Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fransisco S Takatelide

NIM : 200104012
M. K : PKN

Masalah Korupsi Di Indonesia


Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari
bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berasal dari bahasa Latin yang lebih tua
corrumpere. Istilah korupsi dalam bahasa Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa
Perancis corruption dan dalam bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi dalam
bahasa Indonesia. Henry Campbell Black dalam Black's Law Dictionary menjabarkan korupsi
adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa keuntungan yang
bertentangan dengan tugas dan hak orang lain. Perbuatan seorang pejabat atau seorang
pemegang kepercayaan yang secara bertentangan dengan hukum, secara keliru
menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri atau
untuk orang lain, bertentangan dengan tugas dan hak orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang pengertian istilah
korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti lain korup
adalah suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok
(memakai kekuasannya untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah merusak,
menyelewengkan (menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara) tempat
kerjanya. Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mengkorupsi adalah
menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya).
Menurut Kamus Oxford, korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama
dilakukan orang yang berwenang. Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari membuat
seseorang berubah dari standar perilaku moral menjadi tidak bermoral. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Korupsi juga
diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi. Juga menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

1
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.
Mengapa orang memilih menjadi korup daripada jujur? Bagi sebagian orang, menjadi
korup mungkin cara termudah atau memang satu-satunya cara untuk mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Suatu kali, suap merupakan cara mudah untuk menghindari
hukuman. Untuk menjelaskan perilaku korupsi, ada beberapa teori yang mengemukakan
penyebab orang melakukan tindakan korupsi. Berikut teori yang paling umum:
a. Teori Triangle Fraud (Donald R. Cressey) Ada tiga penyebab mengapa orang korupsi
yaitu adanya tekanan (pressure), kesempatan (opportunity) dan rasionalisasi
(rationalization).
b. Teori GONE (Jack Bologne) Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan
(greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs) dan pengungkapan (expose).
c. Teori CDMA (Robert Klitgaard) Korupsi (corruption) terjadi karena faktor kekuasaan
(directionary) dan monopoli (monopoly) yang tidak dibarengi dengan akuntabilitas
(accountability).
d. Teori Willingness and Opportunity Menurut teori ini korupsi bisa terjadi bila ada
kesempatan akibat kelemahan sistem atau kurangnya pengawasan dan keinginan yang
didorong karena kebutuhan atau keserakahan.
e. Teori Cost Benefit Model Teori ini menyatakan bahwa korupsi terjadi jika manfaat korupsi
yang didapat atau dirasakan lebih besar dari biaya atau risikonya.

Korupsi adalah hal yang konstan dalam masyarakat dan terjadi di semua peradaban.
Korupsi mewujud dalam berbagai bentuk serta menyebabkan berbagai dampak, baik pada
ekonomi dan masyarakat luas. Berbagai penelitian maupun studi komprehensif soal dampak
korupsi terhadap ekonomi dan juga masyarakat luas telah banyak dilakukan hingga saat ini.
Hasilnya, korupsi jelas menimbulkan dampak negatif. Di antara penyebab paling umum
korupsi adalah lingkungan politik dan ekonomi, etika profesional dan moralitas, serta
kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan demografi. Korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi
dan memengaruhi operasi bisnis, lapangan kerja, dan investasi. Korupsi juga mengurangi
pendapatan pajak dan efektivitas berbagai program bantuan keuangan. Tingginya tingkat
korupsi pada masyarakat luas berdampak pada menurunnya kepercayaan terhadap hukum
dan supremasi hukum, pendidikan dan akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke
infrastruktur hingga perawatan kesehatan.

Secara ringkas, dampak masif korupsi dapat dirasakan dalam berbagai bidang antara lain :
Dampak ekonomi
a. Dampak sosial dan kemiskinan masyarakat

2
b. Dampak birokrasi pemerintahan
c. Dampak politik dan demokrasi
d. Dampak terhadap penegakan hukum
e. Dampak terhadap pertahanan dan keamanan
f. Dampak kerusakan lingkungan

Pengertian korupsi menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Praktik- praktik tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia hampir setiap hari
diberitakan oleh media massa. Kenyataan praktik korupsi yang terjadi di Indonesia bukan
hanya melibatkan personal, tetapi juga instansi politik dan hukum.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para
saintis sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial
dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok
sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan dan lain-lain.
Tindak pidana korupsi digolongkan ke dalam kejahatan luar biasa (extraordinary
crime). Tindak pidana korupsi termasuk ke dalam golongan tindak pidana khusus, sehingga
memerlukan langkah-langkah yang khusus untuk memberantasnya.
Hukum positif Indonesia mengatur pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Berbagai upaya pemerintah untuk meminimalisasi penyebaran tindak pidana ini
tampaknya belum memperoleh hasil yang signifikan. Berikut pembahasan lebih lanjut
mengenai penyebab korupsi di Indonesia serta tantangan yang dihadapi dalam upaya
pemberantasannya.

Penyebab Korupsi di Indonesia


Mengutip dari Jurnal Keadilan Progresif Fakultas Hukum Universitas Bandar
Lampung, penyebab korupsi di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 2, yakni penyebab
internal dan eksternal. Berikut penjelasan selengkapnya;
1. Faktor Internal : Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
Persepsi terhadap korupsi atau pemahaman seseorang mengenai korupsi tentu berbeda-
beda. Salah satu penyebab korupsi di Indonesia adalah masih bertahannya sikap primitif
terhadap praktik korupsi karena belum ada kejelasan mengenai batasan bagi istilah
korupsi. Sehingga terjadi beberapa perbedaan pandangan dalam melihat korupsi.

3
Kualitas moral dan integritas individu juga berperan penting dalam peyebab korupsi di
Indonesia dari faktor internal. Adanya sifat serakah dalam diri manusia dan himpitan
ekonomi serta self esteem yang rendah dapat membuat seseorang melakukan korupsi.
Adapun beberapa pernyataan ahli yang menyimpulkan beberapa poin penyebab korupsi di
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. peninggalan pemerintahan kolonial.
b. kemiskinan dan ketidaksamaan.
c. gaji yang rendah.
d. persepsi yang popular.
e. pengaturan yang bertele-tele.
f. pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Menurut bidang psikologi, terdapat dua teori yang menyebabkan terjadinya korupsi,
yaitu teori medan dan teori big five personality. Teori medan adalah perilaku manusia
merupakan hasil dari interaksi antara faktor kepribadian (personality) dan lingkungan
(environment) atau dengan kata lain lapangan kehidupan seseorang terdiri dari orang itu
sendiri dan lingkungan, khususnya lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya.
Melalui teori ini, jelas bahwa perilaku korupsi dapat dianalisis maupun diprediksi memiliki dua
opsi motif yakni dari sisi lingkungan atau kepribadian individu terkait.
Teori yang kedua adalah teori big five personality. Teori ini merupakan konsep yang
mengemukakan bahwa kepribadian seseorang terdiri dari lima faktor kepribadian, yaitu
extraversion, agreeableness, neuroticism, openness, dan conscientiousness. Selain faktor-
faktor internal di atas, terdapat faktor-faktor internal lainnya, faktor tersebut yaitu :
Aspek Perilaku Individu:
a) Sifat tamak atau rakus : Korupsi yang dilakukan bukan karena kebutuhan primer atau
kebutuhan pangan. Pelakunya adalah orang yang berkecukupan, tetapi memiliki sifat
tamak, rakus, mempunyai hasrat memperkaya diri sendiri. Unsur penyebab tindak
korupsi berasal dari dalam diri sendiri yaitu sifat tamak/rakus.
b) Moral yang kurang kuat : Orang yang moralnya kurang kuat mudah tergoda untuk
melakukan tindak korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai pengaruh di
sekelilingnya, seperti atasan, rekan kerja, bawahan, atau pihak lain yang memberi
kesempatan.
c) Gaya hidup yang konsumtif : Gaya hidup di kota besar mendorong seseorang untuk
berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan pendapatan
yang sesuai, menciptakan peluang bagi seseorang untuk melakukan tindak korupsi.
d) Aspek Sosial : Keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku
korup. Menurut kaum bahviouris, lingkungan keluarga justru dapat menjadi

4
pendorong seseorang bertindak korupsi, mengalahkan sifat baik yang sebenarnya
telah menjadi karakter pribadinya. Lingkungan justru memberi dorongan, bukan
hukuman atas tindakan koruptif seseorang.

2. Faktor Eksternal :Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
seseorang. Faktor eksternal yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai
berikut;

a. Hukum : Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat


lemah. Hukum tidak dijalankan sesuai prosedur yang benar, aparat mudah disogok
sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat.
b. Politik : Monopoli Kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya
kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat
dekat dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan wewenang yang
berlebih dalam hal ini terjadinya KKN. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang
masih sangat tinggi dan tidak adanya sistem kontrol yang baik menyebabkan
masyarakat meng anggap bahwa korupsi merupakan suatu hal yang sudah biasa
terjadi.
c. Sosial : Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
korupsi. Korupsi merupakan budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi
yang disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Sumber :
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-pengertian-penyebab-
dan-dampaknya?page=all
https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-penyebab-korupsi-di-indonesia-dan-tantangan-
dalam-pemberantasannya-kln.html?page=2

Anda mungkin juga menyukai