EKONOMI MAKRO
KELOMPOK 9
2.
KELAS:1K/R002
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan taufiqnya
kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MAKALAH PASAR
MONOPOLI”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliahEKONOMI
MAKRO, makalah ini yang diharapakan bisa menambah wawasan dan dapat
bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, serta masih banyak
kekurangan dan kesalahannya. oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kamiharapkan demikesempurnaan makalah ini. Dan
mudah-mudahan makalah ini dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses
menimba ilmu dengan sebaik-baiknya. Amin yarobbal alamin...
MAROS, 08-Nov-2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar....................................................................................................................
Daftar
Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakan............................................................................................................
B. Rumusan
Masalah....................................................................................................
C. Tujuan
Pembahasan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASA
Kesimpulan.......................................................................................................................
...
Daftar
Pustaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan social dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang
dengan imbalan uang. Pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar persaingan sempurna dan
pasar persaingan tidak sempurna. Pasar persaingan tidak sempurna terbagi lagi
menjadi tiga yaitu pasar monopoli, pasar oligopoli dan pasar monopolistik.
pembeli dan penjual individual mempunyai perilaku individual yang berbeda pula. Di
dalam bab biaya produksi dijelaskan bahwa ada karakteristik pasar tertentu dimana
dalam pasar tersebut hanya terdapat satu penjual dari satu produk (barang atau jasa)
yang tidak mempunyai alternative produk pengganti (substitusi). Pasar dengan
karakteristik tersebut disebut dengan pasar monopoli. Mengingat dalam pasar monopoli
hanya terdapat satu penjual dari satu produk (barang atau jasa) yang tidak mempunyai
alternatif produk pengganti (subtitusi) maka dalam pasar monopoli tidak ada persaingan
Pasar di Indonesia didukung oleh sumber daya alam yang melimpah yang
sehingga dengan mudah setiap produsen mendapat bahan untuk berproduksi. Ketika
banyak produsen memproduksi barang yang sama, walaupun dengan kemasan, merk
dan kualiatas yang berbeda. Maka disnilah terjadi pasar persaingan monopolistik.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi dan sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan dan
PEMBAHASAN
PASAR MONOPOLI
Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli (monopoly) bila hanya ada satu produsen atau
penjual (single firm) tanpa pesaing langsung atau tidak langsung, baik nyata maupun potensial.
Perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi
perusahaan lain untuk memasuki industri yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya,
hambatan masuk dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers to entry) dan
Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain sulit bersaing dengan
perusahaan yang sudah ada (existing firm). Keunggulan secara teknis ini disebabkan oleh
beberapa hal.
1) Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus (special knowledge)
(MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin
menurun, sehingga biaya produksi perunit (AC) makin rendah (decreasing MC and AC).
3) Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa sumber
daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi produksi. Kelompok konglomerat di
faktor produksi berupa bahan baku (misalnya batu kapur untuk pabrik semen). Selain
memiliki daya monopoli. Hal itu dimungkinkan karena secara hukum mereka diberi hak
inefisiensi. Hak paten (patent right) atau hak cipta adalah monopoli berdasarkan hukum
memiliki hak monopoli atau bukunya bila mengurus hak cipta. Seseorang yang
menemukan resep masakan atau ramuan obat, memiliki hak monopoli atas
listriknya memiliki beberapa alternatif (disel, tenaga air, tenaga uap, dan nuklir).
3. Perusahaan-perusahaan lain tidak dapat memasuki industri listrik karena ada hambatan
menjual ayam goreng Kentucky Fried Chicken. Mengapa tidak semua pabrik garmen
boleh memproduksi baju bermerek dagang Choya. Juga, mengapa tidak semua
1) Permintaan
Dalam pasar monopoli, permintaan terhadap ouput perusahan (firm’s demand)
monopolis adalah penentu harga (price setter atau price maker). Dengan demikian,
kurva permintaan yang dihadapi monopolis adalah juga kurva permintaan pasar/industri.
2) Penerimaan Total dan Penerimaan Marjinal
Pada pasar persaingan sempurna penerimaan marjinal perusahaan sama dengan harga
jual (MR = AR = D = P). Tidak demikian halnya dengan perusahaan yang berada dalam
pasr monopoli. Penerimaan marjinal perusahaan monopoli lebih kecil dari harga jual
(MR < P). Diagram 9.1 menunjukkan bahwa untuk meningkatkan output yang dijual (Q1
ke Q2) perusahaan harus menurunkan harga jual (P1 ke P2). Penurunan harga jual
menyebabkan penerimaan total (TR) berkurang sebanyak luas daerah segi empat A.
Penambahan jumlah output menambah TR dari daerah segi empat B. Dengan demikian
MR = -A + B yang nilainya lebih kecil dari harga. Penjelasan yang sama dapat
diterapkan bila perusahaan bergerak ke P3, P4, dan seterusnya. Karena itu kurva MR
(0,0). Dalam pasar monopoli besarnya TR sangat tergantung pada besarnya elastisitas
harga.
a. Jika elastisitas harga lebih besar dari suatu (elastis), untuk menambah output 1%, harga
diturunkan lebih kecil dari 1%. Akibatnya TR naik yang berarti MR positif.
Diagram 9.1
Kurva MR Dalam Perusahaan Monopoli
b. Jika elastisitas harga sama dengan satu, untuk menambah output 1%, harga harus
diturunkan 1% juga. TR tidak bertambah, yang artinya MR = 0. Pada saat itu nilai TR
maksimum.
c. Jika elastisitas
untuk menaikkan
output 1% , harga
harus diturunkan
Akibatnya
3.
seluas bidang AP*BC. Jika output lebih kecil dari Q*, misalnya Q1, laba perusahaan belum
maksimum sebab MR>MC. Sebaliknya jika output lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba akan
Monopolis juga bisa menderita rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan agar kerugiaannya
Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan keseimbangan jangka panjang,
selama dalam jangka pendek memperoleh laba maksimum. Dalam pasar persaingan
sempurna, laba super normal akan menarik perusahaan lain untuk masuk kedalam industri
sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal saja. Hal tersebut
tidak berlaku dalam pasar monopoli. Hambatan untuk masuk menyebabkan perusahaan
monopoli mampu untuk menikmati laba super normal, baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang. Perusahaan monopoli hanya akan kehilangan laba super normal jangka
panjang, bila tidak mampu mempertahankan daya monopolinya. Hal tersebut dapat saja terjadi,
terutama perusahaan lalai melakukan riset dan pengembangan untuk memperoleh teknologi
perusahaan lain yang mampu menghasilkan atau memangfaatkan teknologi produksi yang lebih
efisien. Hal tersebut terjadi pada perusahaan-perusahaan jam tangan di Negara Swiss. Karena
ini, daya monopoli pembuatan jam tangan dikuasai perusaan-perusaan jam di Jepang, yang
kerugian dalam jangka pendek.namun karena biaya rata-rata variabel masih lebih besar dari
harga (AVC>P) untuk sementara perusahaan masih dapat beroprasi. Bila ingin
laba.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melakukan efisiensi agar biaya produksi menjadi
lebih murah. Dalam diagram 9.5.b ditunjukan dengan menurunnya kurva AC (AC0 – AC1).
Karena sekarang biaya rata-rata lebih kecil daripada harga (AC<P), perusahaan sudah dapat
menikmati laba.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau memperbesar permintaan. Misalnya
dengan menggiatkan produksi dan memasang iklan. Peningkatan permintaan (D1 – D2)
menyebabkan P > AC, yang artinya perusahaan memperoleh laba (diagram 9.5.c). tentu saja
cara yang terbaik adalah melakukan peningkatan efisiensi sekaligus meningkatkan permintaan.
atau beberapa perusahaan lebih dominan dibanding perusahaan lainnya (oligopoli). Karenanya
pengertian monopoli dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian awam (masyarakat
monopoli yang mempunyai kekuatan tanpa batas, sehingga dapat mengeruk laba tanpa batas
pula.
Pengertian diatas adalah keliru. Daya monopoli (monopoly power) yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan ekploitasi pasar dalam rangka mencapai laba maksimum
hanyalah sebatas kemampuan mengatur jumlah output dan harga. Daya monopoli dikatakan
makin besar bila keputusan harga dan output perusahaan makin sulit dilawan oleh pasar.
perusahaan dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai indeks Lerner (Lerner
Index).
L= (P -MC ) ................................................................................(9.1)
P= harga output
Dari persamaan (9.1) daya monopoli makin besar bila nilai L makin besar. Indeks Lerner
mempunyai nilai antara 0 dan 1. Dalam pasar persaingan sempurna daya monopoli adalah nol
(L = 0), karena dalam keseimbangan harga sama dengan biaya marjinal (P = MC). Besar nilai
Dalam pasar persaingan sempurna, elastisitas harga permintaan tak terhingga. Laba
maksimum tercapai bila P = MC. Karena itu dalam pasar persaingan sempurna nilai L sama
dengan nol. Perusahaan tidak memiliki daya monopoli (price taker). Makin inelastis permintaan,
Makin sedikit jumlah perusahaan, daya monopoli makin besar. Dalam pasar persaingan
sempurna, jumlah perusahaan banyak sekali, sehingga konsumen leluasa memilih produsen;
c. Interaksi Antarperusahaan
Makin solid interaksi antarperusahaan, makin besar daya monopoli. Dalam pasar persaingan
sempurna, karena jumlah perusahaan sangat banyak, amat sulit melakukan konsolidasi untuk
mencapai kekuatan monopoli. Makin sedikit jumlah perusahaan, makin mudah melakukan
konsolidasi (interaksi). Karena itu struktur pasar yang berpotensi besar untuk memiliki daya
Indeks Lerner bukanlah indeks laba (profit index). Sebab laba berkaitan dengan biaya rata-
rata. Walaupun memiliki daya monopoli yang besar ( nilai L besar), tanpa efisiensi perusahaan
Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural monopoly) disebut monopolis
alamiah. Perusahaan ini memiliki kurva biaya rata-rata (AC) jangka panjang yang menurun
(negative slove). Makin besar output yang dihasilkan makin rendah biaya rata-rata. Ini
dimungkinkan karena perusahaan memilikikurva biaya marjinal (MC) yang juga menurun dan
juga berada dibawah kurva AC. Perusahaan memiliki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila
skala produksi diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu mengeksploitasi pasar, dilihat dari
makin besarnya selisih harga jual dengan biaya marjinal. Diagram 9.6 menunjukan hal tersebut,
dimana titik perpotongan kurva MC dengan MR (titik A) jauh dibawah harga jual (titik B).
Perusahaan hanya akan mampu memiliki daya sepeeti di atas bila dalam jangka panjang
daya manusia. Perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli alamiah, tidak selalu diawali
kekuatan teknologi. Sealiknya perusahaan yang pada awalnya memiliki kemampuan teknis,
dapat kehilangan kemampuan monopoli dan tidak mampu menjadi monopolis alamiah (kasus
Di indonesia, salah satu perusahaan yang sangat kuat dalam bidang industri pengolahan
makanan adalah Group Salim. Misalnya, perusahaan ini menguasai lebih dari 90% produk
makan berbahan baku terigu (mie instant). Kemampuan monopoli natural Salim Group pada
awalnya bukanlah kemampuan teknis. Sebab pemilik perusahaan (Sudono Salim) memulai
usahanya sebagai pedangang, yang sekitar 30 tahun lalu memperoleh hak monopoli
pengolahan terigu untuk seluruh wilayah indonesia (melalui perusahaan pengolah tepung
terigu, Bogasari). Hak monopoli tersebuk adalah monopoli legalistis (legal monopoly). Laba
yang diperoleh dari Hak monopoli terdebuk digunakan untuk membeli teknologo modern,
membayar manajer dan SDM yang tangguh, sehingga akhirnya perusahaan memiliki
Kebijakan Diskriminasi Harga ( Price Discrimination) adalah kebijakan menjual output yang
sama dengan harga berbeda-beda, pada saat yang sama kepada komsumen (pasar)yang
berbeda, dimana perbedaaan harga bukan disebabkan oleh perbedaan biaya produksi (third
degree price discrimination). Tujuan yang ingin dicapai adalah menambah laba perusahaan
Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan pabrik diskriminasi harga. Perusahaan Air
Minum (PAM), perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Telkom memberikan harga yang
berbeda kepada pemakainya. Pembedaan harga dapat didasarkan jumlah konsumsi (meter
kubik untuk PAM ). Makin besar jumlah meter kubik yang digunakan makin tinggi tarif air
minum. Juga dapat didasarkan pada kapan mengonsumsinya. Tarif telepon yang ditetapkan PT
Telkom pada malam hari (setelah pukul 22.00) terutama SLJJ (sambungan langsung jarak jauh)
Dasar pembedaan harga yang paling sering digunakan adalah dengan melihat siapa
konsumennya (elastisitas permintaanya). Petmintaan yang lebih elastis akan dibebankan harga
yang lebih rendah dibanding permintaan yang inelastis. Misalnya harga karcis masuk Kebun
Raya Bogor pada hari minggu atau libur lebih murah dibanding hari biasa, karena yang
berkunjung adalah konsumen yang menganggap rekreasi sebagai barang mewah (permintaan
elastis). Contoh lain adalah penetapan harga karcis bioskop yang dikelola group 21 (Twenty
one). Bila menonton bioskop di Plaza Senayan atau Senayan 21 harga karcisnya mencapai Rp.
50.000,00 per orang. Padahal di Megaria ( di kawasan jakarta pusat) hanya Rp. 20.000,00 per
orang. Pembedaan itu dilakukan karna permintaan film di bioskop Senaya 21 lebih inelastis
dibandingkan permintaan bioskop Megarin (Megapa demikian? Baca kembali faktor-faktor yang
Ada beberapa syarat agar diskriminasi harga (berdasarkan elastisitas permintaan ), dapat
berhasil:
a. Perusahaan harus memilih daya monopoli. hanya perusahaan monopoli yang
permintaannya berbeda.
c. Pembagian pasar harus efektif, dalam arti tidak memungkinkan terjadinya penjualan
kembali dari konsumen yang menikmati harga rendah ke konsumen yang dibebani
harga tinggi.
d. MR di tiap pasar adalah sama agar diskriminask harga menghasilkan laba
maksimun.
Diagram 9.7 menunjukkan sebuah perusahaan monopolis memiliki permintaan seperti yang
digambarkan kurva Dt (Diagram 9.7.c). Permintaan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
elastisitasnya (Diagram 9.67a dan 9.7.b), dimana permintaan kelompok A (Da) lebih inelastis
Diagram 9.7.c menunjukan jika perusahaan tidak melakukan diskriminasi harga, keseimbangan
tercapai pada saat jumlah output Qt dan harga Pt. Laba maksimum (pt) yang diperoleh seluas
nya sama dan sama dengan MC (MRa = MRb = Mc). Diagram 9.67a menunjukkan
keseimbangan di pasar A terjadi pada saat jumlah output Qa dengan harga jual pa. Laba
maksimum (pa) seluas bidang segi empat EPaFG. Di pasar B (Diagram 9.67b) keseimbangan
tercapai pada autput Qb dan harga jual pb. Laba maksimum (pb) seluas bidang segi empat
HPbIJ.
Dengan diskriminasi harga, jumlah output total yang terjual (Qt) adalah sama dengan Qa + Qb.
Tetapi laba maksimum yang diperoleh lebih besar karena Pa + Pb > Pt. Tambahan laba
Tanpa diskriminasi harga (harga setingkat Pt), konsumen kelompok B menikmati surplus
konsumen sebesar luas segi tiga KLN. Tetapi dengan diskriminasi harga (harga Pb di pasar B),
surplus konsumen tinggal sebesar luas segi tiga KPbI. Sebagian surplus konsumen, sebesar
luas segi empat PbLMI. Di eksploitasi menjadi laba perusahaan. Sedangkan luas segi tiga IMN
Dari diagram juga terlihat bahwa pasar yang lebih elastis (Da) dibebankan harga yang lebih
Kekhawatiran akan dampak negatif dari monopoli ada benarnya. Sebab ada beberapa kerugian
perusahaan tercapai pada titik A. perusahaan hanya memproduksi sejumlah Qm dengan harga
Pm. Padahal jika perusahaan jika perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna,
yang lebih banyak dari Qm. Sedangkan harga jual adalah Pk yang lebih murah dari Pm.
sebesar luas segitiga ACB. Sebab bila perusahaan bergerak dalam pasar persaingan
sempurna, surplus konsumen besarnya seluas segitiga PkEB. Tetapi karena monopoli, surplus
konsumen tinggal sebesar segitiga PmEA. Surplus konsumen sebesar luas segi empat
luas segitiga FCB, sehingga total kesejahteraan yang hilang adalah sebesar segitiga FAB yang
sama dengan luas segitida CAB+FCB. Namun kehilangan surflus produsen lebih kecil daripada
tambahan laba.
dinikmati perusahaan
segitiga FCB.
Sikap eksploitasi surplus konsumen yang menyebabkan daya monopoli disebut sikap
eksploitasi keuntungan.
muncul karena monopolis selalu berproduksi (baik dalam keadaan dapat laba ataupun
kerugian) pada harga yang lebih tinggi dari biaya marjinalnya atau P > MC. Bagi konsumen,
eksploitasi timbul karena mereka harus membayar (harga yang lebih tinggi dari biaya produksi
unit terakhir outputnya. Sedangkan di anggap juga eksploitasi bagi tenaga kerja karena mereka
(sebagai bagian dari faktor produksinya di bayar lebih murah dari jumlah yang diterima
monopolis( yaitu harga jualnya). Dalam hal ini pemilik faktor produksi tenaga kerja (buruh) di
bayar upah yang lebih rendah dari pada kontribusinya (dalam bentuk output) dari tenaga kerja
tersebut, bila dinilai dengan harga pasar yang berlaku bagi output.
Jika setiap industry muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah output (riel output)
akan lebih sedikit dibandigkan kemampuan sebenarnya (potential output). Volume produksi
dalam perusahaan monopoli memang lebih sedikit dengan volume output yang optimum, yaitu
yaitu yang dihasilkan pada AC yang minimum ( sebagai mana yang terjadi pada perusahaan-
perusahaan dalam pasar persaingan sempurna pada jangka yang panjang); monopolis selalu
berproduksi pada tingkat output dimana AC nya tidak minimum (selama kurva permintaanya
berbentuk menurun, maka perusahaan akan memilih tingkat output pada tingkat AC nya yang
selalu menurun). Keseimbangan makro terjadi di baah keseimbangan ekonomi (under full
employment equilibrium) karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas
produksi, sehingga menimbulkan pengangguran tenaga kerja (unemployment) maupun faktor-
faktor produksi yang lain. Selanjutnya keadaan ini akan melemahkan daya beli, menciutkan
pasar, yang memaksa perusahaan memproduksi lebih sedikit lagi. Begitu seterusnya hingga
perekonomian secara makro dapat mengalami keadaan stagflasi (stagnasi dan inflasi), dimana
Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan efisiensi. Tetapi optimisme terhadap
perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena karena fakta menunjukan bahwa perusahaan-
perusahaan yang besar (terutama MNC) telah menjadi perusahaan monopoli alamiah. Karena
sahamnya dimiliki oleh pihak swasta, tujuan perusahaan ini adalah maksimalisasi laba. Karena
jika dibiarkan bersaing bebas, MNC akan menggilas perusahaan-perusahaan yang ada di
Diagram 9.8.b menunjukkan PT Telkom, yang karena mempunya daya monopoli berdasarkan
laba supernormal karena biaya rata-rata (OA) lebih kecil dariharga jual per unit. Diagram 9.8.b
output-nya sejenis (homogen) dengan output PT Tellkom.dari kurva AC dan MC kita melihat
perusahaan jepang begitu besa, keseimbangan perusahaan tersebut terjadi pada saat output
Qj,harga jual Pj dan biaya produksi rata-rata Acj.walaupun haraga output perusahaan Jepang
lebih murah dari PT Telkom, namun karena belum adanya perdagangan bebas, PT Telkom
terlindungi dan menikmati laba super normal sebesar luas segi empat ApnBC.
Jika perusahaan Jepang bermaksud mengambil pangsa pasar PT Telkom sebesar Qn, berarti
skala produksi meningkat menjadi Qs yaitu Qj + Qn. Dengan skala produksi tersebut biaya rata-
rata perusahaan jepang menjadi hanya Cs, yang sama dengan Pm, sehingga mampu
melakukan kebijakan damping (dumping policy) dengan menjual harga output di indonesia lebih
murah dari pada di jepang. jika tujuannya adalah manghancurkan PT Telkom, mereka menjual
seharga Pm per unit. Pada tingkat harga tersebut PT Telkom tidak mampu berproduksi, karena
harga minimun
untuk memproduksi
dengan output
minimun
setingkat Q1.
mampu lagi
berproduksi,
perusahaan
Uraian tentang biaya sosial monopoli, menuntut upaya pengaturan atau pembatasan
perusahaan monopolis (monopoly regulation). Tujuan pengaturan tersebut bukan saja menekan
biaya sosial monopoli, melainkan juga mengubah biaya sosial tersebut menjadi manfaat sosial
kesejahteraan masyarakat.
Ada banyak cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam pengaturan monopoli. Misalnya
dengan membuat undang-undang anti monopoli (antitrust law), yang membatasi dan mengatur
Kadang-kadang karena alasan ideologis, monopolis tidak terhindarkan. Untuk itu perusahaan-
perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada di bawah kontrol pemerintah, dengan cara
indonesia hal tersebut dilakukan leawat penyertaan saham pemerintah untuk beberapa industri
srategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak (pasal 33 Undang-undang Dasar 1945)
Pertamina, PT. Telkom, PLN, Perusahaan Air Minu dan perusahaan trasportasi kereta api,
adalah contoh dari beratus-ratus badan usaha milik pemerintah (pusat dan daerah) yang
Dua cara lain yang akan dibahas agak rinci adalah pengaturan harga (price regulation)
Yang dimaksud dengan kebijakan pengaturan harga adalah kebijakan menetapkan tingkat
harga maksimum/teringgi (ceiling price) bagi perusahaan monpoli, yaitu pada P = MC nya. Jika
perusahaan monopoli menjual harga dibawah maksimum, tidak dikenakan sanksi. Tetapi jika
menjual melebihi harga tertinggi, perusahaan dikenakan sanksi. Tujan yang ingin dicapai dari
pengaturan harga adalah membatasi perilaku eksploitasi keuntungan yang cenderung
memproduksi dengan jumlah lebih sedikit dan menjual denga harga yang lebih tinggi
keseimbangan
perusahaan monopolis
Agar perusahaan
berperilaku sebagai
sejumlah Qp, seperti jika dalam persaingan sempurna. Tampak juga bahwa kebijakan
pengaturan harga ini sekaligus menghilangkan terjadinya eksploitasi kepada konsumen dan
tenaga kerja, karena terjadinya eksploitasi tersebut adalah monopolis selalu berproduksi pada
P> MC.
sejumlah Qp perusahaan harus beroperasi tidak optimal, sebab pada saat MR = D = MC,
perusahaan berproduksi bukan di titik AC terendah (bandingkan titik A dengan titk B).
Dilema pengaturan monopoli makin terasa jika perusahaan adalah monopolis alamiah seperti
diagram 9.10.
Agar berperilaku seperti dalam persaingan sempurna, pemerintah menetapkan harga teringgi
Pp dan perusahaan memproduksi sejumlah Qp. Bagi masyarakat kebijakan ini sangat
menguntungkan, karena jumlah ouput jauh lebih banyak (Qp > Qm) dan harga jauh lebih murah
(Pp < Pm) dibanding tanpa pengaturan harga. Namun karakter biaya monopolis alamiah di
mana MC < AC menyebabkan pada saat ouput sejumlah Qp, perusahaan mengalami kerugian
(Pc – Pp) per unit. Total kerugian perusahaan adalah Qp x (Pp-Pc). Atau seluas segi empat
PpPcAB. Dalam jangka panjang kerugian ini akan melemahkan perusahaan. Bila perusahaan
Ada dua alternatif mengatasi hal di atas. Pertama penetapan harga tertinggi diubah menjadi Pc
dimana biaya rata-rata sama dengan harga jual (AC = P). Perusahaan menikmati laba normal.
Namun laba ini tidak cukup besar untuk membuat perusahaan mampu melakukan riset dan
Cara kedua adalah meneapkan dua tingkat harga (two tier pricing). Pada diagram 9.10, sampai
batas Qm, harga dietapkan sebesar Pm, perusahaan menimati laba super normal, sebesar
(Pm-Pp) x (Qp-Qm) atau seluas daerah segi empat GFAB. Sebagian laba super normal
digunakan untuk menyubsidi kerugian, sebagian lagi dapat digunakan sebagai dana riset dan
b. Pajak (Taxation)
kemampuan masyarakat untuk membeli output. Apakah berarti kebijaksanaan pajak tidak perlu
diterapkan? Kita harus ingat salah satu fungsi pajak adalah unuk mengarahkan alokasi sumber
daya agar makin efisien. Jika barang yang dikenakan pajak adalah barang mewah (mobil
pribadi), maka pengenaan pajak mendesak masyarakat mengurangi pembelian mobil pribadi
dan menggunakan uangnya untuk membeli barang atau jasa yang lebih penting bagi dirinya.
Sama halnya dengan pengaturan harga, pengenaan pajak terhadap monopolis alamiah juga
menimbulkan dilema, sebab kenaikan harga barang lebih besar dari pajak per unit. Artinya
perusahaan masih mampu menarik laba dari pengenaan pajak. Diagram 9.12 menunjukan
pengenaan pajak T per unit menggeser kurva MC ke atas (MC1 ke MC2), output berkurang dari
Q1 ke Q2. Karena harga barang naik dari P1 ke P2 di mana kenaikannya lebih besar dari pajak
Monopoli (Monopoli
Benefits)
Monopoli memang
daoat
menimbulkan kerugian
(biaya sosial) namun tidaklah selalu merugikan. Setidak-tidaknya ada beberapa manfaat
monopolis mempunyai kelebihan, yaitu mampu mengakumulasi laba super normal dalam
jangka panjang kemampuan ini sangat dibutuhkan agar mampu membiayai riset dan
yang sudah ada, guna meningkatkan efisiensi. dengan peningkatan efisiensi, dari sejumlah
faktor produksi yang sama dihasilkan output yang lebih besar, dengan kata lain, jika monopoli
dikelola dengan baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Joseph “Justru industri-
industeri yang bersifat monopolistiklah yang ternyata menunjukan suatu dinamika untuk
Tidak sumua barang dapat disediakan secara efisien lewat pasar. Barang itu umumnya dikenal
sebagai barang publik (publik goods) yang sepintas telah dibahas dalam bab II harus diakui
bahwa barang publik dapat menimbulkan ketidakefesienan pasar (market failure) Namun harus
diakui juga bahwa barang publik dapat menimbulkan eksternalitas menguntungkan yang
ekonomi. Sayangnya pengadaan barang publik hanya efisien dalam skala sangat besar.
Contohnya pengadaan jalan raya, pelabuhan laut, transportasi, telekomunikasi dan air minum.
Karena efisien jika dilakukuan dalam skala besar, perusahaan harus mendapatkan monopoli
(legal monopoly). Dalam jangka panjang diharapkan mampu menjadi monopolis alamiah yang
Perusahaan monopolis jika dibiarkan memang dapat merugikan karena memproduksi barang
lebih sedikit dan menjual lebih mahal. Namun, dalam pembahasan tentang diskriminasi harga
maupun kebijakan pengaturan harga dua tingkat (two tier pricing), mnopoli dapat digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakna diskriminasi harga memungkinkan
masyarakat kelas bawah menganggap rekreasi merupakan barang mewah, menikmati rekreasi
pada saat-saat tertentu dengan harga lebih murah, kebijakan dua harga tingkat memungkinkan
Yang menarik adalah dengan menggunakan dua kebijakan tersebut di atas, peningkayan
UU No. 5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
Sejak 5 maret 1995 indonesia sudah memiliki Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (sering disebut sebagai UU anti
monopoli).
Guna mengawasi terjadinya praktik minopoli pemerintah juga telah membentuk komisi
A. Oligopoli
Suatu usaha dilarang membuat suatu perjanjian dengan pelaku usaha lain secara
bersama-sama untuk menguasai produk atau pemasaran barang atau jasa tentu yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat (pasal 4 ayat 1)
Untuk mengetahui apakah melalui suatu perjanjian yang dibuat oleh para pelaku usaha
akan menguasai prodduk atau pemasaran barang atau jasa tertentu atau tidak, maka
ditentukan apa yang disebut dugaan melakukan oligopolistik, yakni apabila dua atau tiga pelaku
usaha mengetahui lebih dari 75% pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa teertentu (pasal 4
ayat 2)
B. Penetapan Harga
1. Penetapkan harga yang telah dibuat bersama-sama oleh pelaku usaha dengan pelaku
usaha pesaingnya
alasan pelarangan dapat mengakibatkan konsumen atau pelanggan harus
membayar harga yang ditetapkan untuk barang atau jasa tertentu (pasal 5 ayat 1).
2. Diskriminasai harg
Maksudnya penetapan harga yang berbeda-beda yang harus dibayar oleh para
pembeli atas barang yang sama atau jasa yang sama (pasal 6)
3. Penetapan harga dibawah harga pasar
Penetapan harga dibawah harga pasar dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
barang atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga yang
diperjanjikan. Ini berarti penerima barang harus menjual atau memasak kembali barang
atau jasa sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha tersebut (pasal
8)
Misalnya perusahaan A hanya boleh memproduksi dan memasarkan barang di daerah X, dan
D. Pembaikotan
1. Menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar (pasal 10 ayat 1)
2. Menolak menjual barang atau jasa pelaku usaha lain (pasal 10 ayat 2)
E. Kartel
Perjanjian antara pelaku usah dengan pelaku usaha pesaingnya dengan maaksud untuk
mengatur produksi dan pemasarannya atau untuk mengatur pelayanan jasa tertentu (pasal 11)
F. Trust
Pembentukan suatu gabungan perusahaan baru, pelaku-pelaku usaha yang membentuk
masing perusahaan atau perseruannya dengan maksud agar dapat mengontrol produksi dan
pemasaran suatu barang atau jasa tertentu yang dapat mengakibatkan munculnya peraktik
monopoli.
G. Oligopsoni
H. Integrasi Vertikal
Yang dimaksud disini adalah perjanjian integrasi vertikal yang dibuat oleh pelaku usaha dengan
maksud untu menguasai proses pengusaha/proses produksi dari hulu sampai ke hilir.
I. Perjanjian Tertentu
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri apabila isi perjanjian
tersebut akan mengakibatkan terjadinya prakti monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
investor asing.
o Pemerintah kusulitan mengukur persentase pasar karena pasar yang sangat fluktuatif.
1. Sanksi Administratif :
2. Pidana Pokok :
Pelanggaran terhadap pelanggaran pasal 4, pasal 9 sampai dengan pasal 14, pasal 16
sampai dengan pasal 19, pasal 25, 27 dan pasal 28 diancam pidana serendah-
rendahnya Rp.25 miliar dan setingginya-tingginya Rp.1000 miliar, atau pidana kurungan
sampai dengan pasal 24 dan pasal 26 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp.5
miliar dan setinggi-tingginya Rp.25 miliar atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 5 bulan.
Pelanggar terhadap ketentuan pasal 42 diancam pidana denda serendah-rendahnya
Rp.1 miliar dan setinggi-tingginya Rp.5 miliar atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 3 bulan.
3. Pidana Tambahan
Pasific
Investama
deterjen, sampo
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan
perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat
dekat. Atau bisa disebut suatu pelaku usaha atau penjual yang menjadi pusat kekuatan
ekonomi yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan jasa
tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Dan juga telah ada larangan monopoli pada Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan dan
persaingan usaha yang tidak sehat serta merugikan orang banyak.
Selepas dari larangan dari monopoli ada juga monopoli yang tidak dilarang yaitu, Monopoli by
Law & Monopoli by License, meskipun begitu nyatanya ini juga kurang efektif dan bertentangan
dengan teori ekonomi klasik dan hukum syariat islam.
Pasar monopolistik adalah pasar yang memiliki banyak penjual (produsen) dengan barang yang
diperjualbelikan bersifat homogen. Meskipun homogen, namun dengan merk dan keunggulan
masing-masing yang berbeda.
Pasar monopolistik timbul karena ketidakpuasan akan pasar persaingan sempurna dan
monopoli, sumber daya alam yang tersedia melimpah dan differensiasi produk yang tidak terlalu
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2008 . Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi