Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH PASAR MONOPOLI

EKONOMI MAKRO

KELOMPOK 9

NAMA : 1.NURINDAH SARI U. (1961406001)

2.

KELAS:1K/R002

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

KEUANGAN DAN PERBANKAN

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan taufiqnya
kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MAKALAH PASAR
MONOPOLI”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah“EKONOMI
MAKRO”, makalah ini yang diharapakan bisa menambah wawasan dan dapat
bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, serta masih banyak
kekurangan dan kesalahannya. oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kamiharapkan demikesempurnaan makalah ini. Dan
mudah-mudahan makalah ini dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses
menimba ilmu dengan sebaik-baiknya. Amin yarobbal ’alamin...

MAROS, 08-Nov-2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar....................................................................................................................

Daftar
Isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakan............................................................................................................

B. Rumusan
Masalah....................................................................................................

C. Tujuan
Pembahasan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASA

1. Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya


Monopoli...........................................................
2. Permintaan dan Penerimaan Perusahaan
Monopoli.....................................................
3. Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka
Pendek.....................................................
4. Keseimbangan perusahaan dalam jangkan
panjang...............................................
5. Daya
monopoli.........................................................................................................
6. Monopoli alamiah (natural
monopoly).......................................................................
7. Diskriminasi harga (price
discrimination)..................................................................
8. Biaya sosial monopoli (social cost
ofnmonopoly).....................................................
9. Pengaturan perusahaan monopoli (monopoly regulation dan
masalahnya)............
10. Aspek positif monopoli (monopoly
benefits)............................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................................
...

Daftar
Pustaka.....................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan social dan

infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang

dengan imbalan uang. Pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan

pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak sempurna terbagi lagi

menjadi tiga yaitu pasar monopoli, pasar oligopoli dan pasar monopolistik.

Pasar sebagai kumpulan jumlah pembeli dan penjual individual mempunyai

karakteristik- karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut muncul karena masing-masing

pembeli dan penjual individual mempunyai perilaku individual yang berbeda pula. Di

dalam bab biaya produksi dijelaskan bahwa ada karakteristik pasar tertentu dimana

dalam pasar tersebut hanya terdapat satu penjual dari satu produk (barang atau jasa)
yang tidak mempunyai alternative produk pengganti (substitusi). Pasar dengan

karakteristik tersebut disebut dengan pasar monopoli. Mengingat dalam pasar monopoli

hanya terdapat satu penjual dari satu produk (barang atau jasa) yang tidak mempunyai

alternatif produk pengganti (subtitusi) maka dalam pasar monopoli tidak ada persaingan

dari penjual lain.

Pasar di Indonesia didukung oleh sumber daya alam yang melimpah yang

memungkinkan untuk seseorang memproduksi barang dengan jumlah yang banyak

sehingga dengan mudah setiap produsen mendapat bahan untuk berproduksi. Ketika

banyak produsen memproduksi barang yang sama, walaupun dengan kemasan, merk

dan kualiatas yang berbeda. Maka disnilah terjadi pasar persaingan monopolistik.

B. RUMUSAN MASALAH

Pembahasan kami akan merujuk pada masalah masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor yang menimbulkan monopoli?

2. Bagaimana mengetahui pemaksimuman keuntungan dalam pasar monopoli?

3. Bagaimana terbentuknya pasar monopolistik?

4. Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik dari pasar persaingan monopolistik?

C. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu

Ekonomi dan sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan dan

memahami Pasar Monopoli dan Pasar Persaingan Monopolistik.


BAB II

PEMBAHASAN

PASAR MONOPOLI

Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli (monopoly) bila hanya ada satu produsen atau

penjual (single firm) tanpa pesaing langsung atau tidak langsung, baik nyata maupun potensial.

Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi (closed substitution).

1. Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli

Perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi

perusahaan lain untuk memasuki industri yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya,

hambatan masuk dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers to entry) dan

hambatan legalitas (legal barriers to entry).

a.) Hambatan Teknis (Technical Barries to Entry)

Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain sulit bersaing dengan

perusahaan yang sudah ada (existing firm). Keunggulan secara teknis ini disebabkan oleh

beberapa hal.
1) Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus (special knowledge)

yang memungkinkan berproduksi sangat efisien.


2) Tingginya tingkat efisien memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai kurva biaya

(MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin

menurun, sehingga biaya produksi perunit (AC) makin rendah (decreasing MC and AC).
3) Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa sumber

daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi produksi. Kelompok konglomerat di

Indonesia mempunyai kemampuan monopoli secara teknis, karena mampu mengontrol

faktor produksi berupa bahan baku (misalnya batu kapur untuk pabrik semen). Selain

bahan baku, di mana tamatan-tamatan universitas top di Indonesia kebanyakan bekerja

di perusahaan konglomerat, dibanding perusahaan kecil. Lokasi produksi yang khusus

juga menyebabkan perusahaan memiliki kemampuan teknis (biaya transpormasi sangat

rendah) yang menyebabkan daya monopoli.


Perusahaan-perusahaan yang mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis

disebut perusahaan monopolis alamiah (natural monopolist).

b.) Hambatan Legalitas (Legal Barriers to Entry)

1) Undang-undang dan Hak Khusus


Tidak semua perusahaan mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis. Dalam

kehidupan sehari-hari kita menemukan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien tetapi

memiliki daya monopoli. Hal itu dimungkinkan karena secara hukum mereka diberi hak

monopoli (legal monopoly). Di Indonesia, Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN-

BUMN) banyak yang memiliki daya monopoli karena undang-undang . berdasarkan

undang-undang tersebut mereka memiliki hak khusus (special franchise) untuk

mengelola industri tertentu.


Hak khusus tidak hanya diberikan oleh pemerintah, tetapi juga oleh satu perusahaan

kepada perusahaan lainnya. Di Indonesia beberapa bentuk konkritnya adalah agenda

tunggal, importir tunggal, lisensi dan bisnis warna laba (franchise).


2) Hak Paten (Patent Right) atau Hak Cipta
Tidak semua monopoli berdasarkan hukum (undang-undang) mengakibatkan

inefisiensi. Hak paten (patent right) atau hak cipta adalah monopoli berdasarkan hukum

karena pengetahuan-kemampuan khusus (special knowledge) yang menciptakan daya


monopoli secara teknik. Seorang yang mempunyai kemampuan menulis yang baik,

memiliki hak monopoli atau bukunya bila mengurus hak cipta. Seseorang yang

menemukan resep masakan atau ramuan obat, memiliki hak monopoli atas

penemuannya bila mengurus hak paten.


Berdasarkan uraian-uraian di atas, industri penyediaan tenaga listrik (industri listrik) di

Indonesia dikatakan berstruktur pasar monopoli, karena :


1. Hanya ada satu prosedurnya, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN).
2. Listrik yang dihasilkan PLN tidak mempunyai substitusi, walaupun sumber tenaga

listriknya memiliki beberapa alternatif (disel, tenaga air, tenaga uap, dan nuklir).
3. Perusahaan-perusahaan lain tidak dapat memasuki industri listrik karena ada hambatan

(barrier to entry), yaitu hak monopoli PLN berdasarkan Undang-Undang.


Dengan cara yang sama kita memahamai mengapa tidak semua rumah makan boleh

menjual ayam goreng Kentucky Fried Chicken. Mengapa tidak semua pabrik garmen

boleh memproduksi baju bermerek dagang Choya. Juga, mengapa tidak semua

perusahaan penerbit boleh mencetak ulang dan mengedarkan buku-buku terbitan

perusahaan lain tanpa izin perusahaan yang bersangkutan.

2. Permintaan dan Penerimaan Perusahaan Monopoli

1) Permintaan
Dalam pasar monopoli, permintaan terhadap ouput perusahan (firm’s demand)

merupakan permintaan industri. Karena itu perusahaan mempunyai kemampuan untuk

memengaruhi harga pasar dengan mengatur jumlah ouput. Posisi perusahaan

monopolis adalah penentu harga (price setter atau price maker). Dengan demikian,

kurva permintaan yang dihadapi monopolis adalah juga kurva permintaan pasar/industri.
2) Penerimaan Total dan Penerimaan Marjinal
Pada pasar persaingan sempurna penerimaan marjinal perusahaan sama dengan harga

jual (MR = AR = D = P). Tidak demikian halnya dengan perusahaan yang berada dalam

pasr monopoli. Penerimaan marjinal perusahaan monopoli lebih kecil dari harga jual

(MR < P). Diagram 9.1 menunjukkan bahwa untuk meningkatkan output yang dijual (Q1

ke Q2) perusahaan harus menurunkan harga jual (P1 ke P2). Penurunan harga jual

menyebabkan penerimaan total (TR) berkurang sebanyak luas daerah segi empat A.

Penambahan jumlah output menambah TR dari daerah segi empat B. Dengan demikian

MR = -A + B yang nilainya lebih kecil dari harga. Penjelasan yang sama dapat
diterapkan bila perusahaan bergerak ke P3, P4, dan seterusnya. Karena itu kurva MR

berada di bawah kurva harga (permintaan) seperti pada diagram 9.1.b.


Dalam pasar persaingan sempurna kurva TR berbentuk garis lurus dimulai dari titik

(0,0). Dalam pasar monopoli besarnya TR sangat tergantung pada besarnya elastisitas

harga.
a. Jika elastisitas harga lebih besar dari suatu (elastis), untuk menambah output 1%, harga

diturunkan lebih kecil dari 1%. Akibatnya TR naik yang berarti MR positif.
Diagram 9.1
Kurva MR Dalam Perusahaan Monopoli

b. Jika elastisitas harga sama dengan satu, untuk menambah output 1%, harga harus

diturunkan 1% juga. TR tidak bertambah, yang artinya MR = 0. Pada saat itu nilai TR

maksimum.
c. Jika elastisitas

harga lebih kecil

dari satu (inelastis),

untuk menaikkan

output 1% , harga

harus diturunkan

lebih dari 1%.

Akibatnya

TR turun, yang artinya MR < 0 (negatif).


Hubungan antara besarnya TR dan MR digambarkan pada Diagram 9.2.

3.

Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek

Sebagaimana halnya perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna,

perusahaan monopoli juga harus menyempurnakan MR dengan MC agar mencapai laba

maksimum, seperti yang digambarkan pada diagram 9.3.


Pada diagram 9.3 laba maksimum tercapai pada output Q*, dimana MR = MC. Besar laba

seluas bidang AP*BC. Jika output lebih kecil dari Q*, misalnya Q1, laba perusahaan belum

maksimum sebab MR>MC. Sebaliknya jika output lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba akan

berkurang karena MR<MC.

Monopolis juga bisa menderita rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan agar kerugiaannya

adalah minimum (juga pada tingkat output dimana MR = MC).


Tingkat outputnya adalah Q*, harga P*, TR = OP*CQ*, sedangkan TC = OABQ*, sehingga

daerah kerugian adalah bidang P*ABC (kerugian yang minimum).

4. Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Panjang

Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan keseimbangan jangka panjang,

selama dalam jangka pendek memperoleh laba maksimum. Dalam pasar persaingan

sempurna, laba super normal akan menarik perusahaan lain untuk masuk kedalam industri

sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal saja. Hal tersebut

tidak berlaku dalam pasar monopoli. Hambatan untuk masuk menyebabkan perusahaan

monopoli mampu untuk menikmati laba super normal, baik dalam jangka pendek maupun

dalam jangka panjang. Perusahaan monopoli hanya akan kehilangan laba super normal jangka

panjang, bila tidak mampu mempertahankan daya monopolinya. Hal tersebut dapat saja terjadi,

terutama perusahaan lalai melakukan riset dan pengembangan untuk memperoleh teknologi

yang meningkatkan efisiensi produksi. Akibatnya posisi perusahaan tergantikan oleh

perusahaan lain yang mampu menghasilkan atau memangfaatkan teknologi produksi yang lebih

efisien. Hal tersebut terjadi pada perusahaan-perusahaan jam tangan di Negara Swiss. Karena

menolak memangfaatkan teknologi digital, mereka kehilangan kemampuan monopolinya. Saat

ini, daya monopoli pembuatan jam tangan dikuasai perusaan-perusaan jam di Jepang, yang

mau memanfaatkan teknologi digital.


Keseimbangan dalam jangka panjang akan jadi masalah bila dalam jangka pendek perusahaan

mengalami kerugian. Diagram 9.5.a menunjukan perusahaan monopolis yang mengalami

kerugian dalam jangka pendek.namun karena biaya rata-rata variabel masih lebih besar dari

harga (AVC>P) untuk sementara perusahaan masih dapat beroprasi. Bila ingin

mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, perusahaan harus berupaya mencapai

laba.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan efisiensi agar biaya produksi menjadi

lebih murah. Dalam diagram 9.5.b ditunjukan dengan menurunnya kurva AC (AC0 – AC1).

Karena sekarang biaya rata-rata lebih kecil daripada harga (AC<P), perusahaan sudah dapat

menikmati laba.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau memperbesar permintaan. Misalnya
dengan menggiatkan produksi dan memasang iklan. Peningkatan permintaan (D1 – D2)
menyebabkan P > AC, yang artinya perusahaan memperoleh laba (diagram 9.5.c). tentu saja
cara yang terbaik adalah melakukan peningkatan efisiensi sekaligus meningkatkan permintaan.

5. Daya Monopoli (Monopoly Power)


Dalam keyataan jarang sekali truktur pasar tanpa persaingan.umumnya yang ada adalah satu

atau beberapa perusahaan lebih dominan dibanding perusahaan lainnya (oligopoli). Karenanya

pengertian monopoli dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian awam (masyarakat

umum) dalam kehidupan sehari-hari. Kaum awam membayangkan monopoli sebagai

kemampuan melakukan apa saja untuk memperoleh laba sebesar-besarnya; perusahaan

monopoli yang mempunyai kekuatan tanpa batas, sehingga dapat mengeruk laba tanpa batas

pula.

Pengertian diatas adalah keliru. Daya monopoli (monopoly power) yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan ekploitasi pasar dalam rangka mencapai laba maksimum

hanyalah sebatas kemampuan mengatur jumlah output dan harga. Daya monopoli dikatakan

makin besar bila keputusan harga dan output perusahaan makin sulit dilawan oleh pasar.

Lerner mengukur kemampuan perusahaan berlandaskan permintaan yang dihadapi

perusahaan dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai indeks Lerner (Lerner

Index).

L= (P -MC ) ................................................................................(9.1)

Dimana L= indeks Lerner

P= harga output

MC= biaya marginal

Dari persamaan (9.1) daya monopoli makin besar bila nilai L makin besar. Indeks Lerner

mempunyai nilai antara 0 dan 1. Dalam pasar persaingan sempurna daya monopoli adalah nol

(L = 0), karena dalam keseimbangan harga sama dengan biaya marjinal (P = MC). Besar nilai

indeks Lerner dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a. Elastisitas Harga Permintaan (Elastisitas Harga)

Dalam pasar persaingan sempurna, elastisitas harga permintaan tak terhingga. Laba

maksimum tercapai bila P = MC. Karena itu dalam pasar persaingan sempurna nilai L sama
dengan nol. Perusahaan tidak memiliki daya monopoli (price taker). Makin inelastis permintaan,

makin besar nilai L atau daya monopoli.

b. Jumlah Perusahaan dalam Pasar

Makin sedikit jumlah perusahaan, daya monopoli makin besar. Dalam pasar persaingan

sempurna, jumlah perusahaan banyak sekali, sehingga konsumen leluasa memilih produsen;

permintaan elastis sempurna, sehingga nilai L sama dengan nol.

c. Interaksi Antarperusahaan

Makin solid interaksi antarperusahaan, makin besar daya monopoli. Dalam pasar persaingan

sempurna, karena jumlah perusahaan sangat banyak, amat sulit melakukan konsolidasi untuk

mencapai kekuatan monopoli. Makin sedikit jumlah perusahaan, makin mudah melakukan

konsolidasi (interaksi). Karena itu struktur pasar yang berpotensi besar untuk memiliki daya

monopoli besar adalah oligopoli.

Indeks Lerner bukanlah indeks laba (profit index). Sebab laba berkaitan dengan biaya rata-

rata. Walaupun memiliki daya monopoli yang besar ( nilai L besar), tanpa efisiensi perusahaan

bahkan akan mengalami kerugian.

6. Monopoli Alamiah ( Natural Monopoly)

Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural monopoly) disebut monopolis

alamiah. Perusahaan ini memiliki kurva biaya rata-rata (AC) jangka panjang yang menurun

(negative slove). Makin besar output yang dihasilkan makin rendah biaya rata-rata. Ini

dimungkinkan karena perusahaan memilikikurva biaya marjinal (MC) yang juga menurun dan

juga berada dibawah kurva AC. Perusahaan memiliki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila

skala produksi diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu mengeksploitasi pasar, dilihat dari

makin besarnya selisih harga jual dengan biaya marjinal. Diagram 9.6 menunjukan hal tersebut,

dimana titik perpotongan kurva MC dengan MR (titik A) jauh dibawah harga jual (titik B).
Perusahaan hanya akan mampu memiliki daya sepeeti di atas bila dalam jangka panjang

mampu meningkatkan efisiensi melalui pengembangan teknologi, manajemen, dan sumber

daya manusia. Perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli alamiah, tidak selalu diawali

kekuatan teknologi. Sealiknya perusahaan yang pada awalnya memiliki kemampuan teknis,

dapat kehilangan kemampuan monopoli dan tidak mampu menjadi monopolis alamiah (kasus

industri jam tangan swiss).

Di indonesia, salah satu perusahaan yang sangat kuat dalam bidang industri pengolahan

makanan adalah Group Salim. Misalnya, perusahaan ini menguasai lebih dari 90% produk

makan berbahan baku terigu (mie instant). Kemampuan monopoli natural Salim Group pada

awalnya bukanlah kemampuan teknis. Sebab pemilik perusahaan (Sudono Salim) memulai

usahanya sebagai pedangang, yang sekitar 30 tahun lalu memperoleh hak monopoli

pengolahan terigu untuk seluruh wilayah indonesia (melalui perusahaan pengolah tepung

terigu, Bogasari). Hak monopoli tersebuk adalah monopoli legalistis (legal monopoly). Laba

yang diperoleh dari Hak monopoli terdebuk digunakan untuk membeli teknologo modern,

membayar manajer dan SDM yang tangguh, sehingga akhirnya perusahaan memiliki

kemampuan monopoli alamiah.


7. Diskriminasi Harga ( Price Discrimination)

Kebijakan Diskriminasi Harga ( Price Discrimination) adalah kebijakan menjual output yang

sama dengan harga berbeda-beda, pada saat yang sama kepada komsumen (pasar)yang

berbeda, dimana perbedaaan harga bukan disebabkan oleh perbedaan biaya produksi (third

degree price discrimination). Tujuan yang ingin dicapai adalah menambah laba perusahaan

melalui eksploitasi surplus konsumen.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan pabrik diskriminasi harga. Perusahaan Air

Minum (PAM), perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Telkom memberikan harga yang

berbeda kepada pemakainya. Pembedaan harga dapat didasarkan jumlah konsumsi (meter

kubik untuk PAM ). Makin besar jumlah meter kubik yang digunakan makin tinggi tarif air

minum. Juga dapat didasarkan pada kapan mengonsumsinya. Tarif telepon yang ditetapkan PT

Telkom pada malam hari (setelah pukul 22.00) terutama SLJJ (sambungan langsung jarak jauh)

lebih murah dari siang hari.

Dasar pembedaan harga yang paling sering digunakan adalah dengan melihat siapa

konsumennya (elastisitas permintaanya). Petmintaan yang lebih elastis akan dibebankan harga

yang lebih rendah dibanding permintaan yang inelastis. Misalnya harga karcis masuk Kebun

Raya Bogor pada hari minggu atau libur lebih murah dibanding hari biasa, karena yang

berkunjung adalah konsumen yang menganggap rekreasi sebagai barang mewah (permintaan

elastis). Contoh lain adalah penetapan harga karcis bioskop yang dikelola group 21 (Twenty

one). Bila menonton bioskop di Plaza Senayan atau Senayan 21 harga karcisnya mencapai Rp.

50.000,00 per orang. Padahal di Megaria ( di kawasan jakarta pusat) hanya Rp. 20.000,00 per

orang. Pembedaan itu dilakukan karna permintaan film di bioskop Senaya 21 lebih inelastis

dibandingkan permintaan bioskop Megarin (Megapa demikian? Baca kembali faktor-faktor yang

menentukan elastisitas harga di bab 3, halaman 61).

Ada beberapa syarat agar diskriminasi harga (berdasarkan elastisitas permintaan ), dapat

berhasil:
a. Perusahaan harus memilih daya monopoli. hanya perusahaan monopoli yang

mampu melakukan diskriminasi harga


b. Pasar dapat dibagi menjadi beberapa (minimal dua kelompok) yang elastissitas

permintaannya berbeda.
c. Pembagian pasar harus efektif, dalam arti tidak memungkinkan terjadinya penjualan

kembali dari konsumen yang menikmati harga rendah ke konsumen yang dibebani

harga tinggi.
d. MR di tiap pasar adalah sama agar diskriminask harga menghasilkan laba

maksimun.

Diagram 9.7 menunjukkan sebuah perusahaan monopolis memiliki permintaan seperti yang

digambarkan kurva Dt (Diagram 9.7.c). Permintaan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan

elastisitasnya (Diagram 9.67a dan 9.7.b), dimana permintaan kelompok A (Da) lebih inelastis

dari permintaan B (Db).

Diagram 9.7.c menunjukan jika perusahaan tidak melakukan diskriminasi harga, keseimbangan

tercapai pada saat jumlah output Qt dan harga Pt. Laba maksimum (pt) yang diperoleh seluas

bidang segi empat APtBC.


Jika perusahaan melakukan diskriminasi harga, keseimbangan tercapai nilai setiap pasar MR-

nya sama dan sama dengan MC (MRa = MRb = Mc). Diagram 9.67a menunjukkan

keseimbangan di pasar A terjadi pada saat jumlah output Qa dengan harga jual pa. Laba

maksimum (pa) seluas bidang segi empat EPaFG. Di pasar B (Diagram 9.67b) keseimbangan

tercapai pada autput Qb dan harga jual pb. Laba maksimum (pb) seluas bidang segi empat

HPbIJ.

Dengan diskriminasi harga, jumlah output total yang terjual (Qt) adalah sama dengan Qa + Qb.

Tetapi laba maksimum yang diperoleh lebih besar karena Pa + Pb > Pt. Tambahan laba

diperoleh dengan mengekploitasi surplus konsumen yang permintaanya inelastisitas (Db).

Tanpa diskriminasi harga (harga setingkat Pt), konsumen kelompok B menikmati surplus

konsumen sebesar luas segi tiga KLN. Tetapi dengan diskriminasi harga (harga Pb di pasar B),

surplus konsumen tinggal sebesar luas segi tiga KPbI. Sebagian surplus konsumen, sebesar

luas segi empat PbLMI. Di eksploitasi menjadi laba perusahaan. Sedangkan luas segi tiga IMN

adalah kesejahteraan konsumen yang hilang, dinamakan dead weight loss.

Dari diagram juga terlihat bahwa pasar yang lebih elastis (Da) dibebankan harga yang lebih

rendah dibanding pasar yang lebih inelatis (Db) : Pb < Pa.

8. Biaya social monopoli (social cost of monopoly)

Kekhawatiran akan dampak negatif dari monopoli ada benarnya. Sebab ada beberapa kerugian

yang dia;ami masyarakat (biaya social), antara lain:

· Hilang atau berkurangnya kesejahteraan konsumen (dead weight loss).

· Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja.

· Memburuknya kondisi makroekonomi nasional.

· Memburuknya kondisi ekonomi internasional.

a. Hilang atau berkurangnya kesejahteraan konsumen (dead weight loss)


Diagram 9.7 menunjukan dalam pasar monopoli keseimbangan keseimbangan

perusahaan tercapai pada titik A. perusahaan hanya memproduksi sejumlah Qm dengan harga

Pm. Padahal jika perusahaan jika perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna,

keseimbangan perusahaan tercapai di titik B (D=MR=AR=P=MC). Jumlah output adalah Qk

yang lebih banyak dari Qm. Sedangkan harga jual adalah Pk yang lebih murah dari Pm.

Sikap yang di ambil perusahaan menyebabkan konsumen kehilangan kesejahteraan

sebesar luas segitiga ACB. Sebab bila perusahaan bergerak dalam pasar persaingan

sempurna, surplus konsumen besarnya seluas segitiga PkEB. Tetapi karena monopoli, surplus

konsumen tinggal sebesar segitiga PmEA. Surplus konsumen sebesar luas segi empat

PkPmAC di eksploitasi menjadi tambahan laba perusahaan.

Keputusan perusahaan juga menyebabkan perusahaan kehilangan surplus produsen sebesar

luas segitiga FCB, sehingga total kesejahteraan yang hilang adalah sebesar segitiga FAB yang

sama dengan luas segitida CAB+FCB. Namun kehilangan surflus produsen lebih kecil daripada

tambahan laba.

Tambahan laba kecil yang

dinikmati perusahaan

monopolis adalah sebesar

luas segi empat

PkPmAC di kurang luas

segitiga FCB.
Sikap eksploitasi surplus konsumen yang menyebabkan daya monopoli disebut sikap

eksploitasi keuntungan.

b. Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja

Monopoli menimbulkan eksploitasi, baik di konsumen maupun pekerja. Eksploitasi ini

muncul karena monopolis selalu berproduksi (baik dalam keadaan dapat laba ataupun

kerugian) pada harga yang lebih tinggi dari biaya marjinalnya atau P > MC. Bagi konsumen,

eksploitasi timbul karena mereka harus membayar (harga yang lebih tinggi dari biaya produksi

unit terakhir outputnya. Sedangkan di anggap juga eksploitasi bagi tenaga kerja karena mereka

(sebagai bagian dari faktor produksinya di bayar lebih murah dari jumlah yang diterima

monopolis( yaitu harga jualnya). Dalam hal ini pemilik faktor produksi tenaga kerja (buruh) di

bayar upah yang lebih rendah dari pada kontribusinya (dalam bentuk output) dari tenaga kerja

tersebut, bila dinilai dengan harga pasar yang berlaku bagi output.

c. Memburuknya makro kondisi makroekonomi nasional

Jika setiap industry muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah output (riel output)

akan lebih sedikit dibandigkan kemampuan sebenarnya (potential output). Volume produksi

dalam perusahaan monopoli memang lebih sedikit dengan volume output yang optimum, yaitu

yaitu yang dihasilkan pada AC yang minimum ( sebagai mana yang terjadi pada perusahaan-

perusahaan dalam pasar persaingan sempurna pada jangka yang panjang); monopolis selalu

berproduksi pada tingkat output dimana AC nya tidak minimum (selama kurva permintaanya

berbentuk menurun, maka perusahaan akan memilih tingkat output pada tingkat AC nya yang

selalu menurun). Keseimbangan makro terjadi di baah keseimbangan ekonomi (under full

employment equilibrium) karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas
produksi, sehingga menimbulkan pengangguran tenaga kerja (unemployment) maupun faktor-

faktor produksi yang lain. Selanjutnya keadaan ini akan melemahkan daya beli, menciutkan

pasar, yang memaksa perusahaan memproduksi lebih sedikit lagi. Begitu seterusnya hingga

perekonomian secara makro dapat mengalami keadaan stagflasi (stagnasi dan inflasi), dimana

pertumbuhan ekonomi mandek, pengaguran tinggi, tingkat inflasi juga tinggi.

d. Memburuknya kondisi perekonomian internasional

Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan efisiensi. Tetapi optimisme terhadap

perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena karena fakta menunjukan bahwa perusahaan-

perusahaan yang besar (terutama MNC) telah menjadi perusahaan monopoli alamiah. Karena

sahamnya dimiliki oleh pihak swasta, tujuan perusahaan ini adalah maksimalisasi laba. Karena

jika dibiarkan bersaing bebas, MNC akan menggilas perusahaan-perusahaan yang ada di

NSB.Diagram 9.8 berikut memebrikan penjelassan lebih lengkap

Diagram 9.8.b menunjukkan PT Telkom, yang karena mempunya daya monopoli berdasarkan

undang-undang memproduksi sebesar Qn dengan harga Pn per unit. PT Telkom memperoleh

laba supernormal karena biaya rata-rata (OA) lebih kecil dariharga jual per unit. Diagram 9.8.b

menunjukkan struktur biaya perusahaan telekomunikasi yang berasal dariJepang di mana

output-nya sejenis (homogen) dengan output PT Tellkom.dari kurva AC dan MC kita melihat

perusahaan jepang begitu besa, keseimbangan perusahaan tersebut terjadi pada saat output

Qj,harga jual Pj dan biaya produksi rata-rata Acj.walaupun haraga output perusahaan Jepang

lebih murah dari PT Telkom, namun karena belum adanya perdagangan bebas, PT Telkom

terlindungi dan menikmati laba super normal sebesar luas segi empat ApnBC.
Jika perusahaan Jepang bermaksud mengambil pangsa pasar PT Telkom sebesar Qn, berarti

skala produksi meningkat menjadi Qs yaitu Qj + Qn. Dengan skala produksi tersebut biaya rata-

rata perusahaan jepang menjadi hanya Cs, yang sama dengan Pm, sehingga mampu

melakukan kebijakan damping (dumping policy) dengan menjual harga output di indonesia lebih

murah dari pada di jepang. jika tujuannya adalah manghancurkan PT Telkom, mereka menjual

seharga Pm per unit. Pada tingkat harga tersebut PT Telkom tidak mampu berproduksi, karena

harga minimun

untuk memproduksi

adalah tingkat p1,

dengan output

minimun

setingkat Q1.

Jika PT Telkom tidak

mampu lagi

berproduksi,

perusahaan

jepang tersebut akan


berperilaku sebagai monopolis dalam pasar produk telekomunikasi di indonesia. Hal ini dapat

merugikan konsumen di indonesia.

9. Pengaturan Perusahaan Monopoli (Monopoly Regulation) dan Masalahnya

Uraian tentang biaya sosial monopoli, menuntut upaya pengaturan atau pembatasan

perusahaan monopolis (monopoly regulation). Tujuan pengaturan tersebut bukan saja menekan

biaya sosial monopoli, melainkan juga mengubah biaya sosial tersebut menjadi manfaat sosial

(social benefits). Lewat pengaturan, monopoli dapat diarahkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Ada banyak cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam pengaturan monopoli. Misalnya

dengan membuat undang-undang anti monopoli (antitrust law), yang membatasi dan mengatur

kemampuan perusahaan untuk memiliki daya monopoli yang besar.

Kadang-kadang karena alasan ideologis, monopolis tidak terhindarkan. Untuk itu perusahaan-

perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada di bawah kontrol pemerintah, dengan cara

menempatkan saham pemerintah sebagai bagian terbesar dari saham perusahaan. Di

indonesia hal tersebut dilakukan leawat penyertaan saham pemerintah untuk beberapa industri

srategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak (pasal 33 Undang-undang Dasar 1945)

Pertamina, PT. Telkom, PLN, Perusahaan Air Minu dan perusahaan trasportasi kereta api,

adalah contoh dari beratus-ratus badan usaha milik pemerintah (pusat dan daerah) yang

memiliki daya monoppli karena legalitas (legal monopolies).

Dua cara lain yang akan dibahas agak rinci adalah pengaturan harga (price regulation)

dan pengenaan pajak (taxation).

a. Pengaturan Harga (Price Regulation

Yang dimaksud dengan kebijakan pengaturan harga adalah kebijakan menetapkan tingkat

harga maksimum/teringgi (ceiling price) bagi perusahaan monpoli, yaitu pada P = MC nya. Jika

perusahaan monopoli menjual harga dibawah maksimum, tidak dikenakan sanksi. Tetapi jika

menjual melebihi harga tertinggi, perusahaan dikenakan sanksi. Tujan yang ingin dicapai dari
pengaturan harga adalah membatasi perilaku eksploitasi keuntungan yang cenderung

memproduksi dengan jumlah lebih sedikit dan menjual denga harga yang lebih tinggi

dibandingkan jika perusahaan beroperasi dalam pasar persaingan sempurna. Dengan

pengaturan harga ini, pemerintah memaksa perusahaan untuk berperilaku seolah-olah

beroperasi dalam pasar persaingan sempurna (P=MC).

Pada Diagram 9.9

keseimbangan

perusahaan monopolis

tercapai pada saat

jumlah output Qm dan

harga jual PM per unit.

Agar perusahaan

berperilaku sebagai

penerima harga (price


taker), pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi Pp, sehingga perusahaan memproduksi

sejumlah Qp, seperti jika dalam persaingan sempurna. Tampak juga bahwa kebijakan

pengaturan harga ini sekaligus menghilangkan terjadinya eksploitasi kepada konsumen dan

tenaga kerja, karena terjadinya eksploitasi tersebut adalah monopolis selalu berproduksi pada

P> MC.

Tetapi bagi perusahaan pengaturan harga menimbulkan masalah. Untuk memproduksi

sejumlah Qp perusahaan harus beroperasi tidak optimal, sebab pada saat MR = D = MC,

perusahaan berproduksi bukan di titik AC terendah (bandingkan titik A dengan titk B).

Dilema pengaturan monopoli makin terasa jika perusahaan adalah monopolis alamiah seperti

diagram 9.10.
Agar berperilaku seperti dalam persaingan sempurna, pemerintah menetapkan harga teringgi

Pp dan perusahaan memproduksi sejumlah Qp. Bagi masyarakat kebijakan ini sangat

menguntungkan, karena jumlah ouput jauh lebih banyak (Qp > Qm) dan harga jauh lebih murah

(Pp < Pm) dibanding tanpa pengaturan harga. Namun karakter biaya monopolis alamiah di

mana MC < AC menyebabkan pada saat ouput sejumlah Qp, perusahaan mengalami kerugian

(Pc – Pp) per unit. Total kerugian perusahaan adalah Qp x (Pp-Pc). Atau seluas segi empat

PpPcAB. Dalam jangka panjang kerugian ini akan melemahkan perusahaan. Bila perusahaan

memproduksi barang strategis (listrik atau telekomunikasi), kesejahtraan juga terancam.

Ada dua alternatif mengatasi hal di atas. Pertama penetapan harga tertinggi diubah menjadi Pc

dimana biaya rata-rata sama dengan harga jual (AC = P). Perusahaan menikmati laba normal.

Namun laba ini tidak cukup besar untuk membuat perusahaan mampu melakukan riset dan

pengembangan untuk meningkatkan efisiensinya.

Cara kedua adalah meneapkan dua tingkat harga (two tier pricing). Pada diagram 9.10, sampai

batas Qm, harga dietapkan sebesar Pm, perusahaan menimati laba super normal, sebesar

(Pm-Pp) x (Qp-Qm) atau seluas daerah segi empat GFAB. Sebagian laba super normal

digunakan untuk menyubsidi kerugian, sebagian lagi dapat digunakan sebagai dana riset dan

pengembangan guna meningkatkan efisiensi perusahaan.

b. Pajak (Taxation)

Dalam pembahasan ini,


kita mengasumsikan
pajak yang diberlakukan
adalah pajak nominal
per unit output yang
dijual dikenakan pajak
sebesar T. Diagram 9.11
menunjukan
pajak menggeser kurva
AC dan MC perusahaan
monopolis ke atas (AC1ke
AC2 dan MC1 ke MC2).
Pergeseran ini menurunkan
output dari Q1 ke Q2,
sedangkan harga jual
meningkat dari P1 ke P2.
Walaupun kenaikan harga tidak sebesar pajak (P2-P1 < T), pajak telah mengurangi

kemampuan masyarakat untuk membeli output. Apakah berarti kebijaksanaan pajak tidak perlu

diterapkan? Kita harus ingat salah satu fungsi pajak adalah unuk mengarahkan alokasi sumber

daya agar makin efisien. Jika barang yang dikenakan pajak adalah barang mewah (mobil

pribadi), maka pengenaan pajak mendesak masyarakat mengurangi pembelian mobil pribadi

dan menggunakan uangnya untuk membeli barang atau jasa yang lebih penting bagi dirinya.
Sama halnya dengan pengaturan harga, pengenaan pajak terhadap monopolis alamiah juga

menimbulkan dilema, sebab kenaikan harga barang lebih besar dari pajak per unit. Artinya

perusahaan masih mampu menarik laba dari pengenaan pajak. Diagram 9.12 menunjukan

pengenaan pajak T per unit menggeser kurva MC ke atas (MC1 ke MC2), output berkurang dari

Q1 ke Q2. Karena harga barang naik dari P1 ke P2 di mana kenaikannya lebih besar dari pajak

per unit (P2 – P1 > T).

10. Aspek Positif

Monopoli (Monopoli

Benefits)

Monopoli memang

daoat

menimbulkan kerugian
(biaya sosial) namun tidaklah selalu merugikan. Setidak-tidaknya ada beberapa manfaat

monopoli yang perlu dipertimbangkan.

a. Monopoli, Esisiensi, dan Pertumbuhan Ekonomi

Dibandingkan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan

monopolis mempunyai kelebihan, yaitu mampu mengakumulasi laba super normal dalam

jangka panjang kemampuan ini sangat dibutuhkan agar mampu membiayai riset dan

pengembangan dalam rangka mendapatkan teknologi baru atau penyempurnaan teknologi

yang sudah ada, guna meningkatkan efisiensi. dengan peningkatan efisiensi, dari sejumlah

faktor produksi yang sama dihasilkan output yang lebih besar, dengan kata lain, jika monopoli

dikelola dengan baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Joseph “Justru industri-

industeri yang bersifat monopolistiklah yang ternyata menunjukan suatu dinamika untuk

berkembang lebih besar”.

b. Monopoli dan Efisiensi Penagdaan Barang Publik

Tidak sumua barang dapat disediakan secara efisien lewat pasar. Barang itu umumnya dikenal

sebagai barang publik (publik goods) yang sepintas telah dibahas dalam bab II harus diakui

bahwa barang publik dapat menimbulkan ketidakefesienan pasar (market failure) Namun harus

diakui juga bahwa barang publik dapat menimbulkan eksternalitas menguntungkan yang

memacu kegiatan ekonomi terutama investasi. Adanya investasi memungkinkan pertumbuhan

ekonomi. Sayangnya pengadaan barang publik hanya efisien dalam skala sangat besar.

Contohnya pengadaan jalan raya, pelabuhan laut, transportasi, telekomunikasi dan air minum.

Karena efisien jika dilakukuan dalam skala besar, perusahaan harus mendapatkan monopoli

(legal monopoly). Dalam jangka panjang diharapkan mampu menjadi monopolis alamiah yang

memperoduksi barang pabrik dengan harga murah.

c. Monopoli dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Perusahaan monopolis jika dibiarkan memang dapat merugikan karena memproduksi barang

lebih sedikit dan menjual lebih mahal. Namun, dalam pembahasan tentang diskriminasi harga

maupun kebijakan pengaturan harga dua tingkat (two tier pricing), mnopoli dapat digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakna diskriminasi harga memungkinkan

masyarakat kelas bawah menganggap rekreasi merupakan barang mewah, menikmati rekreasi

pada saat-saat tertentu dengan harga lebih murah, kebijakan dua harga tingkat memungkinkan

dilakukannya peningkatan output melalui subsidi silang.

Yang menarik adalah dengan menggunakan dua kebijakan tersebut di atas, peningkayan

kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan tanpa merugkan perusahaan. Sebab perusahaan

masih dapat menikmati laba super normal.

UU No. 5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

Sejak 5 maret 1995 indonesia sudah memiliki Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang

larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (sering disebut sebagai UU anti

monopoli).

Guna mengawasi terjadinya praktik minopoli pemerintah juga telah membentuk komisi

pengawas persaingan usaha melalui keputusan presiden Nomor 75 tahun 1999.

Perjanjian yang dilarang oleh UU No. 5 tahun 1999

A. Oligopoli

1. Perjanjian yang Oligolpolistik

Suatu usaha dilarang membuat suatu perjanjian dengan pelaku usaha lain secara

bersama-sama untuk menguasai produk atau pemasaran barang atau jasa tentu yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat (pasal 4 ayat 1)

2. Dugaan Perjanjian yang Oligopolistik

Untuk mengetahui apakah melalui suatu perjanjian yang dibuat oleh para pelaku usaha

akan menguasai prodduk atau pemasaran barang atau jasa tertentu atau tidak, maka

ditentukan apa yang disebut dugaan melakukan oligopolistik, yakni apabila dua atau tiga pelaku
usaha mengetahui lebih dari 75% pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa teertentu (pasal 4

ayat 2)

B. Penetapan Harga

1. Penetapkan harga yang telah dibuat bersama-sama oleh pelaku usaha dengan pelaku

usaha pesaingnya
alasan pelarangan dapat mengakibatkan konsumen atau pelanggan harus

membayar harga yang ditetapkan untuk barang atau jasa tertentu (pasal 5 ayat 1).
2. Diskriminasai harg
Maksudnya penetapan harga yang berbeda-beda yang harus dibayar oleh para

pembeli atas barang yang sama atau jasa yang sama (pasal 6)
3. Penetapan harga dibawah harga pasar
Penetapan harga dibawah harga pasar dapat mengakibatkan terjadinya persaingan

usaha yang tidak sehat (pasal 7)


4. Penjualan kembli barang atau jasa dibawah harga yang telah ditetapkan
Maksudnya penerima barang atau jasa tidak akan menjual atau memasak kembali

barang atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga yang

diperjanjikan. Ini berarti penerima barang harus menjual atau memasak kembali barang

atau jasa sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha tersebut (pasal

8)

C. Pembagian Wilayah Pemasaran

Misalnya perusahaan A hanya boleh memproduksi dan memasarkan barang di daerah X, dan

perusahaan B hanya boleh memproduksi dan memasarkan di daerah Y (pasal 9).

D. Pembaikotan

1. Menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar (pasal 10 ayat 1)
2. Menolak menjual barang atau jasa pelaku usaha lain (pasal 10 ayat 2)

E. Kartel

Perjanjian antara pelaku usah dengan pelaku usaha pesaingnya dengan maaksud untuk

mengatur produksi dan pemasarannya atau untuk mengatur pelayanan jasa tertentu (pasal 11)

F. Trust
Pembentukan suatu gabungan perusahaan baru, pelaku-pelaku usaha yang membentuk

suatu gabungan perusahaan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidup masing-

masing perusahaan atau perseruannya dengan maksud agar dapat mengontrol produksi dan

pemasaran suatu barang atau jasa tertentu yang dapat mengakibatkan munculnya peraktik

monopoli.

G. Oligopsoni

1. Penguasaan pembelian atas barang atu jasa tertentu


2. Dugaan menguasai pembelian atas barang atau jasa tertentu

H. Integrasi Vertikal

Yang dimaksud disini adalah perjanjian integrasi vertikal yang dibuat oleh pelaku usaha dengan

maksud untu menguasai proses pengusaha/proses produksi dari hulu sampai ke hilir.

I. Perjanjian Tertentu

1. Pembatasan-pembatasan barang atu jasa tertentu


2. Pembatasan pembelian barang atau jasa
3. Pembatasan pembelian barang atau jasa Karena adanya potongan harga atas barang

atau jasa tertentu

J. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri apabila isi perjanjian

tersebut akan mengakibatkan terjadinya prakti monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

misalnya dapat memunculkan praktik moopoli.

Namun Janagan Sampai Terjadi :

o Pembatasan penguasaan pasar menghambat pelaku usaha dalam mencapai target

optimum dari persaingan di pasar global.


o Penguasaan pasar yang relatif terbatas tidak aktraktif lagi bagi para investor, utamanya

investor asing.
o Pemerintah kusulitan mengukur persentase pasar karena pasar yang sangat fluktuatif.

Apalagi indonesia merupakan negara kepulauan.


o Secara potensial konsumen dirugikan karena produk berkualitas dengan harga murah

kesediaannya di pasar relatif terbatas.


o

Sanksi Buat Pelanggar :

1. Sanksi Administratif :

 Penetapan pembatsan perjanjian


 Perintah penghentian integrasi vrtikal
 Perintah penghentian praktik monopoli
 Penetapan pembatsan penggabungan usaha
 Penetapan pembayaran ganti rugi serendah-rendahnya Rp.1 miliar dan setinggi-

tibgginya Rp.25 miliar.

2. Pidana Pokok :

 Pelanggaran terhadap pelanggaran pasal 4, pasal 9 sampai dengan pasal 14, pasal 16

sampai dengan pasal 19, pasal 25, 27 dan pasal 28 diancam pidana serendah-

rendahnya Rp.25 miliar dan setingginya-tingginya Rp.1000 miliar, atau pidana kurungan

pengganti denda selama-lamanya 6 bulan.


 Pelanggran terhadap ketentuan pasal 5 sampai dengan pasal 8, pasal 15, pasal 20

sampai dengan pasal 24 dan pasal 26 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp.5

miliar dan setinggi-tingginya Rp.25 miliar atau pidana kurungan pengganti denda

selama-lamanya 5 bulan.
 Pelanggar terhadap ketentuan pasal 42 diancam pidana denda serendah-rendahnya

Rp.1 miliar dan setinggi-tingginya Rp.5 miliar atau pidana kurungan pengganti denda

selama-lamanya 3 bulan.

3. Pidana Tambahan

 Pencabutan izin usaha


 Larangan pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU ini

untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 3 tahun dan

selama-lamanya 5 tahun, atau


 Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian

pada pihak lain.


Perusahaan yang Pangsa Pasarnya Lebih dari 50% (1999) :

No nama perusahaan Jenis Produksi Pemilik pangsa pasar

1 PT Ino Food Sukses Mie instan Grup Salim 80 %


Makmur
Nissin First

Pasific

2 PT Intiboga Sejahtera Minyak goreng Grup Salim 55 %

3 PT Aqua Golden M. Air mineral Grup Tirta 80%

Investama

4 PT Bogasari Flour Mills Tepung terigu Grup Salim 70%

5 PT Unilever Indonesia Sabun mandi / Grup Unilever 58%

deterjen, sampo

6 PT Asahimas Flat Glass kaca lembaran Grup 65%


Rodomas

sumber: KAPITAL, VOL. II, NO.12, 8 MARET 2000


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan
perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat
dekat. Atau bisa disebut suatu pelaku usaha atau penjual yang menjadi pusat kekuatan
ekonomi yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan jasa
tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Dan juga telah ada larangan monopoli pada Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan dan
persaingan usaha yang tidak sehat serta merugikan orang banyak.

Selepas dari larangan dari monopoli ada juga monopoli yang tidak dilarang yaitu, Monopoli by
Law & Monopoli by License, meskipun begitu nyatanya ini juga kurang efektif dan bertentangan
dengan teori ekonomi klasik dan hukum syariat islam.

Pasar monopolistik adalah pasar yang memiliki banyak penjual (produsen) dengan barang yang
diperjualbelikan bersifat homogen. Meskipun homogen, namun dengan merk dan keunggulan
masing-masing yang berbeda.

Pasar monopolistik timbul karena ketidakpuasan akan pasar persaingan sempurna dan
monopoli, sumber daya alam yang tersedia melimpah dan differensiasi produk yang tidak terlalu
tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008 . Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi

dan Makroekonomi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai