Anda di halaman 1dari 30

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh peran auditor internal dan

keadilan organisasi dengan kode tata laku perusahaan sebagai variabel

moderating terhadap pencegahan kecurangan. Responden yang dijadikan

sebagai sampel dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT

Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk.

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan dari

berbagai divisi yang berpendidikan minimal Diploma 3 sampai jenjang

Strata 2, berstatus kontrak pusat dan pegawai tetap, dan yang lamanya

bekerja di perusahaan minimal 2 (dua) tahun. Jumlah responden yang

digunakan adalah 238 orang. Dan kriteria jabatan yang dijadikan

responden adalah Kepala Proyek, Kepala Teknik, Kepala Operasional,

Kepala Departemen, Kepala Bagian, General Affair, Administrasi

Keuangan, Administrasi Keuangan, Administrasi Logistik, dan Administrasi

Gudang.

2. Hasil Kuesioner Yang Disebar

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner

penelitian secara langsung seperti mendatangi responden serta secara

tidak langsung melalui perantara kepada responden yang bekerja di PT.

Jaya Konstruksi MP, Tbk. Penyebaran serta pengembalian kuesioner


78

dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli 2016 sampai dengan selesai. Kuesioner

yang disebarkan sejumlah 238 buah dan jumlah kuesioner yang kembali

adalah sebanyak 214 buah kuesioner atau 89,91%. Kuesioner yang tidak

dapat kembali sebanyak 24 buah kuesioner atau 10,08%. Kuesioner yang

dapat diolah sebanyak 209 buah kuesioner atau 87,81%, sedangkan

kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh

responden sebanyak 5 buah kuesioner atau 2,10%.

B. PEMBAHASAN

1. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid jika pernyataan pada

kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur. Pengujian

ini menggunakan Corrected Item-Total Correlation . Uji Validitas yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan nilai r hitung

dengan rtabel untuk degree of freedom (df)= n – 2 (Ghozali, 2013:53).

Dalam penelitian ini df=209-2 atau df=207 dengan alpha=0.05 didapat

rtabel sebesar 0.116. Jika rhitung > rtabel berarti pernyataan tersebut

dikatakan valid. Hasil uji validitas untuk r hitung (per item) dapat dilihat

dalam hasil output SPSS pada kolom Corrected Item-Total Correlation

seperti yang disajikan sebagai berikut:


79

1) Hasil Uji Validitas Variabel Peran Auditor Internal (X1)

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Peran Auditor Internal
Item-Correlation Statistics

Corrected Item- r Tabel Keterangan


Total Correlation
X1P1 ,495 ,116 Valid
X1P2 ,495 ,116 Valid
X1P3 ,519 ,116 Valid
X1P4 ,445 ,116 Valid
X1P5 ,429 ,116 Valid
X1P6 ,325 ,116 Valid
X1P7 ,314 ,116 Valid
X1P8 ,169 ,116 Valid

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel di atas pada kolom Corrected Item-Total

Correlation (rhitung) untuk masing-masing item atau butir pernyataan

nilainya lebih besar dari rtabel 0.116, sehingga dapat disimpulkan

bahwa 8 pernyataan untuk variabel peryataan adalah valid.


80

2) Hasil Uji Validitas Variabel Keadilan Organisasi (X2)

Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Keadilan Organisasi
Item-Correlation Statistics

Corrected Item- r Table Keterangan


Total
Correlation

X2P9 ,180 ,116 Valid

X2P10 ,282 ,116 Valid

X2P11 ,410 ,116 Valid

X2P12 ,465 ,116 Valid

X2P13 ,481 ,116 Valid

X2P14 ,420 ,116 Valid

X2P15 ,432 ,116 Valid

X2P16 ,323 ,116 Valid

X2P17 ,376 ,116 Valid

X2P18 ,314 ,116 Valid


Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas pada kolom Corrected Item-Total

Correlation (rhitung) untuk masing-masing item atau butir pernyataan

nilainya lebih besar dari rtabel 0.116, sehingga dapat disimpulkan

bahwa 10 pernyataan untuk variabel keadilan organisasi adalah valid.


81

3) Hasil Uji Validitas Variabel Kode Tata Laku Perusahaan (X3)

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Variabel Kode Tata Laku Perusahaan

Item-Correlation Statistics

Corrected Item- r Table Keterangan


Total
Correlation

X3P19 ,292 ,116 Valid

X3P20 ,281 ,116 Valid

X3P21 ,389 ,116 Valid

X3P22 ,347 ,116 Valid

X3P23 ,419 ,116 Valid

X3P24 ,459 ,116 Valid

X3P25 ,401 ,116 Valid

X3P26 ,394 ,116 Valid

X3P27 ,394 ,116 Valid

X3P28 ,397 ,116 Valid

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel diatas pada kolom Corrected Item-Total

Correlation (rhitung) untuk masing-masing item atau butir pernyataan

nilainya lebih besar dari rtabel 0.116, sehingga dapat disimpulkan


82

bahwa 10 pernyataan untuk variabel kode tata laku perusahaan

adalah valid.

4) Hasil Uji Validitas Variabel Pencegahan Kecurangan (Y)

Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Pencegahan Kecurangan
Item-Correlation Statistics

Corrected Item- r Table Keterangan


Total
Correlation
YP29 ,538 ,116 Valid
YP30 ,540 ,116 Valid
YP31 ,532 ,116 Valid
YP32 ,461 ,116 Valid
YP33 ,600 ,116 Valid
YP34 ,137 ,116 Valid
YP35 ,205 ,116 Valid
YP36 ,195 ,116 Valid
YP37 ,177 ,116 Valid
YP38 ,246 ,116 Valid

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel di atas pada kolom Corrected Item-Total

Correlation (rhitung) untuk masing-masing item atau butir pernyataan


83

nilainya lebih besar dari rtabel 0.116, sehingga dapat disimpulkan

bahwa 10 pernyataan untuk variabel pencegahan kecurangan adalah

valid.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan

tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur

reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach Alpha > 0.70.

Sedangkan jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliabel

(Ghozali, 2013:48).

1) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Peran Auditor Internal (X1)

Tabel 4.5

Reliability Statistics

Cronbach' Cronbach' N of
s Alpha s Alpha Items
Based on
Standardiz
ed Items

,700 ,723 8

Sumber : Output SPSS


84

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Cronbach’s Alpha 0.70

= 0.70. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam

variabel peran auditor internal adalah reliabel, artinya bahwa hasil

pengukuran variabel peran auditor internal adalah konsisten.

2) Hasil Uji Relliabilitas Variabel Keadilan Organisasi (X2)

Tabel 4.6
Reliability Statistics

Cronbach' Cronbach' N of
s Alpha s Alpha Items
Based on
Standardi
zed Items

,702 ,713 10

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Cronbach’s Alpha 0.702

≥ 0.70. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam

variabel keadilan organisasi adalah reliabel, artinya bahwa hasil

pengukuran variabel keadilan organisasi adalah konsisten.

3) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kode Tata Laku Perusahaan (X3)

Tabel 4.7
Reliability Statistics
85

Cronbach' Cronbach' N of
s Alpha s Alpha Items
Based on
Standardi
zed Items

,717 ,720 10

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Cronbach’s Alpha

0.717 ≥ 0.70. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan

dalam variabel kode tata laku perusahaan adalah reliabel, artinya

bahwa hasil pengukuran variabel kode tata laku perusahaan

adalah konsisten.

4) Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pencegahan Kecurangan (Y)

Tabel 4.8
Reliability Statistics

Cronbach' Cronbach' N of
s Alpha s Alpha Items
Based on
Standardi
zed Items

,705 ,708 10

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan Cronbach’s Alpha

0.705 ≥ 0.70. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan

dalam variabel pencegahan kecurangan adalah reliabel, artinya

bahwa hasil pengukuran variabel pencegahan kecurangan adalah

konsisten.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas


86

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji

apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Model

regresi
Tabel 4.9

yang Hasil Uji Normalitas baik

adalah memiliki distribusi data normal (Ghozali, 2013:160). Normalitas

dapat diketahui dengan melihat tabel One-Sample Kolmogorov –

Smirnov Test pada kolom Asymp Sig (2-tailed) yaitu jika p value (sig)

> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang diambil dai populasi

terdistribusi normal (Ghozali, 2013:164). Berdasarkan hasil output

SPSS untuk uji normalitas data dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 209

Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,85763145

Absolute ,052

Most Extreme Differences Positive ,041

Dari Negative -,052

tabel Kolmogorov-Smirnov Z ,754

Asymp. Sig. (2-tailed) ,621


diatas
Sumber : Output SPSS
diperoleh

hasil Asymp Sig (2-tailed) sebasar 0.621 > 0.05 yang berarti

terdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi

asumsi klasik normalitas.


87

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedatisitas terjadi jika varian dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain terjadi ketidaksamaan. Model regresi

yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi

heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot yaitu dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi,

dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah

di studentized (Ghozali, 2013:139). Untuk mengetahui apakah terjadi

heteroskedastisitas atau tidak pada model regresi dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Gambar 4.1
Hasil Uji Heterokidastisitas

Sumber: Output SPSS

Hasil output regresi dalam scatterplot bahwa diketahui titik

menyebar dengan tidak jelas dan titik-titik menyebar diatas dan


88

dibawah angka nol pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

Tabel 4.10
Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 3,101E-015 2,615 ,000 1,000

x1_peran_auditor_intern
,000 ,072 ,000 ,000 1,000
1al

x2_keadilan_organisasi ,000 ,061 ,000 ,000 1,000

x3_kode_tata_laku ,000 ,049 ,000 ,000 1,000

a. Dependent Variable: AbsUt


Dari output 4.10 diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

ketiga variabel independen lebih dari tingkat kepercayaan 5% atau

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

heterokedastisitas pada model regresi.

c. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas adalah keadaan dimana model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya.

Untuk menguji multikolinieritas dapat dilihat dari output SPSS pada

nilai tolerance dan nilai VIF (Variancen Inflation Factor). Berdasarkan

nilai tolerance , nilai yang harus terbentuk harus diatas 10% dan bila

menggunakan VIF, nilai yang terbentuk harus kurang dari 10 (Ghozali,

2013:106). Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam

model regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11
89

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficients

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 11,528 2,615 4,409 ,000

x1_peran_aud
-,108 ,072 -,091 -1,511 ,132 ,943 1,060
itor_internal

x2_keadilan_o
,139 ,061 ,136 2,302 ,022 ,968 1,033
rganisasi

x3_kode_tata_
,455 ,049 ,553 9,367 ,000 ,972 1,029
laku

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan

Sumber : Output SPSS

Dari hasil pada tabel 4.11 diatas ini dapat diketahui bahwa tidak

ada masalah multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF untuk

ke tiga variabel independen kurang dari 10, dan nilai tolerance lebih

dari 10%.

d. Hasil Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang

disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujiannya sering

yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW)

dengan ketentuan,jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka

hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi (Ghozali,

2013:111).

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson

yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang


90

menjelaskan. Berdasarkan tabel statistik Durbin Watson, dengan

signifikan 0.05 dan jumlah data (n) = 209 serta k = 3 (k adalah jumlah

variabel independen) diperoleh nilai dL sebesar 1,73, dU sebesar 1,79

dan 4-dU sebesar 2,21. Untuk mengetahui apakah terdapat

autokorelasi dalam model regresi dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.12

Hasil Uji Autokolersi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 ,556a ,309 ,299 1,87124 1,914

a. Predictors: (Constant), x3_kode_tata_laku, x2_keadilan_organisasi,


x1_peran_auditor_internal
b. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan
Sumber : Output SPSS

Dari hasil output diatas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model

regresi adalah 1,914. Karena nilai DW terletak antara dU yaitu sebesar

1,79 dan (4-dU) yaitu sebesar 2,21, maka hipotesis nol diterima, yang

berarti tidak ada autokorelasi.

Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan

karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak

terjadi heteroskedastisitas, tidak terjadi multikolinieritas dan tidak

terjadinya autokorelasi.

3. Hasil Uji Hipotesis

a. Hasil Uji Hipotesis 1 (H1)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi


91

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.12 menunjukkan

bahwa besarnya nilai R Square sebesar 0.323 yang memiliki arti

bahwa peran auditor internal mempunyai pengaruh atau

kontribusi sebesar 32,3% terhadap pencegahan kecurangan.

Tabel 4.13
Hasil Uji Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-


Estimate Watson

1 ,569a ,323 ,320 3,30332 ,175

a. Predictors: (Constant), y_pencegahankecurangan


b. Dependent Variable: x1peranauditorinternal
Sumber : Output SPSS

a) U

2) Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.13. Dengan tingkat

kesalahan 0,05 dan degree of freedom (df) = n-k, dimana n

adalah jumlah sample, k adalah jumlah variabel independent,

maka df= 209-3 yaitu sebesar 200. Dengan df adalah 200 maka t

tabel adalah 1,652. Ha diterima jika t hitung > t tabel Dan

mempunyai signifikan < 0,05 dan Ha ditolak jika t hitung< t tabel

dan mempunyai signifikan > 0,05. Hasil uji t dapat dilihat pada

tabel 4.13, dapat diketahui t hitung sebesar 9,944 lebih besar dari

t tabel 1,652 yang berarti Ha diterima.

Tabel 4.14

Hasil Uji t

Coefficientsa
92

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 11,787 1,664 7,085 ,000


1
y_pencegaha
,490 ,049 ,569 9,944 ,000
nkecurangan

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan


Sumber : Output SPSS

b. Hasil Uji Hipotesis 2 (H2)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.14 menunjukkan

bahwa besarnya nilai R Square sebesar 0.395 yang memiliki arti

bahwa keadilan organisas mempunyai pengaruh atau kontribusi

sebesar 39,5% terhadap pencegahan kecurangan.

Tabel 4.15

Hasil Uji Keadilan Organisasi terhadap Pencegahan Kecurangan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 ,628a ,395 ,392 3,62260 ,371

a. Predictors: (Constant), x2_keadilanorganisasi


b. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan
Sumber : Output SPSS

Tabel 4.16
Hasil Uji t
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Si


Coefficients

B Std. Error Beta


93

(Constan
12,739 1,797 7,089 ,
t)
1 x2_keadi
lanorgan ,590 ,051 ,628 11,622 ,
isasi

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan


Sumber : Output SPSS

2) Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Dengan tingkat kesalahan 0,05 dan degree of freedom (df) =

n-k, dimana n adalah jumlah sample, k adalah jumlah variabel

independent, maka df= 209-3 yaitu sebesar 200. Dengan df

adalah 200 maka t tabel adalah 1,652. Ha diterima jika t hitung >

t tabel Dan mempunyai signifikan < 0,05 dan Ha ditolak jika t

hitung< t tabel dan mempunyai signifikan > 0,05. Hasil uji t dapat

dilihat pada tabel 4.15, dapat diketahui t hitung sebesar 11,622

lebih besar dari t tabel 1,652 yang berarti Ha diterima.

c. Hasil Uji Hipotesis 3 (H3) dengan Moderated Regression

Analysis (MRA)

Analisis MRA merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear

untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang dipengaruhi

oleh variabel ketiga atau variabel moderating. Dalam teknik analisis

Moderated Regression Analysis (MRA) mengandung unsur interaksi

(perkalian dua atau lebih variabel independen).

Metode ini dilakukan dengan menambahkan variabel perkalian

antara variabel bebas dengan variabel moderasinya. Hipotesis

moderasi diterima jika variabel interaksinya (interaksi X1.X3)


94

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Y, tidak tergantung apakah

X1 dan X3 mempunyai pengaruh terhadap Y atau tidak.

Persamaan regresi MRA untuk persamaan 1 sebagai berikut:

Y = + β1X1+ β2 X3+ β3 X1*X3+ ε

Di mana:

Y = variabel dependen

= konstanta atau intercept

β = koefisien variabel independen

X1 = peran auditor internal

X3 = kode tata laku perusahaan (variabel moderasi)

X1*X3 = variabel interaksi peran auditor internal dengan kode tata

laku perusahaan

ε = komponen kesalahan random (random error)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.16 menunjukkan

bahwa besarnya nilai R Square sebesar 0.396 yang memiliki arti

bahwa peran auditor internal diperkuat dengan kode tata laku

perusahaan mempunyai pengaruh atau kontribusi sebesar 39,6%

terhadap pencegahan kecurangan.

Tabel 4.17
Hasil Uji Peran Auditor Internal Diperkuat Kode Tata Laku
Perusahaan Terhadap Pencegahan Kecurangan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-


Square Estimate Watson

1 ,629a ,396 ,390 3,62893 ,468


95

a. Predictors: (Constant), x1.x3, x1peranauditorinternal,x3kodetatalaku


b. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan
Sumber : Output SPSS

2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Berdasarkan nilai statistik pada tabel 4.17 hasil Moderated

Regression Analysis (MRA), dapat dilihat bahwa nilai F hitung

sebesar 67,435 lebih besar dari F tabel yaitu dengan k=3 dan

n=209 maka F tabel sebesar 2,65 dan signifikan pada 0.000 lebih

kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel peran

auditor internal dengan kode tata laku perusahaan berpengaruh

secara signfikan dan simultan terhadap pecegahan kecurangan.

Tabel 4.18

Hasil Uji F Peran Auditor Internal Diperkuat Kode Tata laku Perusahaan

Terhadap Pencegahan Kecurangan

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regressi
1776,109 3 888,054 67,435 ,000b
on
1
Residual 2712,839 206 13,169

Total 4488,947 209

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan


b. Predictors: (Constant), x1.x3, x1peranauditorinternal,x3kodetatalaku

Sumber :Output SPSS

3) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)


96

Hipotesis moderasi diterima jika variabel interaksinya (interaksi

X1.X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Y, tidak

tergantung apakah X1 dan X3 mempunyai pengaruh terhadap Y

atau tidak. Persamaan pertama adalah sebagai berikut:

Y = -23,777 + 3,635X1 + 1,457X3 + (-0,046)X1.X3

Y = 23,777 – 3,635X1 + 1,457X3 – 0,046X1.X3

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.18, dapat diketahui t

hitung negatif sebesar -4,967 dengan signifikansi 0,037 dan

dibawah 0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel kode tata laku

perusahaan merupakan quasi moderasi.

Tabel 4.19

Hasil Uji t Peran Auditor Internal Diperkuat Kode Tata Laku Perusahaan

Terhadap Pencegahan Kecurangan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -23,777 7,978 -2,980 ,003

x1peranaud
itorinternal 3,635 ,602 3,134 6,035 ,000
1
x3kodetatal 1,457 ,293 1,414 5,443 ,002
aku

x1.x3 -,046 ,009 -2,580 -4,967 ,037


97

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan

Sumber : Output SPSS

d. Hasil Uji Hipotesis 4 (H4) dengan Moderated Regression

Analysis (MRA)

Dengan persamaan kedua yaitu:

Y = + β1 X2+ β2 X3+ β3 X2*X3+ ε

Di mana:

Y = variabel dependen

= konstanta atau intercept

β = koefisien variabel independen

X2 = Keadilan Organisasi

X3 = Kode Tata laku perusahaan (variabel moderasi)

X2*X3 = Variabel interaksi keadilan organisasi dengan kode

tata laku perusahaan

ε = komponen kesalahan random (random error)

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.19 menunjukkan bahwa

besarnya nilai R Square sebesar 0.366 yang memiliki arti bahwa

keadilan organisasi diperkuat dengan kode tata laku perusahaan

mempunyai pengaruh atau kontribusi sebesar 36,6% terhadap

pencegahan kecurangan.

Tabel 4.20

Hasil Uji Keadilan Organisasi Diperkuat Kode Tata Laku Perusahaan

Terhadap Pencegahan Kecurangan


98

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-


Estimate Watson

1 ,605a ,366 ,357 3,72595 ,528

a. Predictors: (Constant), x2.x3, x3_kodetatalaku, x2_keadilanorganisasi


b. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan
Sumber : Output SPSS

2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Berdasarkan nilai statistik pada tabel 4.20 hasil Moderated

Regression Analysis (MRA), dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar

29,449 lebih besar dari F tabel yaitu dengan k=3 dan n=209

diperoleh F tabel sebesar 2,65 dan signifikan pada 0.000 lebih kecil

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel keadilan organisasi

dengan kode tata laku perusahaan berpengaruh secara signifikan dan

simultan terhadap pencegahan kecurangan.

Tabel 4.21

Hasil uji F Keadilan Organisasi Diperkuat Kode Tata Laku Perusahaan Terhadap

Pencegahan Kecurangan

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regressi
1642,987 3 547,662 39,449 ,000b
on
1
Residual 2845,960 205 13,883

Total 4488,947 208

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan


99

b. Predictors: (Constant), x2.x3, x3_kodetatalaku, x2_keadilanorganisasi


Sumber : Output SPSS

3) Hasil Uji signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Hipotesis moderasi diterima jika variabel interaksinya (interaksi

X2.X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Y, tidak tergantung

apakah X2 dan X3 mempunyai pengaruh terhadap Y atau tidak.

Persamaan kedua adalah sebagai berikut:

Y = -37,959 + 2,412X2 + 1,339X3 + (-0,047)X1.X3

Y = 37,959+2,412X2 + 1,339X3 -0,047X1.X3

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.21, dapat diketahui t hitung

sebesar -1,521 dengan signifikansi 0,016 dan dibawah 0,05. Temuan

ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan spiritual merupakan

quasi moderasi.

Tabel 4.22
Hasil Uji t Keadilan Organiasi Diperkuat dengan Kode Tata Laku Perusahaan

Terhadap Pencegahan Kecurangan

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

1
(Constant) -37,959 35,187 -1,079 ,282

x2_keadilanorg 2,412 1,129 2,526 2,137 ,034


anisasi
100

x3_kodetatalak
1,339 ,997 1,299 1,343 ,018
u

x2.x3 -,047 ,031 -3,167 -1,521 ,016

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan


Sumber : Output SPSS

e. Hasil Uji Hipotesis 5 (H5) secara Simultan

1) Hasil Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.22 menunjukkan

bahwa besarnya nilai R Square sebesar 0.429 yang memiliki arti

bahwa peran auditor internal dan keadilan organisasi diperkuat

dengan kode tata laku perusahaan mempunyai pengaruh atau

kontribusi sebesar 42,9% terhadap pencegahan kecurangan.

Tabel 4.23
Hasil Uji Peran Auditor Internal dan Keadilan Organisasi Diperkuat dengan

Kode Tata Laku Perusahaan Terhadap Pencegahan Kecurangan

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-


Square Estimate Watson

1 ,655a ,429 ,418 3,54344 ,507

a. Predictors: (Constant), x2.x3,x1.x3, x3_kodetatalaku, x1peranauditorinternal,


x2_keadilanorganisasi
b. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan
Sumber : Output SPSS

2) Hasil Uji signifikansi simultan (uji F)

Berdasarkan nilai statistik pada tabel 4.23 hasil Moderated

Regression Analysis (MRA), dapat dilihat bahwa nilai F hitung

sebesar 38,379 lebih besar dari F tabel sebesar 2,65 atau

signifikan pada 0.000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel peran auditor internal dan keadilan


101

organisasi dengan kode tata laku perusahaan berpengaruh secara

signifikan dan simultan terhadap pencegahan kecurangan.

Tabel 4.24
Hasil Uji F Peran Auditor Internal dan Keadilan Organisasi Diperkuat
dengan Kode Tata Laku Perusahaan Terhadap Pencegahan Kecurangan

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 1927,527 5 481,882 38,379 ,000b

1 Residual 2561,421 204 12,556

Total 4488,947 208

a. Dependent Variable: y_pencegahankecurangan


b. Predictors: (Constant), x2.x3,x1.x3, x3_kodetatalaku, x1peranauditorinternal,
x2_keadilanorganisasi
Sumber : Output SPSS
102

4. Interprestasi Hasil

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, ditemukan hasil

penelitian sebagai berikut:

a. Pengaruh Auditor Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan.

Hipotesis 1 menyatakan bahwa peran auditor internal berpengaruh

secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Pada hasil output SPSS

menunjukkan koefisien peran auditor internal sebesar 1,652 dengan t hitung

9,944. Karena 9,944 lebih besar dari 1,652 dan diperkuat dengan nilai

signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dliakukan

oleh Taufik (2010) yang menyebutkan bahwa peran auditor internal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan

dibandingkan audit external. Tetapi bertolak belakang dengan hasil

penelitian Fitriannisa (2014) yang menyatakan peran auditor internal tidak

berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Akan tetapi dari hasil

penelitian ini mendukung pengertian auditor internal menurut Hery

(2016:234) yang dimana auditor internal itu suatu rangkaian proses dan

teknis dimana karyawan suatu perusahaan mencari kepastian atas

keakuratan informasi keuangan dan jalanya operasi sesuai yang

ditetapkan ,serta penilaian terhadap apakah penggunaan sumber daya telah

dilakukan secara ekonomis dan efisien. Dengan demikian sangatlah jelas

bahwa audit internal telah menjadi suatu alat yang dominan bagi pimpinan

perusahaan untuk memantau dan mengawasi jalanya kegiatan operasional

perusahaan. Sehingga ini merupakan suatu tindakan dalam pencegahan

kecurangan.
103

b. Pengaruh Keadilan Organisasi Terhadap Pencegahan

Kecurangan.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa keadilan organisasi berpengaruh secara

signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Pada hasil output SPSS

menunjukkan koefisien keadilan organisasi sebesar 1,652 dengan t hitung

11,622. Karena 11,622 lebih besar dari 1,652 dan diperkuat dengan niali

signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Herman (2013) yang menyebutkan keadilan organisasi berpengaruh

signifikan negatif terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian ini juga

mendukung hasil penelitian Fitriannisa (2014) yang menyebutkan bahwa

keadilan organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan

kecurangan. Dan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rendi Cristofels

(2010) juga menyatakan bahwa keadilan organisasional berpengaruh

signifikan positif terhadap tingkat pencegahan kecurangan. Hal ini bisa

dibuktikan bahwa semakin tinggi keadilan organisasi yang dirasakan semakin

rendah tingkat kecurangan yang terjadi. Berdasarkan teori fraud triangle

keadaan yang menciptakan peluang terjadi nya fraud, yaitu pressure,

oppurtunity, dan rationalization. Apabila seseorang merasakan keadilan

ditempat ia bekerja tetapi adanya tekanan yang menghimpit seperti

kebutuhan mendesak yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain,

ataupun juga gaya hidup yang tinggi, pembenaran akan kesalahan yang

sudah terjadi, serta posisi atau jabatan dan kekuasaan yang mendukung

juga untuk melakukan tindak kecurangan, maka bisa saja seseorang

tersebut melakukan tindakan kecurangan.


104

c. Kode Tata Laku Perusahaan Mempengaruhi Peran Auditor

Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan.

Hipotesis 3 menyatakan bahwa kode tata laku perusahaan dapat

mempengaruhi peran auditor terhadap pencegahan kecurangan secara

positif dan signifikan. Pada hasil output SPSS menunjukan t hitung -4,967

dengan signifikansi 0,037 dan jauh dibawah 0,05. Dengan nilai persentasi

39,6 % kode tata laku perusahaan dapat mempengaruhi peran auditor

internal terhadap pencegahan kecurangan.

Variabel kode tata laku perusahaan ini merupakan penambahan varibel

yang ingin teltiti dan merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kode tata laku perusahaan

mempengaruhi peran auditor internal secara positif dan signifikan terhadap

pencegahan kecurangan. Dari hasil uji tersebut, hal ini juga didukung oleh

teori kode tata laku menurut Bertens (2013:409) yang menyatakan bahwa

kode tata laku perusahaan adalah kode etik tertulis khusus untuk sebuah

perusahaan. Dengan kode tata laku, diharapkan tingkah laku setiap individu

di dalam perusahaan tidak akan diarahkan semata-mata untuk kepentingan

pribadi, karena sifatnya yang berhubungan erat dengan persepsi dan norma

masyarakat serta perusahaan. Akan tetapi perusahaan juga sangat

memerlukan peran auditor internal dalam setiap kegiatan operasionalnya.

Karena dengan adanya peran auditor internal dalam perusahaan bisa

meningkatkan keandalan informasi dan memastikan dipatuhinya kebijakan

manajemen perusahaan, lingkup pekerjaan audit internal juga meliputi

perlindungan terhadap asset perusahaan dan penilaian terhadap apakah

penggunaan sumber daya telah dilakukan secara ekonomis dan efisien


105

sesuai dengan peraturan yang ada didalam perusahaan (Hery, 2016:234).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kode tata laku perusahaan

dapat mempengaruhi peran auditor internal terhadap pencegahan

kecurangan.

d. Kode Tata Laku Perusahaan Mempengaruhi Keadilan Organisasi

Terhadap Pencegahan Kecurangan.

Hipotesis 4 menyatakan bahwa kode tata laku perusahaan dapat

mempengaruhi keadilan organisasi terhadap pencegahan kecurangan secara

positif dan signifikan. Pada hasil output SPSS menunjukkan t hitung -1,521

dengan nilai signifikansi 0,016 dan jauh dibawah 0,05. Dengan nilai

persentasi 36,6% kode tata laku perusahaan dapat mempengaruhi keadilan

organsasi terhadap pencegahan kecurangan.

Variabel kode tata laku perusahaan ini merupakan penambahan variabel

yang ingin teliti dan merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa kode tata laku perusahaan

mempengaruhi keadilan organisasi secara positif dan signifikan terhadap

pencegahan kecurangan. Hal ini juga didukung oleh teori keadilan organisasi

Menurut Folger dan Crozpanzano dalam Yuwono, dkk (2005), dimana

keadilan organisasi meliputi persepsi anggota organisasi tentang kondisi

keadilan yang mereka alami atau mereka rasakan dalam organisasi tersebut,

secara khusus tentang rasa keadilan yang terkait dengan alokasi

penghargaan organisasi seperti gaji dan promosi. Sehingga, dengan adanya

keadilan organisasi didalam suatu perusahaan dan adanya peraturan kode

tata laku perusahaan bisa meminimalisir tingkat kecurangan yang ada,

karena dapat disimpulkan bahwa dengan adanya keadilan organisasi yang


106

baik didalam perusahaan produktivitas dan hasil kerja karyawan meningkat

dan menghillangkan motivasi untuk melakukan tindakan yang merugikan

dan kepatuhan terhadap kode tata laku perusahaan pun berjalan dengan

baik sehingga tujuan perusahaan akan tercapai sesuai yang diharapkan.

e. Kode Tata Laku Perusahaan Mempengaruhi Peran Auditor

Internal dan Keadilan Organisasi secara Simultan Terhadap

Pencegahan Kecurangan.

Hipotesis 5 menyatakan bahwa kode tata laku perusahaan dapat

mempengaruhi peran auditor internal dan keadilan organisasi terhadap

pencegahan kecurangan secara positif dan signifikan. Pada hasil output SPSS

menunjukkan F hitung 38,379 lebih besar dari F tabel 2,65 atau pada

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan nilai presentasi sebesar

42,9% secara bersama-sama dapat mempengaruhi terhadap pencegahan

kecurangan.

Variabel kode tata laku perusahaan ini merupakan penambahan variabel

yang ingin teliti dan merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Dari hasil uji F dijelaskan bahwa peran auditor internal dan keadilan

organisasi diperkuat kode tata laku perusahaan secara bersama-sama

mempengaruhi terhadap pencegahan kecurangan. Dapat disimpulkan

dengan adanya keadilan organisasi yang baik yang ada di perusahaan dapat

mempengaruhi semua individu/karyawan untuk bisa menaati kode tata laku

perusahaan sehingga dapat meminimalisir dan mencegah kecurangan yang

akan timbul dan segala kegiatan operasional perusahaan tidak luput dari

peran auditor internal sebagai pengendali internal perusahaan agar visi dan

misi perusahaan dapat tercapai dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai