangan tidak model Kohlberg. Kohlberg (1969) menjelaskan
disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang bahwa moral berkembang melalui tiga
Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Teori tahapan, yaitu tahapan pre-conventional,
keagenan sering digunakan untuk tahapan conventional dan tahapan post-
menjelaskan kecurangan akuntansi (Jensen conventional. Berbagai bukti empiris yang
dan Meckling, 1976). Adanya asimetri telah didapatkan menunjukkan bahwafaktor-
informasi memungkinkan adanya konflik yang faktor penyebab kecurangan akuntansi
terjadi antaraprincipal dan agent untuk saling dibedakan menjadi faktor perusahaan
mencoba memanfatkan pihak lain untuk (eksternal) dan faktor dalam diri individu
kepentingan sendiri. Menurut Scott (2000) (internal) sebagai pelaku kecurangan itu
asimetri informasi menimbulkan adanya moral sendiri.Ramamoorti (2008) menyatakan
Darwis dan Meliana, Pengaruh Moralitas Individu...... 67
bahwa faktor perilaku merupakan akar dari kondisi tidak terdapat elemen pengendalian
permasalahan mengenai fraud.Mayangsari internal dalam organisasi tersebut untuk
dan Wilopo (2002) membuktikan bahwa kepentingan pribadinya (self-interest),
internal birokrasi memberikan pengaruh misalnya melakukan tindakan kecurangan
terhadap kecurangan akuntansi akuntansi. Senada dengan penelitian Albrecht
pemerintahan.Artinya, semakin baik (2004), penelitian Puspasari (2012) juga
pengendalian internal birokrasi, maka semakin mengungkapkan kondisi elemen pengendalian
rendah tingkat kecurangan akuntansi internal di dalam organisasi (ada dan tidak ada
pemerintah. Level moral individu (tinggi dan pengendalian internal) dapat mempengaruhi
rendah) dan elemen pengendalian internal individu dengan level moral rendah untuk
organisasi (ada dan tidak ada) merupakan cenderung melakukan atau tidak melakukan
faktor yang akan diteliti sebagai penyebab kecurangan akuntansi. Namun bagi individu
terjadinya kecurangan akuntansi dengan dengan level moral tinggi, kondisi ada dan
menggunakan topik kasus pengadaan barang tidak ada elemen pengendalian internal
dan jasa. Peneliti tertarik menggunakan kasus organisasi tidak akan membuatnya melakukan
dengan topik pengadaan barang dan jasa di kecurangan akuntansi yang akan merugikan
instansi pemerintah karena berdasarkan data organisasi dan masyarakat. Permasalahan
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per dalam riset ini : Pertama, perbedaan
30 September 2013, di tahun 2013 korupsi kecenderungan kecurangan akuntansi antara
jenis penyuapan dan pengadaan barang/jasa individu yang memiliki level moralitas tinggi
sebagai jumlah jenis perkara tertinggi di dan level moralitas rendah. Kedua, perbedaan
Indonesia. Eddy (2010) juga mengemukakan kecenderungan kecurangan akuntansi antara
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja individu dalam kondisi terdapat elemen
Negara (APBN) setiap tahunnya, anggaran pengendalian internal dan tidak terdapat
yang dialokasikan untuk pengadaan elemen pengendalian internal. Ketiga,
barang/jasa instansi pemerintah diperkirakan terdapat interaksi yang signifikan antara
mencapai 30% dari total anggaran yang moralitas individu dengan pengendalian
tersedia. internal dalam memengaruhi kecurangan
Albrecht (2004) mengungkapkan akuntansi. Adapun Kerangka berpikir yang
bahwa salah satu motivasi individu dalam mendasari penelitian ini adalah sebagai
melakukan kecurangan akuntansi adalah berikut:
keinginan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Individu dengan level penalaran moral
rendah cenderung akan memanfaatkan
Moralitas Individu
(Level Moral Tinggi
dan Rendah)
Kecurangan
Akuntansi
Pengendalian intern
(ada dan tidak ada
pengendalian
internal)
Gambar 1. Kerangka Pikir
Ternate.Pengambilan sampel pada penelitian
METODE ini dilakukan secara Cluster Random Sampling,
yaitu dengan membagi populasi sebagai
Penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah cluster-cluster kecil, lalu pengamatan
Kota Ternate yaitu Satuan Kerja Perangkat dilakukan pada sampel cluster yang dipilih
Daerah di Tingkat.Populasi dalam penelitian secara random.Cluster dibagi menjadi 5
ini adalah seluruh Kepala Sub Bagian (Pejabat terdiri dari cluster dinas-dinas berjumlah 18
Eselon IV) pada Satuan Kerja Perangkat dinas, cluster badan-badan sebanyak 9 badan,
Daerah (SKPD) Pemda Kota cluster inspektorat sebanyak 1, cluster kantor-
68 Jurnal Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 2, Maret 2018, Hlm 65-73
kantor sebanyak 4 kantor, dan cluster pengendalian internal (ada dan tidak) dan
sekertariat sebanyak 3. Langkah-langkah variabel moralitas (tinggi dan rendah) serta
penentuan sampel adalah sebagai berikut. satu variabel terikat berskala data
Pada tahap pertama, dipilih salah satu cluster kuantitatif/numerik (interval atau rasio) yaitu
secara random dari 5 cluster. Cluster yang variabel kecurangan akuntansi.Asumsi yang
terpilih yaitu Cluster Dinas-Dinas yang terdiri harus dipenuhi untuk dapat menggunakan uji
dari 18 dinas. Pada tahap kedua, dipilih Kepala statistik Two-Way Anova yaitu homogeneity of
Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) secara random. variance, random sampling, dan multivariate
Gay dan Diehl (1992) menjelaskan untuk normality.Two-Way Anova adalah salah satu
penelitian eksperimen minimal sampel yang metode statistik parametrik yang memiliki
digunakan 15 elemen per kelompok. Sekaran kelebihan yaitu ditarik dari populasi yang
(2006:252) juga memberikan pedoman berdistribusi normal serta memiliki varian
penentuan jumlah sampel yaitu untuk yang homogen sehingga pengujian hipotesis
penelitian eksperimen yang sederhana, memberikan hasil yang lebih tajam
dengan pengendalian yang ketat, ukuran dibandingkan menggunakan statistik non-
sampel bisa antara 10-20 elemen. Berbagai parametrik.
pengujian data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu meliputi distribusi Hasil
frekuensi untuk statistik deskriptif, uji
homogenitas, dan uji normalitas data.Setelah Analisis dalam penelitian ini adalah melakukan
itu dilakukan analisis varians (ANOVA) untuk pengujian data yang mengacu pada hipotesis
menguji hubungan antara satu variabel penelitian yang diajukan. Untuk menguji
dependen (skala metrik) dengan satu atau hipotesis-hipotesis penelitian, digunakan Two-
lebih variabel independen (skala nonmetrik Way Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian
atau kategorikal dengan kategori lebih dari hipotesis dilakukan pada batas signifikansi
dua). Untuk menguji hipotesis dalam sebesar 5%. Untuk mengetahui signifikansi
penelitian ini digunakan uji statistik TwoWay hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang
Analysis of Variance dengan program SPSS dihasilkan dari pengolahan data tersebut.
versi 19.0.Penelitian ini menggunakan Two- Output hasil analisis varian desain faktorial
Way Anova dengan alasan penelitian ini yang dapat digunakan untuk membuktikan
menggunakan dua variabel independen ketiga macam hipotesis tersebut yaitu
berskala data kategorik yaitu variabel disajikan pada Tabel berikut ini.
Pada Tabel tersebut di atas yang ditetapkan (5%). Dengan demikian dapat
ditampilkan hasil Tests of Between-Subjects disimpulkan sebagai berikut:
Effects untuk embandingkan antar 1. Perbedaan kecenderungan kecurangan
kelompok/perlakuan. Hasil analisis akuntansi antara individu yang memiliki
menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk level moralitas tinggi dan level moralitas
hipotesis 1, 2, dan 3 (hipotesis efek moralitas rendah tidak ditolak atau hipotesis di
individu, efek pengendalian internal, dan terima
interaksi) seluruhnya lebih kecil dari alpha 2. Perbedaan kecenderungan kecurangan
akuntansi antara individu dalam kondisi
Darwis dan Meliana, Pengaruh Moralitas Individu...... 69
terdapat elemen pengendalian internal atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan
dan tidak terdapat elemen pengendalian kata lain, interaksi terjadi manakala suatu
internal tidak ditolak atau hipotesis di variabel bebas memiliki efek-efek berbeda
terima terhadap suatu variabel terikat pada berbagai-
3. Interaksi yang signifikan antara moralitas bagai tingkat dari suatu variabel bebas lain.
individu dengan pengendalian internal Gambar di bawah ini menunjukkan
tidak ditolak atau hipotesis di terima adanya interaksi karena ada potongan garis
Hasil interaksi antara moralitas yang itunjukkan oleh grafik. Individu pada
individu dengan pengendalian internal level moral yang rendah kecenderungan
terhadap kecenderungan kecurangan melakukan kecurangan akuntansi yang lebih
akuntansi dapat dilihat pada Gambar di bawah tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen
ini. Kerlinger (2000) menyatakan interaksi pengendalian internal. Sedangkan individu
merupakan kerja sama dua variabel bebas pada level moral yang tinggi cenderung stabil
atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel artinya dalam kondisi ada atau tidak ada
terikat. Interaksi berarti bahwa kerja atau elemen pengendalian internal cenderung
pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap tidak melakukan kecurangan akuntansi.
suatu variabel terikat, bergantung pada taraf