Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol.

5(1), 2018, pp 31-42

Studi Tentang Teori Gone dan Pengaruhnya Terhadap Fraud Dengan


Idealisme Pimpinan Sebagai Variabel Moderasi: Studi Pada Pengadaan
Barang/Jasa di Pemerintahan
Jaka Isgiyataa, Indayanib*, Eko Budiyonic
a
Universitas Diponegoro, bUniversitas Syiah Kuala, cPemerintah Kabupaten Kebumen
*Corresponding author: inya74@gmail.com
http://dx.doi.org/10.24815/jdab.v5i1.8253
ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Article history: This study aims to examine the effect of GONE theory’s variables on the
Received date:30 August 2017 procurement fraud of government goods/services by using variables of leadership
Received in revised form:19December 2017 idealism as a moderating variable. This study uses question instruments for each
Accepted:4January 2018
variable: Greed, Opportunity, Need, and Exposes from Bologne (1993), Leadership
Available online:31 March 2018
Idealism from Tappen (1994) and Procurement Fraud of Government
Goods/Services. This study collects primary data gathered from the respondent’s
perception in Kebumen District Government agencies. The analysis technique used
Keywords: is Moderated Regression Analysis (MRA). The results of this study demonstrate that
GONE theory, leadership, government,
the existence of Exposes (low penalty level) and lack of leadership idealism will
procurement and fraud
increase the potential procurement fraud of goods/services in government. In other
words without the punishment that can provide a deterrent effect and less idealistic
leadership will be more and more potential individuals within the bureaucracy
associated in the procurement process of goods/services to conduct fraud.

©2018 FEB USK. All rights reserved.

1. Pendahuluan menunjukkan bahwa KPK berhasil melakukan


Korupsi tetap menjadi sorotan utama publik di operasi tangkap tangan sebanyak 5 (lima) kali,
Indonesia. Karyono (2002) menyatakan bahwa melakukan 84 kegiatan penyelidikan, 99
korupsi di Indonesia sudah terjadi berulang kali penyidikan, dan 91 penuntutan, baik kasus baru
pada sistem penyelenggaraan pemerintah. Hasil maupun sisa penanganan pada tahun sebelumnya,
pemeriksaan BPK menunjukkan fakta bahwa serta melakukan eksekusi terhadap 33 putusan
pada semester II tahun 2010 ditemukan sejumlah pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
1.513 kasus fraud dengan total kerugian sebesar (Hardian, 2011; Transparency International, 2011,
Rp. 659 miliar pada pengadaan barang/jasa yang 2012, 2013).
meliputi 146 kasus merugikan keuangan negara, Praktik-praktik kecurangan (fraud) yang
1.319 kasus merugikan keuangan daerah dan 6 sering terjadi antara lain adalah penyalahgunaan
kasus merugikan keuangan perusahaan BUMN, kepentingan, penyuapan, penerimaan yang tidak
serta 42 kasus merugikan keuangan perusahaan sah dan korupsi (Bologna, Lindquist, & Wells,
BUMD. Pada tahun 2015, hasil laporan tahunan 1993; Nugroho, 2015; Tuanakotta, 2010). Segon
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (2010) memberikan contoh riil fraud dalam bentuk

31
32
Isgiyata, Indayani,& Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

perilaku korup pejabat publik yang menerima (Getie Mihret, 2014). Ramamoorti (2008)
hadiah dari orang pribadi dengan tujuan berpendapat bahwa factor perilaku merupakan
merangsang dia untuk memberikan pertimbangan akar dari permasalahan mengenai kecurangan
yang menguntungkan untuk kepentingan pejabat (fraud).
publik dan menyajikan posisi yang tidak Perilaku seseorang dalam melakukan tindak
berimbang. Beberapa kasus fraud pada pengadaan kecurangan disebabkan karena adanya faktor-
barang/jasa pemerintah di Indonesia antara lain faktor yang mempengaruhinya (Bologne, 1993;
kasus Hambalang, kasus pengadaan Bus Trans Dewani & Chariri, 2015). Para pelaku kecurangan
Jakarta, kasus pengadaan E-KTP, dan kasus biasanya menghadapi berbagai jenis tekanan
Simulator SIM. Meskipun berbagai jenis kasus dimana tekanan yang paling kuat adalah tekanan
fraud terungkap dan telah diproses oleh hukum, finansial, tekanan non finansial seperti tuntutan
belum ada indikasi bahwa tindak kecurangan itu untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik,
akan segera terhenti. Apakah karena sistem di ataupun tantangan untuk melawan sistem
negara kita yang mandul ataukah para pelaku yang (Albrecht, Albrecht, & Albrecht, 2004). Menurut
selalu selangkah lebih maju (Hardian, 2011; Oversights System Report on Corporate Fraud
Jatiningtyas & Kiswara, 2011; Musa, Othman, (2007), alasan utama yang menyebabkan
Ibrahim, & Din, 2012). terjadinya fraud adalah adanya tekanan untuk
Indikator yang ada menunjukkan ukuran memenuhi kebutuhan, untuk mendapatkan
kerugian yang disebabkan tindakan fraud telah keuntungan, dan tidak menganggap apa yang
meningkat (Getie Mihret, 2014; Glover & Aono, dilakukannya adalah termasuk fraud.
1995; KPMG, 2010). Asosiasi Survei Penguji Teori Triangle Fraud oleh Cressey (1953)
Penipuan menunjukkan bahwa organisasi menyebutkan terdapat tiga faktor yang tepat untuk
kehilangan 5 persen dari pendapatan mereka setiap menggambarkan alasan mengapa seseorang
tahun yang disebabkan oleh penipuan. Asosiasi ini melakukan fraud atau tindak kecurangan yaitu
juga memperkirakan kerugian ekonomi global adanya tekanan, peluang atau kesempatan, dan
sebesar US$3,5 trilyun. Selain itu, tingkat rasionalisasi. Hal tersebut juga diperkuat oleh
ketidakjujuran dalam masyarakat cenderung pendapat Vona (2008) yang menyatakan bahwa
meningkat (Getie Mihret, 2014; Wilson, 2013). dalam teori penipuan untuk terjadinya penipuan
Dewani & Chariri (2015) menyebutkan bahwa perlu ada rasionalisasi, tekanan, dan peluang.
sulitnya memberantas korupsi di Indonesia AICPA telah menyebut ketiga unsur ini sebagai
mengingatkan pada suatu konsep yang disebut faktor risiko penipuan atau kondisi penipuan.
Capture Theory dari Amle O Krueger. Lebih Teori GONE merupakan penyempurnaan dari teori
lanjut mereka menyatakan bahwa dalam Capture Triangle Fraud yang mengungkapkan mengapa
Theory, Amle O Krueger menegaskan segala seorang koruptor melakukan tindak fraud yang
sesuatunya di atas kertas secara yuridis formal meliputi unsur Greed (Keserakahan), Opportunity
adalah sah dan legal. Akan tetapi, pada tataran (Kesempatan), Need (Kebutuhan), Exposes
realitasnya teori ini banyak disalahgunakan untuk (Hukuman yang rendah). Teori GONE adalah teori
memuluskan kepentingan beberapa pihak. Alasan yang menyatakan alasan pelaku tindak pidana
melakukan fraud tidak dapat sepenuhnya dipisahkan melakukan praktik fraud, sehingga dapat
dari konteks sosial dan perilaku individu. Seperti dikatakan bahwa penggunaan Teori GONE ini
banyaknya situasi individu dan sosial menjelaskan merupakan hal yang tepat. Tuanakotta (2010)
mengapa dan bagaimana fraud terjadi, eksposur menyebutkan bahwa faktor Greed dan Need
risiko fraud tidak dapat diabstraksikan hanya merupakan faktor individual yang berhubungan
sekedar sebagai bentuk konteks budaya penipuan dengan individu pelaku kecurangan, sedangkan
33
Isgiyata, Indayani,&Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

faktor Opportunity dan Exposes merupakan faktor Teori Triangle Fraud, dimana kedua teori tersebut
generik/umum yang berhubungan dengan mengungkapkan alasan seorang koruptor
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan. melakukan tindak fraud. Fraud Triangle Theory
Jika kecurangan atau fraud pengadaan merupakan teori yang meneliti tentang penyebab
barang/jasa pemerintah dikaitkan dengan terjadinya fraud yang pertama kali ditulis oleh
idealisme pimpinan, Widayat (2014) menyebutkan Cressey (1953) dan dinamakan fraud triangle atau
bahwa pergeseran paradigma kepemimpinan ideal segitiga kecurangan. Fraud triangle menurut
atau idealisme pemimpin menghantarkan sistem Cressey (1953) menjelaskan tiga faktor yang hadir
pengelolaan pemerintahan yang dihiasi dalam setiap situasi fraud yang meliputi Pressure
kepentingan kekuasaan sehingga berdampak (Tekanan), Opportunity (Peluang), Rationalization
munculnya malpraktik kekuasaan berbasis kolusi, (Rasionalisasi).
korupsi, dan nepotisme (KKN). Hal ini bisa Teori GONE menyebutkan akar penyebab
disadari secara seksama bahwa kekuasaan yang kecurangan terdiri dari empat faktor yaitu: Greed,
kurang sehat memiliki kecenderungan untuk Opportunities, Need dan Expose. Greed terkait
menghasilkan produk-produk manusia berjiwa keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi
oportunis, tanpa memikirkan dampak negatif yang secara potensial ada dalam diri setiap orang.
terhadap segala pemikiran, perbuatan, dan Opportunity atau kesempatan terkait dengan
kebijakan yang dilakukan. sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi,
Penelitian mengenai fraud dengan menggunakan yang berkaitan dengan keadaan organisasi/instansi
teori GONE masih terbatas terutama pada ruang atau lingkungan masyarakat yang membuka
lingkup pemerintahan. Tujuan dari penelitian ini kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh teori kecurangan. Need atau kebutuhan adalah sikap
GONE terhadap fraud pada pengadaan barang/jasa mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap
pemerintah, dan apakah idealisme pimpinan konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang
memperlemah pengaruh dari Greed atau keserakahan, tak pernah usai. Exposes sebagai hal yang
Opportunity atau kesempatan, Need atau kebutuhan, berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi
Exposes atau hukuman yang rendah terhadap fraud yang rendah, hukuman yang tidak membuat jera
pengadaan barang/jasa pemerintah. Penelitian ini pelaku maupun orang lain, dan deterrence effect
memberikan konstribusi pengaruh moderasi yang minim.
idealisme pimpinan pada teori GONE. Getie Mihret (2014) meneliti budaya nasional
Selanjutnya, artikel ini disusun sebagai berikut, dan risiko fraud pada 66 negara. Variabel
bagian kedua terkait dengan teori, literature review, independen budaya nasional menggunakan lima
kerangka konseptual dan hipotesis; kemudian dimensi nilai budaya Hofstede and Hofstede
metodologi penelitian; hasil dan pembahasan, dan (2005) dan fraud sebagai variabel dependennya.
terakhir kesimpulan, rekomendasi dan agenda Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko
penelitian mendatang. fraud tinggi ada pada negara dengan budaya jarak
kekuasaan yang lebar dan budaya orientasi jangka
2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis panjang yang terbatas seperti Indonesia. Pada
Teori GONE adalah teori yang populer konteks Indonesia beberapa peneliti seperti
digunakan dalam penelitan fraud. Penelitian ini (Dewani & Chariri, 2015; Jatiningtyas & Kiswara,
menggunakan teori GONE dari Jack Bologne 2011; Nugroho, 2015) yang mengamati fraud
(1993) sebagai dasar teori untuk meneliti faktor- pengadaan barang/jasa pemerintah.
faktor penyebab terjadinya perilaku fraud. Teori Jatiningtyas & Kiswara (2011) meneliti faktor-
GONE merupakan teori yang menyempurnakan faktor yang mempengaruhi fraud pada pengadaan
34
Isgiyata, Indayani,& Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

barang/jasa pemerintah. Hasil penelitiannya hanyalah korban atau mereka dilibatkan sebagai
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang pemegang dana korupsi.
signifikan dalam penilaian terhadap penghasilan Zaini, Carolina, &Setiawan (2015) meneliti
panitia, sistem dan prosedur, etika dan lingkungan Pengaruh Fraud Diamond dan Gone Theory
pengadaan barang/jasa, antara panitia pengadaan dan Terhadap Academic Fraud. Mereka menyatakan
auditor BPKP, kecuali pada kualitas panitia bahwa tidak semua faktor yang terdapat dalam
pengadaan barang/jasa. Fraud Diamond berpengaruh terhadap fraud
Nugroho (2015) meneliti tentang Implementasi (faktor tekanan berpengaruh positif, sedangkan
Sistem Pengadaan Secara Elektronik (E- kemampuan dan rasionalisasi tidak berpengaruh
Procurement) terhadap fraud Pengadaan terhadap academic fraud), sedangkan Faktor Gone
Barang/Jasa Pemerintah, yang menemukan bahwa Theory berpengaruh terhadap fraud (keserakahan,
sistem e-procurement berpengaruh secara signifikan kesempatan, dan exposes berpengaruh positif,
dan memiliki arah yang positif terhadap fraud sedangkan kebutuhan berpengaruh negatif
pengadaan barang/jasa pemerintah, sementara itu terhadap perilaku academic fraud).
Dewani & Chariri (2015) meneliti modus pencucian
uang di Indonesia. Fokus dari penelitiannya adalah Kerangka Konseptual
untuk mengungkapkan kasus-kasus tindak pidana Kerangka pemikiran penelitian menunjukkan
pencucian uang yang melibatkan artis wanita. Hasil nilai yang merepresentasikan esensi pengaruh teori
penelitian mereka menunjukkan bahwa auditor GONE terhadap fraud dengan idealisme pimpinan
pemerintah mengakui esensi pencucian uang sesuai sebagai variabel moderasi. Berikut ini merupakan
dengan peraturan dan pendapat ahli. Artis wanita gambar model penelitian:

Gambar1
Kerangka Penelitian

Idealisme Pimpinan

Greed

Fraud pada Pengadaan


Opportunity
Barang/Jasa
Pemerintah

Need

Expose

Pengembangan Hipotesis Fraud yang dikemukakan Cressey (1953) terdapat


Perilaku seseorang dalam melakukan tindak tiga faktor yang tepat untuk menggambarkan alasan
kecurangan disebabkan karena adanya faktor-faktor mengapa mereka melakukan fraud atau tindak
yang mempengaruhinya. Didalam Teori Triangle kecurangan yaitu adanya tekanan, peluang atau
35
Isgiyata, Indayani,&Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

kesempatan, sedangkan didalam Teori GONE yang meskipun harus dengan melakukan kecurangan
dikemukakan Bologne (1993) sebagai landasan sekalipun. Semakin tinggi tingkat kebutuhan maka
dalam penelitian ini terdapat unsur Greed semakin tinggi pula potensi seseorang untuk
(Keserakahan), Opportunity (Kesempatan), Need melakukan tindakan fraud.
(Kebutuhan), Exposes (Hukuman yang rendah) yang Ha3: Need berpengaruh secara positif terhadap
dijadikan alasan seorang koruptor melakukan tindak perilaku fraud pada pengadaan barang/jasa
kecurangan/fraud. pemerintah.
Greed atau keserakahan sebagai faktor yang
pertama disebutkan sebagai penyebab terjadinya Hukuman yang rendah (exposes) adalah hal
fraud. Faktor keserakahan cenderung membuat yang berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi
seseorang buta akan tindakannya, menghalalkan yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila
segala cara untuk dapat memenuhi hasrat pelaku diketemukan melakukan kecurangan
materialnya Dewani & Chariri (2015), sehingga (Dewani & Chariri, 2015). Hukuman yang rendah
semakin tinggi tingkat keserakahan sesorang maka (exposes) belum menjamin tidak terulangnya
semakin tinggi pula potensinya untuk melakukan kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama
tindakan fraud. maupun oleh pelaku yang lain. Semakin rendah
Ha1: Greed berpengaruh secara positif terhadap tingkat hukuman maka semakin tinggi pula
perilaku kecurangan/fraud pada pengadaan potensi seseorang untuk melakukan tindakan
barang/jasa pemerintah. fraud.
Ha4: Exposes berpengaruh secara positif
Bologne (1993) menempatkan faktor terhadap perilaku fraud pada pengadaan
opportunity atau kesempatan sebagai faktor yang barang/jasa pemerintah.
kedua disebutkan sebagai penyebab terjadinya
fraud. Kesempatan merupakan bagian penting dari Tappen, Davis, & Tradewell (1995)
setiap pekerjaan fraud karena kesempatan menyebutkan bahwa idealisme pimpinan pada
dianggap faktor pemicu terjadinya kecurangan dasarnya terkait dengan karakter pemimpin yang ideal
atau fraud (Albrecht et al., 2004). Kesempatan dimana seorang pemimpin mampu menjalankan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kekuasaannya secara efektif dan efisien, sehingga
kecurangan atau fraud. Oleh karena itu semakin dapat mensejahterakan rakyatnya. Idealisme
tinggi kesempatan untuk melakukan fraud maka pimpinan yang demikian cenderung berani
semakin tinggi pula potensi seseorang untuk beragumen dengan pendapat yang berbeda,
melakukan tindakan fraud. meskipun dianggap berbeda tetapi tetap percaya
Ha2: Opportunity berpengaruh secara positif diri, cenderung optimis dan memiliki pemikiran
terhadap perilaku kecurangan/fraud pada yang positif, dan berani mengambil segala risiko
pengadaan barang/jasa pemerintah. atas keputusannya. Selanjutnya, Tappen et al.
(1995) menyatakan bahwa pemimpin yang
Terkait dengan faktor need atau kebutuhan demikian harus memenuhi syarat-syarat memiliki
adalah faktor ketiga terjadinya fraud (Bologne, pengetahuan (knowledge), memiliki kesadaran diri
1993), setiap orang mempunyai kebutuhan- (self awareness), komunikatif, memiliki energi,
kebutuhan yang lebih sehingga dapat menjadi memiliki tujuan yang jelas, dan berorientasi pada
pendorong terjadinya kecurangan dan untuk tindakan/action. Semakin tinggi tingkat idealisme
memenuhi kebutuhan tersebut orang akan pimpinan maka semakin rendah potensi seseorang
melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhannya untuk melakukan tindakan fraud.
36
Isgiyata, Indayani,& Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

Ha5: Idealisme pimpinan berpengaruh secara Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat
negatif terhadap perilaku kecurangan/fraud Komitmen, Unit Layanan Pengadaan/Pejabat
pada pengadaan barang/jasa pemerintah. Pengadaan, dan Panitia Penerima Hasil
Menurut Widayat (2014) idealisme pimpinan Pekerjaan). Jumlah responden dari penelitian ini
yang baik dengan sistem akan menentukan berjumlah 102 responden dan jumlah kuisioner
individu yang bekerja didalamnya menjadi baik yang disebarkan dan kembali sebanyak 102
meskipun individu dalam suatu kelompok tersebut dengan response rate 97,1% dan kuesioner yang
kurang baik, namun sebaliknya apabila idealisme dapat digunakan berasal dari 95 responden.
pimpinannya buruk dengan sistem akan
menentukan individu yang bekerja didalamnya Pengujian Hipotesis
menjadi buruk meskipun individu dalam suatu Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
kelompok tersebut mempunyai kualitas dan menggunakan Moderated Regression Analysis
kinerja yang bermutu dibidangnya. Idealisme (MRA) dengan persamaan sebagai berikut:
pimpinan di instusi pemerintah mempunyai
konsekuensi institusional sebagaicerminan sistem Fr𝑑 = 𝑎 + 𝑏1 𝐺𝑟𝑑1 + 𝑏2 𝑂𝑝𝑡2 + 𝑏3 𝑁𝑑3 +
perilaku individu birokrasi, sehingga idealisme 𝑏4 𝐸𝑥𝑝4 + 𝑒 … … … … … … … … … … … … …(1)
pimpinan di hipotesiskan akan meningkatkan atau Fr𝑑 = 𝑎 + 𝑏1 𝐺𝑟𝑑1 + 𝑏2 𝑂𝑝𝑡2 + 𝑏3 𝑁𝑑3 +
menurunkan perilaku greed, opportunity, need dan 𝑏4 𝐸𝑥𝑝4 + 𝑏5 𝐼𝐷𝐿𝑃5 + 𝑒 … … … … … … … …(2)
exposes terhadap fraud. Fr𝑑 = 𝑎 + 𝑏1 𝐺𝑟𝑑1 + 𝑏2 𝑂𝑝𝑡2 + 𝑏3 𝑁𝑑3 +
Ha6: faktor greed akan menurunkan perilaku 𝑏4 𝐸𝑥𝑝4 + 𝑏𝐼𝐷𝐿𝑃5 + 𝑏6 (𝐺𝑟𝑑1 + 𝑂𝑝𝑡2 +
fraud apabila tingkat idealisme pimpinan 𝑁𝑑3 + 𝐸𝑥𝑝4 ) ∗ 𝐼𝐷𝐿𝑃5 + 𝑒 … … … … … … ..(3)
tinggi.
Ha7: faktor opportunity akan menurunkan Keterangan :
perilaku fraud apabila tingkat idealisme Frd = Fraud Pengadaan Barang/Jasa
pimpinan tinggi. 𝑎 = Konstanta
Ha8: faktor need akan menurunkan perilaku Grd = Greed (Keserakahan)
fraud apabila tingkat idealisme pimpinan Opt= Opportunity (Kesempatan/Peluang)
tinggi. Nd = Need (Kebutuhan)
Ha9: faktor exposes akan menurunkan perilaku Exp = Exposes (Tingkat Hukuman Rendah)
fraud apabila tingkat idealisme pimpinan IDLP = Idealisme Pimpinan
tinggi. e = Error

3. Metode Penelitian 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Jenis penelitian ini merupakan penelitian Statistik Deskriptif
kuantitatif. Studi kasus dan sumber data dalam Hasil analisis deskriptif (tabel 1) menunjukkan bahwa
penelitian ini adalah data primer berupa kuisioner banyaknya responden penelitian (N) adalah 95. Nilai
dengan menggunakan skala likert dan data rata-rata atau ukuran tendensi pusat menunjukkan
sekunder berupa data proses perencanaan dan variabel Greed (Grd) memiliki nilai rata-rata 9,09,
penerimaan barang dan jasa yang berpotensi variabel Opportunity (Opt) memiliki nilai rata-rata
melakukan fraud. Populasi responden dalam 9,19, variabel Need (Nd) memiliki nilai rata-rata 9,14,
penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) variabel Exposes (Exp) memiliki nilai rata-rata 8,02,
pada 10 (sepuluh) SKPD Pemerintah Kabupaten variabel idealisme pimpinan (IDLP) memiliki nilai
Kebumen yang terlibat dalam proses pengadaan rata-rata 19,37, variabel fraud (Frd) memiliki nilai
barang/jasa pemerintah (Pengguna Anggaran, rata-rata 16,04.
37
Isgiyata, Indayani,&Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

Tabel 1
Statistik Deskriptif
N Range Min. Maks. Sum Mean
Greed (Grd) 95 12 3 15 769 9.09
Opportunity (Opt) 95 10 5 15 873 9.19
Need (Nd) 95 10 5 15 868 9.14
Exposes (Exp) 95 10 4 14 762 8.02
Idealisme (IDLP) 95 24 6 30 1840 19.37
Fraud (Frd) 95 18 9 27 1524 16.04
Valid N (listwise) 95

Uji Reliabilitas dan Validitas Ghozali, 2010). Semua instrumen variabel adalah
Uji reliabilitas dilakukan dengan menguji handal atau reliabel untuk digunakan dalam
Cronbach Alpha (α). Konstruk atau variabel pengolahan data penelitian dikarenakan nilai
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha (α) Cronbach’s Alpha >0,7.
>0,70(Ghozali, 2006) (Nunnaly, 1967 dalam

Tabel 2
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha
Greed (Grd) 0,782
Opportunity (Opt) 0,712
Need (Nd) 0,740
Exposes (Exp) 0,781
Idealisme Pimpinan (IDLP) 0,865
Fraud (Frd) 0,896

Uji validitas dilakukan dengan Coeficient (Opt), Need (Nd) dan Idealisme Pimpinan (IDLP)
Correlation Pearson. Jika nilai rhitung>nilai adalah valid (tabel 3) dengan nilai Pearson
rtabel maka item pernyataan dinyatakan valid. Corelation rhitung > rtabel masing-masing 0,2017
Validitas instrumen Greed (Grd), Opportunity untuk degree of freedom (df) = n-2 (93).

Tabel 3
Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Item Nilai Pearson Corelation Keterangan
a. Validitas Instrumen Greed (Keserakahan)
Greed (Grd) X1 0,820 Valid
X2 0,875 Valid
X3 0.807 Valid
b.Validitas Instrumen Opportunity (Kesempatan)
Opportunity (Opt) X4 0,835 Valid
X5 0,862 Valid
X6 0.692 Valid
c.Validitas Instrumen Need (Kebutuhan)
Need (Nd) X7 0,784 Valid
X8 0,886 Valid
X9 0.763 Valid
38
Isgiyata, Indayani,& Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

d.Validitas Instrumen Exposes (Hukuman Yang Rendah)


Exposes (Exp) X10 0,818 Valid
X11 0,853 Valid
X12 0.809 Valid
e.Validitas Instrumen Idealisme Pimpinan
Idealisme Pimpinan (IDLP) X13 0,711 Valid
X14 0,815 Valid
X15 0,779 Valid
X16 0,717 Valid
X17 0,818 Valid
X18 0,798 Valid
g.Validitas Instrumen Fraud Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
Fraud Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (Frd) X19 0,779 Valid
X20 0,862 Valid
X21 0,819 Valid
X22 0,763 Valid
X23 0,802 Valid
X24 0,845 Valid

Pengujian Hipotesis Need (Nd) sebesar 0,007 dan tidak signifikan


Uji asumsi klasik telah dilakukan untuk menilai (p=0,904>α=0.05). variabel Exposes (Exp) sebesar
kualitas data. Berdasarkan uji multikolinearitas, 1,709 dan signifikan (p=0,00>α=0.05). variabel
autokorelasi, heteroskedasitas dan nomarlitas idealisme pimpinan (IDLP) sebesar -0,060 dan
didapatkan hasil data yang digunakan dapat diuji signifikan (p=0,022>α=0.05).
dengan menggunakan metode MRA. Persamaan 3 adalah pengujian variabel Grd,
Tabel 5 menunjukkan hasil pengujian hipotesis Opt, Nd, Exp dan IDLPdengan moderasi. Nilai
Ha1- Ha9. Untuk persamaan 1 adalah pengujian koefisien variabel Greed (Grd) sebesar 0,053 dan
dengan variabel Grd, Opt, Nd dan Exp. Hasil tidak signifikan (p=0,662>α=0.05). Nilai koefisien
pengujian menunjukkan nilai koefisien variabel variabel Opportunity (Opt) sebesar 0,050 dan tidak
Greed (Grd) sebesar 0,064 dan tidak signifikan signifikan (p=0,661>α=0.05). Nilai koefisien
(p=0,259>, α =0.05). Variabel Opportunity (Opt) variabel Need (Nd) sebesar -0,014 dan tidak
sebesar 0,076 dan tidak signifikan (p=0,203> signifikan (p=0,912>α=0.05). Nilai koefisien
α=0.05).Variabel Need (Nd) sebesar 0,010 dan tidak variabel Exposes (Exp) sebesar 1,687 dan
signifikan (p=0,869>α=0.05). Variabel Exposes signifikan (p=0,000>α=0.05).Variabel idealisme
(Exp) sebesar 1,711 dan signifikan (p=0,000< pimpinan (IDLP) sebesar -0,029 dan tidak
α=0.05). Hasil untuk persamaan 2 dengan variabel signifikan (p=0,869>α=0.05). Nilai koefisien
Grd, Opt, Nd, Exp dan IDLP menginformasikan variabel idealisme pimpinan sebagai variabel
bahwa nilai koefisien variabel Greed (Grd) moderasi sebesar 0,000 dan tidak signifikan
sebesar 0,073 dan tidak signifikan (p=0,192> (p=0,852>α=0.05) menunjukkan bahwa variabel
α=0.05). variabel Opportunity (Opt) sebesar 0,068 idealisme pimpinan gagal menjadi variabel
dan tidak signifikan (p=0,247>α=0.05). variabel moderasi.
39
Isgiyata, Indayani,&Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis
Persamaan 1 Persamaan 2 Persamaan 3
Unstandardized Unstandardized Unstandardized
Model
Coeffisients t Sig. Coeffisients t Sig. Coeffisients t Sig.
B Std. B Std. B Std.
(Constant) 1.008 .975 1.034 .304 -.108 1.066 -.102 .919 .576 3.822 .151 .881
Greed (Grd) .064 .056 1.136 .259 .073 .055 1.315 .192 .053 .120 .439 .662
Opportunity (Opt) .076 .060 1.283 .203 .068 .058 1.166 .247 .050 .113 .439 .661
Need (Nd) .010 .058 .165 .869 .007 .056 .121 .904 -.014 .124 -.111 .912
Exposes (Exp) 1.711 .071 24.058 .000*** 1.709 .069 24.603 .000*** 1.687 .135 12.475 .000***
Idealisme
-.060 .026 -2.324 .022** -.029 .172 -.166 .869
Pimpinan (IDLP)
Interaksi .000 .005 -.187 .852
*** sig α = 1%, ** α = 5%, *α=10%
Frd = 1,008 + 1,711 Exp Frd = 0,108+1,709 Exp-0.060 IDLP Frd = 0,576 + 1,687 Exp

Untuk menerima atau menolak hipotesis maka terhadap fraud pengadaan barang/jasa pemerintah
hasil uji t dan signifikansinya menjadi acuan dan H0 diterima. Tidak liniernya hasil ini dengan
dengan tingkat kepercayaan = 95% dan derajat Teori GONE Bologne (1993) bahwa Opportunity
kebebasan (df) = n-k-1, diperoleh df = 89 (95–5– merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
1=89) dan nilai ttabel adalah 1,9870. Ha diterima perilaku fraud disebabkan pegawai pemerintah
bila thitung> ttabeldan mempunyai signifikansi< 0,05 yang perilaku kerjanya terikat aturan dimana
dan Ha ditolak bila thitung< ttabel dan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan fraud
signifikansi >0,05. Hipotesis 1 (Ha1) pengadaan barang/jasa semakin diminimalisir
mengekspektasikan Greed atau keserakahan dengan pemberlakuan e-procurement barang dan
berpengaruh secara positif terhadap perilaku fraud jasa.
pengadaan barang/jasa pemerintah. Nilai Hipotesis 3 (Ha3) ditolak karena thitung 0,121<
thitung1,315<tabel 1,9870 dan signifikansi ttabel1,9870 dan tidak signifikan. Hal ini tidak
>0,05,dengan demikian Ha1 ditolak dan H0 diterima. sesuai dengan yang di ekspetasikan oleh Teori
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat Greed yang GONE Bologne (1993) bahwa Need merupakan
tinggi tidak menjadikan tingkat fraud pengadaan salah satu faktor yang menyebabkan perilaku
barang/jasa pemerintah juga tinggi. Hasil penelitian fraud. Hal tersebut bisa terjadi karena penelitian
ini tidak sejalan dengan Teori GONE dari Bologne ini mengambil responden dari pegawai pemerintah
(1993) yang menyebutkan bahwa Greed merupakan daerah pada kota kecil seperti Kebumen yang
salah satu faktor yang menyebabkan perilaku fraud. semuanya berasal dari suku bangsa Jawa yang
Hal tersebut bisa terjadi karena penelitian ini cenderung mempunyai falsafah hidup “nrima ing
mengambil responden dari pegawai pemerintah yang pandum” atau menerima pada keadaan.
perilaku kerjanya berdasarkan pada aturan Hasil untuk hipotesis 4 (Ha4) mendukung
pemerintah dimana pendapatan yang bersumber dari diterimanya Teori GONE Bologne (1993) bahwa
gaji dan tunjangan beserta honorarium sifatnya Expose merupakan salah satu faktor penyebab
sudah melekat. tindakan fraud (thitung24,603 > ttabel1,9870 dan
Berdasarkan hasil uji t terhadap variabel signifikan). Hal ini sangat dimungkinkan karena
Opportunity pada Tabel 5 nilai thitung1,166 selama ini tingkat hukuman yang diberikan bagi
<tabel1,9870 dan tidak signifikan maka Ha2 tidak para kaum birokrasi yang melakukan tindakan
dapat diterima atau variabel Opportunity fraud dalam pengadaan barang/jasa pemerintah
(kesempatan) tidak berpengaruh secara positif cenderung belum memberikan efek jera (Hardian,
40
Isgiyata, Indayani,& Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

2011). Sementara itu, hasil uji t terhadap variabel yang berpengaruh terhadap fraud pengadaan
idealisme pimpinan menunjukkan thitung 2,324< barang/jasa pemerintah sedangkan Greed
ttabel1,9870 tetapi signifikan pada α <0.05, (keserakahan), Opportunity (kesempatan), dan
sehingga Ha5 diterima. Tingkat idealisme Need (kebutuhan) tidak berpengaruh secara positif
pimpinan yang semakin tinggi menjadikan tingkat terhadap fraud pengadaan barang/jasa pemerintah.
fraud pengadaan barang/jasa pemerintah semakin Sedangkan idealisme pimpinan yang digunakan
rendah. sebagai variabel moderasi berdasarkan hasil
Hasil pengujian variabel Grd, Opt, Nd dan pengujian hasilnya bukan merupakan variabel
Exp dengan variabel moderasi (X*Z) pada moderasi. Variabel idealisme pimpinan
persamaan 3 mencatat bahwa variabel Greed berpengaruh secara negatif terhadap fraud
(Grd), variabel Opportunity (Opt), variabel Need pengadaan barang/jasa pemerintah hanya pada saat
(Nd) dan idealisme pimpinan (IDLP) tidak variabel tersebut tidak dijadikan sebagai variabel
signifikan berpengaruh terhadap fraud pengadaan pemoderasi.
barang/jasa pemerintah (thitung< ttabel dan Hasil penelitian ini secara keseluruhan
signifikansi > 0,05). Demikian juga variabel menunjukkan bahwa adanya Exposes (tingkat
idealisme pimpinan (IDLP) bukan merupakan hukuman yang rendah) dan kurangnya idealisme
variabel moderasi dikarenakan nilai koefisien pimpinan akan meningkatkan potensi
interaksi sebesar 0,000 dan tingkat signifikansinya kecurangan/fraud pengadaan barang/jasa
0,852 > 0,05 dan diperkuat nilai thitung- 0,187 < pemerintah. Dengan kata lain, tanpa adanya
1,9870 ttabel sehingga hipotesis 6 (Ha6), hipotesis 7 hukuman yang bisa memberikan efek jera dan
(Ha7), hipotesis 8 (Ha8) ditolak. Berbeda dengan pimpinan yang kurang idealis maka akan semakin
variabel exposes (Exp) yang berpengaruh secara banyak potensi individu didalam diri birokrasi
positif tetapi idealisme pimpinan (IDLP) tidak yang terkait dalam proses pengadaan barang/jasa
berpengaruh terhadap fraud pengadaan barang/jasa untuk melakukan perilaku curang/fraud pada
pemerintah. Meskiun demikian, variabel idealisme pengadaan barang/jasa pemerintah.
pimpinan bukan merupakan variabel moderasi Penelitian-penelitian dimasa akan datang yang
sehingga hipotesis 9 (Ha9) ditolak. Dengan kata terkait dengan perilaku kecurangan/fraudpada
lain, idealisme pimpinan (IDLP) terbukti secara pengadaan barang/jasa pemerintah dapat diuji
statistik gagal menjadi variabel moderasi yang kembali melalui tinjauan Teori GONE dan
berfungsi memperkuat atau memperlemah idealisme pimpinan sebagai variabel moderasi
pengaruh Greed, Opportunity, Need, Exposes pada waktu dan tempat yang berbeda. Selain itu
terhadap fraud pengadaan barang/jasa pemerintah. dapat pula menguji variabel-variabel lainnya yang
belum diuji dalam penelitian ini seperti integritas
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran pimpinan dan komitmen organisasional sebagai
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan variabel moderasi.
pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui Rekomendasi pada Pemerintah Kabupaten
bahwa hanya variabel Exposes (tingkat hukuman Kebumen yaitu perlu adanya inisiatiflokal untuk
yang rendah) yang berpengaruh dengan tanda menerjemahkan dalam bentuk peraturan kepala
positif dan idealisme pimpinan yang secara daerah yang mengatur pengadaan barang/jasa.
statistik berpengaruh dengan pola negatif terhadap Aturan ini juga memuat hukuman kepada para
fraud pengadaan barang/jasa pemerintah.Hal pelaku tindak fraud pengadaan yang bisa membuat
tersebut juga diperkuat dengan hasil uji hipotesis efek jera bagi para pelakunya. Penempatan
dari 4 (empat) faktor dalam Teori GONE hanya pimpinan pada masing-masing instansi melalui
faktor Exposes (tingkat hukuman yang rendah) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan
41
Isgiyata, Indayani,&Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

yang mengedepankan kualifikasi berdasarkan and expanded 2nd edition ed.). New York:
pertimbangan idealisme individu terkait, sehingga McGraw-Hill.
sekecil apapun tingkat fraud itu bisa diantisipasi Jatiningtyas, N., & Kiswara, E. (2011). Analisis
sejak dini langsung dari internal pemerintah faktor-faktor yang mempengaruhi fraud
daerah itu sendiri. Selain itu, tinjauan eksternal pengadaan barang/jasa pada lingkungan
secara umum wacana hukuman terhadap pelaku instansi pemerintah di wilayah Semarang.
korupsi seperti pemiskinan koruptor juga layak Universitas Diponegoro.
untuk diinisiasi oleh pemerintah pusat agar para Karyono, K. (2002). Fraud auditing. The Winners,
pelaku fraud pengadaan barang/jasa pemerintah di 3(2), 150-160.
seluruh negeri ini berpikir ulang untuk melakukan KPMG. (2010). Fraud and misconduct survey 2010,
tindakan fraud pengadaan barang/jasa tanpa Australia and New Zealand. KPMG, Sydney.
kecuali baik itu di jajaran birokrasi pemerintah Musa, N., Othman, R. M., Ibrahim, D. A., & Din, I.
daerah maupun pemerintah pusat. (2012). E-government services: The formal,
technical and informal components of e-fraud
Daftar Pustaka prevention for government agency.
Albrecht, W. S., Albrecht, C. C., & Albrecht, C. O. International Journal of Research in
(2004). Fraud and corporate executives: Management & Technology, 2(2), 213-219.
Agency, stewardship and broken trust. Journal Nugroho, R. S. (2015). Pengaruh implementasi sistem
of Forensic Accounting, 5(1), 109-130. pengadaan secara elektrinik (E-Procurement)
Bologna, J., Lindquist, R. J., & Wells, J. T. (1993). terhadap fraud pengadaan barang/jasa
The Accountant's Handbook of Fraud and pemerintah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat
Commercial Crime: Wiley New York, NY. Daerah Kabupaten Magetan). Jurnal
Bologne, J. (1993). Handbook on corporate fraud: Administrasi Publik, 3(11), 1905-1911.
Prevention, detection, and investigation: Ramamoorti, S. (2008). The psychology and
Butterworth-Heinemann. sociology of fraud: Integrating the behavioral
Dewani, R. A., & Chariri, A. (2015). Money sciences component into fraud and forensic
laundering dan keterlibatan wanita (Artis): accounting curricula. Issues in Accounting
Tantangan baru bagi auditor investigasi. Education, 23(4), 521-533.
Diponegoro Journal of Accounting, 4(3), 1-6. Segon, M. (2010). Corruption as part of national
Getie Mihret, D. (2014). National culture and fraud culture: The disconnect between values, ethics
risk: exploratory evidence. Journal of Financial and etiquette. International Review of Business
Reporting and Accounting, 12(2), 161-176. Research Papers, 6(6), 259-275.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate Tappen, R. M., Davis, F., & Tradewell, G. T. (1995).
dengan program SPSS: Badan Penerbit Nursing leadership and management: Concepts
Universitas Diponegoro. and practice. Journal for Nurses in Professional
Glover, H. D., & Aono, J. Y. (1995). Changing the Development, 11(5), 280.
model for prevention and detection of fraud. Transparency International. (2011). Transparency
Managerial Auditing Journal, 10(5), 3-9. international corruption perceptions index
Hardian, I. (2011). Kasus pengadaan barang/jasa 2011. Retrieved 20 agustus, 2017, from
berdasarkan temuan BPK RI. Jurnal www.transparency.org
Pengadaan, Senarai Pengadaan Barang/ Jasa Transparency International. (2012). Transparency
Pemerintah, 1. international corruption perceptions index
Hofstede, G., & Hofstede, G. J. (2005). Cultures and 2012. Retrieved 20 Agustus, 2017, from
organizations: Software of the mind (Revised www.transparency.org
42
Isgiyata, Indayani,& Budiyoni/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 5(1), 2018, pp 31-42

Transparency International. (2013). Transparency


international corruption perceptions index
2013. Retrieved 20 Agustus, 2017, from
www.transparency.org
Tuanakotta, T. M. (2010). Audit forensik dan audit
investigatif: Jakarta: Salemba Empat.
Vona, L. W. (2008). Fraud risk assessment. Building
A Fraud Audit Program.
Widayat, P. A. (2014). Kepemimpinan profetik:
Rekonstruksi model kepemimpinan berkarakter
keindonesiaan. Akademika Jurnal Pemikiran
Islam, 19(1).
Wilson, F. M. (2013). Organizational behaviour and
work: a critical introduction: Oxford
University Press.
Zaini, M., Carolina, A., & Sstiawan, A. R. (2015).
Analisis pengaruh fraud diamond dan gone
theory terhadap academic fraud (Studi kasus
mahasiswa akuntansi Se-Madura). Paper
presented at the Simposium Nasional
Akuntansi XVIII.

Anda mungkin juga menyukai