Full paper
Sri Wahyuni
STIE Mahardhika Surabaya
yuni71@yahoo.com
Abstract: The objective of this research is to examine the reaction content of multiple
management guidances. Specifically, this research examine whether single and multiple
management guidances may differentially influence investor’ judgments in evaluating the
company's performance. The study is important because it links behavioral aspects between
the ways in providing and using earnings information based on multiple reference point
theory of psychology. Multiple management guidances contain the future information about
internal (management earnings forecast) and external (analyst earnings forecast) sources.
Using experimental factorial mix design 2x2 with 69 investors, the result indicates that
multiple management guidance disclosure influences investor’s judgments. Specifically, the
multiple sources disclosure improve investors confidence than single information used to
evaluating the company's performance. This finding is consistent with the study of Han and
Tan (2007), Wahyuni and Hartono (2010), Du and McEnroe (2011) and Hartono and
Wahyuni (2014).
1. Pendahuluan
Studi ini bertujuan untuk menguji judgment investor terhadap pengungkapan informasi
management guidance multipel yang berupa ramalan laba manageman sebagai informasi internal dan
ramalan laba analis sebagai informasi eksternal dalam pengumuman laba. Secara lebih spesifik studi
ini menguji apakah pengungkapan informasi management guidance multipel yaitu informasi masa
depan yang bersumber baik dari internal maupun eksternal mempunyai kandungan reaksi terhadap
judgment investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Pengujian kandungan reaksi management
guidance dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan berbedaan perilaku investor
terhadap pengungkapan informasi management guidance tunggal (bersumber dari internal) dengan
pengungkapan informasi management guidance multipel (bersumber baik dari internal maupun
eksternal). Oleh karena itu, studi ini mempunyai tiga isu penting yaitu (1) apakah pengungkapan
perilaku investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan? (2) apakah informasi management
guidance multipel (yang bersumber baik internal maupun eksternal) mpunyai kandungan reaksi
terhadap judgment investor? dan (3) apakah muatan management guidance berpengaruh terhadap
judgment investor secara berbeda antara management guidance positif dengan negatif?
kalangan pembuat kebijakan dan akademisi sejak tahun 1969 (Pownall dan Waymire, 1989; Trueman,
1986; Penman, 1980). Sebagai contoh, adanya perubahan kebijakan Securities and Exchange
Commission (SEC) terhadap pengungkapan ramalan (forecast). S ebelum tahun 1973, SEC
dokumen tertulis dibawah undang-undang sekuritas federal (contoh prospectus, proxy statements, 10-
K annual reports). Kemudian pada bulan Februari 1973, SEC mencabut undang-undang kebijakan
ramalan laba (Securities Act merilis No. 5362) dan pada bulan November 1978, SEC kembali
mengadopsi suatu kebijakan yang mendorong pengungkapan ramalan laba dengan mengeluarkan
panduan dalam dokumen tertulis untuk membantu perusahaan yang akan mengungkap ramalan laba
Studi empiris mengenai informasi management guidance berkembang sangat pesat, namun
diperoleh hasil yang berbeda. Istilah management guidance (Han dan Tan, 2007) disebut sebagai
ramalan laba (earnings forecast) dalam studi (Han dan Wild, 1987; Patell, 1976; Penman, 1980;
Waymire, 1984) atau ramalan laba manajeman (management earnings forecast) dalam studi
(Baginski, et al., 2004). Han dan Wild (1987) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela atas
ramalan laba manajeman dipandang kurang kredibel dibanding dengan informasi lainnya. Sementara
studi lain mendokumentasi bahwa panduan manajemen tidak hanya memiliki kandungan informasi
(Penman, 1980; Waymire, 1984; Hartono dan Wahyuni, 2014), namun juga dipandang memiliki
kualitas informasi masa mendatang yang lebih baik dibandingkan dengan forecast analis (Ajinkya dan
pengungkapan management guidance tunggal yaitu berupa pengungkapan ramalan laba baik yang
dibuat oleh managemen (Han dan Wild, 1987; Patell, 1976; Penman, 1980; Waymire, 1984), atau
ramalan laba yang dilakukan oleh analis (Ajinkya dan Gift, 1984; Patell, 1976) dalam pengaruhnya
terhadap harga saham. Perkembangan selanjutnya, Wahyuni dan Hartono (2012) menguji
bahwa pengungkapan informasi management guidance dalam pengumuman laba efektif membantu
investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Kebijakan manajer mengungkap informasi sukarela
termasuk management guidance dapat dipandang sebagai suatu strategi yang mempunyai tujuan
jangka panjang (Schrand dan Walther, 2000; Krische, 2005). Oleh karena itu, pengungkapan
management guidance yang hanya bersumber pada satu informasi dinilai kurang memberi keyakinan
Studi ini mengembangkan riset sebelumnya dengan tujuan untuk menambah keyakinan
investor dalam membuat keputusan bisnis melalui penyediaan sumber informasi lebih dari satu.
Pengungkapan informasi prospektus dari berbagai sumber diyakini akan menghasilkan kualitas
judgment yang lebih baik sebagaimana studi Han dan Tan (2007) dan Wahyuni dan Hartono (2010)
benchmarks diyakini lebih baik dalam menghasilkan kualitas judgment karena memiliki ketersediaan
informasi yang cukup memadai sebagai referensi atau bahan pertimbangan dibanding dengan strategi
pengungkapan single benchmark. Oleh karena itu, pengungkapan management guidance multipel
menjadi penting dalam kaitannya dengan judgment investor. Alasan pertama, studi ini berkaitan
dengan aspek keperilakuan mengenai sumber dan penggunaan informasi laba berdasarkan multiple
reference–point theory dari psikologi, sebagaimana studi Bernard (1989) dan Hartono (2004) yang
mendukung bahwa riset seharusnya mengadopsi cara baru untuk memikirkan pasar dengan
informasi management guidance diperoleh hasil yang tidak konsisten, sehingga perlu diteliti lebih
lanjut. Ketiga, merespon fenomena riil mengenai beragamnya pengungkapan informasi management
guidance. Dan keempat, studi ini memberikan tambahan penjelasan dan memperkuat dukungan
terhadap teori prospek melalui pengungkapan management guidance positif dan negatif.
Studi ini diorganisasikan dalam beberapa bagian. Bagian pertama diawali dengan
pendahuluan. Bagian kedua menjelaskan landasan teoritis dan pengembangan hipotesis. Bagian
ketiga dan keempat mendeskripsikan metoda eksperimen dan hasil penelitian. Bagian kelima
menguraikan diskusi hasil penelitian dan menyampaikan beberapa keterbatasan penelitian dan arahan
Teori prospek merupakan salah satu pilar utama dalam literatur behavioral finance. Teori ini
dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1979) yang merupakan teori pembuatan keputusan
dalam kondisi ketidakpastian atau berisiko. Teori prospek menyatakan bahwa individu-individu lebih
berfokus pada prospek laba dan prospek rugi, bukan kekayaan total. Reference point yang digunakan
untuk menghitung laba dan rugi dapat berubah-ubah, dalam arti bahwa laba dan rugi secara terpisah
dievaluasi relatif terhadap neutral reference point. Reference point merupakan status quo yang
seseorang telah terbiasa dan pada umumnya dipengaruhi oleh norma budaya, ekspektasi, dan level
individu. Teori prospek memprediksi bahwa individu akan menghindari risiko (risk averse) ketika
mengevaluasi pilihan yang berada di atas reference point (domain laba) dan cenderung bersikap
mengambil risiko (risk seeking) ketika mengevaluasi pilihan yang berada di bawah reference point
(domain rugi).
Pengungkapan informasi prospektus berupa ramalan laba (earnings forecast) atau sering
disebut management guidance merupakan informasi penting dalam pembuatan keputusan bisnis.
Management guidance tidak hanya memiliki kandungan informasi (Patell, 1976; Penman, 1980;
Waymire, 1984), namun juga dipandang memiliki kualitas informasi masa mendatang yang lebih baik
dibandingkan dengan forecast analis (Ajinkya dan Gift, 1984; Patell, 1976; Baginski et al., 2004).
King et al., (1990) mendefinisikan management earnings forecast sebagai pengungkapan manajerial
yang bersifat sukarela yang merupakan prediksian laba lalu terhadap pelaporan yang diekspektasi.
Lebih luas, Baginski, et al. (2004) menyatakan bahwa manajemen sering menjelaskan ramalan
labanya melalui atribusi yang berkaitan dengan kinerja estimasian baik untuk aktivitas internal
(seperti: isu produk dan jasa, isu organisasional) maupun aktivitas eksternal perusahaan (seperti:
kondisi ekonomi, atau peraturan pemerintah). Penjelasan atribusi lebih mungkin untuk perusahaan
besar daripada perusahaan milik negara, bahkan lebih mungkin untuk ramalan negatif (bad news
forecast).
membantu investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan (Schrand dan Walther, 2000; Krische,
2005; Wahyuni dan Hartono, 2012, 216; Hartono dan Wahyuni, 2014). Studi ini memprediksi bahwa
investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih menguntungkan (more favorable) ketika
informasi management guidance diungkap dalam pengumuman laba. Secara specifik, pengungkapan
management guidance positif menyebabkan investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih
guidance negatif dalam pengumuman laba. Hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut ini.
H1. Investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih tinggi ketika mempertimbangkan
informasi management guidance tunggal positif yang diungkap dalam pengumuman laba
dibandingkan dengan investor yang mempertimbangkan informasi management guidance
tunggal negatif.
2.2. Hipotesis Pengungkapan Informasi Management Guidance Multipel (Sumber Internal dan
Eksternal)
Informasi management guidance merupakan informasi yang bersifat sukarela, namun penting
dalam pembuatan keputusan bisnis. Secara umum, studi pengungkapan informasi management
guidance ini merupakan mengembangan studi terdahulu yang lebih memfokus pada pengungkapan
management guidance tunggal dalam pengumuman laba (Schrand dan Walther, 2000; Krische, 2005;
Wahyuni dan Hartono, 2012). Perkembangan selanjutnya, Han dan Tan (2007) dan Wahyuni dan
Hartono (2010) merekomendasi penggunaan pengungkapan multipel yang diyakini lebih baik dalam
menghasilkan kualitas judgment karena memiliki ketersediaan informasi yang cukup memadai
sebagai referensi dibanding dengan informasi tunggal. Secara umum temuan studi terdahulu
mengindikasi bahwa semakin lengkap dan relevan informasi yang dipertimbangkan dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan maka semakin tinggi laba masa depan yang diestimasi.
guidance multipel dengan berdasar pada multiple reference–point theory ((Fiegenbaum et al., 1996;
Ordones et al., 2000) dari ilmu psikologi. Multiple reference–point theory memprediksi bahwa
individu dipengaruhi oleh tiga dimensi informasi utama dalam pengambilan keputusan yaitu dimensi
internal, dimensi eksternal dan dimensi waktu (masa lalu, sekarang dan masa depan). Asumsi yang
mendasari adalah adanya bounded rasionality (Bazerman, 1994), yaitu kondisi individu yang
memiliki keterbatasan informasi, waktu, kapasitas memori dan sebagainya, sehingga individu tidak
memiliki informasi yang berorientasi pada informasi eksternal dan informasi masa depan, kecuali
jika informasi tersebut diungkap dalam pengumuman laba. Oleh karena itu, dengan ketersediaan
cukup informasi, diyakini bahwa investor akan memiliki pertimbangan yang semakin baik dan akurat
yang berakibat semakin baik pula kualitas judgment dalam proses evaluasi kinerja.
Boldt (2001) memandang bahwa individu berperilaku more/less favorable karena adanya efek
fiksasi yaitu ketika laba historis memuat laba transitori maka dia terfiksasi untuk mengestimasi laba
masa depan lebih tinggi dibanding dengan laba historis yang memuat rugi transitori. Demikian juga
Du dan McEnroe (2011) menjelaskan bahwa sumber informasi multipel dapat menambah keyakinan
investor dalam membuat keputusan bisnis. Dengan demikian hipotesis dapat dinyatakan sebagai
berikut ini.
H2. Investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih positif ketika informasi management
guidance multipel (bersumber internal dan eksternal) diungkap dalam pengumuman laba.
Menurut Tversky & Kahneman (1979), teori prospek memprediksi bahwa individu akan
menghindari risiko (risk averse) ketika mengevaluasi pilihan yang berada di atas reference point
(domain laba) dan cenderung bersikap mengambil risiko (risk seeking) ketika mengevaluasi pilihan
yang berada di bawah reference point (domain rugi). Schrand dan Walther (2000), Wahyuni dan
Hartono (2010, 2012, 2014) memberi dukungan bahwa investor lebih sering mengingat laba perioda
lalu dibandingkan dengan mengingat rugi perioda lalu. Dengan demikian jika dikaitkan dengan
management guidance positif (tunggal dan multipel) akan cenderung mendorong investor
mengevaluasi kinerja perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan informasi management guidance
negatif, namun besaran evaluasinya akan lebih tinggi untuk informasi negatif dibandingkan dengan
H3. Investor akan bereaksi lebih negatif dalam mengevaluasi kinerja perusahaan untuk
pengungkapan informasi management guidance (tunggal dan multipel) negatif dibanding
dengan reaksi positif dalam mengevaluasi kinerja untuk pengungkapan informasi management
guidance (tunggal dan multipel) positif.
3. Metoda Penelitian
antarsubjek (between subject) dan intrasubjek (within subject) 2 x 2. Harsha dan Knapp (1990)
menjelaskan mengenai rancangan antarsubjek yaitu setiap subjek mendapat paparan satu kasus,
sementara rancangan intrasubjek mendapat paparan lebih dari satu kasus. Dalam rancangan faktorial 2
x 2, terdapat 2 kondisi manipulasi antarsubjek yaitu (dua kondisi muatan informasi: informasi positif
dan informasi negatif) pada dua kondisi intrasubjek yaitu (dua kondisi karakteristik pengungkapan
laba: management guidance tunggal dan management guidance multipel). Subjek dalam penelitian
ini adalah investor dengan kriteria memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang investasi dan
pasar modal dan analisa laporan keuangan. Rancangan eksperimen dalam studi ini tampak dalam tabel
Dalam eksperimen ini, variabel dependen adalah evaluasi investor terhadap kinerja
perusahaan yang diukur dengan menggunakan ramalan (forecast) laba investor. Investor diminta
untuk menginterpretasikan pengumuman laba kemudian membuat ramalan laba satu tahun
mendatang. Penggunaan ramalan laba mendatang sebagai pengukuran evaluasi investor terhadap
kinerja perusahaan karena laba mendatang dan laba bertumbuh merupakan komponen penting dalam
Variabel independen dalam studi ini adalah faktor treatment 2x2 mix design yaitu antarsubjek
muatan informasi (dua level: informasi positif dan informasi negatif) dan intrasubjek karakteristik
pengumuman laba (dua level: management guidance tunggal dan management guidance multipel).
Subjek eksperimen dalam penelitian ini adalah investor. Investor dalam penelitian ini adalah
individu yang pernah melakukan kegiatan investasi atau memiliki investasi dalam bentuk saham dan
memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang investasi dan pasar modal dan analisa laporan
keuangan. Studi ini lebih memfokus pada pengujian perilaku individu terhadap pengungkapan
informasi management guidance tunggal dan multipel, sehingga pemilihan investor sebagai subjek
Material eksperimen menggunakan materi yang dipergunakan oleh Krische (2005) dengan
sedikit penyesuaian cerita konteks supaya realistis dengan tataran (setting) di Indonesia. Setiap subjek
akan diberikan materi meliputi: Booklet yang berisi instruksi, materi kasus, dan kuesioner. Material
kasus untuk semua eksperimen adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan
ringan yaitu PT Makmur Jaya. Dalam kasus tersebut disajikan pengumuman laba, dan informasi
management guidance tunggal dan multipel baik bermuatan positif maupun negatif.
Sebelum eksperimen berlangsung, peneliti melakukan diskusi kelompok fokus (focus group
discussion) dan melakukan uji coba (purwauji) dalam sebuah tes percobaan (pilot test). Selanjutnya
mengantisipasi terjadinya ancaman baik terhadap validitas internal maupun validitas eksternal.
Subjek dalam penelitian ini ditugaskan ke salah satu dari empat (4) kelompok eksperimen
secara random. Prosedur eksperimen dikembangkan dari penelitian Krische (2005), yang meliputi
empat tahap. Empat tahap dalam eksperimen ini meliputi tahap deskripsi bisnis perusahaan, tahap
evaluasi kinerja, tahap demografi dan tahap taklimat (debriefing). Tahap debriefing yaitu tahap
penyegaran subjek yang dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang mengapa subjek diberikan
treatmen. Tujuan debriefing adalah untuk mengembalikan situasi seperti sebelumnya ketika subjek
belum diberi treatmen, dan untuk menambah pemahaman dan pengetahuan subjek mengenai
Subjek diinstruksikan untuk menentukan informasi yang digunakan sebagai dasar mengevaluasi laba
masa depan sesuai dengan karakteristik pengungkapan informasi yang diterima. Selanjutnya subjek
diminta menentukan besaran evaluasi kinerja perusahaan berupa laba masa depan dan memberi
interpretasi apakah besaran laba yang dibuat lebih tinggi/lebih rendah dibandingkan dengan besaran
laba tahun berjalan. Evaluasi kinerja dikatakan lebih tinggi apabila terjadi kenaikan Rp 10.000,00
atau kelipatannya dan dikatakan lebih rendah apabila terjadi penurunan Rp10.000,00 atau
kelipatannya. Jika subjek dalam menentukan informasi sebagai dasar estimasi tidak sesuai dengan
karakteristik pengungkapan yang diterima dan besaran estimasi tidak sesuai dengan interpretasi yang
diberikan, serta besaran estimasi laba bukan kenaikan Rp10.000,00 / kelipatannya atau penurunan
Teknis analisis data yang digunakan dalam eksperimen ini adalah analisis of variance
(ANOVA), analisis variansi univariat (univariate analyses of variance) dengan menggunakan General
Linear Model (GLM) dan independent sample t test. Pertama, menguji perbedaan karakteristik subjek
(jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan lama bekerja) dengan ANOVA. Kedua,
menguji keefektifan randomisasi dalam kelompok treatmen. Ketiga, menguji karakteristik demografi
terhadap penentuan estimasi, dan menguji perbedaan waktu pelaksanaan eksperimen terhadap
penentuan estimasi. Keempat, melakukan analisis variansi univariat dengan General Linear Model
(GLM) dan independent sample t test untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut pengujian hipotesis
4. Hasil Penelitian
Subjek eksperimen berjumlah 78 investor. Sembilan orang tidak lolos cek manipulasi,
sehingga subjek menjadi berjumlah 69 orang yang terdiri dari 33 pria dan 36 wanita. Rata-rata subjek
memiliki umur 28 tahun. Subjek dikelompokkan secara random ke dalam dua kelompok untuk tiap-
Subjek pada masing-masing kelompok memiliki variasi yang tidak jauh berbeda. Perbedaan
karakteristik subjek diharapkan tidak mempengaruhi penentuan evaluasi kinerja yang ditunjukkan
dengan hasil pengujian ANOVA dengan variabel dependen evaluasi kinerja perusahaan dan variabel
independennya karakteristik demografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, dan perbedaan waktu) pada
Sebelum menginvestigasi hipotesis secara spesifik, studi ini mengaplikasi model 2x2 mixed
design dengan analisis of variance (ANOVA) untuk menguji efek secara keseluruhan dari informasi
managemen guidance (positif atau negatif) dan pengungkapan informasi (management guidance
tunggal dan multipel) atas forecast investor (evaluasi kinerja). Analisis ANOVA diperoleh hasil:
Between Groups (F=70.258; Sig.=.000). Hasil analisis variansi mencerminkan adanya perbedaan
respon atau probabilitas subjektif yang signifikan secara statistik antargrup treatmen berkaitan dengan
evaluasi kinerja perusahaan. Adanya perbedaan respon menunjukkan bahwa muatan informasi dan
kinerja perusahaan.
Tabel 4.3 menyajikan mean (rata-rata) evaluasi kinerja perusahaan untuk 2x2 mixed design.
Statistik deskriptif variabel dependen dan independen dijelaskan dalam tabel 4.3 berikut ini.
Secara lebih rinci, besaran penyesuaian evaluasi kinerja investor untuk informasi yang
bermuatan positif dan informasi yang bermuatan negatif dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Rata-rata Besaran Penyesuaian Evaluasi Investor untuk Informasi Tunggal
dan Multipel
Efek Perbandingan Besaran Penyesuaian Besaran Penyesuaian Variansi
Evaluasi Positif Evaluasi Negatif
MGM -MGT (494,722.22 – 405,138.60) (241,060.60 – 386,212.12)
89,583.3 -145,151.51 55,568.21
Evaluasi investor terhadap kinerja perusahaan dalam penelitian ini merupakan variabel
dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen yaitu muatan informasi dan karakteristik
pengungkapan informasi. Rata-rata evaluasi investor baik pada pengungkapan management guidance
tunggal maupun multipel dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut ini.
400000
300000 Series1
200000 Series2
100000
0
MGT MGM
Grafik 4.1: Rata-Rata Evaluasi Kinerja Investor untuk MGT dan MGM
menggunakan independent sampel t-test dapat dijelaskan pada tabel 4.3 berikut ini.
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa respon subjek terhadap variabel dependen evaluasi
kinerja yaitu pada kelompok MGT (positif) memiliki mean sebesar 405,139 lebih tinggi daripada
respon subjek pada kelompok MGT (negatif) yang memiliki mean sebesar 386,212, namun selisihnya
hanya sebesar 18,927 (tidak signifikan). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan independent
sampel t-test menunjukkan nilai t sebesar 0,974 dan p=0,334. Hasil mengindikasi bahwa
pengungkapan informasi management guidance tunggal dalam pengumuman laba tidak dapat
mempengaruhi investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, yang ditunjukkan secara statistik
Secara lebih spesifik, studi ini mengindikasi bahwa pengungkapan informasi management
guidance tunggal positif tidak dapat menyebabkan investor berperilaku more favorable yang
tercermin dalam perilakunya ketika mengevaluasi kinerja perusahaan, yang seharusnya lebih tinggi
dibandingkan dengan evaluasi kinerja untuk pengungkapan informasi management guidance tunggal
tunggal terhadap evalusi kinerja secara statistik tidak signifikan. H1 tidak terdukung.
menggunakan independent sampel t-test dapat dijelaskan pada tabel 4.5 berikut ini.
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa respon subjek terhadap variabel dependen evaluasi
kinerja yaitu pada kelompok MGM (positif) memiliki mean sebesar 494,722 lebih tinggi daripada
respon subjek pada kelompok MGM (negatif) yang memiliki mean hanya sebesar 241,060. Hasil uji t
dengan menggunakan independent sampel t-test menunjukkan nilai t sebesar 16.338 dan p=0.000.
Perbedaan respon subjek secara statistik signifikan di bawah satu persen (p=0,000), yang berarti
Hasil pengujian efek prospek dalam pengungkapan management guidance tunggal dan
multipel pada hipotesis 3 dengan menggunakan independent sampel t-test dapat dijelaskan pada tabel
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa respon subjek terhadap variabel dependen besaran
penyesuaian evaluasi kinerja yaitu untuk kelompok MG (positif) memiliki mean sebesar 89,583 lebih
kecil daripada respon subjek pada kelompok MG (negatif) yang memiliki mean sebesar -145,151.
Hasil pengujian hipotesis 3 dengan menggunakan independent sampel t-test menunjukkan nilai t
sebesar 12.553 dan p=0.000. Perbedaan mean secara statistik signifikan di bawah satu persen
(p=0.000), yang berarti terjadi efek prospek dalam fenomena pengungkapan informasi management
Adanya perubahan reaksi investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan dalam studi ini,
lebih disebabkan karena dukungan ketersediaan informasi relevan mengenai sumber informasi
management guidance multipel yaitu berasal dari ramalan laba analis (analys earnings forecast).
Fenomena pengungkapan informasi management guidance multipel memiliki kandungan reaksi yang
ditunjukkan dengan adanya kecenderungan perilaku investor untuk merevisi evaluasinya dalam
pengumuman laba. Rata-rata reaksi investor dalam mengevaluasi kinerja lebih tinggi untuk informasi
positif dibandingkan dengan reaksinya untuk informasi negatif, namun besaran evaluasinya lebih
tinggi untuk pengungkapan informasi management guidance negatif (tunggal dan multipel)
dibandingkan dengan informasi positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
informasi management guidance multipel memiliki kandungan reaksi terhadap judgment investor,
sehingga studi ini dapat memberikan tambahan penjelasan mengenai teori multiple reference–point
bersifat sukarela dan masih disediakan oleh manajemen perusahaan (pihak internal). Secara khusus,
kondisi di Indonesia mengenai informasi management guidance lebih bersifat pengungkapan atribusi
yang berkaitan dengan kinerja estimasian baik untuk aktivitas internal (seperti: isu produk dan jasa,
isu organisasional) maupun aktivitas eksternal perusahaan (seperti: kondisi ekonomi, atau peraturan
pemerintah). Atribusi tersebut secara potensial membantu investor dalam menginterpretasi ramalan
manajemen, bahkan lebih mungkin untuk ramalan negatif (bad news forecast). Temuan ini konsisten
dengan pengungkapan Baginski, et al. (2004). Berbeda dengan kondisi di luar negeri, informasi
mengenai earnings forecast dibuat oleh analis sebagai pihak independen perusahaan. Ketersediaan
informasi earnings forecast dapat disajikan secara lebih lugas dalam menggambarkan besaran laba
masa depan. Sebagaimana temuan studi yang dilakukan oleh Libby et al. (2006) dan Han dan Tan
(2007) mengenai management guidance form yang lebih sesuai untuk kondisi di Amerika.
Studi ini bertujuan untuk menguji kandungan reaksi management guidance dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan. Secara spesifik studi ini menguji perilaku investor terhadap
pengumuman laba yang mempertimbangkan pengungkapan informasi prospektus yang bersumber dari
internal (ramalan laba oleh manageman) dan dari eksternal (ramalan laba oleh analis). Hasil
mempengaruhi judgment investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Analisis lebih lanjut,
ditunjukkan secara statistik bahwa pengungkapan informasi management guidance tunggal tidak
Pengujian terhadap informasi management guidance multipel diperoleh hasil bahwa investor
berperilaku more favorable karena diyakini dapat menambah keyakinan investor dalam mengevaluasi
kinerja perusahaan. Secara lebih spesifik, pengungkapan informasi management guidance multipel
judgment yang lebih baik karena memiliki ketersediaan informasi yang cukup memadai sebagai
referensi atau bahan pertimbangan sehingga menambah keyakinan investor dalam mengevaluasi
kinerja perusahaan. Studi ini mengindikasi adanya kandungan reaksi pada pengungkapan informasi
management guidance multipel, yaitu untuk informasi positif reaksinya lebih positif dan untuk
informasi negatif reaksinya lebih negatif dibanding dengan pengungkapan management guidance
Besaran evaluasi untuk management guidance negatif lebih besar dibandingkan dengan
besaran evaluasi untuk management guidance positif. Temuan ini mengindikasi bahwa adanya
pengungkapan informasi yang berbeda menyebabkan perilaku investor juga berbeda yang kemudian
tercermin dalam reaksinya berkaitan dengan evaluasi kinerja perusahaan. Dengan demikian, secara
keseluruhan studi ini memberi dukungan bahwa pengungkapan informasi management guidance
mempunyai kandungan reaksi. Temuan ini konsisten dengan teori multiple reference point khususnya
untuk pengungkapan sumber informasi internal, eksternal dan informasi masa depan, serta
memberikan dukungan terhadap teori prospek berkaitan dengan pengujian informasi management
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: belum mempertimbangkan atribusi
informasi management guidance secara lebih luas baik atribusi yang berkaitan dengan aktivitas
mempertimbangkan atribusi-atribusi tersebut terutama berkaitan dengan bad news forecast. Beberapa
kemungkinan untuk pengembangan riset mendatang adalah mempertimbangkan adanya variasi dalam
forecast laba (Du dan McEnroe, 2011), bentuk pengungkapan informasi management guidance
sebagaimana riset yang dilakukan Han dan Tan (2007). Dari segi metodologi terutama seting
eksperimen, perlu dilakukan adanya peningkatan kemampuan validitas internal dan eksternal
khususnya mengenai pengaruh history, maturity, testing, instrumentasion dan selection (Cooper dan
Schindler, 2006).
Daftar Pustaka
Ajinkya, B. B., and M. J. Gift. 1984. Corporate Managers, earnings forecasts and symmetrical
adjustment of market expectations. Journal of Accounting Research 22 (2): 425-444.
Bazerman. 1994. Judgment in managerial decision making. Willey & Sons. Inc.
Bernard, V. L. 1989. Capital markets research in accounting during the 1980’s: critical review. The
State of Accounting Research. : 72-120.
Boldt, M. N. 2001. The effects of functional fixation on relative performance evaluation. Academy of
Strategic and Organizational Leadership Journal. 5 (1): 17-30.
Cooper, D. R., and P. S. Schindler. 2006. Business Research Methods. Singapore, McGraw-
Hill/Irwin.
Du, Ning, and J. E. McEnroe. 2011. Are multiple analyst earnings better than the single forecast? The
Journal of Behavioral Finance. 12: 1-8.
Feltham, G. A., and J. A. Ohlson. 1995. Valuation and clean surplus accounting for operating and
financial activities. Contemporary Accounting Research 11 (2): 689-731.
Fiegenbaum, A., S. Hart, and D. Schendel. 1996. Strategic reference point theory. Strategic
Management Journal 17: 219-235.
Han. Jun, dan J. Wild. 1987. Incremental information in the components of managements’ forecasts.
Working paper. Michigan State University, March.
_______, and H. Tan. 2007. Investors’Reactions to Managemant Guidance Forms: The Influence of
Multiple Benchmarks. The Accounting Review 82 (2): 521-543.
Harsha, P. D. dan M. C. Knapp. 1990. The use of within-and between-subjects eksperimental designs
in behavioral accounting research: A methodological note. Behavioral Research in Accounting
2: 50-62.
Hartono, Jogiyanto. 2004. How, why and when investors revise their beliefs to company information
and their implications to firms announcement policy. ANDI Yogyakarta.
Kahneman, D. and A. Tversky. 1979. Prospect theory: an analysis of decision under risk.
Econometrica 47 (2 March): 263-291.
_______, and D. T. Miller. 1986. Norm theory: Comparing reality to its alternatives. Psychological
Review 93: 136-153.
King, R., G. Pownall, dan G. Waymire. 1990. Expectations adjustments via timely management
forecasts: Review, synthesis, and suggestions for future research. Journal of Accounting
Literature 9: 113-144.
Libby, R., H. T. Tan and J. E. Hunton. 2006. Does the form of managements’earnings guidance
affectttt analysts’earnings forecasts? The Accounting Review 81 (1): 251-270.
Moeckel, Cindy. 1990. The effect ofbexperience on auditor’s memory errors. Journal of Accounting
Research 28 (2): 368-387.
Ohlson, J. A. 1995. Earnings, book values, and dividends in security valuation. Contemporary
Accounting Research 11 (2): 661-687.
Ordones, Lisa D., T. Connolly, dan R. Coughlan. 2000. Multiple reference points in satisfaction and
fairness assessment. Journal of Behavioral Decision Making, 13: 329-344.
Pattel, J. 1976. Corporate forecasts of earnings per share and stock price behavior: Empirical tests.
Journal of Accounting Research (Autumn): 246-276.
Pownall, G., and G. Waymire. 1989. Voluntary Disclosure Credibility and Securities Prices: evidence
from management earnings forecasts, 1969-73. Journal of Accounting Research 27 (2 Autumn):
227-245.
_____, C. Wasley, and G. Waymire. 1993. The stock price effects of alternative types of management
earnings forecasts. The Accounting Review 68 (October): 896-912.
Tversky, A. and D. Kahneman. 1974. Judgment under uncertainty: heuristics and biases. Science, 185:
1124-1131.
________, J. Hartono, Supriyadi dan E. Nahartyo. 2016. The Information Disclosure Strategy of
Single versus Multiple Benchmarks in Earnings Announcements. Artikel belum terbit.
Waymire, G. 1984. Additional evidence on the information content of management earnings forecast.
Journal of Accounting Research (Autumn): 703-718.