Disusun Oleh :
Kelompok 5
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam,
berkat rahmat dan karunia-Nyalah serta petunjuknya, makalah ini dengan judul
terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
Tak lupa pula ucapan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini.
Sehingga penyusunan materi ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada halangan
suatu apapun.
memohon maaf apabila dalam penyusunan materi ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran............................................................................2
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud
yang terjadi pada berbagai negara bisa berbeda, karena dalam hal ini praktik fraud
untuk dilakukan.
Secara umum dapat didefinisikan bahwa fraud adalah suatu istilah yang
umum, dan mencakup segala macam cara yang dapat digunakan dengan kelihaian
tertentu, yang dipilih oleh seorang individu, untuk mendapatkan keuntungan dari
pihak lain dengan melakukan representasi yang salah. Tidak ada aturan yang baku
dan tetap yang bisa dikeluarkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan
fraud, termasuk kejutan, tipu muslihat, ataupun cara-cara yang licik dan tidak
(Zimbelman, 2014).
spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit
forensic harus memnuhi atribut dan kode etik serta standar pekerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fraud
Kata “fraud” berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin, “fraus” yang
“pelanggaran” dan “penipuan”. Kata benda “fraus” ini dapat diubah menjadi kata
Fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang
dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara
yang tak terduga, penuh siasat, licik, atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak
memiliki arti yang lebih luas dari kecurangan (Tuanakotta, 2012). Tindakan-
manipulasi dan menampilkan fakta yang dapat merugikan orang lain dan
sesuatu secara ilegal, dan kesalahan dalam membuat laporan keuangan termasuk
kecurangan. Kecurangan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk
pasti memiliki tekanan atau masalah dalam hidupnya yang dijalaninya dan kadang
ada saja alasan bagi setiap orang dapat melakukan kecurangan, ketika ada
5
organisasi yang rendah pada setiap karyawan yang diketahui oleh orang, maka
the Nation on Occupational Fraud and Abuse oleh AFCE menyatakan bahwa
perusahaan.
rendah.
dengan pemasok.
manajemen puncak.
8
tidak bernilai dijual pada investor yang tidak menaruh rasa curiga.
Kecurangan-Kecurangan Lainnya.
namun susah sekali dicapai, karena menurut Golden dkk. (2006: 14), tidak
seorang pun yang dapat membuat penghalang yang benar-benar absolut untuk
yang dapat dan harus diambil oleh organisasi atau perusahaan untuk mencegah
tindakan fraud dan pihak-pihak yang akan melakukannya. Dengan kata lain, fraud
tidak dapat sepenuhnya dicegah, namun dapat dan harus dikurangi atau dihalangi.
Fraud deterrence cycle atau siklus pencegahan fraud tersebut merupakan suatu
proses yang interaktif dan dapat terjadi dari waktu ke waktu. Menurut Golden
dkk. (2006: 14), siklus pencegahan fraud memilki empat elemen utama, yaitu
dan remediasi dari hal yang dicurigai atau yang diduga bermasalah.
historis atau aktivitas akuntansi lainnya untuk penyelesaian sengketa hukum saat
ini atau di masa mendatang. Data historis ini juga digunakan untuk evaluasi data
al., 2015).
berisi audit atas catatan akuntansi untuk mencari bukti penipuan (kecurangan dan
pemalsuan) (Singleton & Singleton, 2010, hal. 12). Akuntansi forensik adalah
pemahaman yang lebih baik tentang sistem akuntansi yang dipegang oleh bisnis
(Ramaswamy, 2007).
ilmu akuntansi dalam penyelesaian masalah hukum baik di dalam dan di luar
dalam pengertian yang luas, termasuk audit dan auditing. Hal yang membedakan
kewajaran dari apa yang dilaporkan. Jadi, akuntansi forensik memayungi segala
antara akuntansi dan hukum (misalnya dalam pembagian harta gono-gini). Dalam
kasus yang lebih pelik, ada satu bidang tambahan yaitu audit sehingga model
19)
kerugian. Pada sektor publik negara mengalami kerugian negara dan kerugian
keuangan negara. Sementara itu pada sektor swasta kerugian juga terjadi akibat
11
adanya ingkar janji dalam suatu perikatan. Titik pertama dalam segitiga adalah
kerugian. Adapun perbuatan melawan hukum menjadi titik kedua. Tanpa adanya
perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk mengganti
melawan hukum merupakan ranahnya para ahli dan praktisi hukum dalam
yang spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau untuk tujuan melakukan
audit investigatif.
fraud auditor harus kreatif, berpikir seperti pelaku fraud jangan dapat
persekongkolan:
sebagai berikut:
14
nyata.
1. Audit Investigatif
berbeda dengan audit biasa yang digunakan para auditor keuangan biasa. Audit
yang digunakan tersebut adalah audit yang bersifat investigatif dimana audit
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 2001 yang melibatkan
terungkap berkat kerjasama yang dibentuk oleh pihak kejaksaan selaku penyidik
audit lainnya seperti audit keuangan dan audit kepatuhan atau compliance
dalam proses awal auditnya belum tidak didahului oleh informasi tentang
penyidik untuk membuat terang perkara pidana yang sedang dihadapi penyidik.
melakukan audit lebih lanjut untuk mencari kebenaran dari pengaduan tersebut.
investigatif sama dengan bukti yang ditetapkan dalam standar auditing, bukti
buktinya harus sesuai dengan alat bukti yang sah menurut Kitab Hukum Acara
Pidana (KUHAP). Alat bukti yang sah diatur dalam Pasal 184 KUHAP yaitu:
1) Keterangan saksi;
2) Keterangan ahli;
3) Surat
4) Petunjuk
5) Keterangan terdakwa
b. Hal yang secara umum sudah diketahui dan tidak perlu dibuktikan
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
sidang pengadilan.
18
Bukti audit adalah berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang
dibuat pejabat umum yang berwenang, keterangan ahli dan surat lain
yang berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
yang lain.
tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa teah terjadi suatu tindak
melakukannya.
19
menyembunyikan jejaknya;
yang terkait;
(2013:134)
besar;
pelakunya;
g. Bukti fisik merupakan bukti nyata dan akan selalu mengungkap hal
yang sama;
BAB III
21
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum dapat didefinisikan bahwa fraud adalah suatu istilah yang
umum, dan mencakup segala macam cara yang dapat digunakan dengan kelihaian
tertentu, yang dipilih oleh seorang individu, untuk mendapatkan keuntungan dari
Jenis-jenis fraud
perusahaan.
historis atau aktivitas akuntansi lainnya untuk penyelesaian sengketa hukum saat
ini atau di masa mendatang. Data historis ini juga digunakan untuk evaluasi data
keyakinan serta dapat digunakan sebagai bukti yang memenuhi pemastian suatu