Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KECURANGAN

AKUNTANSI
(Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Kota Ternate)

Herman Darwis
Herman.darwis@gmail.com
Meliana
meliana.mdj@gmail.com
Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Ternate *1

Abstract : This study aimed to obtain evidence of whether there are differences in the tendency to
commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and high levels moral
reasoning, the conditions are there is elements of internal control and there is no element of
internal control and obtain evidence as to whether there was an interaction between individual
morality and control internally. The design of the study is experiment design with 2x2 factorial
design involving 155 Head of Sub Division of the Local Government of Ternate. The data analysis
technique used is Two Way Anova. The results showed that there are differences in the tendency
to commit fraud among individuals who have a low level of moral reasoning and high levels moral
reasoning. In addition, this study also proves that the tendency of individuals to commit fraud in
the state there is no element of internal control and there was an interaction between individual
morality and internal control. Individuals with low morale levels tend to perform fraud on
condition there is no element of internal control.

Keywords: fraud; morality; internal control

Abstrak : Penelitian ini bertujuan memperoleh bukti apakah terdapat perbedaan kecenderungan
melakukan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah
dan level penalaran moral tinggi, dalam kondisi terdapat elemen pengendalian internal dan tidak
terdapat elemen pengendalian internal serta memperoleh bukti apakah terdapat interaksi antara
moralitas individu dan pengendalian internal. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
eksperimen dengan desain faktorial 2X2 yang melibatkan 155 Kepala Sub Bagian Pemerintah
Daerah Kota Ternate. Teknik analisis data yang digunakan adalah Two Way Anova. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan melakukan kecurangan
akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dan level penalaran moral
tinggi. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa kecenderungan individu melakukan
kecurangan akuntansi dalam kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal dan terdapat
interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah
cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian
internal.

Kata kunci: kecurangan Akuntansi; moralitas individu; pengendalian internal

Perkembangan dunia akuntansi yang semakin Akuntan Publik (KAP) dalam pelaksanaan audit
pesat saat ini tidak hanya membawa manfaat 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan
bagi masyarakat tetapi juga menjadi sumber pada tahun 1997, diajukannya manajemen
masalah kecurangan (fraud) yang sangat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta
kompleks seperti misalnya korupsi, ke pengadilan, serta korupsi di komisi
penyalahgunaan aset dan manipulasi laporan penyelenggara pemilu (Putra, 2012). Shleifer
keuangan. Banyak kasus kecurangan dalam dan Vishny (1993) sertaGaviria (2001)
akuntansi yang akhirnya terungkap di menyatakan bahwa kecurangan akuntansi
Indonesia seperti kasus kejahatan perbankan, ditunjukkan oleh tingkat korupsi suatu
manipulasi pajak, keterlibatan 10 Kantor negara.Indonesian Corruption Watch (ICW)

65
66 Jurnal Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 2, Maret 2018, Hlm 65-73

menyatakan tahun 2013 menjadi tahun hazard yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
dengan kemarakan kasus korupsi. Setiap seorang manajer tidak seluruhnya diketahui
tahun Transparency International (TI) oleh pemegang saham, sehingga manajer
meluncurkan Corruption Perception Index dapat melakukan tindakan di luar
(CPI), sebuah indeks pengukuran tingkat pengetahuan pemegang saham yang
korupsi global.Rentang indeks CPI 2012 adalah melanggar kontrak dan sebenarnya secara
0-100 (0 dipersepsikan sangat korup, 100 etika atau norma mungkin tidak layak
sangat bersih). Tahun 2012 skor Indonesia dilakukan. Prinsipal harus melakukan
adalah 32, pada urutan 118 dari 176 negara pengawasan terhadap kinerja manajemen
yang diukur. Secara regional Indonesia tidak dengan sistem pengendalian yang efektif
banyak mengalami perubahan, masih di untuk mengantisipasi tindakan menyimpang
jajaran bawah apabila dibandingkan skor CPI- yang dapat dilakukan oleh pihak
nya dengan negara-negara di kawasan Asia manajemen.Sistem pengendalian tersebut
Tenggara.Skor 32 menunjukkan bahwa diharapkan mampu mengurangi adanya
Indonesia masih belum dapat keluar dari perilaku menyimpang dalam sistem
situasi korupsi.Praktik kecurangan akuntansi pelaporan, termasuk adanya kecurangan
tidak hanya terjadi pada sektor swasta, tetapi akuntansi. Bologna (1993) menjelaskan fraud
juga banyak terjadi pada sektor dengan GONE Theory yang terdiri dari 4
pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan (empat) faktor yang mendorong seseorang
dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa berperilaku menyimpang yaitu: Greed,
Keuangan (BPK) atas laporan keuangan Opportunity, Need dan Exposure. Opportunity
pemerintah pusat dan laporan keuangan (kesempatan)dan Exposure (pengungkapan)
pemerintah daerah pada Semester I- tahun berhubungan dengan organisasi disebut juga
2013 potensi kerugian negara mencapai Rp faktor umum seperti elemen pengendalian
56,98 triliun. Potensi kerugian negara pada internal. Terdapat lima elemen pengendalian
semester I- tahun 2013 lebih banyak internal yang harus dimiliki oleh organisasi
disebabkan oleh kasus kelemahan Sistem (Arens dan Loebecke, 1999). Kelima elemen
Pengendalian Intern (SPI) dan ketidakpatuhan tersebut antara lain: lingkungan pengendalian,
terhadap perundang-undangan.BPK penetapan risiko oleh manajemen, sistem
menemukan sebanyak 13.969 kasus komunikasi dan informasi akuntansi, aktivitas
kelemahan SPI selama semester 1- tahun 2013 pengendalian, dan pemantauan. Coram et al.
(Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun (2008) menjelaskan bahwa organisasi yang
2013). memiliki fungsi audit internal akan lebih dapat
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeteksi kecurangan akuntansi.
menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: Selain faktor di atas, terdapat faktor
(1) Salah saji yang timbul dari kecurangan Greed (keserakahan)dan Need (kebutuhan)
dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji yang berhubungan dengan individu sebagai
atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pelaku kecurangan (disebut dengan faktor
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk individual).Faktor individual berhubungan
mengelabui pemakai laporan keuangan, (2) dengan perilaku yang melekat dari individu itu
Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak sendiri, dalam kaitannya faktor individu ini
semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut berhubungan dengan moralitas. Salah satu
dengan penyalahgunaan atau penggelapan) teori perkembangan moral yang banyak
yang berkaitan dengan pencurian aktiva digunakan dalam penelitian etika adalah
entitas yang berakibat laporan keuangan tidak model Kohlberg. Kohlberg (1969) menjelaskan
disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang bahwa moral berkembang melalui tiga
Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. Teori tahapan, yaitu tahapan pre-conventional,
keagenan sering digunakan untuk tahapan conventional dan tahapan post-
menjelaskan kecurangan akuntansi (Jensen conventional. Berbagai bukti empiris yang
dan Meckling, 1976). Adanya asimetri telah didapatkan menunjukkan bahwafaktor-
informasi memungkinkan adanya konflik yang faktor penyebab kecurangan akuntansi
terjadi antaraprincipal dan agent untuk saling dibedakan menjadi faktor perusahaan
mencoba memanfatkan pihak lain untuk (eksternal) dan faktor dalam diri individu
kepentingan sendiri. Menurut Scott (2000) (internal) sebagai pelaku kecurangan itu
asimetri informasi menimbulkan adanya moral sendiri.Ramamoorti (2008) menyatakan
Darwis dan Meliana, Pengaruh Moralitas Individu...... 67

bahwa faktor perilaku merupakan akar dari kondisi tidak terdapat elemen pengendalian
permasalahan mengenai fraud.Mayangsari internal dalam organisasi tersebut untuk
dan Wilopo (2002) membuktikan bahwa kepentingan pribadinya (self-interest),
internal birokrasi memberikan pengaruh misalnya melakukan tindakan kecurangan
terhadap kecurangan akuntansi akuntansi. Senada dengan penelitian Albrecht
pemerintahan.Artinya, semakin baik (2004), penelitian Puspasari (2012) juga
pengendalian internal birokrasi, maka semakin mengungkapkan kondisi elemen pengendalian
rendah tingkat kecurangan akuntansi internal di dalam organisasi (ada dan tidak ada
pemerintah. Level moral individu (tinggi dan pengendalian internal) dapat mempengaruhi
rendah) dan elemen pengendalian internal individu dengan level moral rendah untuk
organisasi (ada dan tidak ada) merupakan cenderung melakukan atau tidak melakukan
faktor yang akan diteliti sebagai penyebab kecurangan akuntansi. Namun bagi individu
terjadinya kecurangan akuntansi dengan dengan level moral tinggi, kondisi ada dan
menggunakan topik kasus pengadaan barang tidak ada elemen pengendalian internal
dan jasa. Peneliti tertarik menggunakan kasus organisasi tidak akan membuatnya melakukan
dengan topik pengadaan barang dan jasa di kecurangan akuntansi yang akan merugikan
instansi pemerintah karena berdasarkan data organisasi dan masyarakat. Permasalahan
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per dalam riset ini : Pertama, perbedaan
30 September 2013, di tahun 2013 korupsi kecenderungan kecurangan akuntansi antara
jenis penyuapan dan pengadaan barang/jasa individu yang memiliki level moralitas tinggi
sebagai jumlah jenis perkara tertinggi di dan level moralitas rendah. Kedua, perbedaan
Indonesia. Eddy (2010) juga mengemukakan kecenderungan kecurangan akuntansi antara
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja individu dalam kondisi terdapat elemen
Negara (APBN) setiap tahunnya, anggaran pengendalian internal dan tidak terdapat
yang dialokasikan untuk pengadaan elemen pengendalian internal. Ketiga,
barang/jasa instansi pemerintah diperkirakan terdapat interaksi yang signifikan antara
mencapai 30% dari total anggaran yang moralitas individu dengan pengendalian
tersedia. internal dalam memengaruhi kecurangan
Albrecht (2004) mengungkapkan akuntansi. Adapun Kerangka berpikir yang
bahwa salah satu motivasi individu dalam mendasari penelitian ini adalah sebagai
melakukan kecurangan akuntansi adalah berikut:
keinginan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi. Individu dengan level penalaran moral
rendah cenderung akan memanfaatkan

Moralitas Individu
(Level Moral Tinggi
dan Rendah)
Kecurangan
Akuntansi
Pengendalian intern
(ada dan tidak ada
pengendalian
internal)
Gambar 1. Kerangka Pikir
Ternate.Pengambilan sampel pada penelitian
METODE ini dilakukan secara Cluster Random Sampling,
yaitu dengan membagi populasi sebagai
Penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah cluster-cluster kecil, lalu pengamatan
Kota Ternate yaitu Satuan Kerja Perangkat dilakukan pada sampel cluster yang dipilih
Daerah di Tingkat.Populasi dalam penelitian secara random.Cluster dibagi menjadi 5
ini adalah seluruh Kepala Sub Bagian (Pejabat terdiri dari cluster dinas-dinas berjumlah 18
Eselon IV) pada Satuan Kerja Perangkat dinas, cluster badan-badan sebanyak 9 badan,
Daerah (SKPD) Pemda Kota cluster inspektorat sebanyak 1, cluster kantor-
68 Jurnal Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 2, Maret 2018, Hlm 65-73

kantor sebanyak 4 kantor, dan cluster pengendalian internal (ada dan tidak) dan
sekertariat sebanyak 3. Langkah-langkah variabel moralitas (tinggi dan rendah) serta
penentuan sampel adalah sebagai berikut. satu variabel terikat berskala data
Pada tahap pertama, dipilih salah satu cluster kuantitatif/numerik (interval atau rasio) yaitu
secara random dari 5 cluster. Cluster yang variabel kecurangan akuntansi.Asumsi yang
terpilih yaitu Cluster Dinas-Dinas yang terdiri harus dipenuhi untuk dapat menggunakan uji
dari 18 dinas. Pada tahap kedua, dipilih Kepala statistik Two-Way Anova yaitu homogeneity of
Sub Bagian (Pejabat Eselon IV) secara random. variance, random sampling, dan multivariate
Gay dan Diehl (1992) menjelaskan untuk normality.Two-Way Anova adalah salah satu
penelitian eksperimen minimal sampel yang metode statistik parametrik yang memiliki
digunakan 15 elemen per kelompok. Sekaran kelebihan yaitu ditarik dari populasi yang
(2006:252) juga memberikan pedoman berdistribusi normal serta memiliki varian
penentuan jumlah sampel yaitu untuk yang homogen sehingga pengujian hipotesis
penelitian eksperimen yang sederhana, memberikan hasil yang lebih tajam
dengan pengendalian yang ketat, ukuran dibandingkan menggunakan statistik non-
sampel bisa antara 10-20 elemen. Berbagai parametrik.
pengujian data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu meliputi distribusi Hasil
frekuensi untuk statistik deskriptif, uji
homogenitas, dan uji normalitas data.Setelah Analisis dalam penelitian ini adalah melakukan
itu dilakukan analisis varians (ANOVA) untuk pengujian data yang mengacu pada hipotesis
menguji hubungan antara satu variabel penelitian yang diajukan. Untuk menguji
dependen (skala metrik) dengan satu atau hipotesis-hipotesis penelitian, digunakan Two-
lebih variabel independen (skala nonmetrik Way Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian
atau kategorikal dengan kategori lebih dari hipotesis dilakukan pada batas signifikansi
dua). Untuk menguji hipotesis dalam sebesar 5%. Untuk mengetahui signifikansi
penelitian ini digunakan uji statistik TwoWay hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang
Analysis of Variance dengan program SPSS dihasilkan dari pengolahan data tersebut.
versi 19.0.Penelitian ini menggunakan Two- Output hasil analisis varian desain faktorial
Way Anova dengan alasan penelitian ini yang dapat digunakan untuk membuktikan
menggunakan dua variabel independen ketiga macam hipotesis tersebut yaitu
berskala data kategorik yaitu variabel disajikan pada Tabel berikut ini.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: FRAUD


Type I Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Model 70908.342 4 17727.086 1498.211 .000
SPI 70621.103 2 35310.552 2984.283 .000
MORALITAS 65.994 1 65.994 5.578 .019
SPI * MORALITAS 221.244 1 221.244 18.699 .000
Error 1786.658 151 11.832
Total 72695.000 155
a. R Squared = .975 (Adjusted R Squared = .975)

Pada Tabel tersebut di atas yang ditetapkan (5%). Dengan demikian dapat
ditampilkan hasil Tests of Between-Subjects disimpulkan sebagai berikut:
Effects untuk embandingkan antar 1. Perbedaan kecenderungan kecurangan
kelompok/perlakuan. Hasil analisis akuntansi antara individu yang memiliki
menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk level moralitas tinggi dan level moralitas
hipotesis 1, 2, dan 3 (hipotesis efek moralitas rendah tidak ditolak atau hipotesis di
individu, efek pengendalian internal, dan terima
interaksi) seluruhnya lebih kecil dari alpha 2. Perbedaan kecenderungan kecurangan
akuntansi antara individu dalam kondisi
Darwis dan Meliana, Pengaruh Moralitas Individu...... 69

terdapat elemen pengendalian internal atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan
dan tidak terdapat elemen pengendalian kata lain, interaksi terjadi manakala suatu
internal tidak ditolak atau hipotesis di variabel bebas memiliki efek-efek berbeda
terima terhadap suatu variabel terikat pada berbagai-
3. Interaksi yang signifikan antara moralitas bagai tingkat dari suatu variabel bebas lain.
individu dengan pengendalian internal Gambar di bawah ini menunjukkan
tidak ditolak atau hipotesis di terima adanya interaksi karena ada potongan garis
Hasil interaksi antara moralitas yang itunjukkan oleh grafik. Individu pada
individu dengan pengendalian internal level moral yang rendah kecenderungan
terhadap kecenderungan kecurangan melakukan kecurangan akuntansi yang lebih
akuntansi dapat dilihat pada Gambar di bawah tinggi dalam kondisi tidak terdapat elemen
ini. Kerlinger (2000) menyatakan interaksi pengendalian internal. Sedangkan individu
merupakan kerja sama dua variabel bebas pada level moral yang tinggi cenderung stabil
atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel artinya dalam kondisi ada atau tidak ada
terikat. Interaksi berarti bahwa kerja atau elemen pengendalian internal cenderung
pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap tidak melakukan kecurangan akuntansi.
suatu variabel terikat, bergantung pada taraf

Gambar 4.1. Interaksi SPI dengan Moralitas Individu

Berdasarkan output hasil analisis 2. Persentase komponen varian antar


SPSS yang ditampilkan pada Tabel tersebut kelompok variabel bebas X1 (SPI)
dapat dihitung komponen varian untuk diperoleh sebesar 97,147%, dengan
masing-masing sumber variasi (Source of perhitungan sebagai berikut:
Variations). Penentuan komponen varian (70621,103 / 72695,000) x 100% = 97,147%
dimaksudkan untuk menentukan besarnya Angka sebesar 97,147% ini merupakan efek
efek yang diakibatkan oleh masing-masing variabel bebas Sistem Pengendalian
komponen (model gabungan, X1, X2, interaksi Internal terhadap kecenderungan
X1 dan X2, dan komponen lain). Persentase melakukan kecurangan akuntansi secara
komponen varian dapat dihitung dengan cara sendiri tanpa memperhitungkan moralitas
berikut ini: individu.
1. Persentase komponen varian antar model 3. Persentase komponen varian antar
diperoleh sebesar 97,542%, dengan kelompok variabel bebas X2 (Moralitas
perhitungan sebagai berikut: Individu) diperoleh sebesar 0,090%,
(70908,342 / 72695,000) x 100% = 97,542 % dengan perhitungan sebagai berikut:
Angka sebesar 82,346% ini merupakan efek (65.994 / 72695,000) x 100% = 0,090%
gabungan (bersama-sama) antara variabel Angka sebesar 0,090% ini merupakan efek
moralitas individu dan variabel variabel bebas Sistem Moralitas Individu
pengendalian internal terhadap terhadap kecenderungan melakukan
kecenderungan melakukan kecurangan kecurangan akuntansi secara sendiri tanpa
akuntansi.
70 Jurnal Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 2, Maret 2018, Hlm 65-73

memperhitungkan Sistem Pengendalian berlaku dan dilakukan seseorang yang


Intern. mempunyai jabatan atau kewenangan dalam
4. Persentase komponen varian interaksi suatu entitas untuk keuntungan pribadi.
antara variabel bebas X1 dengan variabel Hasil ini sejalan dengan teori fraud
bebas X2 (X1*X2) diperoleh sebesar triangle yang menjelaskan individu cenderung
0,304%, dengan perhitungan sebagai melakukan kecurangan akuntansi karena
berikut: (221.244 / 72695.000) x 100% = terdapat elemen opportunity atau
0,304% kesempatan yang terbuka didalam sistem
5. Persentase komponen varian yang tidak perusahaan yang memungkinkan kecurangan
dapat dijelaskan oleh model (unexplained tersebut dilakukan, sementara elemen
varian) diperoleh sebesar 2,457%, dengan pressure atau tekanan timbul karena kondisi-
perhitungan sebagai berikut: (1786,658 / kondisi tertentu dalam perusahaan, lifestyle,
72695.000) x 100% = 2,457% tuntutan finansial, dan lain-lain. Elemen
Hasil analisis varian desain faktorial tersebut terakhir, yaitu rasionalisasi adalah tindakan
berarti bahwa sebesar 97,55% varian pada pembenaran yang dilakukan oleh pelaku
variabel terikat (kecenderungan kecurangan kecurangan atas kecurangan yang
akuntansi) disebabkan oleh variasi atau dilakukannya dalam perusahaan. Ujiyantho
perbedaan pada nilai variabel bebas yang (2007), menyatakan bahwa agen dapat
berupa moralitas individu (level tinggi dan termotivasi untuk melaporkan informasi yang
level rendah) dan kondisi terdapat elemen tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama
pengendalian internal (ada dan tidak) secara jika informasi tersebut berkaitan dengan
gabungan. Selebihnya sebesar 2,45% tidak pengukuran kinerja agen. Oleh sebab itu,
diketahui sebabnya (tidak dapat dijelaskan dengan dibentuknya peraturan dalam suatu
oleh model). organisasi sebagai salah satu bentuk
Pengendalian Internal, maka tujuan organisasi
Pembahasan akan lebih mudah dicapai
Efek Perlakuan Sistem pengendalian Internal Hasil penelitian ini mendukung
terhadap Kecurangan Akuntansi penelitian sebelumnya oleh Puspasari (2012)
Penelitian ini menemukan bahwa dan Dewi (2016) yaitu bahwa semakin efektif
terdapat perbedaan antara individu yang pengendalian internal, semakin rendah
berada dalam kondisi terdapat elemen kecenderungan seseorang untuk melakukan
pengendalian internal dan tidak terdapat Kecurangan Akuntansi dalam perusahaan.
elemen pengendalian internal dalam Dalam teori agensi juga menjelaskan bahwa
melakukan kecurangan akuntansi, tanpa agen dapat termotivasi untuk melaporkan
memperhatikan perlakuan lainnya. Hal ini informasi yang tidak sebenarnya kepada
berarti bahwa individu yang terdapat elemen prinsipal, terutama jika informasi tersebut
pengendalian internal cenderung tidak berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.
melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan Manipulasi laporan keuangan biasanya
individu dengan kondisi tidak ada dilakukan dengan merubah angka akuntansi
pengendalian internal cenderung melakukan yang sebenarnya atau mengabaikan aturan
kecurangan akuntansi. Penyebab adanya akuntansi yang berlaku dalam proses
perbedaan tersebut, karena dalam kondisi penyusunannya. Kedua hal tersebut
terdapat elemen pengendalian internal merupakan perilaku menyimpang dan
individu takut atau menghindari sanksi hukum termasuk sebagai tindakan kecurangan. Jika
ketika individu ditemukan melakukan manajer melakukan hal tersebut maka akan
kecurangan. Begitu juga sebaliknya, jika tidak berakibat buruk pada perusahaan nantinya.
ada pengendalian internal individu cenderung
melakukan kecurangan demi kepentingan Efek Perlakuan Moralitas Individu Terhadap
pribadi dengan memanfaatkan kesempatan Kecurangan Akuntansi
yang terdapat dalam organisasi. Tuanakotta Penelitian ini menemukan bahwa
(2010) berpendapat bahwa kecurangan terdapat perbedaan antara seseorang dengan
akuntansi sebagai kejahatan. Oleh sebab itu, level moralitas individu rendah dan level
dapat disimpulkan bahwa kecurangan (fraud) moralitas individu tinggi dalam melakukan
akuntansi merupakan suatu tindakan kecurangan akuntansi, tanpa memperhatikan
pelanggaran terhadap aturan akuntansi yang perlakuan lainnya. Hal ini berarti bahwa
Darwis dan Meliana, Pengaruh Moralitas Individu...... 71

individu dengan moralitas rendah cenderung Penelitian ini menemukan bahwa


untuk melakukan kecurangan akuntansi. terdapat interaksi antara pengendalian
Sedangkan individu dengan moralitas tinggi internal dengan level moralitas individu. Hal
cenderung tidak melakukan kecurangan ini berarti bahwa seseorang dengan level
akuntansi. Penyebab adanya perbedaan moralitas individu rendah cenderung mudah
tersebut, karena individu yang memiliki melakukan kecurangan akuntansi saat berada
moralitas rendah akan memandang dalam kondisi tidak terdapat elemen
kepentingan pribadinya adalah hal yang Pengendalian Internal, sedangkan seseorang
utama dalam melakukan suatu tindakan dengan level moralitas individu tinggi
kecurangan. Sedangkan individu yang memiliki cenderung stabil, baik dalam kondisi terdapat
moralitas tinggi akan lebih mentaati aturan maupun tidak terdapat elemen pengendalian
dan memiliki rasa tanggung jawab dalam internal. Perubahan level kondisi elemen
organisasi. Hasil penelitian ini mendukung pengendalian internal (ada dan tidak ada)
teori tahap perkembangan moral Kohlberg akan mengakibatkan dampak perubahan pada
(1971). Semakin tinggi tahapan moralitas individu dengan level moral tertentu (rendah
individu, maka individu tersebut akan semakin atau tinggi) untuk melakukan kecurangan
memperhatikan kepentingan orang banyak akuntansi. Seseorang dengan level penalaran
daripada kepentingan pribadi atau moral rendah (Grup 3) lebih cenderung
organisasinya sendiri, sehingga berusaha melakukan tindakan Kecurangan Akuntansi
untuk menghindarkan diri dari kecenderungan dibandingkan dengan seseorang dengan level
untuk melakukan kecurangan akuntansi yang penalaran moral tinggi (Grup 4) saat berada
merugikan banyak orang. Kecurangan dalam kondisi tidak terdapat elemen
akuntansi ini dapat terjadi tergantung pada pengendalian internal. Artinya dalam kondisi
individu menghadapi dilema etika tersebut. terdapat pengendalian internal individu
Kemampuan individu dalam menyelesaikan dengan level moralitas rendah akan
dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran cenderung melakukan kecurangan akuntansi,
moralnya. Hasil dari beberapa studi yang sedangkan individu dengan level moralitas
dipaparkan dalam Liyanarachi dan Adler tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan
(2010) menunjukkan bahwa level penalaran akuntansi. Hasil ini sejalan dengan teori
moral individu mereka akan mempengaruhi penalaran moral Kohlberg (1971) yang
perilaku etis mereka. Orang dengan level menyatakan bahwa orang dengan level
penalaran moral yang rendah berperilaku penalaran moral rendah (level pre-
berbeda dengan orang yang memiliki level conventional) memanfaatkan kondisi tidak
penalaran moral yang tinggi ketika terdapat elemen pengendalian internal untuk
menghadapi dilema etika. Semakin tinggi level memenuhi kebutuhan pribadinya, seperti
penalaran moral seseorang, maka individu melakukan kecurangan akuntansi. Hasil ini
tersebut semakin mungkin untuk melakukan sejalan dengan teori diamond yang
hal yang benar. menjelaskan orang yang melakukan
Hasil penelitian ini sekaligus kecurangan tersebut harus memiliki capability
memperkuat hasil dari penelitian-penelitian atau kemampuan. Maka dari itu ketika
etika yang sebelumnya dilakukan oleh Dewi individu yang memiliki capability atau
(2016) bahwa seseorang dengan level kapabilitas untuk menyadari pintu yang
penalaran moralitas individu yang tinggi akan terbuka sebagai peluang emas akan
cenderung melakukan perbuatan yang etis memanfaatkanya bukan hanya sekali namun
karena sensitif terhadap isu-isu etika. Hasil ini berkali-kali..
juga mendukung penelitian Damayanti (2016) Apabila seseorang dengan level
bahwa seseorang tidak cenderung melakukan penalaran moral rendah berada dalam kondisi
kecurangan akuntansi jika penalaran moral tidak terdapat elemen pengendalian internal
individu tinggi sedangakan seseorang (Grup 3) maka akan cenderung lebih mudah
cenderung melakukan kecurangan akuntansi melakukan kecurangan akuntansi
jika penalaran moral individu rendah. dibandingkan saat berada pada kondisi
terdapat elemen pengendalian internal (Grup
Efek Interaksi Sistem pengendalian Internal 1). Artinya individu yang memiliki level
Dengan Moralitas Terhadap Kecurangan moralitas rendah dalam kondisi tidak terdapat
Akuntansi pengendalian internal cenderung melakukan
72 Jurnal Riset Akuntansi, Volume 5, Nomor 2, Maret 2018, Hlm 65-73

kecurangan akuntansi, sedangkan dalam Indonesia, Buku Satu, Cetakan ke dua,


kondisi terdapat pengendalian internal Salemba Empat Jakarta.
individu cenderung tidak melakukan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
kecurangan akuntansi. Hal ini juga dijelaskan Indonesia (BPK RI), Peraturan No. 1
oleh teori gone yang menyatakan bahwa Tahun 2007 tentang Standar
terdapat empat faktor pendorong seseorang Pemeriksaan Keuangan.
untuk melakukan kecurangan yaitu Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik:
keserakahan, kesempatan, kebutuhan dan Suatu Pengantar. Erlangga.
pengungkapan suatu kecurangan belum Bernardi, R. and S. Guptill. 2008. Social
menjamin tidak terulangnya kecurangan Desirability Response Bias, Gender
tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun andFactors Influencing Organizational
oleh pelaku yang lain. Hasil penelitian ini Commitment: An International
mendukung penelitian dari Puspasari (2012) Study.Journal of Business Ethics.
dan Dewi (2014) bahwa seseorang dengan Betts, D. 2009. The Psychology of Fraud: What
level penalaran moral rendah akan lebih Makes Employee Cross The Line?.Joint
memperhatikan sanksi hukum yang mungkin ACFE/ISACA.
diterima, sehingga saat berada dalam kondisi Bologna, J. 1993. Handbook of Corporate
terdapat elemen Pengendalian Internal ia Fraud.Boston; Butterworth-
tidak akan melakukan hal yang menyebabkan Heinemann.
dirinya diberi hukuman. Booz-Allen, and Hamilton. 1999. Earned Value
Management Tutorial Module 6:
Simpulan Metrics, Performance Measurements
simpulan dari penelitian ini adalah and
Terdapat perbedaan kecenderungan individu Forecasting.boozallen.com/about/articl
dalam melakukan kecurangan akuntansi e_newsideas
antara individu dalam kondisi terdapat elemen Boynton, W.C., Johnson, Kell. (2003). Modern
pengendalian internal maupun tidak terdapat Auditing (terjemahan) Buku 1, Penerbit
elemen pengendalian internal. Terdapat Erlangga, Jakarta
perbedaan kecenderungan individu dalam Coram, P., C. Ferguson, and Moroney, R. 2008.
melakukan kecurangan akuntansi antara Internal Audit, Alternative Internal
individu yang memiliki level moral yang Audit Tructures and The Level of
rendah dan individu yang memiliki level moral Misapropriation of Assets
yang tinggi.Terdapat interaksi antara Fraud.Accounting and Finance vol. 48
pengendalian internal dengan level moralitas Cressey, D. 1953. Other People’s Money: a
individu. Artinya perubahan pada satu level Study in the Social Psychology of
faktor level moral atau pada kondisi Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press.
pengendalian internal, akan menyebabkan Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan.
perubahan individu dalam melakukan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
kecurangan akuntansi. Hal ini dapat terlihat Dorminey, J., A. S. Fleming., M.J. Kranacher,
dari hipotesis ketiga. Individu yang memiliki and R. A. Riley. 2011. Beyond The Fraud
level penalaran moral tinggi cenderung tidak Triangle. Enhancing Deterrence of
melakukan kecurangan akuntansi Economic Crimes.CPA Journal.
dibandingkan dengan individu yang memiliki Dewi, Gusti Ayu Ketut Rencana Sari.
level penalaran moralitas rendah. 2014.Pengaruh Moralitas Individu
DanPengendalian Internal Pada
Kecurangan Akuntansi (Studi
Eksperimen Pada Pemerintah Daerah
DAFTAR PUSTAKA Provinsi Bali). Tesis Universitas
Udayana. Bali
Albrecht, S. W. and C. Albrecht. 2004. Fraud Eddy, M. 2010. Peran BPKP dalam Penanganan
Examination and Prevention. Australia: Kasus Berindikasi Korupsi Pengadaan
Thomson, South-Western. Jasa Konsultansi Instansi
Arens, A dan Loebbecke, 1999, Auditing : Pemerintah.www.inkindojateng.web.id
Suatu Pendekatan Terpadu, Edisi /wp-
Darwis dan Meliana, Pengaruh Moralitas Individu...... 73

content/uploads/Seminar/diaksestgl20 Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim


Agustus2013 Malang.
Eisenhardt, K. M. 1989. “Building Theories Ramamoorti, S. 2008. The Psychology and
from Case Study Research”.Academy of Sociology of Fraud: Integrating the
Management Review. Vol. 14, pp 532- Behavioral Sciences Component Into
550 Fraud and Forensic AcountingCurricula.
Gaviria, A., 2001. Assessing the Effects of Issues in Accounting Education vol. 23.
Corruption and Crime on Firm Scott, W. R. 2000. Financial Accounting
Performance.Working Paper di- Theory.Second edition. Canada:
download dari Social Science Prentice Hall.
ResearchNetwork. Sheifer, A. and R. W. Vishny. 1993. Corruption.
Hernandez, J. R. and T. Groot. 2007. Corporate Quarterly Journal of Economic, vol. 108,
Fraud: Preventive Controls Which pp:599-617.
Lower Corporate Fraud. Amsterdam Welton, R., R. Davis dan M. LaGroune. 1994.
Research Centre inAccounting. Promoting The Moral Development Of
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun Accounting Graduate Students.
2013 diakses tgl 12 Oktober 2013 Accounting
www.bpk.go.id/web/files/2013/10/Buk Education.InternationalJournal 3.
u_I Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang
Jensen, M. and W.H. Meckling. 1976. Theory Berpengaruh TerhadapKecenderungan
of the Firm: Managerial Kecurangan Akuntansi : Studi pada
Behavior,Agency Cost, and ownership Perusahaan Publik danBadan Usaha
Structure, Journal of Financial Milik Negara (BUMN) di Indonesia.
Economics, 3,305-360. Jurnal Riset AkuntansiIndonesia vol.9.
Kohlberg, L. 1969. Stage and Sequence: The
Cognitive-Development Approach
Moral Action to Socialization.In D. A.
Goslin (Ed).Handbook ofsocialization
theory and research (pp.347-480).
Chicago: RandMcNally.
Liyanarachi, G. 2009. The Impact of Moral
Reasoning and Retaliation on Whistle-
Blowing: New-Zealand Evidence.
Journal of Business Ethics 89.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi
Mayangsari dan Wilopo. 2002. Konservatisme
Akuntansi, Value Relevance dan
Discretionary Accruals: Implikasi
Empiris Model Feltham-Olhson
(1996).Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, vol. 5, no. 3 (September),
Hlmn: 291-310
Mulyadi. 2009. Auditing Edisi 6 Buku 1,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Puspasari, N. 2012.Pengaruh Moralitas
Individu dan Pengendalian Internal
terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi: Studi Eksperimen
padaKonteks . Pemerintahan
Daerah.Tesis. Yogyakarta: Program
PascaSarjana. Universitas Gajah Mada.
Putra, Y. H. S. 2012. Praktik Kecurangan
Akuntansi dalam
Perusahaan.JurnalAkuntansiFakultas

Anda mungkin juga menyukai