Asy'Ari Adnan Hakim, 2016). Selain itu, terdapat kasus pengendalian internal dan standar perilaku yang
pembobolan dana nasabah di BTPN Syariah Cabang diharapkan. Salah satu subkomponen lingkungan
Bandar Lampung dan Bank Muamalat Cabang NTB pengendalian adalah integritas dan nilai-nilai etika yang
dianut oleh organisasi atau lebih dikenal dengan budaya
dilakukan oleh pegawai perbankan (www.tribun organisasi.
lampung.co.id, 18 Oktober 2017) dan (jurnal asia.com, Penerapan budaya organisasi yang efektif juga
14 Juni 2017). dapat mencegah karyawan melakukan kecurangan
Berdasarkan fakta di atas, maka dapat disimpulkan karena rasionalisasi dan kapabilitas. Rasionalisasi adalah
bahwa bank yang mempunyai kebijakan ketat pertimbangan seseorang yang secara rasional mendorong
Peraturan dan sistem pengendalian internal yang kuat dilakukannya suatu tindakan sebagai cerminan sikap
tidak selalu lepas dari risiko penyelewengan, termasuk atau watak seseorang. Dalam banyak kasus penipuan,
bank syariah, meskipun dalam operasionalnya pelaku penipuan mencari rasionalisasi atas tindakan
berlandaskan prinsip Islam yang bersumber dari Al- mereka.
Qur'an, Hadits dan Ijmak Ulama. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan reputasi bank menurun, tingkat kesehatan Kapabilitas adalah ukuran kemampuan suatu entitas
terganggu, dan bank tidak dapat menghasilkan (organisasi, orang, sistem) dalam mencapai tujuan”
keuntungan yang cukup untuk bertahan dan berkembang. (Norbarani 2012).
Oleh karena itu, perlu adanya upaya atau strategi yang Dalam suatu perusahaan, kapabilitas pegawai biasanya
dilakukan oleh industri perbankan untuk mencegah diidentikkan dengan kompetensi.
terjadinya kecurangan. Upaya pencegahan penipuan Kompetensi mempunyai unsur utama pengetahuan dan
dapat menjadi efisien karena biaya deteksi, investigasi keahlian sebagai landasan yang dibutuhkan organisasi
dan proses peradilan dapat diminimalkan. “Untuk dapat untuk mencapai tujuan organisasi. Namun dengan
melakukan pencegahan kecurangan dengan baik, perlu kompetensi, seorang pegawai juga mempunyai
dipahami pengertian kecurangan, pelaku, dan faktor- pemahaman yang cukup dan pada akhirnya
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan, memanfaatkan kelemahan sistem pengendalian internal
karena pencegahan kecurangan yang efektif adalah untuk melakukan kecurangan. Menurut Sulistyowati
serangkaian tindakan terpadu yang dapat mengurangi, (2007), budaya organisasi yang baik tidak akan membuka
meminimalkan, bahkan menghilangkan faktor-faktor sedikitpun peluang bagi karyawan untuk melakukan
tersebut. yang menyebabkan penipuan (BPKP); kecurangan karena budaya organisasi yang baik akan
Pusdiklatwas 2008). membentuk karyawan memiliki rasa memiliki dan
kebanggaan sebagai karyawan perusahaan.
Jadi, jika sistem pengendalian internal efektif maka akan melalui SE BI No.13/28/DPNP tanggal 9 Desember
menutup peluang seseorang untuk melakukan 2011, disebutkan bahwa mekanisme pelaporan
kecurangan. Salah satu komponen sistem pengendalian pelanggaran atau disebut dengan whistleblowing system
internal adalah lingkungan pengendalian. merupakan salah satu bentuk deteksi dini terjadinya
Lingkungan pengendalian tercermin dalam Fraud yang merupakan salah satu bentuk pengembangan
suasana dan kesan yang diciptakan oleh manajemen penerapan GCG yang diatur dalam PBI Nomor 14/8/PBI/
puncak mengenai pentingnya
Machine Translated by Google
2006. Sistem whistleblowing yang efektif akan budaya, gaya kepemimpinan, sistem
membuat seluruh karyawan di perusahaan whistleblowing, dan Know Your Employee
merasa diawasi ketika terjadi pelanggaran, (KYE) terhadap pencegahan Fraud di bank syariah.
sehingga sistem whistleblowing yang efektif Berdasarkan latar belakang yang telah
dapat menutup peluang karyawan untuk diuraikan di atas, maka permasalahan yang
melakukan kecurangan. akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah
Di industri perbankan, Know Your Employee budaya organisasi, gaya kepemimpinan,
(KYE) merupakan salah satu upaya preventif whistleblowing, dan Know Your Employee
dalam strategi anti-fraud yang terdiri dari mempunyai pengaruh terhadap pencegahan
pengenalan dan pemantauan profil pegawai Fraud di bank syariah baik secara parsial maupun simultan.
seperti karakter, perilaku dan gaya hidup” (BI 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2011).
Pengenalan dan pemantauan profil karyawan Tipuan
digunakan untuk memantau tanda/
Fraud berdasarkan definisinya dalam industri
indikasi perilaku dan gaya hidup pegawai yang
perbankan menurut Bank Indonesia (SE BI No.
tidak adil (Red flag) diperlukan untuk mencegah
13/28/DPNP 2011 tentang Penerapan Strategi
hal-hal negatif yang berpotensi terjadinya
Anti Fraud Bagi Bank Umum) adalah tindakan
kecurangan. Jika seluruh pegawai memahami
penyimpangan atau kelalaian yang sengaja
bahwa segala perubahan pada profil pegawai
dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau
akan selalu diawasi, maka pegawai akan selalu
memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain,
menjaga integritasnya sehingga menutup
yang terjadi di lingkungan perbankan dan/atau
peluang untuk melakukan kecurangan.
menggunakan fasilitas bank sehingga
Insentif/tekanan merupakan tekanan yang
menyebabkan bank, nasabah, atau pihak lain
mendorong seseorang untuk melakukan
menderita kerugian dan/atau pelaku penipuan
kecurangan, baik tekanan internal maupun
memperoleh keuntungan finansial baik langsung
eksternal. Tekanan internal merupakan tekanan
maupun tidak langsung. Jenis perbuatan yang
yang datang dari dalam diri seseorang karena
tergolong penipuan adalah kecurangan,
adanya ketidakpuasan mengenai imbalan
penggelapan aset, pembocoran informasi,
berupa gaji atau imbalan lain yang diterima.
kejahatan perbankan, dan perbuatan lain yang
Wexley & Yuki (2003), mengatakan dapat disamakan dengan itu.
“ketidakpuasan akibat kompensasi yang tidak
Ada banyak faktor yang menyebabkan
memadai atau pekerjaan yang membosankan
seseorang melakukan penipuan. Menurut Fraud
juga dapat mendukung terjadinya insiden
Diamond Theory yang dikembangkan oleh Wolf
pencurian oleh pekerja”. Dari teori tersebut
dan Hermanson, kecurangan disebabkan oleh
dapat disimpulkan bahwa karyawan yang
4 faktor: insentif/tekanan, peluang, rasionalisasi,
mengalami ketidakpuasan kompensasi
dan Kapabilitas” (Wolf & Hermanson 2014).
cenderung mencari penghasilan lain, dalam hal ini mencari penghasilan lain dengan melakukan kecurangan.
Sedangkan Pramudita (2013), menyebutkan
Menurut Pusat Pendidikan dan Pelatihan
“tekanan eksternal dapat datang dari lingkungan
Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan
tempat kerja, seperti otoritas atasan atau gaya
dan Pembangunan (Pusdiklatwas BPKP, 2013),
kepemimpinan. Karyawan cenderung mengikuti
pencegahan kecurangan merupakan upaya
aturan perusahaan ketika dipimpin dengan gaya
terpadu yang dapat mengurangi terjadinya
kepemimpinan yang tepat. faktor-faktor penyebab terjadinya kecurangan,
Gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya
seperti: 1) memperkecil peluang untuk
kepemimpinan yang dapat memberikan motivasi
kerja kepada bawahannya. Motivasi dapat melakukan kecurangan. ; 2) mengurangi
tekanan terhadap pegawai sehingga merasa
berupa imbalan, pujian, promosi, dan tugas
nyaman bekerja dan tidak terpikir untuk
yang jelas” (Nurjanah 2008).
melakukan kecurangan; 3) menghilangkan
Sehubungan dengan uraian di atas, penulis
tertarik untuk mengkaji pengaruh organisasi alasan pembenaran atau rasionalisasi penipuan
yang dilakukan. Tipuan
Machine Translated by Google
pencegahan pada industri perbankan oleh Bank memfasilitasi tumbuhnya komitmen, dan
Indonesia (SE BI No. 13/28/DPNP 2011 tentang meningkatkan stabilitas sistem sosial sebagai
Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum) pemersatu sosial menuju integritas organisasi.
diatur sebagai berikut: Ciri-ciri budaya organisasi adalah inisiatif individu,
toleransi terhadap tindakan berisiko, pengarahan,
“Bank wajib memiliki dan menerapkan strategi integrasi, dukungan manajemen, pengendalian,
anti Fraud yang disesuaikan dengan lingkungan identitas, sistem penghargaan, toleransi terhadap
internal dan eksternal, kompleksitas kegiatan konflik, dan pola komunikasi yang dilakukan dalam
usaha, potensi, jenis, dan risiko Fraud, serta suatu organisasi”. (Robbins 2008)
didukung oleh sumber daya yang memadai.
Strategi anti-fraud merupakan strategi Bank
Gaya kepemimpinan
dalam mengendalikan Fraud yang dirancang
Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku yang
dengan mengacu pada proses terjadinya Fraud
dirancang untuk menyatukan tujuan organisasi
dengan memperhatikan karakteristik dan ruang
dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan
lingkup potensi Fraud yang disusun secara
tertentu (Flippo, 1987). Menurut Robbins (2008),
komprehensif dan integral serta dilaksanakan
ada empat jenis gaya kepemimpinan sebagai
dalam bentuk pengendalian Fraud. sistem.
berikut: 1) Gaya kepemimpinan karismatik. Gaya
Penerapan strategi anti-fraud merupakan bagian
kepemimpinan ini memicu pengikutnya dengan
dari penerapan manajemen risiko, khususnya
menampilkan kemampuan heroik atau luar biasa
yang terkait dengan aspek pengendalian internal.
ketika mengamati perilaku tertentu pemimpinnya;
Penerapan strategi anti Fraud berupa sistem
2) Gaya kepemimpinan transaksional. Gaya
pengendalian Fraud dijabarkan melalui 4 (empat)
kepemimpinan ini memandu atau memotivasi
pilar strategi pengendalian Fraud yang saling
pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah
berkaitan: 1) Pencegahan, 2)
ditetapkan dengan memperjelas persyaratan dan
tugas; 3)
Gaya kepemimpinan transformasional. Gaya
kepemimpinan ini menginspirasi pengikutnya untuk
melampaui kepentingan pribadinya dan mampu
Deteksi, 3) Investigasi, Pelaporan, dan Sanksi;
memberikan dampak yang mendalam dan luar
4) Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut.
biasa terhadap kepribadian pengikutnya; 4)
Sehubungan dengan itu, efektivitas penerapan
Gaya kepemimpinan visioner. Gaya kepemimpinan
strategi anti Fraud harus didukung dengan
ini mampu menciptakan dan mengartikulasikan visi
penguatan aspek manajemen risiko yang fokus
yang realistis, kredibel, dan menarik tentang masa
pada pengendalian Fraud, yaitu: pengawasan
depan organisasi yang sedang tumbuh dan
aktif terhadap manajemen, struktur organisasi
berkembang.
dan akuntabilitas, pengendalian dan pemantauan.”
Sistem pelaporan Pelanggaran
Menurut Sawyer (2012), sistem pelaporan
pelanggaran (whistleblowing system) merupakan
suatu kegiatan yang mengungkapkan informasi
Budaya organisasi
kejahatan. Sistem pelaporan pelanggaran
Menurut Luthans dalam Lako (2004), budaya
(whistleblowing system) disusun sebagai salah satu
organisasi adalah norma dan nilai yang mengarahkan
perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan upaya untuk mencegah pelanggaran dan kejahatan
yang terjadi di dalam perusahaan. Sistem ini
berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku
agar dapat diterima oleh lingkungannya. Budaya disediakan sedemikian rupa sehingga karyawan
atau orang di luar perusahaan dapat melaporkan
organisasi berfungsi sebagai pembeda antara
kejahatan yang dilakukan di internal perusahaan,
organisasi satu dengan organisasi lainnya,
membangun rasa identitas bagi anggotanya, untuk mencegah kerugian yang diderita perusahaan,
dan untuk menyelamatkan usahanya”. Sedangkan
menurut Bank Indonesia (SE BI No. 13/28/DPNP
2011 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Komersial
Machine Translated by Google
kepada Pelapor, Sistem Pelaporan dan pada angket nomor 1 sampai dengan 40
Mekanisme Tindak Lanjut Pelaporan Fraud, serta menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai
transparan & konsisten. Skala yang digunakan “T Tabel” (0,2303), artinya instrumen tersebut
adalah interval. valid.
2. Nilai Cronbach’s Alpha berdasarkan
D. Kenali Karyawan Anda (KYE) Standardized item menunjukkan nilai sebesar
KYE merupakan kebijakan pengenalan pegawai 0,958 yang berarti instrumen secara
melalui pengenalan dan pemantauan profil keseluruhan reliabel (lebih besar dari 0,60).
pegawai yang mencakup karakter, perilaku dan Selain itu nilai Cronbach’s Alpha jika Item
gaya hidup, sebagai peringatan dini jika terdapat Deleted menunjukkan bahwa nilai setiap soal
tanda/indikasi yang tidak wajar (red flags) yang no. 1 sampai 39 lebih besar dari 0,70,
berpotensi terjadinya kecurangan. sehingga setiap pertanyaan dapat diandalkan
KYE diukur dengan menggunakan indikator dan dapat diterima.
sistem seleksi yang dilengkapi dengan kualifikasi Sedangkan berdasarkan hasil data
yang sesuai, mempertimbangkan risiko, dan uji normalitas dan uji asumsi klasik maka dapat
ditetapkan secara obyektif & transparan, dikatakan data berdistribusi normal. Tidak terjadi
kebijakan yang mengatur pengenalan dan multikolinearitas dan tidak terjadi gejala
pemantauan karakter, perilaku dan gaya hidup heteroskedastisitas. Sedangkan hasil uji regresi
pegawai, serta tersedianya sistem yang lengkap adalah sebagai berikut:
dan up-to-date. -profil karyawan terkini. Skala
yang digunakan adalah interval. Berdasarkan tabel di atas, pembahasan hasil
penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut:
Metode yang digunakan untuk mengolah
dan menganalisis data adalah teknik analisis 1. Berdasarkan Uji F diperoleh tingkat signifikansi
regresi linier berganda. Untuk validitas hasil lebih kecil dari 0,005 sehingga dapat
analisis akan diuji kualitas instrumen penelitian disimpulkan bahwa budaya organisasi, gaya
yang terdiri dari validitas dan reliabilitas. kepemimpinan, sistem whistleblowing dan
Know your Employee secara simultan
Selanjutnya dilakukan uji normalitas data, uji berpengaruh terhadap pencegahan Fraud
asumsi klasik, dan uji hipotesis penelitian. pada bank syariah.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan 2. Nilai R-Square sebesar 0,624 sehingga dapat
aplikasi SPSS. disimpulkan bahwa pencegahan kecurangan
yang dapat dijelaskan oleh variabel Budaya
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Organisasi, Gaya Kepemimpinan,
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas Whistleblowing System, Know Your Employee
untuk mengukur kualitas instrumen penelitian, adalah sebesar 62,40%, sedangkan sisanya
diperoleh hasil sebagai berikut:
sebesar 37,60% dijelaskan oleh variabel lain.
variabel di luar model.
1. Nilai “R hitung” tiap soal Tabel 1. Uji Regresi 3. Hasil Uji Hipotesis :
Nilai R- 0,624
kuadrat F 0,000
Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Machine Translated by Google
C. Sistem Pelaporan Pelanggaran (WBS) Dari 4 (empat) hipotesis penelitian yang diuji
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, hanya 3 (tiga) hipotesis
whistleblowing system memiliki nilai koefisien penelitian yang berpengaruh positif signifikan
regresi sebesar 0,291 dengan tingkat terhadap pencegahan kecurangan, seperti gaya
signifikansi sebesar 0,002 atau kurang dari kepemimpinan, sistem whistleblowing, dan kenali
0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem karyawan Anda, sedangkan budaya organisasi
whistleblowing berpengaruh positif signifikan mempunyai pengaruh positif. pada pencegahan
terhadap pencegahan Fraud pada bank penipuan, namun tidak signifikan.
syariah. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh
kesesuaian ajaran Islam Hasil penelitian ini memberikan
Machine Translated by Google
implikasi penting bagi pengelolaan bank syariah dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini
untuk: bukanlah variabel dan indikator yang secara khusus
Tekankan pentingnya kepemimpinan dalam menonjolkan ciri-ciri khusus bank syariah, sehingga
mencegah penipuan. Kepemimpinan yang baik dapat hasilnya akan lebih bermanfaat dan implementasi
menciptakan suasana kerja karyawan yang nyaman jika variabel dan indikator yang digunakan merupakan
dan kondusif, sehingga dapat mengurangi tekanan ciri-ciri khusus pada bank syariah.
karyawan untuk melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan. Kepemimpinan juga dapat memotivasi
REFERENSI
karyawan untuk bekerja lebih baik demi memajukan
perusahaannya, sehingga tidak terpikir untuk [ACFE]. Association of Certified Fraud Examiners
melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, (USA) 2018. Laporan kepada Bangsa-Bangsa
termasuk penipuan. tentang Penipuan dan Penyalahgunaan di
Meningkatkan efektivitas program whistleblowing Tempat Kerja: Studi Penipuan Global 2018.
system sebagai media yang memberikan kemudahan
[BI] Bank Indonesia. 2011. Surat Edaran Bank
bagi pegawai untuk melaporkan setiap indikasi
Indonesia Nomor 13/28/ DPNP Tahun 2011
kecurangan yang dilakukan oleh rekan kerja, Tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi
bawahan atau pimpinan. Dengan demikian dapat
Bank Umum.
terciptanya kondisi dimana pegawai melakukan amar
Jakarta. 2011.
ma’ruf nahi munkar. Penyempurnaan program
whistleblowing juga harus diimbangi dengan program [BPKP; Pusdiklatwas] Badan Pengawasan
perlindungan pelaporan pegawai yang baik serta Keuangan dan Pembangunan; Pusat
sistem dan prosedur yang transparan dalam Pengawasan Pendidikan dan Pelatihan, 2008”
menindaklanjuti pengaduan.
Sulistyowati. 2007. Pengaruh Kepuasan Gaji Wahyuni, dan Neny. 2017. Efektifitas
Dan Struktur Organisasi Terhadap Pengendalian Intern, Gaya
Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Kepemimpinan dan Pengembangan
Tentang Tindak Korupsi. JAAI Vol.11 Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan
No.1, Universitas Sanata Darma Kecurangan Akuntansi. Repositori
Institusi USU.
Sawyer, Lawrence B, Mortimer A.
Dittenhofer dan James H. Scheiner. Wolfe, DT dan DR Hermanson. 2004. The
2006. Audit Internal Sawyer . Fraud Diamond: Mempertimbangkan
Jakarta: Salemba Empat Empat Elemen Penipuan. Jurnal CPA.
Desember 2004
Sula AE, Alim MN, dan Prasetyono. 2014.
Pengawasan, Strategi Antri Fraud, dan Wexley, KN, dan GA Yuki. 2003. Perilaku
Audit Kepatuhan Syariah sebagai upaya Organisasi dan Psikologi Personalia.
Pencegahan Fraud Pada Lembaga PT Rineka Cipta. Jakarta
Keuangan Syariah. Jurnal JAFFA,
Volume 2, Nomor 2, Oktober 2015,
Halaman 91 -100.