Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


TRANSPARANSI INFORMASI KEUANGAN DAERAH
LOMBOK TIMUR PADA SITUS RESMI PEMERINTAH
DAERAH LOMBOK TIMUR

M. SAMI RIZALDI
156220166019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kompleksitas pada pemerintahan bisa diartikan sebagai kondisi

dimana baik secara langsung maupun tidak langsung pemerintahan dipengaruhi

oleh beragam faktor dengan karakteristik yang berbeda. Kompleksitas

pemerintahan dihitung menggunakan jumlah penduduk. Besarnya jumlah

penduduk mencerminkan besarnya kebutuhan akan penyediaan layanan publik

di setiap daerah. Menurut (Dasmaran et al., 2018) Konsep pelayanan dalam

akuntabilitas selain harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship juga harus

diikuti dengan jiwa responsiveness. Hal ini harus dilakukan agar pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat dapat dilakukan secara cepat dan tanggap

dalam melayani stakeholder sesuai dengan karakteristik Good Governance

menurut UNDP dan Word Bank. Selain itu, dalam pengantar Standar Akuntasi

Pemerintah dinyatakan bahwa salah satu upaya nyata untuk mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah

penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang

memenuhi prinsip-prinsip waktu.

Pentingnya transparansi keuangan dan kinerja badan publik

pemerintah semakin ditegaskan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pada pasal 9 ayat 1 UU

Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dinyatakan


bahwa badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala.

Informasi Publik yang dimaksud adalah informasi mengenai kegiatan dan

kinerja badan publik terkait serta informasi mengenai laporan keuangan. Pada

pasal 7 ayat 2 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Publik juga

ditekankan kewajiban badan publik untuk menyediakan informasi publik yang

akurat, benar, dan tidak menyesatkan (Wilopo, 2017).

Transparansi suatu badan publik dapat dipahami sebagai

kemudahan pengungkapan dan akses pemerolehan informasi keuangan dan

kinerja. Transparansi pada hakikatnya dapat memberikan dampak yang positif

pada organisasi secara khusus dan daerah secara umum. Kebanyakan perda

transparansi yang ada tidak memiliki sanksi, sehingga sulit dalam pelaksanaan

dan penegakkannya. Oleh karena itu, butuh komitmen yang tinggi oleh segenap

jajaran pemerintah daerah untuk menerapkan transparansi pengelolaan

keuangan.

Website menjadi salah satu media yang mempermudah akses untuk

menyampaikan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan, baik untuk

sesama lembaga maupun antar lembaga dan masyarakat. Banyak dari lembaga

pemerintah telah menggunakan cara ini untuk mengabrkan keadaan lembaga

tersebut. Namun, disayangkan dalam penggunaannya belum semua lembaga

memberitahukan laporannya, seperti lapaorn keuangan daerah tahunan.

Pelaporan kinerja sebuah lembaga dapat dipublikasikan melalui website.

Penggunaan teknologi berupa Website memberikan kemudahan untuk banyak

pihak dikarenakan biaya yang murah, kemudahan untuk mengakses dengan


menggunakan teknolgi apabila dibandingkan dengan menggunkan cara manual

(Bondon, 2005) dalam (Astuti, 2020).

Medina (2012) meneliti sebanyak 257 sampel pemerintah daerah di

Indonesia yang menyediakan data keuangan yang dilaporkan di internet pada

situs resmi pemerintah daerah Indonesia. (Medina, 2012) menguji beberapa

variabel independent seperti ukuran pemerintah daerah, tingkat kemandirian

daerah, rasio pembiayaan hutang (leverage), kompleksitas pemerintahan, dan

tingkat pendapatan perkapita masyarakat. Hasil penelitiannya membuktikan

bahwa ukuran pemerintah daerah, rasio kemandirian, dan kompleksitas

pemerintahan berpengaruh positif signifikan terhadap ketersediaan informasi

keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Sedangkan pendapatan perkapita

masyarakat berpengaruh negative signifikan terhadap informasi keuangan pada

situs pemerintahan.

Ningsih (2018) meneliti sebanyak 141 sampel pemerintah daerah,

(Ningsih, 2018) menguji beberapa variabel seperti pendapatan asli daerah,

ukuran pemda, kompleksitas pemerintahan, belanja daerah, rasio pembiayaan

utang, dan kualitas laporan keuangan. Hasil pengujian model satu dengan

regresi logistik menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah, ukuran pemda,

kompleksitas pemerintahan, belanja daerah, rasio pembiayaan utang, dan

kualitas laporan keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

pengungkapan informasi keuangan daerah. Dan hasil pengujian model dua

dengan regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran pemda memiliki

pengaruh signifikan dan positif terhadap aksesibilitas informasi keuangan


daerah. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah, kompleksitas pemerintahan,

belanja daerah, rasio pembiayaan utang, dan kualitas laporan keuangan tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap aksesibilitas informasi keuangan

daerah.

Perbedaan lain penelitian ini dengan penelitian Medina (2012) adalah

bahwa pada penelitian ini menguji secara spesifik ketersediaan dan

aksesibilitas data keuangan (APBD/LKPD) untuk melihat sejauh mana

pemerintah daerah bersikap transparan atas informasi-informasi keuangan yang

dipublikasikan pada situs resmi pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam

penelitian kali ini yang dilakukan adalah menguji bagaimana pengaruh ukuran

pemerintah daerah, dan pendapatan perkapita masyarakat terhadap tingkat

transparansi yang di ukur dengan ketersediaan dan aksesibilitas informasi

keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Berdasarkan uraian tersebut,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan pada situs

Pemerintah Daerah di Indonesia”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap ketersediaan dan

kemudahan dalam mengakses informasi keuangan pada situs resmi

pemerintah daerah?

2. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap ketersediaan dan

kemudahan dalam mengakses informasi keuangan pada situs resmi

pemerintah daerah?

3. Apakah leverage berpengaruh terhadap ketersediaan dan kemudahan

dalam mengakses informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan

di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap

ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses informasi keuangan pada

situs resmi pemerintah daerah

2. Untuk mengetahui pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap

ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses informasi keuangan pada

situs resmi pemerintah daerah


3. Untuk mengetahui leverage berpengaruh terhadap ketersediaan dan

kemudahan dalam mengakses informasi keuangan pada situs resmi

pemerintah daerah

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat secara

langsung maupun tidak langsung bagi para akademisi, Pemerintah Daerah,

dan regulator. Adapun manfaat yang diberikan antara lain :

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini bisa menjadi bahan literatur untuk pengembangan penelitian

berikutnya tentang sektor publik, khususnya dengan menganalisa lebih

mendalam praktek pengungkapan sukarela atas informasi keuangan dan

transparansi pemerintah serta e-government

2. Bagi Pemerintah Daerah

Diharapkan dengan adanya penelitian ini pemerintah daerah mulai

concern terhadap perkembangan dan kegunaan dari IT dan internet.

penelitian ini diharapkan dapat menjadi feedback value untuk

perkembangan daerahnya serta memotivasi pemerintah daerah lain untuk

mengembangkan situs resminya menggunakan sarana dalam penyampaian

informasi.

3. Regulator

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan

masukan kepada regulator, terutama mengenai pentingnya pengungkapan

informasi di dalam media internet untuk meningkatkan akuntabilitas dan


transparansi pemerintah kepada masyarakat. Hal ini selaras dengan

semakin berkembangnya kemampuan IT dan internet di Indonesia.

4. Publik

Dengan penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui pemerintah daerah

mana saja yang memberikan informasi keuangannya pada situs dan dapat

melihat sejauh mana transparansi pengelolaan keuangan daerah pada situs.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penelitian Terdahulu

Medina (2012) meneliti “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Transparansi Informasi Keuangan pada situs Pemerintah Daerah di Indonesia”.

Sampel pada penelitian ini adalah 257 sampel, terdiri atas 61 pemerintah Kota

dan 196 pemerintah Kabupaten. Teknik analisis yang digunakan adalah Teknik

regresi berganda. Hasil penelitian Medina (2012) ukuran pemerintah daerah

dan kompleksitas pemerintahan berpengaruh positif signifikan terhadap

ketersediaan informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Sedangkan leverage dan pendapatan per kapita masyarakat berpengaruh negatif

signifikan informasi keuangan pada situs.

Ningsih (2018) meneliti “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Daerah Via Website (Studi

Empiris pada Pemerintah Daerah di Pulau Sumatera Tahun 2015) ”. Sampel

pada penelitian ini 141 pemerintah daerah. Teknik analisis yang digunakan

adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian ningsih (2018) menunjukkan

bahwa ukuran pemda memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap

aksesibilitas informasi keuangan daerah. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah,

kompleksitas pemerintahan, belanja daerah, rasio pembiayaan utang, dan

kualitas laporan keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

aksesibilitas informasi keuangan daerah.


Rahmawati dan Mahmud (2016) meneliti “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Transparansi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Sampel

pada penelitian ini sebanyak 73 pemerintah Kabupaten/Kota. Teknik analisis

yang digunakan adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian Rahmawati

dan Mahmud (2016) menunjukkan bahwa ukuran pemda, tingkat Pendidikan,

jumlah anggota DPRD tidak berpengaruh terhadap transparansi pelaporan

keuangan daerah, dan tingkat kemakmuran berpengaruh secara positif terhadap

transparansi pelaporan keuangan daerah.

Wilopo (2017) meneliti “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Akuntabilitas dan Transparansi Informasi Keuangan Daerah Melalui Website”.

Sampel pada penelitian ini sebanyak 211 pemerintah Daerah. Teknik analisis

yang digunakan adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian Wilopo (2017)

menunjukkan bahwa hanya faktor tingkat kesejahteraan masyarakatlah satu

satunya faktor yang menunjukan berhubungan positif dan signifikan dalam

pengunkapan informasi laporan keuangan yang transparan melalui website

pemerintah daerah, sedangkan faktor yang lain tidak menunjukan dampak yang

signifikan. diindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat

mempengaruhi penggunaan media internet masyarakat untuk dapat mengakses

informasi laporan keuangan, yang hasilnya menyatakan bahwa presentase akan

informasi keuangan muncul karena tuntutan akan kebutuhan masyarakat atas

informasi laporan keuangan yang dapat diakses melalui internet, hanya bisa

diperoleh bagi masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang baik.


Astuti (2020) meneliti “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Transparansi Informasi Keuangan Via Website (Studi Empiris Keuangan Pada

Pemerintah Daerah Di Jawa Timur Periode 2018) ”. Sampel pada penelitian ini

sebanyak 38 pemerintah Kabupaten/Kota. Teknik analisis yang digunakan

adalah analisis linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

parsial variabel jumlah penduduk, belanja daerah dan pendapatan asli daerah

memiliki pengaruh yang tidak positif terhadap transparansi informasi keuangan

via website pada pemerintah Jawa Timur.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Transparansi

Transparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan,

penyususnan, dan pelaksanaan anggaran daerah. Transparansi

memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang

sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan

kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

hidup masyarakat Mardiasmo (2021 : 83).

Transparansi (keterbukaan) dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah adalah azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tetap memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara

(Halim,2012;Hasmah,2010;Darise,2009;Rai,2008;Andrianto,2007;Mardi
asmo,2006;Ashari,200) dalam Harnovinsah et al (2020:297).

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat

pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh

DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada

akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah

daerah dengan masya-rakat,sehingga tercipta pemerintah daerah yang

bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan

kepentingan masyarakat. Menurut Mardiasmo (2004) dalam Harnovinsah

et al (2020:297), transparansi berarti keterbukaan (opensess) pemerintah

dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan

sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.

Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi

lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-

pihak yang berkepentingan.

Dalam hal pelaksanaan transparansi pemerintah termasuk

penganggaran,peran media massa sangat mempunyai peranan penting,

baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik

maupun menjelaskan berbagai informasi yang relevan,juga sebagai

penonton atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyim-pang dari

aparat birokrasi. Untuk melaksanakan itu semua, media membutuhkan

kebebasan pers schingga dengan adanya kebebasan pers maka pihak

mcdia akan terbebas dari intervensi pemerintah maupun pengaruh

kepentingan bisnis (Wiranto, 2012) dalam Harnovinsah et al (2020:297).


Dilihat dari sisi proses penganggaran, anggaran yang disusun oleh pihak

eksckutif dikatakan transparan jika:

1) terdapat pengumuman kebijakan anggaran;

2) tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses;

3) tersedia laporan pertanggung-jawaban yang tepat waktu; dan

4) terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.

Apabila dilihat lebih lanjut tentang makna transparansi,

transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang

berkepentingan terhadap setiap informasi terkait,seperti berbagai

peraturan dan perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah dengan

biaya yang minimal. Mardiasmo (2005) dalam Harnovinsah et al

(2020:297) mengatakan bahwa informasi sosial,ekonomi, dan politik

yang andal (reliable) dan berkala haruslah tersedia dan apat diakses oleh

publik (biasanya melalui filter media massa yang bertanggung

jawab).Artinya transparansi dibangun atas pijakan kebebasan arus

informasi yang memadai disediakan untuk dipahami untuk kemudian

dapat dipantau.

Menurut Harnovinsah et al (2020:297) makna dari transparansi

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilihat dalam dua hal

yaitu;
(1) Salah satu wujud pertanggung jawaban pemerintah kepada rakyat,
dan

(2) upaya peningkatan manajemen yang baik dalam pengelolaan dan


penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan mengurangi kesempatan
praktek kolusi,korupsi, dan nepotisme.

Sedangkan transparansi penyelenggaraan pemerintah daerah

dalam hubungannya dengan pemerintah daerah perlu kiranya perhatian

terhadap beberapa hal berikut;

(1) publikasi dan sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintah daerah


dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,

(2) publikasi dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan pemerintah


daerah tentang berbagai perizinan dan prosedurmya,

(3) publikasi dan sosialisasi tentang prosedur dan tata kerja dari
pemerintah daerah

,(4) transparansi dalam penawaran dan penetapan tender atau kontrak


proyek-proyek pemerintah daerah kepada pihak ketiga,

(5) kesempatan masyarakat untuk mengakses informasi yang jujur,


benar dan tidak diskriminatif dari pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

2.2.2 E-Government

Secara umum, E-Government dapat didefinisikan sebagai

pemanfaatan TIK dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang

berbasis elektronik tujuannya untuk meningkatkan efektifitas, efidiensi,


transparansi dan akuntabilitas pemerintah. (World Bank, 2012),

mendefinisikan E-Government sebagai “ penggunaan TIK oleh institusi

pemerintah (seperti, WAN, internet, mobile computing) yang memiliki

kemampuan untuk mengubah hubungan masyarakat, bisnis, dan pihak

yang terkait dengan pemerintah”.

Jika ditinjau lebih jauh, sistem E-Government memiliki dua ciri

utama sebagai aspek yang harus dipenuhi ketika sebuah institusi

pemerintah ingin membangun E-Goverment yaitu aspek ketersediaan

(availability) dan aspek aksesibilitas (accessibility). Aspek ketersediaan

(availability) yang dimaksud adalah informasi atau layanan yang

diberikan pemerintah harus selalu tersedia untuk diakses pengguna.

Menurut (Duffy, 2000) dalam Simarmata et al (2020:07), penggunaan

TIK memungkinkan layanan pemerintah disediakan kepada stakeholder

24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu (24/7). Artinya informasi

atau layanan tetap tersedia di luar jam kerja atau bahkan di hari libur.

Pengguna juga dapat memperoleh informasi atau layanan melalui

berbagai saluran elektronik misalnya website atau aplikasi. Dengan

demikian stakeholder dapat menggunakan layanan secara fleksibel sesuai

dengan kebutuhan. Aspek yang kedua terkait dengan aksesibilitas

(accessibility) di mana informasi dan layanan pemerintah tidak hanya

tersedia tetapi harus dapat diakses oleh stakeholder. Tidak sedikit

informasi atau layanan yang disediakan oleh pemerintah melalui website

misalnya, ternyata tidak bisa diakses oleh pengguna. E-Goverment dapat


dikatakan berhasil jika layanan tersebut dapat diakses atau digunakan

oleh stakeholder (Alhomod et al., 2012) Simarmata et al (2020:07). Hal

ini sesuai dengan pendapat (DeLone and McLean, 2003) Simarmata et al

(2020:07) yang menyatakan bahwa kesuksesan sebuah teknologi

informasi/sistem informasi (TI/SI) dicapai ketika teknologi tersebut dapat

dimanfaatkan oleh penggunanya. Oleh karena itu, sistem E-Government

yang dibangun sangat tergantung pada ketersediaan dan aksesibilitas dari

informasi dan layanan yang diberikan.

E-Government sebenarnya merupakan bidang riset yang Bersifat

multidisipliner. Tidak hanya ilmu komputer, bidang ilmu yang lain juga

dalam konteks E-Government seperti ilmu politik, sosial, manajemen,

administrasi publik, dan lain-lain. Menurut (Assar, Boughzala and

Boydens, 2011) Simarmata et al (2020:07), E-Government merupakan

bidang keilmuan lintas disiplin yang dikembangkan berdasarkan studi

empiris di lapangan terkait praktek E-Government diberbagai institusi

atau negara. Dengan demikian kontribusi teoritis sebagai upaya

pengembangan body of knowledge e-Government dilihat atau dikaji dari

berbagai perspektif (multi-perspektif) keilmuan yang lain. Misalnya saja

sebuah studi terkait persepsi masyarakat tentang kualitas layanan

pemerintah di mana tujuannya dari studi ingin mengevaluasi sejauh mana

layanan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan akhirnya dapat

memberikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah untuk

memperbaiki kualitas layanan yang disediakan. Studi ini bersifat


multidisiplin karena setidaknya melibatkan bidang ilmu manajemen,

sosial dan sistem informasi.

2.2.3 Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran pemerintah daerah adalah salah satu variabel dalam besar

atau kecilnya pemerintahan suatu daerah yang dapat diukur dengan total

aset, jumlah pegawai, total pendapatan dan tingkat produktifitas

(Damanpour, 1991) dalam (Sari & Mustanda, 2019). Ukuran pemerintah

daerah menunjukkan seberapa besar pemerintahan daerah. Dengan

jumlah aset/pegawai/ produktifitas yang lebih besar sehingga diharapkan

memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada daerah yang lebih

kecil (Patrick ,2007) dalam Lesmana (2010) dalam (Sari & Mustanda,

2019). Dalam penelitian ini, total aset atau total aktiva pemerintah daerah

dipilih sebagai tolak ukur dalam menentukan ukuran suatu pemerintahan

daerah.

2.2.4 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah sumber

keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan

yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah. PAD adalah semua penerimaan keuangan suatu

daerah yang diatur oleh peraturan daerah, dimana penerimaan keuangan


itu bersumber dari potensi- potensi yang ada di daerah tersebut. PAD

adalah salah satu wujud kemandirian daerah sehingga harus selalu dipacu

pertumbuhannya (Halim, 2004) dalam (Sari & Mustanda, 2019)

PAD adalah sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah

yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai

pembangunan dan usaha- usaha daerah untuk memperkecil

ketergantungan dana dari pemerintah pusat (Mardiasmoro,2002) dalam

(Sari & Mustanda, 2019). Besarnya PAD yang diterima daerah dapat

menjadi ukuran dalam menilai kinerja pemerintah daerah, karena

semakin besar angka PAD juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah

mempu mendayagunakan sumber daya dan potensi yang ada pada

kewenangannya.

2.2.5 Leverage

Dalam akuntansi sektor publik, leverage adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu daerah tergantung pada

kreditur dalam membiayai aset daerahnya. Daerah yang mempunyai

tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar

untuk membiayai asetnya. Dalam pemerintahan daerah, perhitungan rasio

leverage penting dilakukan bagi kreditor dan calon kreditor dalam

membuat keputusan pemberian kredit. Rasio ini akan digunakan oleh

kreditor untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam

membayar utangnya (Sumarjo, 2010) dalam (Sari & Mustanda, 2019).


● Teori Keagenan

Hubungan keagenan muncul ketika satu pihak (principal)

memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada pihak lain (agent)

untuk melakukan pengambilan keputusan. Teori keagenan sendiri

muncul berdasarkan pemikiran bahwa pemilik perusahaan (principal)

dan manajer perusahaan (agent) memiliki kepentingan yang berbeda

(Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Medina, 2012) . Dalam penelitian

ini agen adalah pemerintah yang memiliki otoritas atas suatu dearah

(kabupaten/kota), sedangkan prinsipal adalah masyarakat. Agen-agen

(pemerintah daerah) yang ditunjuk sebagai delegasi dari pemilik

(prinsipal/ masyarakat) ini adalah agen yang dipercaya untuk mengambil

keputusan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Akan tetapi,

masyarakat tentunya tidak dapat mengawasi seluruh tindakan yang

dilakukan atau keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah selaku

agen, sehingga dapat menimbulkan agen yang akan mengambil

keputusan yang hanya menguntungkan kesejahteraan mereka saja tanpa

menghiraukan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

Secara tradisional, hubungan antara pemerintah dan masyarakat

telah dianggap di bawah teori prisipal-agen (keagenan) yang telah

digunakan secara luas dalam administrasi publik untuk memeriksa


masalah yang terkait dengan manajemen dan administrasi di negara yang

berlandaskan prinsip desentralisasi (Thompson, 1999) dalam (Medina,

2012). Namun, permasalahan yang timbul dalam hubungan principal-

agent secara inheren terkait ketersediaan informasi yang diungkap oleh

agent (Alvarez dan Hall, 2006) dalam (Medina, 2012). Dengan demikian,

di bawah principal-agent upaya teori telah dibuat untuk mengidentifikasi

insentif-insentif yang timbul pada beberapa pengungkapan di sektor

publik (Gang, 1988) dalam (Medina, 2012).

Masalah keagenan menimbulkan informasi asimetri antara

pemerintah selaku agen dan masyarakat sebagai principal. Mohamad

dkk. (2004) dalam Mulyana (2006) dalam (Medina, 2012) berpendapat

bahwa akuntabilitas muncul sebagai jawaban terhadap permasalahan

information asymmetry. Teori asimetri informasi beranggapan bahwa

banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang

mempunyai akses langsung atas informasi yang dimiliknya dengan pihak

konstituen atau masyarakat yang berada di luar manajemen. Scott (1997)

dalam (Medina, 2012) menjelaskan bahwa kemampuan bertahan suatu

organisasi ditentukan oleh bagaimana menciptakan informasi yang

terbuka, seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan

(stakeholders).
2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1
KERANGKA KONSEPTUAL

Ukuran Pemda
H1

PAD H2
Transparansi
H3

Leverage

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah Terhadap Transparansi Informasi

Keuangan pada Situs Resmi Pemeritah Daerah Lombok Timur

Ukuran pemerintah daerah yang diproksikan dengan total asset yang

dimiliki daerah merupakan salah satu indicator yang dalam mengukur kemudahan

kegiatan operasional daerah, semakin besar ukuran pemerintah daerah maka

semakin besar pula kemudahan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan

operasional dan roda pemerintahan daerah. Selain kemudahan dibidang

operasional, ukuran pemerintah daerah yang besar juga juga dapat memberikan
kelancaran dalam memperoleh pendapatan asli daerah sehingga dapat

meningkatkan realisasi pendapatan asli daerah dan nantinya akan berdampak pada

transparansi keuangan pemerintah daerah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh Ningsih (2018) menemukan hasil bahwa ukuran

pemerintahh daerah berpengaruh positif terhadap aksesibilitas informasi keuangan

daerah. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai

berikut :

H1: Ukuran pemerintahh berpengaruh positif terhadap transparansi

informasi keuangan pemerintah daerah Lombok Timur pada situs

resmi pemerintah daerah Lombok Timur.

2.4.2 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Transparansi Informasi

Keuangan pada Situs Resmi Pemeritah Daerah Lombok Timur

Pendapatan asli daerah merupakan bagian penting dalam penerimaan

daerah yang nantinya berperan dalam pembangunan daerah dalam rangka

menunjang kesejahteraan masyarakatt di daerah yang nantinya akan disesuaikan

dengan pembangunan daerah guna melengkapi kebutuhan masyarakat. Daerah

yang memiliki kemampuan mmengelola dengan optimall seluruh sumber potensi

daerahnya akan dapat meningkatkan relasi pendapatan asli daerah dan nantinya

akan berdampak pada transparansi informasi keuangan daerahnya. Namun, hasil

penelitian Astuti (2020) menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh

negatif terhadap terhadap transparansi informasi keuangan via website pada


pemerintah Jawa Timur. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu

hipotesis sebagai berikut :

H2: Pendapatan asli daerah berpengaruh negatif terhadap transparansi

informasi keuangan pemerintah daerah Lombok Timur pada situs

resmi pemerintah daerah Lombok Timur.

2.4.3 Pengaruh Leverage Terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada

Situs Resmi Pemeritah Daerah Lombok Timur

Styles & Tennyson (2007) dalam Medina (2012) berpendapat bahwa

dengan melakukan pembiayaan terhadap pengeluaran-pengeluaran pemerintah

saat ini akan memberikan dampak pada kemampuan pemerintah dalam

memberikan pelayanan dan program-program terpadu bagi masyarakat dimasa

yang akan datang. Namun besaran dari hutang tidak boleh melebihi jumlah dari

modal yang dimiliki. Hubungan keagenan antara otoritas daerah dan pemerintah

pusat (kreditur) memberikan dampak pada besarnya tingkat pengungkapan.

Kreditur cenderung memonitor para debiturnya dalam pengelolaan keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Medina (2012) menunjukkan bahwa

leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap informasi keuangan pada situs.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut :
H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap transparansi informasi

keuangan pemerintah daerah Lombok Timur pada situs resmi

pemerintah daerah Lombok Timur.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Klasifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.1.1 Klasifikasi Variabel Penelitian

Klasifikasi variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu:

3.1.1.1 Variabel Dependen:

Variabel dependen atau sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konskuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2013:39). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transparansi

informasi keuangan daerah Lombok Timur.

3.1.1.2 Variabel Independen:

Variabel ini sering disebut sebagai, stimulus, prediktor, dan

antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel

bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen


(Sugiyono,2013:39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

ukuran pemerintah daerah, pendapatan asli daerah, dan leverage.

3.1.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.1.2.1 Transparansi Informasi Keuangan Daerah

Penelitian ini menggunakan analisis logistik untuk melihat

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel

dependen yang diteliti adalah Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang

dipublikasikan pada situs resmi pemerintah daerah. IKD yang diteliti

adalah ketersediaan APBD atau salah satu dari komponen LKPD (LRA,

Neraca. LAK, CaLK). Ini dikarenakan pada keterbatasan data yang

diungkap pada situs resmi pemerintah daerah dan sangat jarang

pemerintah daerah yang mengungkap keseluruhan item pada laporan

keuangan secara lengkap. Penulis juga tidak memperhatikan tahun dari

IKD tersebut. Selanjutnya, ada atau tidaknya Informasi Keuangan Daerah

(IKD) pada situs resmi pemerintah daerah diukur dengan menggunakan

variabel dummy, dimana untuk pemerintah daerah yang menyediakan

IKD akan diberikan score 1, sedangkan pemerintah daerah yang tidak

menyediakan IKD akan diberi score 0.

3.1.2.2 Ukuran Pemerintah Daerah (Size)

Ukuran pemerintah daerah adalah variabel untuk mengukur

seberapa besar atau kecil sampel pemerintah daerah dan digunakan

sebagai proksi tersedianya informasi pada situs pemerintah daerah.


Laswad et al. (2005) dalam Medina (2012) menggunakan ukuran total

aset pemerintah daerah di Portugal sebagai faktor yang mempengaruhi

ketersediaan Internet Financial Reporting (IFR) pada situs resminya.

Pada penelitian ini variabel ukuran pemerintah daerah dihitung dengan

menggunakan proksi dari besarnya total aset pemerintah daerah.

SIZE = Ln Total Aset

3.1.2.3 Pendapatan Asli Daerah

Data pendapatan asli daerah yang dipergunakan adalah data

pendapatan asli daerah yang terdapat dalam Laporan Realisasi APBD

Kabupaten Lombok Timur dengann data yang dipergunakan adalah data

bulanan. Pendapatan asli daerah didapatkan dari pajak daerah, retribusi

daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain

-lain pendapatan daerah yang sah. Pada penelitian ini variabel

pendapatan asli daerah dihitung dengan menggunakan proksi dari

besarnya total pendapatan asli daerah.

PAD = Total PAD/Total Realisasi Anggaran

3.1.2.4 Leverage

Leverage merupakan proporsi yang mengambarkan besarnya

utang dari pihak eksternal dibandingkan dengan modal sendiri. Dengan

demikian, jika total utang lebih besar dari modal, mengindikasikan

bahwa sumber utama pendanaan entitas adalah dari pihak eksternal.

Penelitian ini menggunakan proksi pembiayaan hutang yang sama

dengan penelitian Laswad et al. (2005) dalam Medina (2012) dimana


rasio pembiayaan hutang diukur dengan menghitung total kewajiban

dengan total ekuitas dana pemerintah daerah.

LEVERAGE = TOTAL KEWAJIBAN/TOTAL EKUITAS

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. penelitian deskriptif

adalah penelitian yang hanya mengggambarkan hubungan antara variabel

dependen dan variabel independent tanpa adanya hubungan sebab akibat dari

kedua varibel tersebut. Sugiyono (2013:35). Penelitian ini bermaksud untuk

menggambarkan hubungan antara variabel ukuran pemerintah daerah,

pendapatan asli daerah, dan leverage terhadap transparansi informasi

keuangan pemerintah pada Situs Resmi Pemeritah Daerah Lombok Timur.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan

untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya Sugiyono (2013:80).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah

desa/kelurahan di kabupaten Lombok Timur yang berjumlah 254

desa/kelurahan.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Lombok Timur 254

Desa/Kelurahan yang belum memiliki website resmi 19

Website Desa/Kelurahan yang tidak bisa diakses 0

Website Desa /Kelurahan yang tidak memiliki menu transparansi 0

Laporan target dan realisasi anggaran/neraca tidak tersedia 0

Jumlah sampel dalam penelitian 239

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. tersebut (Sugiyono, 2013:81). Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik penelitian sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:85). Purposive sampling

digunakan karena informasi yang akan diambil berasal dari sumber

yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pemerintah daerah mempunyai website resmi yang dapat diakses.


b. Website pemerintah daerah memiliki konten terkait transparansi

anggaran.

c. Laporan target dan realisasi anggaran serta neraca keuangan

tersedia pada laman resmi Dirjen Perimbangan Keuangan

Kementerian Keuangan.

Berdasarkan kriteria di atas, dari 254 kabupaten/kota di Indonesia, 19

desa/kelurahan belum memiliki website resmi.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data skunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang telah ada. Sehingga penulis

tidak mengumpulkan data langsung dari obyek yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Laporan Hasil BPK, data statistic BPS dan data yang untuk

data variabel independent. Sedangkan untuk data variabel dependen diperoleh

dari masing-masing situs resmi pemerintah daerah.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Menurut Mulyono (2003) pada Medina (2012), analisis deskriptif dengan

peringkasan dan penyajian seperangkat data dalam bentuk yang dapat dipahami

agar dapat memberikan nilai manfaat. Hasil pengolahan dan penyajian data
tersebut juga dibandingkan untuk membantu memahami pengaruh variabel

independent terhadap variabel dependen. Analisis deskriptif yang disajikan

meliputi nilai rata-rata, standa deviasi, nilai maksimal, nilai minimal, table

frekuensi, dan table uji beda rata-rata.

3.6.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda adalah Teknik analisis yang umum digunakan

untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dependen dengan

beberapa variabel independent (Hairi et al, 2009) dalam (Wilopo, 2017).

Model ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

transparansi informasi keuangan pada situs resmi Pemda. Adapun bentuk

persamaan regresinya sebagai berikut :

IKD=α + β1SIZE + β2PAD + β3LEV + e…

IKD : Informasi Keuangan Daerah

SIZE : Ukuran Pemerintah Daerah

PAD : Pendapatan Asli Daerah

LEV : Leverage

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

1) Multikolinearitas
Adanya multikolinearitas dalam model penelitian dapat diketahui

dengan membaca tabel correlation matrix. Untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas diantara variabel-variabel independen dalam model

penelitian dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antar variabel yang

tidak ada yang melebihi 0.8. Adanya nilai korelasi > 0,8 mengindikasikan

bahwa terdapat multiko diantara variabel independen dalam model.

2) Heteroskedastisitas

Asumsi yang digunakan dalam uji asumsi klasik adalah

homokedastisitas. Homokedastisitas artinya adalah probabilitas terhadap

gangguan dianggap sama untuk seluruh pengamatan atas seluruh variabel

bebas. Heterokedastisitas muncul jika terdapat perbedaan distribusi untuk

seluruh pengamatan dengan varian eror yang berbeda untuk setiap

pengamatan. Gejala homokedastisitas dapat dihindari dengan

menggunakan whiteheterokedasticity.

3) Autokolerasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan

linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu

(data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang

dianalisis merupakan data time series (Gujarati, 2009) dalam (Medina,

2012). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian autokolersi

dikarenakan penelitian ini menggunakan data cross section dalam satu

tahun
3.6.4 Uji Statistik

1) Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

variasi dari nilai variabel terikatnya (dependen) dapat dijelaskan oleh

variasi nilai dari variabel- variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi

berkisar antara 0 hingga 1. Nilai koefisien determinasi yang semakin

mendekati 1 menandakan model penelitian semakin baik yang dapat

dijelaskan oleh variabel bebasnya.

2) Uji F (Uji signifikansi serentak)

Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel bebas secara

bersama- sama mempengaruhi variabel terikat. Uji F dilakukan dengan

membandingkan Prob.(F-stat) dan F-tabel. Jika nilai Prob. (F-stat) lebih

besar dari pada nilai kritis (F- Tabel), maka hipotesis H0 ditolak dan

hipotesis H1 diterima.

3) Uji T (Uji Signifikansi Parsial)

Uji t digunakan untuk melihat secara individual apakah variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependennya dengan

menganggap variabel lain bersifat konstan.Uji t dilakukan dengan

membandingka t-stat dengan t-tabel. Jika nilai t-stat lebih besar dari nilai

kritis (t-tabel), maka hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Uji

signifikansi parsial dapat dilakukan dengan metode lain, yaitu dengan

melihat nilai Prob. pada hasil regresi. Jika nilai Prob < α, maka hipotesis
yang diuji ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa variabel independennya

tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. D. (2020). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Transparansi


Informasi keuangan Via Website (Studi empiris keuangan pada pemerintah
daerah di Jawa Timur periode 2018). Mega Aktiva: Jurnal Ekonomi Dan
Manajemen, 9(2), 132–138.

Dasmaran, V.-, Yulaeli, T.-, & Selfiani, - -. (2018). Pengaruh Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah pada
Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (BPKAD) Pandeglang. Jurnal
Akuntansi Maranatha, 10(2), 5–8. https://doi.org/10.28932/jam.v10i2.1082

Harnovinsah. Sopanah, Ana & Sari, Rida. Perwita. (2020). Isu Kontemporer
Akuntansi Publik. Surabaya : Scopindo Media Pustaka

Mahmud, Amir & Rahmawati, Ria. Aini. (2016). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Transparansi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Accounting Analysis Journal.

Mardiasmo. (2018). Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : CV


Andi Offset.

Medina, F. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resmi Pemerintah Daerah


Di Indonesia. Jurnal Akuntansi.

Ningsih, R. F. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi


Informasi Keuangan Daerah Via Website (Studi Empiris pada Pemerintah
Daerah di Pulau Sumatera Tahun 2015). Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri Padang, 6(2), 1–19.

Sari, N. M. D. P., & Mustanda, I. K. (2019). Pengaruh Ukuran Pemerintah


Daerah, Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,
8(8), 4759. https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i08.p02
Simarmata, Janner. Negara, Edi. Surya. Dkk. (2020). E-Governmen:
Implementasi, Strategi dan Inovasi. Medan : Yayasan Kita Menulis

Wilopo, I. A. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas


&Transparansi Informasi Keuangan Daerah Melalui Website. JESI (Jurnal
Ekonomi Syariah Indonesia), 7(1), 61.
https://doi.org/10.21927/jesi.2017.7(1).61-78

Anda mungkin juga menyukai