Anda di halaman 1dari 33

Teori Produksi

Fungsi Produksi
Fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi produksi mementukan tingkat
output maksimum yang bisa di produksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah
input minimum yang di perlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu Oleh karena itu,
hubungan input/output untuk setiapa sistem produksi merupakan suatu fungsi dari teknologi
pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
Sifat dasar dari fungsi produksi ini bisa di ketahui melalui analisis fungsi mproduksi sederhana
dengan sistem 2input-1output. Perhatikan proses produksi di bawah ini yang menunjukkan berbagai
kombinasi input X dan Y yang digunakan untuk memproduksi produk Q. Input X dan Y tersebut bisa
melambangkan sumber daya-sumber daya seperti tenaga kerja dan modal atau energi dan bahan
baku. Produk Q bisa berwujud TV, video cassette, recorder, mobil, sepeda motor, kapal
penumpang, makanan bayi, susu, tekstil dan bis juga berwujud jasa seperti jasa perawatan
kesehatan dan lain-lain.
Fungsi produksi dari sistem produksi di atas bisa di sajikan dalam bentuk fungsi berikut ini :
Q= f(X,Y)
Tabel 7.1 menyajikan sistem produksi 2input-1output di atas.
Fungsi produksi yang kontinyu mempunyai arti bahwa input bisa divariasikan secara kontinyu. Untuk fungsi
produksi yang kontinyu, semua kemungkinan kombinasi input bisa disajikan melalui gambar permukaan input,
seperti ditunjukkan dalam gambar 7.2.
Diagram tiga dimensi yang ditunjukkan oleh gambar 7.3 merupakan sajian grafis dari fungsi produksi yang
kontinyu dengan sistem input-1output di atas.
Dalam mempelajari fungsi produksi, ada 2 macam hubungan antara input dengan output yang sangat
berguna bagi pembuatan keputusan manajerial. Pertama adalah hubungan antara output dengan beberapa input yang
digunakan secara bersama-sama. Hubungan ini kita kenal sebagai kerakteristik returns to scale dari sistem produksi.
Konsep ini juga mempengaruhi sifat persaingan dalam suatu industri dan oleh karena itu konsep return to scale ini juga
merupakan faktor yang menentukan tingkat profitabilitas dari suhu investasi.
Hubungan penting yang kedua adalah hubungan antara output dengan variasi dari satu input yang digunakan.
Istilah produktivitas dan penerimaan satu faktor produksi digumakan untuk menandai hubungan antara kuantitas satu
input yang digunakan secara individual dengan output yang dihasilkan. Produktivitas faktor produksi ini merupakan
faktor kunci dalam penentuan kombinasi input yang optimal atau proporsi input yang seharusnya digunakan untuk
memproduksi suatu produk.

PRODUK TOTAL , RATA-RATA DAN MARGINAL


Produktivitas faktor produksi atau tingkat penerimaan faktor produksi seperti telah disinggung di
muka berperan penting dalam proses penentuan kombinasi-kombinasi input yang optimal dalam
suatu sistem produksi.
Istilah produk total digunakan untuk menunjukkan output total dari suatu sistem produksi. Berarti
sama dengan Q dalam pesamaan 7.1. Produk total merupakan jumlah output total atau produk total
yang dihasilkan dari penggunaan sejumlah tertentu suber daya dalam suatu sistem produksi. Konsep
produk total ini dihunakan untuk menggambarkan hubungan antara output dengan hanya ada satu
input yabf berubah-ubah yang digunakan dalam sebuah fungsi produksi. Misalkan Tabel 7.2
merupakan sistem produksi dimana Y adalah sumber daya modal dan X merupakan tenaga kerja.
Secara lebih umum, produk total dari
suatu faktor produksi bisa di tunjukkan
sebagai sebuah fungsi yang
menghubungkan output dengan jumlah
sumberdaya yang digunakan. Melanjutkan
contoh di muka, produk total dari X
ditunjukkan oleh fungsi produksi:
Q = f(X I Y =2)
Persamaan ini menghubungkan jumlah
output Q dengan jumlah input X yang
digunakan, dengan menetapkan jumlah Y
yang digunakan adalah 2 unit.
Kurva-kurva produk total pada Gambar 7.5 tersebut bias juga digambarkan secara dua dimensi.

Dengan adanya fungsi produk total untuk sebuah input, maka


produk marginal (MP) dan produk rata-rata (AP)-nya secara
gampang bias diperoleh. Pertama, ingat bahwa produk marginal
(AP) dari factor produksi X (MPx) adalah perubahan yang
disebabkan oleh perubahan 1 unit factor produksi X, dengan
mengganggap input-input lainya tetap. Oleh karena itu, untuk
sebuah fungsi produk total. MP-nya ditunjukkan oleh hubungan:

di mana Q adalah perubahan output yang terjadi Karena


perubahan input variabel X sbesar unit X,dengan anggapan
bahwa jumlah input lainnya (Y) tetap.
Jika suatu input bisa diubah0ubah secara kontinyu ( bukan
secara inkremental), maka MP-nya bias diperoleh dengan cara
mencari turunan parsial dari fungsi produksi pada input variabel
tersebut.
Produk rata-rata dari suatufaktor produksi adalah produk total itu dibagi dengan jumlah unit input
yang digunakan, atau :

Produk rata-rata untuk X, jika Y= 2 unit, dalam contoh produksi yang diskrit ditunjukan pada
kolomm 4 Tabel 7.2.

Tiga titik yang di perlukan : A B dan C, ditunjukkan pada kurva produk total dalam Gambar 7.6
(a), dan masing-masing titik mempunyai tempat pada kurva AP dan MP.

THE LAW OF DIMINISHING RETURNS


Kurva TP dan MP pada gambar 7.6 menunjukkan sifat yang kita kenal dengan istilah
hukum kenaikan hasil yang berkurang ( the law of diminishing returns). Hukum ini menyatakan
bahwa jika jumlah penggunaan satu input variabel meningkat sementara jumlah penggunaan
faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input
tersebut akn menyebabkan kenaikan output, tetapi kemudian mulai menurun ( berkurang ).
Hukum kenaikan hasil yang berkurang ini bukanlah
hukum yang bisa diturunkan secara deduktif. Hukum
ini merupakan generalisasi dari suatu hubungan
empiris yang telah diamati dengan seksama dalam
setiap sistem produksi.
Sekarang kita perhatikan sebuah pabrik yang
merakit bagian-bagian mesin untuk memproduksi
mobil. Jika seorang pekerja ditugaskan untuk merakit
sebuah mobil, maka pekerja itu harus melakukan
semua kegiatan yang diperlukan untuk membuat
mobil tersebut. Output dari kombinasi penggunaaan
tenaga kerja dan modal seperti itu tampaknya akan
sangat kecil.
Sebuah gambaran tentang keadaan produksi di
mana MP dari suatu input meningkatkan pada suatu
kisaran tertentu ditunjukkan pada Tabel 7.2. Di situ
unit pertama tenaga kerja (input X) menghasilkan 15
unit produksi. Jika 2 unit tenaga kerja, maka 31 unit
output yang dihasilkan, dan MP untuk tenaga kerja
yang kedua ini adalah 16 (lebih besar dari unit yang
pertama yaitu 15).
Akhirnya, setelah mencapai suatu kisaran tertentu, pertambahan tenaga kerja selanjutnya tidak akan mengahasilkan
manfaat yang sama besarnya dengan manfaat yang diterima sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka tingkat kenaikan
output untuk setiap unit tambahan tenag kerja (MP tenaga kerja) akan menrun. Walaupun output total terus
meningkat jika ada unit tambahan tenaga kerja yang digunakan (MP tenaga kerja), tetapi tingkat kenaikan output
tersebut akan menurun (MP akan turun).
Dalam contoh perakitan mobil itu, hal terganggu dalam melakukan proses produksi. Pada Tabel 7.2 ditunjukkan
bahwa hal ini terjadi jika tenaga kerja sangat banyak sehingga para pekerja terganggu dalam melakukan proses
produksi. Pada Tabel 7.2 ditunjukkan bahwa hal ini terjadi ketika lebih dari 7 unit input X dikombinasikan dengan 2
unit input Y. Unit X yang kedelapan menyebabkan penurunan 1 unit output turun masing-masing sebesar 2 dan 3.

ISOKUAN
Isokuan berasal dari kata iso yang berati sama dan quant yang berari kuantitas adlah sebuah kurva yang
menunjukkan semua kombinasi penggunaan input yang berbeda secara efisien untuk memghasilkan sejumlah
output tertentu.
Kedua isokuan tersebut dilukiskan dalam Gambar 7.7. Setiap titik pada isokuan Q=91nmenunjukkan kombinasi
penggunaan input X dan Y yang berbeda untuk menghasilkan 91 unit output. Interpetrasi yang sama bisa
digunakan untuk isokuan Q=122 unit output .
Isokuan-isokuan untuk fungsi produksi yang kontinyu
yang di tunjukkan dalam Gambar 7.3 bisa dibuat
melalui rangkaian bidang pada permukaan produksi
itu, mendatar terhadap bidang XY pada berbagai
ketinggian. Setiap bidang menunjukkan tingkat output
yang berbeda-beda. Dua bidang yang melalui
permukaan produksi itu ditunjukkan dalam gambar
7.8 pada ketinggian Q1 dan Q2.
Kurva isokuan tersebut bisa dipindahkan
kepermukaan input, seperti ditunjukkan oleh kurva Q1
dan Q2 pada Gambar 7.8, dan kemudian dipindahkan
gambar 2 dimensi yang ditujukkan dalm Gambar 7.9.
Kurva-kurva yang terakhir ini menujukkan bentuk
standart dari sebuah isokuan.
Substitutabilitas Penggunaan Input
Bentuk isokuan dapat menunjukkan derajat substitutabilitas input yaitu kemampuan untuk saling menggatikan
antara satu input dengan input yang lainya dalam proses produks. Hal ini dilukiskan dalam Gambar 7.10

Gambar 7.10 menunjukkan


isokuan sistem pembangkit listrik
seperti itu. Di situ ditunjukkan
bahwa listrik bisa dihasilkan oleh
minyak dan atau gas. Di sini gas
dan minyak bisa saling
menggatikan secara sebelumnya
dan isokuan merpakan garis lurus.
Pada sisi lain subsitutabilitas input adalah sistem
produksidi mana input saling melengkapi
(komplementer) secara sempurna satu sama lain. Dalam
keadaan seperti ini jumlah yang tepat dari stiap input
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu. Gambar 7.10 (b), yang melukiskan isokuan
umtuk sepeda, menunjukkan kasus nonsubstitubalitas
yang sempurna ini.
Merupakan contoh dari input-input yang komplmenter.
Isokuan produksi dari input-input yang komplementer ini
mempunyai bentuk siku-siku seperti ditunjukkan oleh
Gambar7.10(b).
Gamabr 7.10(c) menunjukkan keadaan tengah-tengah
(intermediate) dari proses produksi dimana input bisa saling
menggantikan, teteapi substitutabilitasnya tidak sempurna.
Hampir semua pensubstitusian tenaga kerja dalam dengan
modal dalam sistem produksi menunjukkan subsitusian yang
menurun. Dokter dan perawat menyediakan jasa perawatan
kesehatan menunjukkan substitubalitas yang menurun, demikian
jga untuk kasus-kasus lain yang serupa.
MARGINAL RATE OF TECHNICAL SUBSTITUTION

Slope dari isokuan menunjukkan substitutabilitas dari input. Pada Gambar 7.10, tampak bahwa slope isokuan tersebut
merupakan perubahan input Y dibagi dengan perubahan input X. Hubungan ini dikenal sebagai marginal rate of technical
substitution (MRTS) dari input yang menunjukkan jumlah suatu input yang harus digantikan oleh 1 input lainya jika output tidak
berubah. Dalam Gambar 7.10©, misalnya semakin banyak tenaga kerja digantikan kain, maka kenaikan(pertumbuhan) tenaga kerja
untuk menggantikan kain tersebut semakin meningkat. Akhirnya, isokuan tersebut akan berslope positif, yang menunjukkan bahwa
disitulah batas terhadap kisaran di mana input-input bisa saling menggantikan pada tingkat produksi yang sama.
Hubungan substitusf input yang ditunjukkan oleh slope isokuan tersebut secara langsung mengikuti konsep produktivitas
marginal yang semakin seperti menurun yang telah dibahas di muka. Umtuk melihat hal tersebut, perhatikan bahwa MRTS adalah
sama dengan minus satu dikalikan dengan perbandingan (ratio) produk marginal (MP) faktor-faktor produksi.
Oleh karena itu , slope isokuan yang ditunjukkan dalam persamaan 7.2 sama dengan segitiga Y/ Segitiga X, ditentukan oleh
rasio antara MP input.
Persamaan 7.6 melandasi analisis kombinasi-kombinasi input yang tidak rasional. Sebuah perusahaan akan dikatakn tidak
rasional jika oerusahaan tersebut mengkombinasikan penggunaan sumberdaya-sumberdayanya dengan cara di mana MP setiap
input yang digunakannya bias dinaikkan dengan pemakaian sumberdaya yang lebih sedikit. Dari penjelasan diatas maka bias
diakatakan bahwa kombiasi-kombinasi input yang terletak sepanjang satu bagian dari isokuan yang berslope positif adalah tidak
rsional dan harus dihindari oleh perusahaan tersebut.
Pada Gambar 7.11 tampak bahwa batas rasional penggantian input ditunjukkan oleh titik-titik di mana isokuan
berslope negatif. Bats-batas terhadap kisaran substitubilitas X terhadap Y ditunjukkan oleh titik-titiksinggung antara
isokuan_isokuan dan sehimpunan garis yang digambarkan tegak lurus terhadap sumbu Y.

Sebuah perusahaan dikatakan tidak rasional jika menggunakan


kombinasi input yan terletak di luar titik-titik singgung tersebut (ridge
line). Alasan mengapa kombinasi-kombinasi tersebut tidak rasional
adalah karena produk marginal (MP) dari inout yang relatif banyak
adalah neagtif diluar fidge line tersebut. Ini berarti bahwa tambahan
unit terakhir dari input yang berlebihan ini akan menurunkan output
dari system produksi tersebut.
Untuk kombiasi-kombinasi di bawah ridge line bagian bawah, input
X secara relative berkelibihan disbanding jumlah input Y yang digunkan,
dan di sini MP dari X adalah negatif.
PERANAN PENERIMAAN DAN BIAYA DALAM PRODUKSI
Dalam suatu perekonomian yang telah maju, kegiatan produksi biasanya akan menghasilkan barang-barang dan
jasa yang akan diperjual belikan di pasar bukan hanya sekedar dikonsumsi oleh produsenya. Oleh karena itu, kita harus
memperhatikan penerimaan yang diperoleh para pemilik berbagai input (faktor produksi), misalkan tenaga kerja, bahan
baku, capital dari penjualan input-input tersebut.
MRP adalah nilai dari unit marginal suatu input yang digunakan untuk memproduksi suatu produk tettentu.
Misalkan, jika pertambahan 1 orang tebag kerja bisa menghasilkan 2 unit output tambahan yang bisa dijual seharga
Rp5,00 ribu per unit, maka MP tenaga kerja terebut adalah 2 , dan MRP-nya sama dengan Rp5,00 ribu x 2 =Rp10,00
ribu.
Hubungan antara produktivitas suberdaya yang diukur dengan MRP dan penggunaan input yang optimal ini bisa
digeneralisasi dengan mengacu pada prinsip-prinsip marginal dari maksimisasi laba yang telah di bahas dalam Bab2.
Ingat, selama MR masih lebih besar dari MC, maka laba pasti naik.
Konsep oengunaan inpt yang optimal ini bisa diperjelas melalui penelaahan terhadap sebuah fungsi produksi
sederhana, yaitu hanya satu input variabel yang digunakan yaitu L (tenaga kerja) untuk menghasilkan output tunggal
Q.
Persamaan 7.9 di atas menunjukkan bahwa sebuah perusahaan yang bertujuan untuk meamaksimumkan laba-
nya akan selalu menggunakan suatu input sampai pada suatu titik di mana MRP dari input tersebut sama daengan
biayanya. Jika MRP lebih besar dari biaya input tersebut, maka laba akan meningkat dengan adanya penambahan uni
input yang digunkan. Berdasarkan analisis di atas, tampak bahwa kurva permintaan akan input ditentukan oleh MRP-
nya.

Pembahasan tentang penggunaan input tunggal yang


optimal di muka bisa diperluas untuk menganalisis sistem
produksi yang menggunakan beberapa input. Walaupun
ada beberapa kemungkinan pendekatan untuk perluasan
ini, salah satu pendekata yang paling umum san sederhana
adalah penggunaan kurva isokuan dan isokus.
Persamaan dari sebuah kurva isokos menunjukkan berbagai
kombinasi input yabg bisa dibeli dengan tingkat pengeluaran
tertentu. Misalnya, berbagai kombinasi X dan Y yang bisa di beli
dengan sejumlah pengeluaran E, ditunjukkan oleh hubungan berikut
ini:
E =Px + X + Py = Y
Atau bisa juga dituliskan dengan cara berikut :

Y = E - Px X
Py Py

Berdasarkan keadaan tersebut, maka perubahan tingkat pengeluaran


akan menyebabkan kurva isokos bergeser sejajar, sedankan perubahan
harga-harga input akan mengakibatkan perubahan slope lurva isolos
tersebut.
Dengan memperluas contoh yang dijelaskan dan digambarkan
dalam 7.13 di atas, maka hubungan-hubungan tersebut bisa lebih jelas.
Dengan tingkat pengeluaran sebesar Rp 1 juta perpotongan kurva
isokos dangan sumbu Y telah ditunjukkan sebesar 4 unit.
Misalkan sebuah perusahaan mempunyai anggaran
sebesar RP1 juta untuk membeli input untuk
mengahasilkan output sebesar Q. Melalui penggambaran
secara bersama-sama antara beberapa isokuan dengan
kurva isokuan Gambar 7.14, kita mendapatkan bahwa
kombinasi input yang optimal terjadi pada titik A yalni tiik
singgung antara kurva isokos dengan sebuah isouan. Pada
titik tersebut, X dan Y bisa dicapai dengan tingkat
pengeluaran E1.
Kenyataan bahwa kombinasi-kombinasi inout yabg
optmal tersebut terjadi pada titik singgug antara isokuan
dengan isokos merupakan suatu prinsip ekonomi yang
sangat penting. Slope kurva isokos yang ditunjukkan di
atas sama dengan –Px/Py. Perhatikan bahwa slope dari
sebuah isokuan adalah sama marginal rate of technical
subsitution (NRTS) dari suatu input terhadap input lainya
jika produksi tetap pada tingkat yang sama. MPx = MPy
Px Py
Pada titik di mana penggunaan input-input
dikombinasikan seacra optimal, kurva isokus dan isokuan
besinggung satu sama lain, dan oleh karena itu slope
kedua kurva tersebut sama.
Prinsip ekonomi dalam pengkombinasian input yang meminimumkan biaya, sepeeti ditunjukkan oleh persamaan
7.12, menunjukkan bahwa proporsi yang optimal adalah jika setiap tambahan rupiah yang dibelanjakan untuk input
tertentu harus menghasilkan tambahan output total sama banyaknya dengan setiap rupiah yang dibelanjakan untuk
input lainya. Setiap kombinasi penggunaan input yang menyimpang dari aturan ini berarti tidak optimal dalam artian
bahwa perubahan input bisa menghasilkan kuantitas output yang sama dengan biaya yang lebih rendah.
Kombinasi penggunaan input di atas menyimpang dari aturan proporsi yang iptimal, karena ratio antara MP dengan
harga tidak sama untuk kedua input tersebut. Dalam keadaan seperti ini perusahaan tersebut bisa mengurangi
penggunaan Y sebesar 1 unit, yang berarti mengurangi output total sebsesar 9 unit dan biaya total sebesar Rp3,00.

Tingkat Penggunaan yang Optimal dari Input Brtganda


Pengkombinasian input dengan proporsi-proporsi yang memenuhi syarat-syarat persamaan 7.12 akan
menghasilkan output dengan biaya yang minimum. Oleh karena itu, minimisasi biaya dapt di capai dengan cara
menyamakan rasio MP dengan harga untuk setiap input.
Pada tingkat output yang optimal , pemenuhan syarat persamaan 7.12 adalah sama dengan menggunakan
input sampai titik di mana marginal revenue product sama dengan harganya, yakni syarat optimalitas yang telah
dijelaskan pada titik 7.9.
Oleh karena itu, laba sebuah perusahaan akan maksimum jika harga input sama dengan MRP dari input
tersebut. Perbedaan antara minimisasi biaya dengan maksimisasi laba adalah bahwa minimisasi biaya hanya
memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan harga-harga dan produktivitas marginal input. Sedangkan
maksimisasi laba memeperhatikan kedua faktor tersebut plus penerimaan marginal output.
RETURNS TO SCALE
Sejauh ini pembahasan kita tentang produksi masih
ditekankan pada produktiitas input secara individual. Suatu
topik yang berkaitan erat dengan hal itu adalah bagaimana
pengaruh suatu kenaikan yang proporsional dari semua
input terhadap produksi total. Ini merupakan konsep
returns to scale yang memliliki tiga kemungkinan keadaan.
Konsep returns to scale ini bisa diperjelas melalui
pengamatan terhadap data produksi pada Tabel 7.1.
Sekarang kita anggap bahwa sistem produksi yang
ditunjukkan oleh data itu sekarang ini bekerja dengan 1
unit input X dan 3 unit input Y. Output dari kombinasi
input seperti itu adalah 35 unit.
Return to scale dari suatu sistem produksi bisa juga
dilukiskan dengan menggunakan gambar gambar dua dan
tiga dimensi seperti ditunjukkan dalam gambar 7.16 sampai
7.19.
Gambar 7.16 Gambar 7.18
Constan Returns To Scale (CRTS) Decreasing Returns To Scale
Gambar 7.19
Gambar 7.17
Returns To Scale yang berubah-ubah
Increasing Return To Scale (IRTS)
Suatu spesifikasi yang lebih umum untuk sebuah fungsi
produksi yang mula-mula mengalami kondisi increasing
return to scale kemudian decreasing return to scale
ditunjukkan oleh Gambar 7.19. Daerah increasing returns
disebabkan oleh adanya spesialisasi – jika output
meningkat, tenaga kerja yang terspelisasi bisa digunakan
secara efisien, mesin-mesin ukuran besar bisa digunakan
dalam proses produksi
Elastisitas Output FUNGSI PRODUKSI EMPIRIS
dan Returns To Scale Bentuk persamaan ini, yang
Walaupun penyajian konsep dilukiskan pada Gambar 7.19,
returns to scale seacara menunjukkan tahap-tahap di mana
grafis seperti ditunjukkan mula-mula terjadi keadaan increasing
dalam Gambar 7.16 sampai returns toscale dan kemudian decreasing FUNGSI PANGKAT
7.18 cukup memada, tetapi returns to scale. Fungsi pangkat ini telah
konsep ini bisa secara lebih Dengan jumlah observasi banyak digunakan dalam studi-
tepat dan akurat jika input/output yang cukup apakah selama studi tentang fungsi produksi
ditentukan dengan beberapa periode tertentu untuk sebuah secara empiris, terutama sekali
menggunakan analisis perusahaan atau pada suatu periode sejak Charles W.Cobb dan Paul
elastisitas output dari fungsi untuk sebuah perusahaan dalam suatu H. Douglas memulainya pada
produksi. industri teknik-teknik regresi bisa akhir 1920-an.
digunakan untuk menaksir para meter-
parameter fungsi produksi tersebut.
Fungsi pangkat yang dijelaskan di bawah
ini sebagai suatu satu pendekatan untuk
menganalisis fungsi produksi telah
terbukti sangat berguna dalam kajian-
kajian empiris.
Pemilihan Bentuk
Pembelian Input Secara
Fungsi untuk
METODA Langsung di Pasar (Spot
Kajian-kajian
PENGADAAN INPUT Exchange)
Empiris
Salah satu metoda untuk
Ada banyak bentuk- Seorang manajer bisa memperoleh input adalah
bentuk fungsi lainya menggunakan beberapa melakukan pembelian langsung di
yang dapat pendekatan untuk pasar (Spot Exchange). Pembelian
digunakandalam kajian memperoleh input yang langsung di pasar ini terjadi ketika
produk secara empiris, diperlukan untuk pembeli dan penjual dari suatu
faktor penentun utama menghasilkan produk/jasa input bertemu dan melakukan
bentuk fungsi yang akan yang dihasilkan transaksi jual-beli secara langsung
digunakan dalam model perusahaanya. Tugas dari tanpa ikatan apa-apa.
empiris tergantung pada manajer tersebut adalah
hubungan yang Kelebihan utama dalam
memilih metoda yang dapat
dihipotesakan oleh si memperoleh input melalui
meminimumkan biaya untuk
peneliti. pembelian langsung ini adalah
memperoleh input tersebut.
bahwa suatu perusahaan dapat
melakukan spesialisasi pada
bidang yang paling dikuasainya .
Pembelian Input dengan Cara Kontrak
Kontrak adalah suatu dokumen legal yang menciptakan hubungan yang luas antara seorang pembeli dengan
penjual input. Kontrak tersebut biasanya merinci syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak dalam
melakukan kegiatan jual beli selama kurun waktu tertentu, misalnya tiga tahun.
Dengan memperoleh input melalui kontrak, perusahaan yang melakukan pembelian dapat menikmati
keuntungan yaitu melakukan spesialisasi pada bidang yang palingdikuasainya karena perusahaan lainlah yang
memproduksikan input yang diperlukan oleh perusahaan yang melakukan pembelian.
Terakhir, manajer sebuah perusahaan dapat memilih untuk memproduksi sendiri input yang diperlukan untuk
keperluan produksi dalam perusahaan tersebut. Dalam situasi ini manajer perusahaan taksi di atas tidak bekerja
sama dengan perusahaan sendiri sebuah fasilitas untuk menyervis armada mobilnya, dengan pegawai perusahaan
sendiri sebagai tukang servisnya.
Dengan integrasi vertikal, sebuah perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk melakukan spesialisasi seperti
yang dapat dilakukanya apabila input dibeli dari pemasok independen.

BIAYA TRANSAKSI
Ketika sebuah perusahaan ingin memperoleh input, kadangkala ada biaya
tambahan di luar biaya sebenarnya yang dibayarkan kepada penjual input.
IMPLIKASI INVESTASI KHUSUS
Pertama, biaya tawar-meanawar yang mahal(costly bargaining). Dalam situasi di mana biaya transaksi
rendah dan input yang dikehendaki memiliki kualitas yang sama dan dijual oleh banyak perusahaan, maka
harga input ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
Investasi khusus mengindikasikan bahwa hanya ada sedikit pihak yang siap untuk melakukan
hubungan jual beli. Proses tawar meanawar tersebut biasanya memerlukan biaya yang tinggi karena
masing-masing pihak menyewa penegosiasi untuk memperoleh harga yang lebih menguntungkan baginya.
Kedua, investasi yang tidak ekonomis (underinvestment). Ketika investasi khusus dilakukan untuk
memfasilitasi jual beli, tingkat investasi khusus tersebut seringkali lebih rendah daripada tingkat investasi
optimal.
Masalah yang sama juga muncul pada jenis investasi khusus lainnya. Apabila pemasok input misalnya
harus berinvestasi untuk suatu tertentu , pemasok tersebut mungkin akan berkualitas rendah.
Ketiga, masalah oportunisme dan hod-up. Ketika investasi khusus harus dilakukan guna memperoleh
input, pembeli atau penjual dapat, mencoba untuk mengambil keuntungan dari sifat ‘sunk’ dari investasi
tersebut dengan melakukan tindakan oportunistik.
PENGADAAN INPUT YANG OTIMAL
Sekarang kita akan mempelajari apa yang harus dilakukan manajer untuk memperoleh input
dengan biaya minimal.

Pembelian Secara Langsung di Pasar (Spot Exchange)


Cara yang paling mudah bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan input untuk proses
produksi adalah pembelian langsung di pasar.
Apabila akuisisi sebuah input memerlukan investasi khusus yang cukup besar, pembelian
langsung di pasar kemungkinan akan menimbulkan biaya transaksi yang tinggi karena masalah
oportunisme.

Kontrak
Dengan adanya kemungkinan munculnya masalah hold-up dan keharusan untuk selalu
menawar harga setiap kali akan membeli input, strategi alternatif yang bisa dijalankan adalah cara
memperoleh dengan tepat.
Jangka waktu kontrak optimal akan bertambah lama
ketika tingkat investasi khusus yang diperlukan untuk
memfasilitasi suatu proses jual beli meningkat.
Intergrasi Vertikal
Keunggulan dari integrasi vertikal ialah
bahwa perusahaan tersebut “melawati
perantara” dengan memproduksi inputnya
sendiri. Ini akan menurangi masalah
oportunisme dengan menyatukan perusahaan-
perusahaan yang berbeda menjadi divisi-divisi
dari suatu perusahaan tunggal yang
berintegrasi.

TRADE-OFF EKONOMIS
Metoda untuk meminimalisir biaya untuk
memperoleh input bergantung pada
karakteristik input. Pertanyaan–pertanyataan
dasar mengenai hal ini digambar dalam
Gambar7.23 Apabila input yang diinginkan melibatkan investasi
khusus, perusahaan dapat melakuka pembelian
langsung di pasar untuk memperoleh input tanpa
harus merisaukanmasalah oportunisme dan biaya
tawar-menawar.
Kesimpulan
Fungsi produksi sebuah perusahaan ditentukan oleh tingkat teknologi dan pabrik dan peralatan yang digunakan.
Fungsi produksi ini menghubungkan input dengan output, menunjukkan produk maksimum yang bisa dipakai oleh
sejumlah input tertentu.
Beberapa sifat penting sistem produksi telah di telaah, termasuk subsitutabilitas input-input dan di minishing
retunrs dari input-input. Fungsi produksi tersebut juga di gunakan untuk menunjukkan bahwa hanya dengan
kombinasi-kombinasi input dimana MP dari semua input adalah Positif, yang di perlukan dalam penentuan proproi
input yang optimal.

Dengan menambahkan harga-harga dalam analisis tersebut, memungkinkan kita untuk menetapkan syarat-
syarat optimalitas kombinasi input. Kombinasi input yang meminimumkan biaya memsyaratkan proporsi input dimana
setiap tambahan rupiah dari setiap input bisa dapat menambah output total sama banyaknya dengan setiap rupiah
yang di belanjakan untuk input-input lainnya. Secaa aljabar, hubungan tersebut bisa ditunjukkan dengan cara berikut
MPx = MPy juga ditunukkan bahwa penggunaan
Px Py
sumber daya-sumber daya sampai pada suatu titik dimana MRP = P tidak hanya menghasilkan tulisan lasaet-coast
combination tetapi juga menghasilkan laba maksimum. Secara aljabar hubungan ini bisa dituliskan : MRPx = Px dan
MRPy = Py. Masalah returns to scale juga telah di telaah dan beberapa metode pengukuran retuns to scale tersebut
juga digambarkan. Dalam produksi, return to scale memainkan peranan utama dalam penentuan struktur pasar.

Anda mungkin juga menyukai