Hasan Mukibad
Universitas Negeri Semarang
hasanmukibad@mail.unnes.ac.id
Abstract
This study aims to determine the effect of political competition, human development index and
leverage to the availability and accessibility of regional financial information on local
government website. The population of this study is 542 of local government with purposive
sampling and documentation method. The research sample as many as 51 local government.
Research data analysis using descriptive analysis statistical and multiple regression analysis
with SPSS version 21. The result of this research showed that human development index and
leverage gives effect to regional financial information availability on the first research model.
Beside it, the political competition has not give effect on regional financial information
availability. The second research model result are human development index and leverage
gives effect to regional financial information accessibility. Then, the political competition has
not give effect on accessibility of regional financial information. Based on the research result
can be conclude that influence factors of availability and accessibility of regional financial
information on local government website are human development index and leverage.
Keywords: availability; accessibility; political competition; human development index;
leverage
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetisi politik, indeks pembangunan
manusia, dan leverage terhadap ketersediaan dan keteraksesan informasi keuangan daerah
pada website resmi pemerintah daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pemerintah daerah di Indonesia yang berjumlah 542 dengan menggunakan purposive
sampling dan metode dokumentasi. Sampel penelitian sebanyak 51 pemerintah daerah.
Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi berganda dengan
program SPSS versi 21. Hasil penelitian model penelitian I menunjukkan bahwa indeks
pembangunan manusia dan leverage berpengaruh terhadap ketersediaan informasi keuangan
daerah, sedangkan kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap ketersediaan informasi
keuangan daerah. Hasil model penelitian II adalah indeks pembangunan manusia dan
leverage berpengaruh terhadap keteraksesan informasi keuangan daerah, sedangkan
kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap keteraksesan informasi keuangan daerah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
ketersediaan dan keteraksesan informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah
daerah yaitu indeks pembangunan manusia dan leverage.
Kata Kunci: ketersediaan; keteraksesan; kompetisi politik; indeks pembangunan manusia;
leverage
1. Pendahuluan
Pengelolaan keuangan daerah telah mengalami perubahan sejak diterapkannya otonomi daerah pada
tahun 2001 dengan tujuan untuk menjadikan pemerintah daerah lebih mandiri serta dapat mengatur
pembiayaan dan pengelolaan keuangan daerah dengan baik agar tidak selalu bergantung kepada
pemerintah pusat. Mardiasmo (2009:18) menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang dapat diperankan
oleh pemerintah dalam membentuk good governance yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas
publik, dan value for money. Transparansi menjadi isu dalam pemerintahan di Indonesia. Pemerintah
semakin dituntut untuk meningkatkan transparansi dalam mengungkapkan dan menyajikan berbagai
informasi mengenai anggaran dan keuangan. Perhatian terhadap transparansi dapat dibuktikan dengan
informasi yang mengatur seluruh jajaran pejabat publik menjadi lebih transparan, bertanggungjawab,
188.52/1797/SJ Tahun 2012 tentang peningkatan transparansi pengelolaan anggaran daerah yang
menginstrusikan kepala daerah untuk menyiapkan nama konten dengan nama “Transparansi
Pengelolaan Anggaran Daerah” dalam website resmi pemerintah daerah. Peraturan tersebut belum
dilaksanakan oleh seluruh pemerintah daerah karena sampai akhir tahun 2016 hanya 57,4% dari seluruh
pemerintah daerah di Indonesia yang telah melaksanakan peraturan tersebut. Open Budget Index (OBI)
2015 yang diluncurkan oleh International Budget Partnership (IBP) dan Forum Indonesia untuk
mengalami penurunan nilai dari skor 62 pada tahun 2012 menjadi 59 pada tahun 2015. Laporan
keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Hasil pemeriksaan LKPD tahun 2015 BPK memberikan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada 312 LKPD (58%) yang berarti telah mengalami kenaikan
ditandai dengan proses pertukaran informasi melalui internet. Internet digunakan sebagai bentuk
informasi keuangan daerah oleh pemerintah daerah kepada pihak yang berkepentingan. Penyampaian
informasi keuangan daerah melalui internet (internet financial reporting) merupakan cara yang paling
mudah dan dengan biaya yang efektif bagi lembaga pemerintah daerah untuk menyebarkan dan
menyajikan informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah (Styles dan Tennyson 2007).
karakteristik wilayah Indonesia yang memiliki kondisi geografis yang sangat luas. IFR
namun belum ada regulasi yang mengatur mengenai penggunaan IFR dalam rangka
pemerintah daerah dapat dilihat dari ketersediaan suatu informasi dan kemudahan dalam
daerah melalui internet (IFR) menurut teori institusional dapat dipandang sebagai suatu adopsi
praktik-praktik yang dapat diterima secara sosial dalam rangka memperoleh legitimasi dari
dan pemberantasan korupsi adalah pemerintah mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri
pengelolaan anggaran daerah. Peraturan ini menginstrusikan kepala daerah untuk menyiapkan
nama konten dengan nama “Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah” dalam website resmi
daerah. 42,6% pemerintah daerah belum menyediakan informasi keuangan daerah pada
website resminya. Pemerintah daerah menyediakan link atau menu transparansi sebagai media
penyediaan informasi keuangan daerah. Jumlah pemerintah daerah di Indonesia yang belum
pengelolaan keuangan daerah. Asumsi lain mengenai pemerintah daerah tidak seluruhnya
menyediakan informasi keuangan daerah pada website resminya adalah website pemerintah
hanya sekedar profil statis yang hanya untuk memenuhi kewajiban melakukan keterbukaan
informasi publik sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2008. Website pemerintah daerah diakses
per tanggal 31 Desember 2016 untuk melihat transparansi informasi keuangan daerah
pemerintah daerah belum maksimal. Sofia dan Husen (2013) menjelaskan bahwa rata-rata
indeks tingkat pengungkapan informasi keuangan sangat rendah yaitu 9,9. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia sebagian besar masih belum memasukkan
fitur informasi keuangan dalam websitenya. Rata-rata indeks pengungkapan non keuangan
relatif lebih baik dibandingkan dengan indeks keuangan yaitu 59,1 sehingga dapat disimpulkan
bahwa cukup banyak pemerintah daerah yang sudah memasukkan fitur informasi non
keuangan. Hal tersebut membuktikan bahwa banyak pemerintah daerah yang belum optimal
informasi dalam website yang dianggap aman, sehingga sebagian pemerintah daerah lebih
berminat untuk mempublikasikan informasi yang tergolong non keuangan daripada informasi
keuangan.
Transparansi dan akuntabilitas merupakan konsekuensi dari masalah keagenan. Tidak adanya
transparansi publik akan menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat yaitu timbulnya
penyimpangan sumber daya, ketidakadilan bagi masyarakat, meningkatkan praktik korupsi, dan
dengan melihat skor Corruption Perceptions Indeks (CPI) pada tahun 2013 sebesar 32 menjadi 34 di
tahun 2014. Permasalahan tersebut menjadi gambaran adanya problema politik dan rendahnya
transparansi di Indonesia.
pemerintahan dan mengalokasikan sumber daya yang tersedia untuk kepentingan politik dan
kepentingan masyarakat (Bahrdhan dan Yang 2004). Partai politik dalam pemilukada
mempunyai peran yang sangat besar karena partai politik berhak mengusung calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah untuk para calon yang bukan berasal dari calon perseorangan.
Pernyataan tersebut memberitahukan bahwa partai politik terlibat dalam kompetisi politik
kepala daerah. Dewi dan Aziz (2016) menyebutkan bahwa partai politik yang berpeluang
mengusung calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diduga menjadikan pemilukada
sebagai kesempatan untuk memperoleh sejumlah uang. Hal tersebut diduga sebagai alasan
terjadinya kasus korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah. Jumlah partai politik di Indonesia
pada tahun 2016 sejumlah 73 partai politik. 7 (tujuh) partai politik terbesar dan terkuat di
Indonesia berdasarkan dari hasil perolehan suara masing masing parpol pada pemilu terakhir
tahun 2014 serta jumlah kursi yang didapat di DPR yaitu Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra), Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional
(PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai politik tersebut membuktikan bahwa
mereka memang sangat solid dan memiliki jumlah pengikut/masa yang besar.
Sumber daya manusia yang baik menjadi faktor penerapan good governace. Tata kelola
pembangunannya baik pula. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Setyowati (2016)
beragam keinginan masyarakat yang ingin terpenuhi yang akhirnya akan menimbulkan
berbagai tuntutan yang lebih dari masyarakat kepada pemerintah. Transparansi informasi
keuangan daerah menjadi salah satu tuntutan masyarakat untuk mengetahui kondisi keuangan
Kualitas sumber daya manusia pada suatu daerah dapat dilihat dari indeks
pembangunan manusia pada daerah tersebut. Pemerintah daerah yang memiliki indeks
pemberdayaan dan kualitas sumber daya manusia dan partisipasinya dalam pembangunan yang
tinggi. Teknologi menjadi salah satu perkembangan di dunia pendidikan sebagai akibat adanya
globalisasi. Kualitas sumber daya manusia yang baik akan mudah untuk menyerap
mengenai internet menjadi alasan pemerintah untuk mewajibkan setiap pemerintah daerah
memiliki website resmi. Tantangan baru bagi pemerintah daerah untuk memenuhi tuntutan
masyarakat yaitu penyediaan informasi keuangan daerah pada website resmi sebagai wujud
Kewajiban merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
digunakan oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan masyarakat. Utang daerah dapat
bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan bukan bank, dan masyarakat. Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam
menjamin dana yang dipinjam menggunakan jumlah aset yang dimiliki. Leverage
mengindikasikan sejauhmana dana yang dipinjam digunakan untuk mendanai aset yang
dimiliki oleh pemerintah daerah (Sinaga dan Prabowo 2011). Tingkat leverage yang semakin
kecil, maka semakin besar kemampuan entitas dalam membiayai biaya operasional melaui
dana internalnya dan semakin besar leverage semakin menunjukkan entitas tidak mampu
dalam membiayai biaya operasionalnya sendiri karena membutuhkan dana dari pihak eksternal
(Diani 2016). Berdasarkan teori keagenan, besarnya utang suatu organisasi menjadi suatu
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kompetisi politik,
indeks pembangunan manusia, dan leverage terhadap ketersediaan dan keteraksesan informasi
keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah di Indonesia. Wau (2015) melakukan penelitian
yang menunjukan hasil bahwa kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap ketersediaan maupun
keteraksesan IFR pada website pemerintah daerah. Penelitian lainnya dilakukan Nosihana dan Yaya
(2016) yang memberikan hasil berbeda yaitu kompetisi politik berpengaruh terhadap publikasi laporan
Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori institusional dan teori keagenan. Teori
keagenan menjelaskan adanya asimetri informasi terjadi karena perbedaan informasi antara pemerintah
(agent) dan masyarakat (principal). Diakui atau tidak pada pemerintahan terdapat hubungan dan
masalah keagenan (Halim dan Abdullah 2006). Pemerintah memiliki banyak informasi sehubungan
Praktik pelaporan keuangan pemerintah daerah melalui internet (IFR) menurut teori
institusional dapat dipandang sebagai suatu adopsi praktik-praktik yang dapat diterima secara sosial
dalam rangka memperoleh legitimasi dari konstitusionalnya, sehingga pemerintah daerah mempunyai
komitmen dan kemampuan pengelolaan keuangan yang baik (DiMaggio dan Powell 1983). Cara untuk
memfasilitasi terciptanya transparansi informasi keuangan daerah yaitu menyediakan LKPD dan APBD
serta memberikan kemudahan akses informasi keuangan bagi pihak yang berkepentingan. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah. APBD menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan
efektivitas pemerintah daerah (Noviyanti dan Kiswanto 2016). Bertot (2010) menyebutkan bahwa
dengan kemudahan mendapatkan informasi seperti publikasi LKPD melalui internet, maka dapat
Pemilukada merupakan suatu bentuk kompetisi politik di tengah masyarakat. Kompetisi politik
mengalokasikan sumber daya yang tersedia untuk kepentingan politik dan kepentingan masyarakat
(Bahrdhan dan Yang 2004 dalam Nairobi 2014). Partai politik dalam pemilukada mempunyai peran
yang sangat besar, karena partai politik berhak mengusung calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
untuk para calon yang bukan berasal dari calon perseorangan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
pribadi dan partai politik, sehingga memunculkan terjadinya asimetri informasi. Teori institusional juga
menyatakan bahwa entitas yang memiliki kompetisi politik yang besar akan semakin publicly visible
dan mendapatkan tekanan yang lebih besar dalam menyediakan informasi keuangan daerah pada
Peningkatan kompetisi politik akan memunculkan pengawasan dari pihak lain dan masyarakat
dalam memantau pejabat yang kadang lupa dengan janji-janji yang dibuatnya pada saat pemilu dulu
(Nosihana dan Yahya 2016). Tingkat kompetisi politik yang tinggi maka akan mendorong pemerintah
daerah untuk menyediakan informasi keuangan daerah pada website resminya, sehingga dapat
memenuhi kepentingan berbagai pihak. Tingkat kompetisi politik yang tinggi diharapkan akan
meningkatkan keteraksesan informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah.
Pemerintah daerah yang memiliki kompetisi politik tinggi akan mempunyai insentif yang lebih kuat
untuk meningkatkan reputasi dan public image mereka melalui penyediaan informasi keuangan daerah
dan pemberian kemudahan dalam mengakses informasi keuangan daerah pada website resminya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1a : Kompetisi politik berpengaruh terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah pada
H1b : Kompetisi politik berpengaruh terhadap keteraksesan informasi keuangan daerah pada
Sumber daya manusia yang baik menjadi faktor penerapan good governace. Kualitas sumber
daya manusia pada suatu daerah dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia pada daerah tersebut.
Indeks pembangunan manusia merupakan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan
pembangunan manusia secara terukur dan representatif. Pengukuran capaian pembangunan manusia
berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup pada suatu daerah dapat dilihat dari IPM daerah
tersebut.
masyarakat (Setyowati 2016). Semakin tinggi pembangunan masyarakat, maka kualitas sumber daya
manusia juga semakin baik sehingga keinginan masyarakat untuk memiliki informasi yang lebih luas
mengenai pengelolaan anggaran daerah juga akan semakin meningkat. Pemenuhan tuntutan tersebut
dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dengan cara menyediakan informasi keuangan daerah yang
lebih lengkap dan memberikan kemudahan akses terhadap informasi yang disediakan dalam website
resmi agar masyarakat memandang bahwa pengelolaan pemerintahannya berjalan dengan baik. Nilai
IPM yang tinggi akan meningkatkan pemerintah daerah dalam penyediaan informasi dan kemudahan
Styles dan Tennyson (2007) mengungkapkan bahwa internet adalah media yang mudah
dijangkau oleh masyarakat dan sarana yang efektif bagi pemerintah untuk mempublikasikan informasi
keuangannya secara online. Kualitas sumber daya manusia yang baik akan mudah untuk menyerap
perkembangan teknologi seperti penggunaan internet. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Setyowati
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Kewajiban merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Utang digunakan oleh pemerintah
untuk membiayai kegiatan masyarakat. Leverage mengindikasikan sejauh mana dana yang dipinjam
digunakan untuk mendanai aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah (Sinaga dan Prabowo 2011).
Tingkat leverage yang semakin kecil, maka semakin besar kemampuan entitas dalam membiayai biaya
operasional melaui dana internalnya dan semakin besar leverage semakin menunjukkan entitas tidak
mampu dalam membiayai biaya operasionalnya sendiri karena membutuhkan dana dari pihak eksternal
(Diani 2016).
pemerintah saat ini akan memberikan dampak pada kemampuan pemerintah dalam memberikan
pelayanan dan program terpadu bagi masyarakat dimasa mendatang. Utang yang digunakan untuk
membiayai kegiatan masyarakat menyediakan insentif bagi kepala daerah untuk mengurangi biaya
utang (Zimmerman 1977 dalam Laswad dkk. 2005). Pemerintah daerah tidak ingin menjadi sorotan
perhatian para pemberi pinjaman (Sinaga dan Prabowo 2011). Justifikasi atas pengaruh leverage
terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah diberikan oleh
teori keagenan yang menyatakan bahwa besarnya hutang menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
Teori keagenan menjelaskan informasi yang dimiliki oleh pemerintah lebih banyak termasuk
informasi mengenai besarnya hutang pemerintah daerah. Pemerintah lebih berhati-hati dalam
menyediakan informasi mengenai hutang yang dimiliki karena tidak ingin kinerjanya dinilai buruk.
Penjelasan tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi nilai leverage pemerintah daerah, maka
semakin rendah pemerintah daerah dalam menyediakan informasi keuangan daerah dan memberikan
kemudahan akses informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H3a : Leverage berpengaruh terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah pada website resmi
pemerintah daerah.
H3b : Leverage berpengaruh terhadap keteraksesan informasi keuangan daerah pada website resmi
pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran
H1b Ketersediaan
Informasi
Indeks H2a Keuangan Daerah
Pembangunan
Manusia
H2b
Keteraksesan
H3a Informasi
Keuangan
Daerah
Leverage
H3b
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian hypothesis testing
study, untuk menguji pengaruh antar variabel yang dihipotesiskan dalam penelitian. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah baik pemerintah provinsi, pemerintah
kota, dan pemerintah kabupaten di Indonesia yaitu sejumlah 542 pemerintah daerah. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki semua kriteria-kriteria tertentu berdasarkan
ketersediaan data-data pendukung variabel independen dan variabel dependen penelitian. pemerintah
Sampel akhir yang digunakan pada penelitian ini dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu
sebanyak 51
Tabel 4 menyajikan ukuran atau skor untuk melihat ketersrdiaan infomasi keuangan daerah
Skor Syarat
+1 Jika website resmi pemerintah daerah muncul pada halaman pertama pencarian google
dengan mengetik nama pemerintah daerah
+1 Jika hanya diperlukan satu kali klik untuk melihat IKD dalam website pemerintah daerah
+1 Jika data informasi keuangan daerah dapat diunduh
+1 Jika terdapat informasi keuangan daerah tahun sebelumnya dalam website pemerintah
daerah
+1 Jika terdapat link transparansi data informasi keuangan daerah (LKPD/APBD)
+8 Jika terdapat komponen LKPD (Neraca, LPE, LO, LRA, LPSE, LAK, CALK) dan APBD
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data laporan
keuangan pemerintah daerah yang tersedia dalam website resmi pemerintah daerah di Indonesia, data
indeks pembangunan manusia diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), data jumlah partai politik
diperoleh dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) serta Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, dan leverage
diperoleh dari neraca pemerintah daerah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan SPSS versi 21 pada tingkat signifikansi 5%
(0,05). Penelitian ini juga menggunakan uji asumsi klasik sebelum melakukan uji hipotesis.
4. Hasil
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear
berganda. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji
multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi persyaratan semua uji
asumsi klasik. Penelitian ini tidak melakukan uji autokorelasi karena menggunakan data cross section,
Model B t Sig.
(Constant) -.630 -.191 .850
POLCOMP -.037 -.391 .697
IPM .100 2.166 .035
LEV -40.460 -2.098 .041
variabel ketersediaan informasi keuangan daerah, yaitu variabel indeks pembangunan manusia (X2)
dan leverage (X3), sedangkan variabel kompetisi politik (X1) tidak berpengaruh terhadap variabel
ketersediaan informasi keuangan daerah. Diantara kedua variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel ketersediaan informasi keuangan daerah dapat diketahui bahwa variabel indeks
pembangunan manusia memiliki pengaruh sebesar 0,288 atau 28,8% dan variabel leverage memiliki
variabel keteraksesan informasi keuangan daerah, yaitu variabel indeks pembangunan manusia (X2)
dan leverage (X3), sedangkan variabel kompetisi politik (X1) tidak berpengaruh terhadap variabel
keteraksesan informasi keuangan daerah. Diantara kedua variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel keteraksesan informasi keuangan daerah dapat diketahui bahwa variabel indeks
pembangunan manusia memiliki pengaruh sebesar 0,285 atau 28,5% dan variabel leverage memiliki
Kompetisi Politik terhadap Ketersediaan Informasi Keuangan Daerah pada Website Resmi
Pemerintah Daerah
keuangan daerah. Kompetisi politik adalah suatu kompetisi yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
kekuasaan sehingga dapat mengendalikan sumber daya yang tersedia baik untuk kepentingan politik
maupun kepentingan masyarakat. Tujuan kompetisi politik pada suatu daerah yaitu untuk mendapatkan
suara terbanyak dalam pemilukada sehingga dapat memenangkan kompetisi tersebut dan menjadi
kepala daerah.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pemerintah kurang termotivasi untuk menyediakan
informasi keuangan daerah karena rendahnya tuntutan dari pihak lain. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Wau dan Ratmono (2015), yang menunjukkan bahwa kompetisi politik tidak
berpengaruh terhadap ketersediaan Internet Financial Reporting (IFR) oleh pemerintah daerah.
Kompetisi politik tidak memiliki pengaruh terhadap intensi pemerintah dalam menyediakan informasi
keuangan melalui internet sebagai cost effective. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
Nosihana dan Yaya (2016) yang menyatakan bahwa kompetisi politik berpengaruh terhadap publikasi
Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka
sendiri. Banyaknya jumlah partai politik yang mengusung kepala daerah menyebabkan meningkatnya
biaya yang dikeluarkan oleh kepala daerah tersebut. Partai politik juga menuntut agar kepala daerah
dapat memenuhi kepentingan partai politik tersebut sehingga terkadang mengabaikan kepentingan
publik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa semakin
tingginya tingkat kompetisi politik maka semakin tinggi pula motivasi kepala daerah dan pejabat
pemerintah daerah untuk menyediakan informasi keuangan daerah berupa laporan keuangan pemerintah
daerah serta anggaran pendapatan dan belanja daerah pada website resminya.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa banyaknya jumlah partai politik yang mengusung
kepala daerah pada saat pemilukada tidak mempengaruhi motivasi maupun kebijakan kepala daerah
dan pejabat pemerintah daerah dalam menyediakan informasi keuangan daerah pada website resminya.
Tingkat ketersediaan informasi keuangan daerah pada website resmi antara pemerintah daerah yang
kepala daerahnya diusung oleh banyak koalisi partai politik sama dengan tingkat ketersediaan informasi
keuangan daerah pada website resmi pada pemerintah daerah yang kepala daerahnya hanya diusung
oleh sedikit koalisi partai politik. Indikasi yang menjadi penyebab tidak berpengaruhnya kompetisi
politik terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah adalah kompetisi politik yang rendah
menunjukkan koalisi partai politik yang mengusung kepala daerah pada saat pemilukada juga rendah.
Data penelitian menunjukkan bahwa partai politik yang berkoalisi untuk mengusung kepala daerah pada
saat pemilukada sebagian besar dilakukan oleh partai politik yang dominan, sehingga kompetisi politik
Kompetisi Politik terhadap Keteraksesan Informasi Keuangan Daerah pada Website Resmi
Pemerintah Daerah
keuangan daerah. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa banyaknya partai politik pendukung kepala
daerah pada saat pemilukada belum tentu memberikan motivasi pemerintah daerah untuk memberikan
akses yang mudah kepada masyarakat dalam memperoleh informasi keuangan daerah pada website
resmi pemerintah daerah. Kompetisi politik yang rendah menunjukkan bahwa persaingan politik di
Indonesia tidak cukup kompetitif. Koalisi partai politik yang mengusung kepala daerah masih dilakukan
oleh partai politik yang dominan saja, sehingga hanya beberapa partai politik yang melakukan koalisi
dengan partai politik lainnya. Partai politik lainnya yang belum menjadi partai politik besar masih
enggan untuk berkoalisi dengan partai politik lainnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wau
dan Ratmono (2015) yang menunjukkan bahwa kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa pemerintah daerah
semakin meningkatkan kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi keuangan daerah apabila
tingkat kompetisi politik juga semakin tinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa kompetisi politik tidak
mempengaruhi motivasi dan kebijakan kepala daerah maupun pejabat pemerintah dalam memberikan
kemudahan masyarakat maupun pihak yang berkepentingan untuk mengakses LKPD dan APBD.
Hal yang dimungkinkan menjadi indikasi penyebab tidak berpengaruhnya kompetisi politik
terhadap keteraksesan informasi keuangan daerah adalah masih kurang maksimalnya kompetisi politik
yang telah diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal ini diketahui dari jumlah partai politik yang
melakukan koalisi untuk mengusung calon kepala daerah pada saat pemilukada masih sedikit. Keadaan
kompetisi politik yang lemah menyebabkan pemerintah daerah tidak termotivasi untuk memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi keuangan daerah sebagai bentuk tanggung jawab dan
keuangan daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur kualitas sumber daya manusia yang
dilihat dari komponen dasar kualitas hidup. Nilai indeks pembangunan manusia yang tinggi
menunjukkan kualitas sumber daya manusianya tinggi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi nilai indeks pembangunan manusia maka semakin tinggi pemerintah dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2016) yang
keuangan pemerintah daerah. Semakin tinggi pembangunan masyarakat akan menimbulkan tuntutan
keuangan yang lebih rinci sebagai perwujudan bahwa pemerintah daerah juga memperhatikan tuntutan
Hal ini sesuai dengan teori institusional yaitu pemerintah daerah dituntut oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah lain, masyarakat, dan pihak lain yang berkepentingan agar menyediakan informasi
keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah. Masyarakat berkeinginan agar pemerintah
daerah dapat memenuhi kepentingan masyarakat umum. Masyarakat semakin sadar untuk
melaksanakan perannya kepada pemerintah yang salah satunya adalah mengawasi jalannya
pemerintahan. Tingkat kesadaran masyarakat tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumber daya
keuangan daerah. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai indeks pembangunan manusia
pada suatu daerah maka semakin tinggi pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan akses
informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sandhani (2014) yang menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia
memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela dalam website
pemerintah daerah di Indonesia. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Liqoana (2016) yang
berpendapat bahwa tidak terdapat hubungan antara indeks pembangunan manusia dengan
Teori keagenan menjelaskan bahwa kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan
mengakibatkan masyarakat semakin menyadari bahwa mereka memiliki peran pada pemerintah daerah
sehingga akan menuntut agar pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat
informasi keuangan daerah membuktikan adanya pemenuhan kepentingan masyarakat yang dilakukan
oleh pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan teori institusional yang menyatakan bahwa pemerintah
daerah memberikan kemudahan akses informasi keuangan daerah pada website resminya sebagai bukti
bahwa mereka juga memperhatikan kepentingan masyarakat agar dapat memperoleh informasi
Peningkatan transparansi informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah
dapat didukung dengan kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi keuangan daerah tersebut.
Masyarakat menuntut pemerintah daerah tidak hanya menyediakan informasi keuangan daerah pada
website resminya tetapi juga memperhatikan kemudahan dalam mengaksesnya. Tuntutan dari
masyarakat tersebut menjadikan pemerintah daerah semakin kreatif dalam mengelola informasi
keuangan melalui website, sehingga pemerintah daerah semakin terdorong untuk memperbaiki website
Leverage terhadap Ketersediaan Informasi Keuangan Daerah pada Website Resmi Pemerintah
Daerah
Rasio pembiayaan utang (leverage) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
rendah nilai leverage pemerintah daerah maka pemerintah daerah semakin meningkatkan ketersediaan
informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan teori keagenan
yaitu pemerintah akan semakin meningkatkan ketersediaan informasi keuangan daerah apabila nilai
leverage rendah. Pemerintah daerah yang memiliki nilai leverage tinggi cenderung enggan untuk
mempublikasikan informasi keuangan daerah karena masyarakat akan memberikan persepsi bahwa
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk.
(2013) yang menemukan bukti bahwa rasio pembiayaan utang (leverage) berpengaruh terhadap
pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Medina (2012), Hudoyo dan Mahmud (2014) yang menyatakan bahwa rasio pembiayaan
utang (leverage) tidak berpengaruh terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah pada situs resmi
pemerintah daerah.
Pemerintah daerah yang memiliki tingkat rasio pembiayaan utang (leverage) yang rendahlah
yang lebih cenderung melakukan internet financial reporting. Pemerintah daerah yang memiliki tingkat
rasio pembiayaan utang (leverage) yang tinggi akan cenderung untuk tidak mempublikasikan informasi
keuangannya dengan tujuan mengurangi sorotan dari kreditur yang menunjukan bahwa pemerintah
Leverage terhadap Keteraksesan Informasi Keuangan Daerah pada Website Resmi Pemerintah
Daerah
Rasio pembiyaan utang (leverage) pemerintah daerah di Indonesia sudah baik karena pemerintah daerah
dalam membiayai kegiatannya tidak bergantung pada dana yang berasal dari utang baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga bukan bank, maupun masyarakat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Medina (2012) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh negatif terhadap aksesibilitas informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.
Penggunaan utang yang lebih tinggi sebagai sumber pembiayaan daerah akan menunjukkan bahwa
kinerja pemerintah daerah yang rendah. Pemerintah daerah yang memiliki rasio pembiayaan utang yang
tinggi cenderung membatasi akses pengguna ke informasi keuangannya. Pembatasan akses tersebut
akan memberikan dampak bahwa pemerintah daerah kurang transparan atas informasi-informasi yang
dimilikinya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Laswad et al. (2005) dan Ratmono
(2013) yang menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat keteraksesan Internet
Financial Reporting (IFR). Pemerintah daerah dengan rasio pembiayaan utang (leverage) yang tinggi
dianggap memiliki kinerja yang buruk, akibatnya pemerintah daerah cenderung mengambil keputusan
transparansi informasi keuangan daerah dengan cara memberikan akses yang mudah dalam
memperoleh informasi keuangan daerah kepada masyarakat (principal) dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya asimetri informasi terkait dana yang dipinjam oleh pemerintah daerah maupun
kemampuan pemerintah daerah melunasi kewajiban tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
institusional yang menyatakan bahwa leverage yang sangat rendah akan semakin meningkatkan
keteraksesan informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah. Hal ini berarti
pemerintah daerah yang memiliki tingkat leverage rendah akan memberikan perhatian yang lebih baik
dibandingkan pemerintah daerah yang memiliki nilai leverage tinggi. Pemerintah daerah melakukan hal
tersebut dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa kinerja pemerintahan daerah sudah baik.
Hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian menjelaskan bahwa kompetisi politik
tidak berpengaruh terhadap ketersediaan informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah
daerah. Indeks pembangunan manusia dan leverage berpengaruh terhadap ketersediaan informasi
keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah. Kompetisi politik tidak berpengaruh terhadap
keteraksesan informasi keuangan daerah pada website resmi pemerintah daerah. Indeks pembangunan
manusia dan leverage berpengaruh terhadap keteraksesan informasi keuangan daerah pada website
Saran dalam penelitian ini bagi pihak pemerintah daerah adalah menyediakan informasi
keuangan daerah yang lebih lengkap dan menyediakan berbagai konten yang telah ditentukan oleh
pemerintah pusat sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi tersebut.
Pemerintah pusat diharapkan memaksimalkan kegiatan monitoring terhadap website resmi pemerintah
daerah. Penulis selanjutnya diharapkan agar menambah periode penelitian sehingga dapat menambah
unit analisis agar dapat membandingkan tingkat ketersediaan dan keteraksesan informasi keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Afryansyah, R. D. dan Haryanto. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Akuntansi
Di Internet oleh Pemerintah Daerah. Journal of Accounting, 2(3),1-11.
Bertot, J. C., Jaeger, P. T., dan Grimes, J. M. 2010. Using ICTs to Create A Culture of Transparency: E-
Government and Social Media as Openness and Anti-Corruption Tools for Societies, Government
Information Quarterly, 27, 264–271.
Diani, R. P. 2016. Analisis Determinan Pelaporan Keuangan Di Internet oleh Pemerintah Daerah Di Indonesia.
Skripsi. Program Studi Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
DiMaggio, P. J. dan Powell, W. 1983. The Iron Cage Revisited: Institutional Isomorphism and Collective
Rationality in Organizational Fields. American Sociological Review, 18(2), 147-160.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hudoyo, Y. T. dan Mahmud, A. 2014. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Laporan Keuangan
Daerah Di Internet oleh Pemerintah Daerah. Accounting Analysis Journal, 3(4), 485-492.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 188.52/1797/SJ Tahun 2012 Tentang Peningkatan
Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah.
Jensen, Michael C. dan Meckling, William H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership Structure. Journal of Financial Economic. Volume 3 No. 4 Hal 305-360.
Laswad, F., Fisher, R., dan Oyelere, P. 2005. Determinants of Voluntary Internet Financial Reporting by Local
Government Authorities. Journal of Accounting and Public Policy, 24(2), 101-121.
Liqoana, M. A. 2016. Pengaruh Karakteristik Daerah terhadap Pengungkapan Sukarela dalam Website Pemda Di
Indonesia (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota Di Indonesia. Skripsi. Program Studi Akuntansi Universitas
Sebelas Maret.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Medina, F. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi
Pemerintah Daerah Di Indonesia. Skripsi. Program Ekstensi Akuntansi Universitas Indonesia.
Mustofa, A. I. 2012. Pengaruh Penyajian Dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Pemalang, Accounting Analysis Journal, 1(1), 1-6.
Nairobi. 2014. Kompetisi Politik Lokal di Indonesia: Studi dalam Perspektif Ekonomi. Disertasi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Nosihana, A. dan Yaya, R. 2016. Internet Financial Reporting dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pada
Pemerintah Kota dan Kabupaten Di Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 3(2), 89-104.
Noviyanti, N. A. dan Kiswanto. 2016. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Temuan Audit BPK terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Accounting Analysis Journal, 5(1), 1-10.
Rahman, A., Sutaryo, dan Budiatmanto, A. 2013. Determinan Internet Financial Local Government Reporting di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado, 1(26), 1299-1323.
Ramadhani, Y., Taufik, T., dan Anggraini, L. 2015. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan
Aksesibilitas Terhadap Penggunaan Informasi Keuangan Daerah. JOM FEKON, 1(2), 1-15.
Ratmono, D. 2013. Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Internet: Pengujian Teori Institusional dan
Keagenan. Media Ilmiah Akuntansi, 1(2), 28-48.
Sandhani, N. A. 2014. Karakteristik Pemerintah Daerah dan Tingkat pengungkapan Informasi Secara Sukarela
dalam Website Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Indonesia (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota Di Indonesia. Skripsi. Program Studi Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
Saputra, W. A. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Skripsi. Program Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Diponegoro.
Setyowati, L. 2016. Determinan yang Mempengaruhi Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Jurnal Bisnis dan Manajemen, 6(1), 45-62.
Sinaga, Y. F. dan Prabowo, T. J. W. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan di
Internet Secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah. Jurnal Universitas Diponegoro (Online).
http://eprints.undip.ac.id/. (diunduh tanggal 4 Agustus 2016).
Sofia, A. dan Husen, B. 2013. Analisis Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah Melalui Pengungkapan
Informasi pada Website. Jurnal Manajemen Indonesia, 12(4), 297-308.
Styles, A. dan Tennyson, M. 2007. The Accessibility of Financial Reporting U.S. Municipalities on The Internet.
Journal of Public Budgeting, Accounting, and Financial Management, 19(1), 56-92.
Surastiani, D. P. and Handayani, B. D. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Dinamika Akuntansi, 7(2), 139-149.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Wahyudin, A. 2015. Metode Penelitian Bisnis dan Pendidikan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Negeri
Semarang.
Wau, I. dan Ratmono. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Keteraksesan Internet
Financial Reporting oleh Pemerintah Daerah. Journal of Accounting, 4(4), 1-12.