Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125


Konferensi Internasional tentang Administrasi Publik, Kebijakan dan Tata Kelola (ICPAPG 2019)

Pengaruh Sistem Informasi Keuangan Daerah terhadap Pemerintah Daerah Sarolangun


Transparansi Keuangan dan Akuntabilitas Laporan Keuangan

Siti Aminah1, Nyimas Dian Maisyarah2(*), Al Parok3


1Universitas Jambi, Jambi, Indonesia
2Universitas Jambi, Jambi, Indonesia
3Universitas Jambi, Jambi, Indonesia

(*) - (email) nyi masdianmaisyarah@gmail.com

Abstrak
Pemerintah dalam merumuskan kebijakan penyaluran Dana Perimbangan, mengevaluasi
kinerja keuangan daerah, menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
dan memenuhi kebutuhan lainnya, seperti statistik keuangan negara, sarana yang
diperlukan untuk validasi, pengumpulan, pengolahan, analisis data, dan memberikan
informasi keuangan daerah kepada pengguna, SIKD sangat dibutuhkan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh sistem informasi keuangan daerah terhadap
transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan di Kabupaten Sarolangun. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif, pengumpulan
data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang diukur dengan menggunakan
skala likert. Penelitian ini dilakukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Sarolangun. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Pemerintah Kabupaten
Sarolangun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Sampel yang digunakan adalah satu orang pegawai di bagian keuangan 34
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didasarkan
pada kuesioner dan selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan uji statistik
deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji analisis regresi berganda, dan uji
hipotesis. Uji normalitas yang digunakan adalah uji kompatibilitas Kolgomorov-Smirnov.
Hasil penelitian menyatakan bahwa: Pertama, variabel sistem informasi keuangan
daerah (X) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi
laporan keuangan pemerintah daerah (Y1). Kedua,

Kata kunci: sistem informasi keuangan daerah, transparansi dan akuntabilitas keuangan
pernyataan

pengantar
Perkembangan teknologi informasi saat ini menuntut pemerintah untuk turut serta memberikan kemudahan bagi
masyarakat atau pengguna untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan pemerintahan. Kebijakan pemerintah dalam
penyaluran Dana Perimbangan, evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan RAPBN dan pemenuhan kebutuhan
lainnya, seperti statistik keuangan negara, memerlukan sarana untuk menghimpun, memvalidasi, mengolah,
menganalisis data, dan menyediakan pembiayaan. informasi daerah, fasilitasnya adalah sistem informasi keuangan
daerah.

Peraturan perundang-undangan tentang otonomi daerah dan pelaporan keuangan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004,
nd) tentang pemerintah daerah menyebutkan bahwa pembangunan otonomi di daerah dilakukan
oleh memperhatikan asas demokrasi, partisipasi masyarakat, keadilan, memperhatikan potensi dan
keragaman masyarakat lokal dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (UU Nomor 33 Tahun 2004,
2004) tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Neraca
keuangan tersedia dalam bentuk DBH, DAU dan DAK.

Copyright © 2020 Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press SARL.


Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah lisensi CC BY-NC 4.0 -http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/. 35
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

Otonomi daerah merupakan awal dari reformasi kebijakan pemerintah pusat di beberapa bidang menjadi
kebijakan daerah termasuk kebijakan pengelolaan keuangan. Sebagai bagian dari penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, perlu ditingkatkan penggunaan prinsip transparansi dan akuntabilitas di daerah,
dengan menerapkan 3 mekanisme pengelolaan pemerintah daerah: (1) Menciptakan kerjasama pemberdayaan
masyarakat, mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat, (2) mekanisme kontrol dan perbaikan aturan
internal, dan (3) Menciptakan situasi kompetitif dalam memberikan perlakuan terbaik kepada publik dan layanan
pasar. (Mardiasmo, 2002).

Nilai informasi dalam laporan keuangan yang digunakan untuk perencanaan, pemantauan,
pengendalian dan pengambilan keputusan perlu diperhatikan oleh pemerintah. Informasi akuntansi yang
dimuat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus memiliki karakteristik kualitatif yang
diperlukan. Suatu entitas dalam pemerintahan daerah memiliki volume transaksi yang kompleks dan besar.
Penggunaan teknologi informasi yang tepat akan sangat memudahkan pemerintah dalam mengolah data
transaksi keuangan dan penyajian laporan keuangan pemerintah sehingga nilai informasi dalam laporan
keuangan tidak hilang (Winidyaningrum, Celvina, 2010). Rendahnya kualitas informasi laporan keuangan
disebabkan oleh sistem informasi akuntansi keuangan yang belum diterapkan secara optimal.

Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (SIKD) disebutkan bahwa untuk memperlancar terselenggaranya proses pembangunan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip good governance, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan keuangan daerah, dan penyaluran informasi keuangan daerah kepada pelayanan
publik.

Informasi keuangan di Kabupaten Sarolangun masih belum sepenuhnya sesuai dengan PP No 65


Tahun 2010, yaitu penyaluran informasi keuangan ke wilayah pelayanan publik. Informasi yang
diberikan harus berkesinambungan dan berkesinambungan, sehingga masyarakat dapat diberi
kesempatan penuh untuk mempelajari dan menganalisis anggaran yang ditetapkan dan bagaimana
posisi keuangan daerah pada setiap periode pelaporan (setiap tahun). Pemerintah memiliki tanggung
jawab kepada masyarakat karena dana yang digunakan dalam memberikan pelayanan berasal dari
masyarakat baik secara langsung (dana dari pengelolaan potensi keuangan daerah sendiri), maupun
tidak langsung (dana perimbangan). Pola pertanggungjawaban pemerintah daerah saat ini lebih
bersifat horizontal dimana pemerintah daerah bertanggung jawab kepada DPRD dan kepada
masyarakat luas. Namun,

Penelitian tentang transparansi dan akuntabilitas telah dilakukan di berbagai daerah dengan hasil yang berbeda-
beda. Dalam studi yang dilakukan oleh (Zetra, 2009) menunjukkan budaya kerja yang transparan dan akuntabel yang
belum mengakar (masih banyak kekhawatiran dan keengganan aparat dalam membuka informasi kepada publik), belum
adanya regulasi yang mendukung transparansi dan akuntabilitas, serta terbatasnya jumlah dan kemampuan sumber
daya manusia dalam menyusun dan menyampaikan laporan keuangan sesuai standar akuntansi pemerintahan menjadi
kendala dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh (Ni Putu Sri Mahayuni., 2017) menyatakan bahwa variabel pemanfaatan sistem informasi akuntansi
keuangan daerah (X1) dan pengawasan keuangan daerah (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
transparansi pelaporan keuangan daerah (Y1) dan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
transparansi pelaporan keuangan daerah (Y1) dan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
transparansi pelaporan keuangan daerah. akuntabilitas pemerintah (Y2). Dari permasalahan di atas peneliti tertarik
untuk mengkaji kembali pengaruh sistem informasi keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan
keuangan di kabupaten Sarolangun.

Rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Apakah sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi laporan keuangan pemerintah daerah, (2) Apakah sistem informasi keuangan daerah berpengaruh

36
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

mempengaruhi akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
apakah sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan
keuangan kabupaten sarolangun. Manfaat penelitian, (1) Memperkaya pandangan ilmiah dan menambah
pengetahuan serta bagi peneliti di bidang sistem informasi keuangan daerah. (2) Diharapkan hasil masukan bagi
setiap kepala SKPD Kabupaten Sarolangun dalam merumuskan kebijakan di masa yang akan datang, sehingga
apa yang diamanatkan oleh peraturan pemerintah tentang transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai.

Tinjauan Literatur
Sistem Informasi Keuangan Daerah (IKD) yaitu sistem yang digunakan untuk merumuskan kebijakan dalam
penyaluran Dana Perimbangan, evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN) dan memenuhi kebutuhan lainnya, seperti statistik keuangan negara. , diperlukan sarana untuk
mengumpulkan, memvalidasi, mengolah, menganalisis data, dan menyediakan informasi keuangan daerah (PP Nomor
56 Tahun 2005).

IKD adalah segala informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan IKD (PP RI No. 56 Tahun 2005: Pasal 1 ayat 16). Informasi Keuangan Daerah (IKD) yang
disampaikan harus memenuhi prinsip – prinsip akurat, relevan, dan akuntabel (Peraturan Pemerintah No.
56/2005: Pasal 3). Penyampaian Informasi Keuangan Daerah (IKD) dilakukan secara berkala melalui dokumen
tertulis dan media lainnya (PP RI Nomor 56 Tahun 2005: Pasal 6).

Menurut (Bastian, 2006), Sistem Informasi Keuangan Daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari
proses identifikasi, pencatatan, pengelompokan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan
APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Sedangkan menurut (M.,
2013) sistem informasi keuangan daerah adalah suatu aplikasi yang dirancang untuk menangani
pengelolaan arsip dinamis dalam instansi atau lembaga.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Keuangan Daerah atau
disingkat SIKD merupakan aplikasi terintegrasi yang digunakan sebagai sarana bagi pemerintah daerah
untuk meningkatkan efektivitas berbagai perubahan pengelolaan keuangan daerah.

Salah satu elemen utama dalam pelaporan keuangan pemerintah adalah transparansi. Transparansi adalah
keterbukaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan pemerintahan untuk hal-hal yang bersifat material
secara berkala kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut (Mardiasmo, 2002) Transparansi adalah keterbukaan
pemerintah dalam membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah agar dapat diketahui dan diawasi oleh
DPRD dan masyarakat. (Nordiawan, 2007) menyatakan bahwa transparansi adalah penyampaian informasi keuangan
yang terbuka dan benar kepada masyarakat berdasarkan bahwa masyarakat berhak untuk secara terbuka dan
komprehensif mengakui tanggung jawab dalam mengelola sumber daya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Transparansi ada atas dasar kebebasan informasi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat
umum yang dapat diperoleh secara langsung bagi mereka yang memiliki kepentingan. Dari uraian
tersebut dapat diketahui bahwa transparansi dalam suatu negara dapat tercipta jika sistem
pemerintahan negara tersebut memberikan kebebasan kepada masyarakatnya untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. (Mardiasmo, 2002) dan (Saputra & Fernando, 2017)
menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban atas berhasil tidaknya pelaksanaan misi organisasi
guna memperoleh tujuan dan hasil yang telah ditentukan, melalui sarana pertanggungjawaban yang
dilakukan secara berkala. Menurut (Mahmudi, 2010) akuntabilitas adalah realisasi kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kegagalan dan keberhasilan penyelenggaraan
organisasi.

37
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

metode
Otonomi daerah memberikan kesempatan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur daerahnya
sendiri termasuk mengatur keuangan daerah. Daerah juga wajib membuat laporan keuangan daerah sebagai
tanggung jawab pemerintah daerah kepada masyarakat, untuk membuat laporan keuangan suatu sistem yang
dirasa cukup untuk memberikan informasi kepada masyarakat sangat dibutuhkan.

Sistem akuntansi keuangan daerah yang merupakan langkah penyampaian informasi mulai dari
identifikasi data hingga pelaporan keuangan berupa neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas
dan CaLK dalam rangka pertanggungjawaban APBD baik secara manual maupun menggunakan aplikasi
komputer. Sistem akuntansi sebelum otonomi daerah yang dikenal dengan Buku Pedoman Keuangan
Daerah (MAKUDA) dinilai belum cukup memberikan informasi kepada masyarakat karena hanya memuat
informasi kas yang terdiri dari laporan kas masuk dan kas keluar serta saldo kas.

Menanggapi hal tersebut pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
(Kepmen, 2002) yang kemudian direvisi oleh (Dalam Negeri, 2006) tentang pengelolaan keuangan daerah yang
juga mengatur tentang sistem akuntansi yang harus diterapkan oleh pemerintah daerah. SAKD diharapkan
mampu menghasilkan bentuk laporan keuangan yang memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Pada kenyataannya SAKD belum dapat memenuhi prinsip akuntabilitas dan transparansi. Hal ini dikarenakan
sumber daya manusia yang berlatar belakang akuntansi sangat terbatas dan juga paradigma bahwa laporan
keuangan adalah dokumen yang tidak dapat diberikan kepada sembarang orang. Mardiasmo (Mardiasmo, 2002)
mengatakan bahwa pola akuntabilitas pemerintah daerah saat ini lebih bersifat horizontal dimana pemerintah
daerah bertanggung jawab baik kepada DPRD maupun kepada masyarakat luas. Namun, pada kenyataannya
sebagian besar pemerintah daerah lebih menekankan akuntabilitasnya kepada DPRD ketimbang masyarakat luas.

Hipotesis Penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian, sampai
dibuktikan melalui data dan diuji secara empiris, maka hipotesis penelitian mengenai Pengaruh Sistem
Informasi Keuangan Daerah terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Sarolangun adalah sebagai berikut:
H1 = Pengaruh SIKD terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah kabupaten Sarolangun H2
= Pengaruh SIKD terhadap akuntabilitas laporan keuangan pemerintah kabupaten Sarolangun

Hasil dan Diskusi

Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur validitas suatu pernyataan angket yang dibagikan kepada
responden, kemudian angket dikatakan valid apabila pernyataan angket tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Pengujian validitas dalam penelitian
ini menggunakan metode korelasi Product Moment dengan bantuan aplikasi SPSS 19.00. Validitas
diukur dengan mengkorelasikan skor faktor (jumlah item dalam satu faktor) dengan skor faktor total
(total faktor keseluruhan). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapatkan koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item untuk menentukan apakah suatu item layak
digunakan atau tidak. Menurut (Priyatno, 2008) dalam menentukan layak atau tidaknya suatu barang
untuk digunakan,

Tes kepercayaan
Uji Reliabilitas adalah suatu metode untuk mengukur suatu jawaban atas suatu pernyataan, suatu kuesioner
dikatakan reliabel jika jawaban atas pernyataan tersebut konsisten. Secara umum suatu instrumen dikatakan reliabel jika
memiliki koefisien alfa cronbach > 0,6. Setelah data diolah menggunakan SPSS 19.0, nilai reliabilitas ketiga variabel
tersebut adalah 0,896, sehingga data tersebut reliabel karena nilai cronbach alpha lebih dari 0,6. Dengan demikian

38
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

semua item pernyataan variabel sistem akuntansi keuangan daerah (X), variabel transparansi dan
akuntabilitas laporan keuangan daerah (Y1 dan Y2) dianggap cukup reliabel untuk mengukur kembali
gejala yang sama pada responden yang sama jika pengukuran berulang. dibuat.

Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y),
apakah berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan Kolmogrov-Smirnov One
Sample dengan taraf signifikansi 0,05. Data yang digunakan adalah nilai residual kedua variabel dan
data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansinya lebih besar dari 5% atau 0,05. Dasar
pengambilan keputusan didasarkan pada probabilitas adopsi (signifikan asimtotik), dimana jika
probabilitas > maka distribusi populasinya normal dan jika propabilitas < maka distribusinya tidak
normal.

Hasil pengujian data menggunakan SPSS 19.00 (Lampiran VII) menunjukkan bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1,084 dengan asymp sig 0,191. Artinya data populasi berdistribusi
normal karena asymp sig lebih besar dari nilai (0,191 > 0,05).

Analisis Regresi Linier Sederhana


H1= Pengaruh SIKD terhadap Transparansi Laporan
Keuangan Kabupaten Sarolangun
Berdasarkan data yang diolah dengan menggunakan SPSS 19.00 diperoleh persamaan regresi linier sederhana, Y1 = 0,169 +
0,926 X. Persamaan ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta 0,169 berarti jika SIKD (X) diasumsikan 0, maka transparansi keuangan daerah
bernilai 0,169.
2. Koefisien regresi variabel SIKD (X) sebesar 0,926 yang artinya sistem akuntansi keuangan daerah
berpengaruh positif terhadap transparansi keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan satu unit SAKD akan menyebabkan peningkatan transparansi keuangan daerah sebesar
0,926, hal ini juga berlaku jika terjadi sebaliknya.

H2= Pengaruh SIKD terhadap Transparansi Laporan Keuangan Kabupaten Sarolangun


Berdasarkan data yang diolah menggunakan SPSS 19.00 diperoleh persamaan regresi linier sederhana, Y2 = 0,549 +
0,859 X. Persamaan ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta 0,549 artinya jika sistem informasi keuangan daerah (X) diasumsikan 0, maka
akuntabilitas laporan keuangan daerah adalah 0,549.
2. Koefisien regresi variabel sistem informasi keuangan daerah (X) sebesar 0,926 yang artinya sistem
akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan satu unit sistem akuntansi keuangan daerah akan
menyebabkan peningkatan transparansi keuangan daerah sebesar 0,926, hal ini juga berlaku jika
terjadi sebaliknya.

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menjelaskan variabel terikat (Ghazali, 2005). Dari koefisien determinasi dapat dilihat sejauh mana
variabel sistem akuntansi keuangan daerah mampu menjelaskan variabel transparansi keuangan
daerah. Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi yang dilakukan besarnya R adalah 0,525.
Semakin tinggi R maka semakin baik suatu model regresi, karena variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat lebih besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi daerah
berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah sebesar 52,5%,
sedangkan sisanya sebesar 47,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

39
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

Transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah sebagai salah satu cara untuk memenuhi rasa ingin tahu
masyarakat tentang keuangan daerahnya dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada
masyarakat sebagai pemangku kepentingan daerah. Berdasarkan pengamatan peneliti transparansi di wilayah
Kabupaten Sarolangun belum memberikan hasil yang optimal, sebanyak 35% responden masih memberikan penilaian
yang cukup terhadap transparansi keuangan saat ini.

Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menguji normalitas data, diperoleh hasil bahwa data
berdistribusi normal. Dengan kata lain, data dalam penelitian ini dapat digunakan dalam statistik
parametrik dan hasilnya dapat digeneralisasikan ke populasi. Berdasarkan pengujian Pengaruh
sistem akuntansi keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
pemerintah daerah, terbukti bahwa sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah dapat dilihat dari persamaan regresi yang
diperoleh dimana koefisien regresinya positif maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh positif
antara sistem akuntansi keuangan daerah dengan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
daerah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi keuangan daerah berpengaruh terhadap transparansi
dan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Sarolangun. Koefisien determinasi sebesar 52,5%
menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh sebesar 52,5% sedangkan sisanya sebesar
47,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Faktor lain menurut (Zetra, 2009) adalah:
1. Budaya kerja yang transparan dan akuntabel belum mengakar dalam kehidupan birokrasi di daerah.
(Masih banyak ketakutan dan keengganan aparat dalam membuka informasi publik kepada
publik).
2. Hanya sebagian kecil daerah yang sudah memiliki peraturan (perda) yang mendukung transparansi dan
akuntabilitas.
3. Terbatasnya jumlah dan kemampuan sumber daya manusia yang siap menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan sesuai standar akuntansi pemerintahan.
4. Keseriusan sebagian besar PPK (Pejabat Administrasi Keuangan) SKPD dalam menjalankan proses
pengelolaan keuangan. (Banyak bendahara penerimaan di SKPD yang terlambat menyampaikan
laporan pertanggungjawaban bulanan, antara lain disebabkan oleh kegagalan Kepala Kegiatan
atau Kepala SKPD dalam hal pertanggungjawaban).
5. Kesiapan sarana dan prasarana pendukung seperti teknologi informasi baik hardware maupun
software beserta operatornya. (Masih banyak SKPD dalam melaksanakan pengelolaan keuangan
karena kurangnya sumber daya manusia dan fasilitas pendukung untuk menjalankan sistem
informasi keuangan secara efektif).
6. Proses perencanaan yang mendahului proses anggaran masih banyak formalitas. (masih banyak
partisipasi buatan (elitis), sistem manajemen kinerja belum berjalan dengan baik. Masih banyak
SKPD yang terjebak dalam pola penyusunan program yang lama seperti mengajukan program
sebanyak-banyaknya, seindah dan tidak berdasar sistem perencanaan yang ada).
7. Belum ada daerah yang melakukan pelaporan keuangan dengan mengembangkan media informasi
melalui situs daerah yang dapat diakses oleh masyarakat luas.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang didukung oleh data dan informasi yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat Pengaruh yang signifikan dan positif antara sistem informasi keuangan daerah
terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan Kabupaten Sarolangun.
2. Berdasarkan hasil pengolahan kuisioner mengenai SIKD, transparansi dan akuntabilitas
laporan keuangan daerah dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

40
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

sistem informasi keuangan daerah, penerapan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
daerah sudah berjalan dengan baik namun masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan
tersebut dalam hal mengevaluasi sistem informasi keuangan yang diterapkan.
3. Penerapan transparansi keuangan daerah sendiri belum berjalan secara maksimal, hal ini ditunjukkan dengan
masyarakat yang kesulitan mendapatkan informasi dan laporan keuangan secara cepat, masyarakat yang
membutuhkan laporan keuangan masih dihadapkan pada birokrasi yang panjang untuk mendapatkan
informasi tersebut, padahal Undang-undang telah mengamanatkan bahwa informasi keuangan termasuk
informasi yang harus selalu tersedia dan dapat diakses melalui website masing-masing daerah.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang diajukan penulis adalah:
1. Mengevaluasi SIKD agar dapat diketahui kekurangan pada sistem.
2. Pemerintah daerah memfasilitasi akses masyarakat terhadap informasi keuangan dan hasil
kinerja pemerintah daerah melalui media cetak seperti surat kabar daerah atau melalui
website resmi pemerintah daerah.
3. Mengingatkan kepada SKPD untuk memberikan laporan keuangannya tepat waktu agar laporan keuangan
pemerintah daerah dapat diselesaikan tepat waktu, karena pada dasarnya laporan keuangan pemerintah
daerah merupakan gabungan dari laporan keuangan SKPD yang ada.
4. Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya, dapat mengembangkan penelitian, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang transparansi keuangan daerah dan SIKD. peneliti selanjutnya dapat menggunakan populasi dan
sampel yang lebih luas untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.

Referensi

Bastian, I. (2006).Pengantar Sektor Publik. Jakarta: Erlangga.

Surat Keputusan, M. of HAKeputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002. , (2002).

Ghazali, I. (2005).Analisis multivariat dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro


Badan Penerbit.

Indonesia, RUU Nomor 33 Tahun 2004. , (2004).

Interior, M. dari.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Tata Tertib Daerah
Manajemen keuangan. , (2006).

M., T. (2013).Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen, Metode Analisis dan Pengembangan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mahmudi. (2010).Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mardiasmo. (2002).Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Ni Putu Sri Mahayuni., GAY dan IPJ (2017). Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi
Keuangan Daerah dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pelaporan
Keuangan dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Karangasem.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi UNDIKSHA,8(2).

Nordiawan, D. (2007).Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Priyatno, D. (2008).Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Saputra, B., & Fernando, R. (2017). Kontribusi Sumber-Sumber PAD Dalam Mendukung Kemandirian
Keuangan Daerah Kabupaten Sleman.Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Program Studi

41
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 125

Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia. https://
doi.org/10.17509/jrak.v5i3.9215

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. (dan).

Winidyaningrum, Celvina, dan R. (2010). Pengaruh Sumber Daya Manusia, dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah dengan Variable Intervening Pengendalian Intern Akuntansi: Studi Empiris
di Pemda Subosukawonosraten.Simposium Nasional Akuntansi XII. Purwokerto.

Zetra, A. (2009).Strategi Pengembangan Kualitas SDM Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan


Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: Seminar Nasional
BPK.

42

Anda mungkin juga menyukai