Anda di halaman 1dari 6

PASAR OLIGOPOLI

Disusun Oleh :

I Gede Chaitanya Indra Supraptha (195020201111040)


Aulia Rizal Sukoco (195020207111009)
Dasendrya A.B. Vidyatmaka (195020207111047)
Putri Anissa (195020200111055)
Chalid Poso Fajareno (195020200111047)
Tasya Firdhausi Islamiyah (195020201111048)

Tugas Matakuliah EKONOMI MANAJERIAL KELAS BA

Oleh: Tim - 5

Dipresentasikan/Dibagikan pada Tanggal:

4 Mei 2021
Materi yang paling dipahami pada materi 13

Materi 13 membahas tentang perilaku pasar Oligopoli disertai dengan pembagiannya serta
penggolongannya. Dalam materi in, yang paling kamu pahami adalah bagaimana bentuk kinerja
pasar oligopoly khusus nya di Indonesia serta contoh perusahaan yang terlibat. Selain itu kami
juga memahami bagaima perusahaan oligopoly dapat menentukan harga dan memperoleh laba
maksimal melalui 3 metode penentuan harga.

Contoh perusahaan oligopoly :

1. Telkomsel
Telkomsel merupakan perusahaan yang bergerak pada sector jasa sambungan telepon
seluluer, Telkomsel didirikan sejak tangga 26 Mei 1995. Hingga Februari 2021
Telkomsel merupakan perusahaan sambungan telepon seluler terbanyak dengan
pelanggan sebesar 178 juta pengguna di Indonesia

2. Holcim
PT. Holcim Indonesia Tbk merupakan salah satu pabrik semen yang mempunyai pabrik
di Jawa barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Masing-masing lokasinya di Narogong,
Tuban, dan Cilacap. Pabrik tersebut berkapasitas maksimum 12,5 juta ton semen per
tahun.

3. Toyota
Pada bidang otomotif, terdapat perusahaan Toyota Motor Manufacturing Indonesia.
Produksi Toyota di Indonesia dapat mencapai 200.000 unit dalam satu tahun.Toyota
merupakan perusahaan mobil terbesar di dunia yang berasal dari Jepang. Perusahaan ini
memproduksi berbagai macam tipe mobil yang diekspor ke seluruh dunia

Kriteria Perusahaan Oligopoli Pada Contoh Kasus

1. Telkomsel
Istilah Oligopoli memiliki arti “beberapa penjual”. Hal ini bisa diartikan minimum 2
perusahaan dan maksimum 15 perusahaan. Hal ini terjadi disebabkan adanya barrier to
entry yang mampu menghalangi pelaku usaha baru untuk masuk ke dalam pasar. Jumlah
yang sedikit ini menyebabkan adanya saling ketergantungan (mutual interdepedence)
antar pelaku usah. Ciri yang paling penting dari praktek oligopoli ialah bahwa setiap
pelaku usaha dapat mempengaruhi harga pasar dan mutual interdependence. Praktek ini
umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan
potensial untuk masuk ke dalam pasar dan untuk menikmati laba super normal di bawah
tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas (limiting process) sehingga
menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli
menjadi tidak ada. Sehingga apabila pelaku-pelaku usaha yang tadi melakukan kolusi
maka mereka akan bekerja seperti satu perusahaan yang bergabung untuk
memaksimalkan laba dengan cara berlaku kolektif seperti layaknya perusahaan monopoli,
inilah yang disebut disebut praktek oligopoli kolusif. Perilaku ini akan mematikan
pesaing usaha lainnya dan sangat membebankan ekonomi masyarakat. Kembali pada
kasus persoalan oligopoli PT Telkomsel, dimana terdapat pemegang sahm utama yakni
PT Temasek. Di dalam dunia telekomunikasi Indonesia khususnya untuk provider GSM,
hanya ada tiga perusahaan besar. Sehingga jelas jika terbukti kedua perusahaan tersebut
melakukan “kerjasama”, maka akan ada praktek oligopoli yang kolusif. Sedikitnya
perusahaan yang bergerak di sektor ini membuat mereka harus memiliki pilihan sikap,
koperatif atau non koperatif. Suatu pelaku usaha/perusahaan akan bersikap non koperatif
jika mereka berlaku sebagai diri sendiri tanpa ada perjanjian eksplisit maupun implisit
dengan pelaku usaha/perusahaan lainnya. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya
perang harga. Sedangkan beberapa pelaku usaha/perusahaan beroperasi dengan model
koperatif untuk mencoba meminimalkan persaingan. Jika pelaku usaha dalam suatu
oligopoli secara aktif bersikap koperatif satu sama lain, maka mereka telibat dalam
oligopoli kolusi. Pada kasus Temasek, jelas terlihat sebagai pemegang saham tentunya
menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Policy ‘mengeruk’ keuntungan ini
tentunya dituangkan di seluruh aspek yang menjadi unit bisnis usahanya, termasuk
didalamnya adalah PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk. Sehingga dengan status
kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat mengoptimalkan maksud dan tujuan
Temasek tersebut. Caranya memaksimumkan keuntungan tersebut adalah kolusi antara
PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dengan mempertimbangkan saling ketergantungan
mereka, sehingga mereka menghasilkan output dan harga monopoli serta mendapatkan
keuntungan monopoli. Hal ini dapat terlihat dari penentuan tarif pulsa GSM antara PT
Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dimana boleh dikatakan tarif harga pulsa GSM di
Indonesia adalah salah satu yang termahal di dunia. Padahal, negara-negara tetangga
sekitar sudah dapat menerapkan harga unit pulsa yang sangat murah dan menguntungkan
masyarakat serta tidak mematikan persaingan usaha. Apalagi notabene-nya, di negara
Temasek sendiri harga unit pulsa boleh dikatakan sangat murah. Lantas, kenapa di
Indonesia harga pulsa menjadi sangat mahal?. Padahal secara konsep teknologi,
dimungkinkan penggunaan untuk menekan harga unit pulsa menjadi sangat murah,
contohnya adalah pada teknologi CDMA Flexi dan Esia yang sering dihambat
perkembangan oleh “pihak-pihak tertentu” yang tidak menginginkan perkembangan
bisnis usaha ini. Padahal jelas-jelas menguntungkan masyarakat. Coba lihat selisih harga
tarif pulsa antara produk PT Telkomsel dan PT Indosat yang tidak begitu jauh. Selisih
tarif yang sangat kecil ini mengindikasikan dugaan awal terjadinya praktek Oligopoli
Kolusif diantara mereka. Penentuan tarif harga yang sangat mahal ini, jelas adalah
pengeksploitasian ekonomi masyarakat dan boleh dikatakan sebagai Kolonialisme.
2. Holcim
Holcim merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia. Holcim termasuk
dalam kelompok pasar persaingan tidak sempurna atau oligopoly. Ciri-ciri ini terlihat
jelas dari adanya persaingan semen di Indonesia yang hanya dikuasai oleh beberapa
perusahaan besar seperti Holcim, Semen Tiga Roda, Indocement, Semen Padang, Semen
Gresik. Ciri lainnya terlihat dari masifnya iklan yang dilakukan perusahaan dalam
menjual produk. Mereka menampilkan keunggulan-keunggulan dari produk semen yang
meereka miliki. Penyebab terjadinya sistem oligopoly di industry semen Indonesia yaitu
karena Indonesia merupakan negara yang terus melakukan pembangunan. Terlebih lagi,
beberapa tahun ke depan ini, pembangunan infrastruktur terus digenjot. Sehubungan
dengan ini, kita perlu mengantisipasi akan terjadinya kelangkaan (shortage) semen untuk
memenuhi kebutuhan di dalam negeri dalam beberapa tahun ke depan. Kekhawatiran
terjadinya shortage semen di dalam negeri ini cukup berasalan. Saat ini kapasitas
produksi terpasang industri semen nasional sekitar 47,5 juta ton per tahun yang tersebar
di sembilan lokasi pabrik semen di Indonesia. Sementara itu, rata-rata tingkat
pemanfaatan efektif kapasitas produksi pabrik semen mencapai antara 80%-85% atau
sekitar 38-40 juta per tahun. Sedangkan, tingkat konsumsi semen saat ini mencapai
sekitar 33 juta ton. Untuk saat ini masih ada surplus pasokan semen di dalam negeri. Saat
ini ada tujuh produsen semen yang beroperasi di Indonesia, yaitu Semen Gresik Group
(SGG) yang menguasai sekitar 45%, Indocement 30%, Holcim Indonesia (15%) dan
lainnya sebesar 10% dibagi kepada Semen Andalas, Semen Baturaja, Semen Bosowa,
dan Semen Kupang. Dilihat dari penguasaan pangsa pasar tersebut terdapat dua pelaku
usaha yang mempunyai pangsa pasar sebagai market leader, yaitu SGG (Semen Gresik
Group) dan Indocement. Dengan struktur pasar seperti itu, pasar semen Indonesia adalah
pasar yang oligopoli. 
3. Toyota
Toyota merupakan perusahaan otomotif terkemuka di dunia. Dalam pasar otomotif di
Indonesia, hanya dikuasi oleh beberapa perusahaan besar seperti Toyota, Suzuki, Honda
dll. Toyota masuk dalam jajaran pasar oligopoly karena perusahaan ini bersaing dengan
beberapa perusahaan besar yang memiliki prouk cenderung homogen. Kriteria lain
terlihat dari adanya iklan yang dilakukan Toyota guna mempromosikan produk.
Meskipun memiliki produk homogen dalam persaingan pasar, Toyota terus berinovasi
meningkatkan diferensiasi produknya ke arah keunggulan dari produk lain. Penyebab dari
adanya oligopoly dalam pasar otomotif Indonesia adalah tinggi nya minat berkendara di
Indonesia. Selain itu, kurangnya teknologi yang mumpuni dari Indonesia, menyebabkan
beberapa perusahaan besar masuk ke pasar otomotif membawa teknologi masing-masing.

Metode Penentuan Harga Terbaik Berdasar Kasus

Dalam Pasar oligopoly, Harga produk yang dijual relative sama. Pembedaan produk yang unggul
merupakan kunci sukses, sulit masukke pasar karena butuh sumber daya yang besar- serta
perubahan harga akan diikuti perusahaan lain Untuk membedakan pasar oligopoly dengan pasar
lainnya, dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri berikut:

 Terdapat banyak pembeli di pasar-


 Terdapat beberapa penjual/produsen dominan yang menguasai pasar (4-8 perusahaan)
dalam kasus khusus dalam industri hanya terdapat dua perusahaan (duopoli).
 Produk yang dijual bias bersifat identik, namun bisa pula berbeda dengan standar kualitas
yang sudah ditentukan
 Adanya hambatanuntuk memasuki pasar bagi pesaing baru

Dalam pasar oligopoli efisiensi dalam pembangunan sumberdaya dipandang kurang efisien sebab
MR=MC,harga jual (konsumen membeli terlalu mahal). Dipandang efisien jika menikmati skala
ekonomis dibandingkan perusahaan bersaing sempurna dengan bersaing dalam jumlah output
yang sedikit. Pengembangan teknologi dan inovasi didorong demi memaksimalkan efisiensi
manajemen ini bertujuan agar perusahaan menikmati laba diatas normal dan perusahaan menilai
bahwa bersaing dalam teknologi dan inovasi lebih memungkinkan dari pada bersaing dalam
bidang harga. Namun hal ini perlu diperhatikan jangan sampai harga produk menjadi diatas
normal dan pilihan barang menjadi terbatas yang akan mendorong kondisi pasar menuju
monopoli. Dalam hal ini, penentuan harga dengan cara Price Leadership. Perusahaan yang
memiliki teknologi tinggi dan efisien mampu membentuk harga dan menjadi pemimpin, sehinga
para pengikut akan menyesuaikan

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas, Sebagian besar perusahaan oligopoly di Indonesia dari berbagai
sector memiliki ciri dan model persaingan yang hamper sama. Perusahaan-perusahaan tersebut
bersaing dalam menciptakan diferensiasi antar produk dan menghindari persaingan harga.
Terlihat bahwa tidak banyak perusahaan yang mampu bersaing dalam oligopoly. Perusahaan
dengan modal kuat dan teknologi mumpuni akan dapat bersaing dalam pasar. Penentuan harga
didasarkan pada skala ekonomis dengan memaksimalkan efisiensi manajemen sehingga
perusahaan mampu mendapatkan laba diatas rata-rata.

Anda mungkin juga menyukai