Dosen Pengampu :
Septarina Prita Dania Sofianti
Disusun oleh :
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
MARET 2021
PENDAHULUAN
1. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi dijabarkan sebagai kerjasama sukarela antar pihak-pihak berkepentingan
untuk membentuk suatu organisasi yang demokratis dengan pembagian secara adil atas
kontribusi modal, risiko, dan manfaat. Kata koperasi sebenarnya berasal dari bahasa latin
“Coopere” atau dalam bahasa inggris “Cooperation” yang diartikan sebagai bekerja bersama
(Lumbantobing et al., 2002). Menurut UURI Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian,
pasal 1 ayat 1 menyebutkan definisi koperasi sebagai berikut:
“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”(Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012, 2012).
Koperasi simpan pinjam menurut (Itang, 2016) merupakan bentuk usaha koperasi
yang bergerak dalam bidang perkreditan, dengan modal utama berupa simpanan anggota
yang akan dipinjamkan ke anggota lain yang memerlukan. Sedangkan, koperasi simpan
pinjam menurut UURI Nomor 17 Tahun 2012 didefinisikan sebagai salah satu jenis koperasi
yang bergerak dalam simpan pinjam sebagai satu-satunya kegiatannya untuk melayani
anggota koperasi. Dalam bab X pasal 89, disebutkan kegiatan koperasi simpan pinjam
berupa: a) menghimpun dana dari anggota; b) memberikan pinjaman kepada anggota; dan c)
menempatkan dana pada Koperasi Simpan Pinjam sekundernya (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2012, 2012).
2. Koperasi Simpan Pinjam Nasari (KSP Nasari)
KSP Nasari didirikan pada 31 Agustus 1998 dengan nama Koperasi Serba Usaha
(KSU) Nasari berbadan hukum nomor 0021/BH/KWK.11-30/VIII/1998 dengan jumlah
anggota 25 orang. KSU Nasari berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari
pada 1 Juni 2004 dengan nomor 55/PAD/MENEG.I/VI/2004. KSP Nasari berusaha menjadi
koperasi terbaik milik bangsa dengan mengembangkan potensi ekonomi rakyat melalui
pengelolaan usaha yang profesional dan berbasis teknologi terkini, melakukan inovasi untuk
memperkuat eksistensi dan kompetensi, serta memberikan pelayanan prima untuk kepuasan
masyarakat sebagai anggota atau calon anggota. Hingga saat ini, KSP Nasari telah bermitra
dengan beberapa pihak, diantaranya BTPN, Alfamart, Indomaret, Asuransi Jasindo, Bank
Jatim, Pos Indonesia, BNI, Maybank, Bank BJB, CIMB Niaga, Telkom Indonesia, dan
sebagainya (KSP Nasari, 2018b).
KSP Nasari bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam dengan 3 produk layanan,
yaitu simpanan, pinjaman, dan pospay. Layanan simpanan terdiri dari dua jenis, yaitu
simaster umum untuk layanan simpanan harian bagi masyarakat luas sebagai anggota belum
penuh dan simaster profit bagi masyarakat atau kalangan umum sebagai anggota atau anggota
belum penuh. Layanan pinjaman terdiri dari dua jenis, yaitu pinjaman pensiun untuk
pensiunan PNS, TNI, dan Polri sebagai anggota yang gajinya diambil melalui kantor pos,
Bank BRI, Bank BTPN, dan Bank Daerah dan pinjaman mikro sinari untuk para anggota
yang bergerak dalam usaha UMKM. Terakhir, layanan pospay untuk membayar tagihan dan
angsuran apapun dengan menggunakan Sistem Realtime Online Payment (SOPP) (KSP
Nasari, 2018a).
3. Jenis Fraud
Fraud dapat didefinisikan sebagai tindakan ilegal dalam bentuk penipuan,
menyembunyikan sesuatu atau pelanggaran kepercayaan IIA (2017). Menurut (Ikatan
Akuntan Indonesia (2011), fraud juga dapat didefinisikan sebagai kejahatan baik berupa
kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun penyalahgunaan atau penggelapan aset.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengelompokkan jenis fraud dalam
sebuah fraud tree, seperti dijabarkan dalam (Sofianti, 2018):
a. Fraudulent statement, berupa salah saji atau hilangnya informasi material dalam
laporan keuangan secara disengaja oleh pelaku. Fraud ini paling jarang terjadi, namun
memiliki dampak yang besar pada keuangan suatu organisasi per kasusnya;
b. Asset Misappropriation, berupa pencurian atau penyalahgunaan sumber daya
perusahaan. Fraud ini paling sering terjadi, namun dampaknya pada setiap kasus
kecil. Fraud jenis ini dapat dibedakan menjadi fraud pada kas (theft cash on hand,
theft of cash receipts, dan fraudulent disbursement) dan fraud pada persediaan dan
aset lain (penyalahgunaan atau misuse dan pencurian atau larceny);
c. Corruption, berupa penyalahgunaan kepercayaan dan kewenangan untuk
menyalahgunakan aset yang menjadi tanggung jawab pelaku. Fraud jenis ini dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu benturan kepentingan, suap, gratifikasi ilegal, dan pemerasan
ekonomi.
PEMBAHASAN
1. Fraud yang Rentan Terjadi di KSP
Seperti yang dibahas secara teori, fraud paling sering terjadi dalam bentuk asset
misappropriation. Dalam hal ini, kami menemukan salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Dewangga (2017) mengenai fraud yang terjadi di KSP Nasari Malang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewangga (2017) dalam skripsinya yang
berjudul “Fraud dan Pencegahannya Berdasarkan Persepsi Manajemen Koperasi Simpan
Pinjam (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Nasari Malang), menjelaskan dalam hasil
wawancara yang dilakukan bahwa terduga fraud pada KSP Nasari sering terjadi pada pihak
yang bertugas memegang keuangan. Penelitiannya menyebutkan sedikit secara spesifik
pelaku fraud mengacu pada bagian teller koperasi yang kemungkinan dapat melakukan make
up data. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya sistem pengendalian internal koperasi, salah
satu contohnya tidak adanya kuitansi sebagai bukti transaksi karena kedekatan para anggota
yang menyebabkan tingkat kepercayaan terlalu tinggi. Dalam penelitiannya pula telah
dijabarkan mengenai deskripsi pekerjaan teller di KSP Nasari yang berhubungan langsung
dengan pemegangan dana koperasi, beberapa diantaranya yaitu:
a. Menerima uang tunai dari atasan pada pagi hari;
b. Menerima dan membayar uang atas transaksi;
c. Mencatat transaksi di buku bantu kas manual teller;
d. Menginput transaksi tunai dan non tunai;
e. Melakukan opname dan menyerahkan uang tunai di akhir hari ke atasan.
Kami mengidentifikasi teller sebagai fungsi paling rentan fraud pada koperasi
mengacu pada tugas teller secara umum pada institusi perbankan, seperti yang disebutkan
oleh (Rahmadian, 2018), diantaranya termasuk menerima simpanan, mencairkan cek,
penyetoran dan penarikan uang tunai, pemindahbukuan, dan lain sebagainya yang terkait
dengan pemberian layanan pada nasabah. Tugas teller ini dapat dikatakan secara langsung
terkait dengan kas yang dalam teori memang menjadi sasaran paling empuk para pelaku
fraud.