Disusun Oleh:
Muhamad Rifky Septiadi
NIM. 2019930048
2020
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ............................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar Oligopoli dan Sumbernya ................. 8
B. Karakteristik Oligopoli ............................................... 9
C. Faktor Penyebab Terjadinya Pasar Oligopoli ............... 12
D. Jenis Pasar Oligopoli .................................................. 12
E. Hubungan antara Perusahaan dalam Oligopoli ............. 13
F. Keseimbangan Oligopoli............................................. 15
G. Kelebihan dan Kekurangan Oligopoli............................ 17
H. Hambatan Oligopoli................................................. .. 17
I. Dampak Positif dan Negatif Oligopoli......................... . 19
J. Komisi Perlindungan Persaingan Usaha....................... 19
K. Sejarah Carefour....................................................... 21
BAB III PEMBAHASAN
A. Dampak Perekonomian Pasca Akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk
BAB I
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
1. Apa dampak perekonomian pasca akuisisi PT Alfa Retailindo Tbk Oleh
PT. Carrefour Indonesia?
2. Apa akibat hukum bagi PT. Carrefour Indonesia pasca akuisisi Saham
PT Alfa Retailindo Tbk terkait dengan penguasaan pasar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja dampak yang perekonomian yang
ditimbulkan pasca akuisi PT Alfa Retailindo Tbk Oleh PT. Carrefour
Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja akibat hukum yang ditimbulkan bagi PT
Carefour Indonesia pasca akuisisi Saham PT Alfa Retailindo Tbk Terkait
dengan penguasaan Pasar.
D. Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa Jurusan Magister Manajemen, tugas karya ilmiah ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
concentration ratio atau CR4) adalah 60%, berarti 60% output dalam
industri dikuasai oleh empat perusahaan terbesar. CR4 yang semakin kecil
mencerminkan struktur pasar yang semakin bersaing sempurna. Pasar
suatu industri dinyatakan berstruktur oligopolistik apabila CR4 melebihi
40%. Dapat juga diukur delapan perusahaan (CR8) atau jumlah lainnya.
Jika CR8 80, berarti 80% penjualan output dalam industri dikuasai oleh
delapan perusahaan terbesar.
2. Produk Homogen atau Terdiferensiasi (Homogen or
Diferentiated Product)
Dilihat dari sifat output yang dihasilkan, pasar oligopoli merupakan
peralihan antara persaingan sempurna dengan monopoli. Perbedaan sifat
output yang dihasilkan akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam
mencapai kondisi optimal (laba maksimum). Jika dalam pasar persaingan
sempurna perusahaan mengatur jumlah output (output strategy) untuk
meningkatkan laba, dalam pasar monopoli hanya satu perusahaan yang
mampu mengendalikan harga dan output, maka dalam pasar oligopoli
bentuk persaingan antar perusahaan adalah persaingan harga (pricing
strategy) dan non harga (non pricing strategy). Contoh pasar oligopoli
yang menghasilkan produk diferensiasi adalah industri mobil, rokok, film
kamera. Sedangkan yang menghasilkan produk homogen adalah industri
baja, pipa, paralon, seng dan kertas.
Penggolongan ini mempunyai arti penting dalam menganalisis pasar
yang oligopolistik. Semakin besar tingkat diferensinya, perusahaan makin
tidak tergantung pada kegiatan perusahaan-perusahaan lainnya. Berarti
oligopoli dengan produk diferensiasi dapat lebih mudah memprediksi
reaksi-reaksi dari perusahaan-perusahaan lawan. Di luar unsur modal,
rintangan untuk masuk ke dalam industri oligopoli yang menghasilkan
produk homogen lebih sedikit, karena pada industri oligopoli dengan
11
F. Keseimbangan Oligopoli
Begitu kompleksnya situasi dalam pasar oligopoli, sehingga para
ekonom mengembangkan berbagai model untuk menganalisis perilaku
oligopolis. Sayangnya, tidak ada satu pun model yang dapat diterima
secara umum sebagai model terbaik. Berikut ini akan disampaikan
beberapa model oligopoli yang dikembangkan oleh para ekonom ;
K. Sejarah Carrefour
Carrefour dibentuk tahun 1957 oleh keluarga Fournier dan Defforey,
disusul dengan pembukaan supermarket Carrefour setahun kemudian di
kota Annecy, wilayah sebelah timur Prancis. Penemuan konsep baru
“Hypermarket” oleh perusahaan ini pada tahun 1963 direalisasikan dengan
pembukaan hypermarket carrefour di Sainte-Genevieve-des-Bois, suatu
kawasan di kota paris, dengan menempati lahan seluas 2500 m2 yang
memuat 400 buah areal parkir dan 12 jalur kasa pembayaran.
Carrefour di Indonesia berdiri pada tahun 1996 dengan membuka
gerai pertama di Cempaka Putih pada bulan Oktober 1998. Pada saat
yang sama, Continent, sebagai perusahaan ritel Perancis, membuka gerai
pertamanya di Indonesia. Pada tahun 1999, Carrefour dan Promodes
(sebagai pemegang saham utama dari Continent) menggabungkan semua
kegiatan usaha ritel di seluruh dunia dengan nama Carrefour. Hal tersebut
menjadikan Carrefour sebagai ritel terbesar kedua di dunia. Sebagai
bagian dari perusahaan global, Carrefour berusaha untuk memberikan
standar pelayanan kelas dunia dalam industri ritel Indonesia.
Carrefour Indonesia memperkenalkan konsep hypermarket dan
menyediakan alternatif belanja yang baru di Indonesia kepada
22
BAB III
PEMBAHASAN
ini yang harus diwaspadai, sebab akuisisi itu akan semakin memusatkan
pasar, artinya akan ada yang sangat dominan dan akhirnya berujung
pada monopoli. Potensi Carrefour untuk melakukan praktek monopoli
sangat tinggi peluangnya.
kilometer dari pasar Kebayoran Lama dan satu Kilometer dari Pasar
Cipulir. Ada pula 2 gerai Carrefour di Cikokol mempunyai jarak
berdekatan dan berada di sekitar pemukiman. Pasar tradisional
seharusnya dibenahi, bukan dibongkar lalu dijadikan supermarket.
Kalau pun dibangun gedung, kenyataannya pedagang hanya
ditempatkan di basement. Hal tersebut dikhawatirkan mematikan pasar
tradisional dan pedagang kecil, mengingat sebagian besar barang yang
dijual hampir sama.
Sistem itu sering membuat pendapatan pedagang menurun
sehingga berjualan di depan gedung. Akhirnya, mereka pun dikejar-
kejar petugas ketertiban karena berjualan di jalan. Pedagang
seharusnya dibantu dengan kredit, mereka tak akan lari karena kiosnya
dijadikan agunan. Kemajuan pasar tradisional juga akan menyerap
tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan asli daerah setempat.
ini dikarenakan adanya dominasi dari salah satu peritel besar yaitu PT.
Carrefour.
Berdasarkan analisis diatas penulis berpendapat PT. Carrefour
melanggar pasal 28 ayat (2), mengingat unsur-unsur yang terpenuhi pada
pasal tersebut. Penulis juga setuju berkenaan dengan hukuman yang
dijatuhkan kepada PT. Carrefour dengan melepaskan seluruh kepemilikan
sahammnya di PT. Alfa Retailindo selambat-lambatnya satu tahun setelah
putusan KPPU berkekuatan hukum tetap, dan denda sebesar 25 miliar
yang hams disetor ke kas negara sebagai setoran pendapatan denda
bidang persaingan usaha. Hal tersebut telah sesuai dengan pasal 47 yang
mengatur tentang sanksi administratif dan denda.
Dalam kasus ini penulis juga melihat selain melanggar Undang-
Undang No. 5 tahun 1999, PT. Carrefour dalam hal ini juga melakukan
pelanggaran terhadap pasal 1320 KUHPer yang mengatur tentang syarat
sahnya perjanjian, Akusisi pada dasarnya ialah perjanjian dimana dalam
ha1 ini ialah perjanjian jual beli saham antara PT. Carrefour Indonesia
dengan PT. Alfa Retailindo yang tentu saja merujuk pada pasal 1320
KUHPer. Pasal 1320 KUHPer menyebutkan dimana syarat sah perjanjian
ialah :
1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak;
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya objek yang diperjanjikan (dalam ha1 ini jual beli saham);
4. Adanya kausa yang halal.
Dalam kaitannya dengan pengambil-alihan saham PT. Alfa Retailindo
Tbk oleh PT. Carrefour Indonesia penulis melihat adanya pelanggaran
salah satu syarat sah perjanjian sesuai pasal 1320 KUHPer yaitu "sebab
yang halal" pengambilalihan saham PT. Alfa Retailindo oleh PT. Carrefour
telah melanggar ketentuan pasal 17 dan pasal 25 Undang-Undang Nomor
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Belum adanya UU yang mengatur usaha ritel, akan menyuburkan
praktek monopoli, yang dilarang dalam UU no.5 tahun 1999 pasal
17 ayat 1
2. Belum efektifnya pemberlakuan Peraturan Pemerintah dalam pasal
10 Perda No 2 tahun 2002 yang mengatur jarak tempat usaha satu
dengan lainnya, terutama zona antara pasar tradisional dengan
pasar modern.
3. Carrefour menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk menetapkan trading term dengan
tujuan mencegah atau menghalangi pemasok untuk menetapkan
harga lebih rendah pada pesaingnya dan hali ini melanggar UU no
5 tahun 1999 pasal 25 ayat 1a.
4. Akibat hukurn bagi PT Carrefour Indonesia setelah mengakuisisi PT
Alfa Retailindo Tbk ialah akuisisi tersebut hams. dibatalkan karena
melanggar ketentuan pasal 28 ayat (2) dan akibat dari pelanggaran
tersebut sesuai pasal47 ayat (2) yang mengatur tentang sanksi PT.
Carrefour harus melepaskan sahamnya di PT. Alfa Retailindo serta
harus membayar denda sebesar 25 Miliar rupiah yang harus disetor
ke kas negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Departemen Perdagangan Sekretariat
Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Selain
melanggar Undang-Undang No 5 Tahun 1999 penulis juga menilai
akuisisi tersebut melanggar ketentuan pasal 1320 KUHPer yaitu
33
B. Saran
1. Perlu Undang undang Usaha Retail untuk melengkapi Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang mengatur tentang persaingan
usaha.
2. Perlu ada ketegasan pemerintah terhadap Rancangan Peraturan
Presiden tentang Penataan dan Pembinaan Usaha Pasar Modern
dan Usaha Toko Modern dengan surat Nomor 188/K/VI/2007
tanggal 18 Juni 2007 dan mendorong pemberlakuan perpres dalam
mengatur ruang gerak peritel modern melalui pembatasan antara
lain penetapan zonasi (lokasi) yang bisa dimasuki peritel modern,
pembatasan waktu buka ritel modern, pembatasan jenis
persyaratan perdagangan, pengetatan perizinan, serta kewajiban
melakukan kemitraan dan memberikan kemudahan terhadap
pelaku usaha kecil.
3. Perlu adanya sistem perdagangan ritel yang seimbang antara
pemasok dan pengelola pusat perbelanjaan dan pasar modern
dengan pengawasan atas eksistensi dan penerapan trading term
yang tidak mengeksploitasi atau memberatkan salah satu pihak,
khususnya pemasok, terselenggaranya persaingan sehat di antara
pengelola toko dan pusat perbelanjaan modern.
4. Sebagai upaya menghindari terjadinya persaingan usaha tidak sehat
dan untuk efektifitas ketentuan mengenai Akuisisi baik yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 maupun
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, hendaknya para pelaku
usaha apabila ingin melakukan akuisisi hams memberitahu atau
mengkonsultasikan kepada pihak yang berwenang yang dalam hal
34
BAB V
DAFTAR PUSTAKA