Anda di halaman 1dari 44

KORUPSI

Bab 7
Pengertian Korupsi

 Asal kata dari bahasa latin corruptio atau corruptus


 Dari bahasa latin turun ke banyak bahasa Eropa seperti
Inggris: corruption, corrupt; Perancis corruption; dan
Belanda: corruptie (korruptie)
 Dari bahasa belanda itulah turun ke bahasa Indonesia
menjadi korupsi
 Arti harfiah kata tersebut ialah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral.
 Menurut kamus umum bahasa Indonesia Purwadarminta,
korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dsb.
 Di Malaysia dipakai istilah resuah yang diambil dari
bahasa Arab riswah yang sama artinya dengan korupsi.

2
KORUPSI itu ...
Penyebab Korupsi

 Penyebab korupsi
Fraud Triangle
merupakan
gabungan dari tiga
elemen, yaitu : opportunities
 Tekanan /
Pressures
 Peluang / Perceived Pressures

opportunities Perceived Opportunities

Rationalization
 Justifikasi /
Rationalization
pressures rationalization

9
Penyebab Korupsi

GONE Theory (Bologna 1993)

• GREED , berkaitan dengan prilaku serakah yang potensial

Ada pada setiap diri manusia

• OPPORTUNITY, berkaitan dengan organisasi yang sedemiakia

Rupa sehingga terbuka bagi seseorang melakukan kecurangan

• NEED , berkaitan dengan faktor yang dibutuhkan oleh individu

Untuk menunjang hidup secara wajar

• EXPOSURE , berkaitan dengan kemungkinan dapat terungkap

Suatu kecurangan dan beratnya hukuman yang dikenakan pada


Pelaku kecurangan , semakin besar kemungkinan kecurangan
Terungkap dan semakin hukuman yang dikenakan akan semakin
Semakin berkurang dorongan untuk melakukan kecurangan
Kosupsi ditinjau dengan pendekatan sosiologi

 Dalam pendekatan sosiologi definisi korupsi yang


paling lazim digunakan adalah penyalahgunaan
wewenang untuk kepentingan pribadi (the abuse
of power for private gain)
 Korupsi bukan masalah budaya
 Korupsi merupakan masalah yang berkenaan
dengan sistem perekonomian dan kelembagaan
 Sistem perekonomian dan kelembagaan tertentu
dapat mendorong bahkan memberikan reward
untuk perbuatan korupsi

11
Sistem kelembagaan yang mendorong
korupsi
Sistem perekonomian dan kelembagaan yang
meningkatkan manfaat atau keuntungan korupsi cenderung
memiliki empat ciri yaitu :

Individu pejabat mempunyai kekuasaan mutlak atas


pengambilan keputusan (monopoly power)
Pejabat yang bersangkutan mempunyai kelonggaran
wewenang yang besar (discretion)
Mereka tidak perlu mempertanggungjawabkan tindakan
mereka (accountability)
Mereka beroperasi dalam lingkungan yang rendah tingkat
keterbukaannya (transparency of decision making)

12
Rumus yang mendorong korupsi

Keempat ciri ini melahirkan rumus atau persamaan yang


berikut :

C = MP + D – A – Tdm

Dimana :
C = corruption
MP = monopoly power
D = discretion
A = accountability
Tdm = transparency of decision making

13
Delapan Pertanyaan tentang Korupsi
 Apa sesungguhnya KORUPSI itu ?
 Negara negara mana yang paling korup ?
 Apa ciri ciri umum negara yang mempunyai tingkat
korupsi yang tinggi ?
 Berapa besarnya korupsi ?
 Apakah gaji lebih tinggi untuk para birokrat akan menekan
korupsi ?
 Apakah persaingan dapat menekan korupsi ?
 Mengapa begitu sedikit upaya yang berhasil memerangi
korupsi ?
 Apakah korupsi berdampak negatip terhadap
pertumbuhan ekonomi ?

(Jakob Svensson, senior economist pada Development Research


Group , Word Bank)
14
1.Apa sesungguhnya KORUPSI itu ?

 Korupsi umumnya didefinisi adalah penyalahgunaan jabatan di


sektor pemerintahan (misuse of public office) untuk
keuntungan pribadi.
 Korupsi yang didefinisikan seperti itu meliputi, misalnya,
penjualan kekayaan negara secara tidak sah oleh pejabat,
kickbacks dalam pengadaan di sektor pemerintahan,
penyuapan, dan "penjarahan" (embezzlement) dana-dana
pemerintah.
 Korupsi adalah outcome, cerminan dari lembaga-lembaga
hukum, ekonomi, budaya dan politik suatu negara. Korupsi
dapat berupa tanggapan atas peraturan yang berguna atau
peraturan yang merugikan.

15
2.Negara negara mana yang paling korup ?
 Kajian mengenai pengukuran korupsi antar-negara oleh Knack
dan Keefer (1995) dan Mauro (1995) didasarkan atas indikator
korupsi yang dihimpun oleh perusahaan-perusahaan yang
berkecimpung dalam usaha mengukur risiko, (private risk-
assessment firms). Di antaranya, International Country
Risk Guide (ICRG) adalah yang paling populer,
  indeks yang menunjukkan rata-rata dari berbagai
peringkat oleh sumber-sumber yang menghimpun data
mengenai persepsi adanya korupsi. Di antaranya, yang paling
populer adalah Corruption Perception Index, disingkat CPI.
 Kaufmann, Kraay dan Mastruzzi (2003) menghasilkan ukuran
yang nielengkapi pengukuran tersebut di atas, yakni Control of
Corruption (CoC).
 Ketiga indikator tersebut sebenarnya mencerminkan hal
serupa. Metodologi agregasi data di antara ketiga indikator itu
hanya berbeda tipis.
16
3. Apa ciri ciri umum negara yang
mempunyai tingkat korupsi yang tinggi ?
 Kelompok teori pertama memandang mutu lembaga dan karenanya juga
korupsi­dibentuk oleh faktor-faktor ekonomi. Secara singkat,
perkembangan lembaga-lembaga merupakan respons terhadap tingkat
pendapatan negara. (Lipset, 1960; Demsetz, 1967). Pandangan yang
terkait diberikan oleh human capital theory, yang melihat perkembangan
dalam human capital dan penghasilan menyebabkan perkembangan
dalam kelembagaan (Lipset, 1960; Glaeser, La Porta, Lopez-de Silanes
dan ShIcifer, 2004). Kelompok teori ini melihat pendapatan per kapita dan
taraf pendidikan sebagai penyebab korupsi.
 Kelompok institutional theories kedua menekankan peran lembaga-
lembaga secara lebih langsung. Teori-teori ini sering kali memandang
lembaga-lembaga sebagai pantang menyerah (persistent) dan
bawaan (inherited). Dalam kaitan ini, Acernoglu, Johnson, dan Robinson
(2001) menjelaskan bahwa di wilayah bekas jajahan, lembaga-lembaga
dibangun untuk kepentingan penjajah, tradisi sejarah dan kolonialisasi
membawa dampak terhadap korupsi (Treisman, 2000).
 Dalam pandangan kelompok teori kedua, lembaga-lembaga ekonomi dan
politik mernengaruhi tingkat korupsi, khususnya dalam cara-cara di mana
lembaga-lembaga itu membatasi persaingan pasar (meliputi keterbukaan
persaingan dari luar untuk impor) dan politik.
17
4. Berapa besarnya korupsi ?
 Sekalipun survei itu sudah disesuaikan beberapa kali untuk
mendorong responder (para manajer di perusahaan yang
disurvei) memberikan jawaban yang sesungguhnya mengenai
penyuapan, namun pelaporan yang tidak benar (karena rasa
khawaatir) masih terjadi.
 Korupsi juga merajalela dalam bidang pengadaan barang dan
jasa. Olken (2003, 2004) menemukan bahwa 29% dari dana
yang dialokasikan untuk pembuatan jalan raya dan 18% dari
dana yang dialokasikan untuk subsidi beras untuk orang
miskin (raskin) dikorupsi.
 Svensson memberikan contoh-contoh dari negara lain dan
cara menaksir berapa jumlah korupsi dengan mengambil
sampel tertentu, seperti korupsi dalam program minyak untuk
pangan (Oil for Food Program) di Irak. Contoh-contoh itu tidak
disarikan di sini.

18
5. Apakah gaji lebih tinggi untuk para
birokrat akan menekan korupsi ?
 Dasar teoretis dari gagasan untuk rekomendasi kebijakan
menaikkan gaji pegawai negeri, datang dari Becker dan Stigler
(1974). Mereka menunjukkan bahwa dengan menaikkan
gaji pegawai negeri di atas gaji resmi, kita dapat memastikan—
dengan kondisi tertentu—bahwa pegawai akan berperilaku jujur.
Namun, apabila masalah korupsinya tidak diselesaikan dan
penegakan hukum tetap lemah, yang terjadi adalah tingkat
korupsi (biaya korupsi) justru akan meningkat (Mookherjee dan
Png, 1995).
 Bukti sistematis yang menunjukkan hubungan antara kenaikan
gaji dan tingkat korupsi memang meragukan. Rauch dan Evans
(2000) dan Treisman (2000) menemukan tidak ada bukti kuat
mengenai hubungan antara kenaikan gaji dan turunnya tingkat
korupsi.
 kesimpulan yang penting bagi negara berkembang dengan
tingkat korupsi yang tinggi. Tanpa sistem pemantauan yang jujur
dan konsisten, kenaikan gaji tidak akan menurunkan tingkat
korupsi. 19
6. Apakah persaingan dapat menekan korupsi?
 Ketilka ada persaingan yang kuat, peserta tender akan         
berusaha menekan harga jual mereka sekuat mungkin.
Sehingga tidak tersedia dana untuk mcnyogok pejabat. Dalam
kenyataannya, hubungan antara laba perusahaan dan
korupsi sangatlah kompleks, dan secara analitis tidaklah
selalu jelas.
 Para pejabat sering kali mengeluarkan aturan yang
menghabat masuknya pesaing (barrier to entry)  supaya
mereka bisa korupsi (De Soto, 1989; Shleifer dan Vishny,
1993). Jadi, deregulasi bisa mengurangi korupsi bukan
karena ia meningkatkan persaingan, melainkan karena ia
mengurangi kewenangan birokrat.

20
7.Mengapa begitu sedikit upaya yang berhasil
memerangi korupsi ?
 Di banyak negara, termasuk Indonesia, Pemberantasan korupsi
dilakukan melalui gebrakan-gebrakan oleh lembaga atau aparat
(penegak) hukum dan keuangan (para pemeriksa, seperti
auditor dan investigator). Mengapa begitu sedikit yang berhasil?
 Sampai hari ini tersedia sedikit bukti yang menunjukkan bahwa
kalau lembaga-lembaga pemantau korupsi diguyur dengan
dana dan sumber daya lainnya, mereka akan berhasil menekan
korupsi. Hanya Hong Kong dan Singapura hal ini dapat
dibuktikan, dan mereka dianggap sebagai perkecualian.
 Di. Hongkong dan Singapura, pemberdayaan  KPK mereka.
dibarengi dengan .berbagai reformasi di bidang administrasi
negara. masalahnya, di kebanyakan negara berkembang,
komitmen inilah yang tidak bisa dihadirkan. 

21
8. Apakah korupsi berdampak negatip
terhadap pertumbuhan ekonomi ?
 Dalam kebanyakan teori yang menghubungkan korupsi dengan
pertumbuhan ekonomi yang lambat, tindakan korup itu sendiri
bukanlah biaya sosial terbesar. Kerugian terbesar dari korupsi
adalah bahwa korupsi melahirkan perusahaan yang tidak
efisien dan alokasi talenta (SDM), teknologi, dan modal justru
menjauhi penggunaannya yang paling
produktif bagi masyarakat.
 Kajian 'Fisman (2001) menunjukkan adanya perusahaan yang
hidup, dari korupsi dan kolusi dengan pejabat Indonesia dan
dari rent seeking melalui hubungan mereka dengan penguasa.
Korupsi juga merupakan hipotesis utama mengapa dampak dari
public spending terhadap pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat sangat mengecewakan.

22
SATU DEKADE INDEKS KORUPSI
di INDONESIA

23
FAKTA & TEMUAN CPI 2020

24
TOP 5 SCOR GLOBAL TERTINGGI 2020
.

25
3 SCOR GLOBAL TERENDAH 2020

26
INDONESIA CPI 2020
.

27
INDONESIA CPI 2020 & 2019

28
SKOR DAN PERINGKAT YANG SAMA

29
.

30
.

35
36
DAMPAK DARI KORUPSI
.

38
Korupsi yang terungkap
• Gunung es

terungkap

belum
terungkap
Korupsi terbagi dalam 3 kelompok

• Korupsi yang sudah ada tuntutan hukum,dapat


diketahui halayak ramai dengan dibukanya kepada
umum laporan hasil pemeriksaan BPK tanpa
memperhatikan bagaimana keputusan pengadilannya
(20%)
• Korupsi yang ditemukan tapi belum ada tuntutan
hukum , misalnya hasil pemeriksaan BPK berupa
indikasi (40%), korupri kelompok ini lebih sulit lagi
diketahui karena adanya lembaga perlindungan hukum
yang dimanfaatkan tertuduh , yakni pencemaran nama
baik
• Korupsi yang belum ditemukan , hanya Tuhan dan
pelakunya yang mengetahui (40%),karenanya kita tidak
bisa mengetahui berapa besar nilai fraud yang
sesungguhnya terjadi
30 Jenis Korupsi

Dikelompokkan menjadi:
1. Merugikan keuangan negara,
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam
pengadaan
7. Gratifikasi
Pelaku KORUPSI Sebagaimana UU NO 31 / 1999 yang telah diubah
denganUU NO 20 / 2001

SUBYEK PERBUATAN AKIBAT

-Memperkaya diri, orang lain, koorporasi


secara melawan hukum (Psl 2)
SETIAP ORANG -Menguntungkan diri, orang lain, koorporasi
dengan menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana karena jabatan
-Setiap orang /kedudukan (Psl 3) -Merugikan Ku /
-Pegawai negeri ekonomi Negara
-Penylgr negara -Merugikan individu,
-Suap (Psl 5,6,11,12,13)
-Hakim
instansi, dunia usaha
-Advokat
-Perbuatan curang, membahayakan & masyarakat
PEMBORONG keamanan umum (Psl 7) -Bangsa dan negara
-Penggelapan uang/surat berharga (Psl 8) terpuruk
-Pegawai negeri -Pemalsuan, menghilangkan, merusakkan
-Selain PN buku-buku/daftar-daftar (Psl 9, 10)

-UU Lain yang menyebut -----korupsi


INDONESIA TIDAK KEKURANGAN
ORANG PINTAR
(baca: PROFESIONAL),
INDONESIA KEKURANGAN
ORANG JUJUR
(baca: Integritas)
Biasakan yang BENAR
Bukan membenarkan yang BIASA

Anda mungkin juga menyukai