Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan di Indonesia saat ini harus mampu bertahan dalam era
globalisasi, dalam era globalisasi perusahaan harus mengikuti aturan yang berlaku
di dunia Internasional guna bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat
dan kompetitif. Bukan hanya dengan perusahaan dalam negeri namun dengan
perusahaan luar negeri, sehingga mengharuskan setiap perusahaan untuk
mempersiapkan informasi yang tepat, akurat, dan bermanfaat bagi setiap pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan. (Dewantara, 2016)
Perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan yang semakin
ketat dan kompetitif, dibutuhkan pemeriksaan intern yang memadai, oleh karena itu
manajemen membutuhkan bantuan dari fungsi pemeriksaan intern atau lebih
dikenal dengan nama Audit Internal. (Rifai, 2016)
Saat ini keberadaan Audit Internal sudah merupakan suatu bagian penting
dari perusahaan. Keberadaannya terus berkembang seiring dengan
perkembangannya dunia bisnis yang membutuhkan penanganan profesional. Peran
Audit Internal sangat besar dalam meningkatkan efisiensi dan keefektifitas didalam
suatu organisasi tentunya akan sangat membantu manajemen dalam menghadapi
persaingan bisnis. (Komaruzzaman, 2015)
Adapun definisi Audit Internal menurut Institute of Internal Audi yang
dikutip dalam buku Standar Profesi Audit Internal (2004, 9) adalah suatu kegiatan
assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan suatu operasi suatu
perusahaan atau organisasi.
Pada prinsipnya Audit Internal merupakan pemeriksaan intern yang
independen, yang ada pada suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk memastikan apakah ada ada tugas dan tanggung jawab yang diberikan,
telah dilaksanakan sesuai dengan yang seharusnya. Untuk itu Audit Internal perlu

1
2

melakukan pemeriksaan, penilaian, dan mencari fakta atau bukti guna memberikan
rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindak lanjuti. Salah satu temuan
Audit Internal diantaranya adalah penemuan kecurangan. Kecurangan terjadi
diantaranya karena adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan, tekanan,
kelemahan sistem dan prosedur serta adanya pembenaran terhadap tindakan
kecurangan tersebut. (Fauziyah, 2017)
Definisi fraud (kecurangan) menurut Intitute of Internal Audit yang dikutip
dalam buku Standar Profesi Audit Internal (2004,63), fraud (kecurangan)
mencakup perbuatan melanggar hukum dan pelanggaran terhadap peraturan dan
perundangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan
tersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu organisasi
oleh orang dalam atau juga oleh orang diluar organisasi tersebut.
Bentuk kecurangan yang sering terjadi diantaranya meliputi management
fraud dan employee fraud. Management fraud yang terjadi dalam bentuk
penggelapan aktiva perusahaan, misalnya penggelapan uang perusahaan yang
didukung dengan pemanipulasian laporan keuangan, dimana data dan informasi
akuntansi yang akan disajikan dalam laporan keuangan diubah dengan sengaja.
Sedangkan employee fraud yang terjadi diantarannya pemalsuan daftar gaji yaitu
dengan menciptakan karyawan palsu, dan kemudian menguangkan gaji tersebut.
(Hasanah, 2013)
Sedangkan menurut Arens dalam buku “Auditing and Assurance services
An Integrated Approach” (2014:396), kecurangan terdiri dari :
1. Fraudulent Financial Reporting (kecurangan laporan keuangan)
2. Misapproprition of Assets (penyalahgunaan aktiva)
Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok,
yaitu manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan
biasanya untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatement arising from fraudulent financial
reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan bertujuan untuk keuntungan
individu, misalnya salah saji yang berupaya penyalahgunaan aktiva (misstatement
arising of misappropriation of assets).
3

Bank Mandiri telah menerapkan Strategi Anti Fraud yang diatur dalam
setiap Kebijakan, Standar Prosedur Operasional, Petunjuk Teknis Operasional dan
pengaturan lainnya. SAF Bank Mandiri mengacu Surat Edaran bank Indonesia No.
13/28/DPNP perihal Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum.
Implementasi SAF dalam setiap Kebijakan, Standar Prosedur Operasional dan
Petunjuk Teknis Operasional menjadi salah satu bagian penyempurnaan Kebijakan
Sistem Pengendalian Internal Bank. Adapun rumusan SAF adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Pencegahan merupakan tanggung jawab seluruh jajaran Bank (unit
kerja) dan merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Fraud dalam rangka
mengurangi potensi terjadinya fraud.
2. Fungsi Deteksi merupakan tanggung jawab seluruh unit, baik 1st line of
defense, 2nd line of defense maupun 3rd line of defense dan merupakan
bagian dari Sistem Pengendalian Fraud dalam rangka mengidentifikasi dan
menemukan fraud dalam kegiatan usaha bank.
3. Fungsi Investigasi, Pelaporan, & Sanksi merupakan tanggung jawab
Direktorat Internal Audit dan bagian dari Sistem Pengendalian Fraud dalam
rangka penanganan fraud yang terjadi melalui investigasi dan hasilnya
dilaporkan kepada Direktur Utama, Dewan Komisaris dan Bank Indonesia,
termasuk usulan pengenaan sanksi bagi para pelaku fraud.
4. Fungsi Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut merupakan tanggung
jawab Direktorat Internal Audit dan merupakan bagian dari Sistem
Pengendalian Fraud dalam rangka monitoring atas tindak lanjut hasil
investigasi dan evaluasi kejadian fraud untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan dan memperkuat Sistem Pengendalian Intern agar dapat
mencegah terulangnya kembali fraud karena kelemahan yang serupa. (Surat
Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP)
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengalami kerugian
mengenai beda nilai kerugian negara dari penyelewengan kredit yang dilakukan PT
Tirta Amarta Bottling Company antara hasil audit internal Bank Mandiri dengan
hasil investigasi yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bank Mandiri
melalui audit internalnya menyatakan kerugian senilai Rp 1,4 triliun. Sementara
4

dari hasil investigasi BPK kerugian melonjak menjadi Rp 1,83 triliun. Kasus Tirta
Amarta ini berawal dari hasil audit internal yang dilakukan oleh Bank Mandiri atas
kredit-kredit macet yang dimilikinya. Sehingga kemudian Bank Mandiri
melaporkannya ke Kejaksaan Agung. Oleh karenanya Bank Mandiri akan
mengikuti proses hukum yang sedang berjalan. (https://nasional.kontan.co.id)
Oleh sebab itu, penulis melihat adanya permasalahan yang perlu dikaji,
yaitu keterkaitan pemeriksaan intern, dengan sejumlah temuan yang kemungkinan
atau dapat diidentifikasi sebagai temuan kecurangan (fraud) pada bank mandiri
yang kegiatannya bergerak dalam bidang penyediaan berbagai jasa keuangan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka penulis untuk melakukan penelitian
lebih lanjut berdasarkan kasus yang sudah terjadi beberapa waktu lalu pada Bank
Mandiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2013) meneliti mengenai
pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan kecurangan. Dengan Audit Internal
sebagai variabel independen dan kecurangan (fraud) sebagai variabel dependen.
Pada umumnya fraud berupa pencurian (theft), penyembunyian (concealment), dan
pengalihan (conversion) barang curian kedalam bentuk lain. Hal ini sering disebut
sebagai unsure fraud. Di lingkungan profesi auditor, istiah fraud sudah tidak asing
lagi, walaupun berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa sehari-hari sering disebut
sebagai kecurangan. Oleh karena itu kecurangan merupakan istilah yang dapat
saling dipertukarkan dengan istilah “fraud”. Walau internal auditor tidak dapat
menjamin bahwa kecurangan tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan
kemahiran jabatannya dengan seksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi
terjadinya kecuragan dan dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat kepada
manajemen untuk meminimalsir terjadinya kecurangan. Dengan demikian dengan
adanya badan internal audit pada suatu organisasi maka diharapkan dapat menjadi
nilai tambah untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuannya terutama
dalam hal ini adanya internal audit diharapkan dapat membantu dalam pencegahan
kecurangan (fraud).
Berdasarkan kasus diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan
5

(Fraud)” (Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jl. Ahmad Yani No
730 Bandung).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka pembahasan akan dititik beratkan
pada masalah pokok yang diidentifikasi sebagai berikut :
1. Audit internal di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. belum sesuai.
2. Pelaksanaan pencegahan kecurangan (fraud) di PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. belum sesuai.
3. Audit internal belum berpengruh signifikan terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

1.3 Pembatasan Masalah


Masalah yang diteliti pada penelitian ini terbatas pada Persepsi Auditor
Internal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jl.
Ahmad Yani No 730 Bandung.

1.4 Perumusan Masalah


1. Apakah audit internal di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jl. Ahmad Yani
No 730 Bandung belum sesuai?
2. Apakah pelaksanaan pencegahan kecurangan di PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. Jl. Ahmad Yani No. 730 Bandung belum sesuai?
3. Apakah audit internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan
kecurangan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jl. Ahmad Yani No 730
Bandung?

Anda mungkin juga menyukai