Anda di halaman 1dari 19

Judul singkat maksimal 8 kata

Apakah Informasi Management Guidance Multipel


Mempunyai Kandungan Reaksi terhadap
Judgment Investor?

Full paper

Sri Wahyuni
STIE Mahardhika Surabaya
yuni71@yahoo.com

Abstract: The objective of this research is to examine the reaction content of multiple
management guidances. Specifically, this research examine whether single and multiple
management guidances may differentially influence investor’ judgments in evaluating the
company's performance. The study is important because it links behavioral aspects between
the ways in providing and using earnings information based on multiple reference point
theory of psychology. Multiple management guidances contain the future information about
internal (management earnings forecast) and external (analyst earnings forecast) sources.
Using experimental factorial mix design 2x2 with 69 investors, the result indicates that
multiple management guidance disclosure influences investor’s judgments. Specifically, the
multiple sources disclosure improve investors confidence than single information used to
evaluating the company's performance. This finding is consistent with the study of Han and
Tan (2007), Wahyuni and Hartono (2010), Du and McEnroe (2011) and Hartono and
Wahyuni (2014).

Keywords: Multiple management guidance, internal and external informations, reaction


content, judgment investor

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1


Judul singkat maksimal 8 kata

1. Pendahuluan

Studi ini bertujuan untuk menguji judgment investor terhadap pengungkapan informasi

management guidance multipel yang berupa ramalan laba manageman sebagai informasi internal dan

ramalan laba analis sebagai informasi eksternal dalam pengumuman laba. Secara lebih spesifik studi

ini menguji apakah pengungkapan informasi management guidance multipel yaitu informasi masa

depan yang bersumber baik dari internal maupun eksternal mempunyai kandungan reaksi terhadap

judgment investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Pengujian kandungan reaksi management

guidance dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan berbedaan perilaku investor

terhadap pengungkapan informasi management guidance tunggal (bersumber dari internal) dengan

pengungkapan informasi management guidance multipel (bersumber baik dari internal maupun

eksternal). Oleh karena itu, studi ini mempunyai tiga isu penting yaitu (1) apakah pengungkapan

informasi laba yang mempertimbangkan management guidance tunggal berpengaruh terhadap

perilaku investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan? (2) apakah informasi management

guidance multipel (yang bersumber baik internal maupun eksternal) mpunyai kandungan reaksi

terhadap judgment investor? dan (3) apakah muatan management guidance berpengaruh terhadap

judgment investor secara berbeda antara management guidance positif dengan negatif?

Pengungkapan management guidance menjadi perdebatan yang cukup kontroversial di

kalangan pembuat kebijakan dan akademisi sejak tahun 1969 (Pownall dan Waymire, 1989; Trueman,

1986; Penman, 1980). Sebagai contoh, adanya perubahan kebijakan Securities and Exchange

Commission (SEC) terhadap pengungkapan ramalan (forecast). S ebelum tahun 1973, SEC

memberlakukan undang-undang kebijakan mengenai ramalan laba, sebagaimana diungkapkan dalam

dokumen tertulis dibawah undang-undang sekuritas federal (contoh prospectus, proxy statements, 10-

K annual reports). Kemudian pada bulan Februari 1973, SEC mencabut undang-undang kebijakan

ramalan laba (Securities Act merilis No. 5362) dan pada bulan November 1978, SEC kembali

mengadopsi suatu kebijakan yang mendorong pengungkapan ramalan laba dengan mengeluarkan

panduan dalam dokumen tertulis untuk membantu perusahaan yang akan mengungkap ramalan laba

(Securities Act merilis No. 5992).

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 2


Judul singkat maksimal 8 kata

Studi empiris mengenai informasi management guidance berkembang sangat pesat, namun

diperoleh hasil yang berbeda. Istilah management guidance (Han dan Tan, 2007) disebut sebagai

ramalan laba (earnings forecast) dalam studi (Han dan Wild, 1987; Patell, 1976; Penman, 1980;

Waymire, 1984) atau ramalan laba manajeman (management earnings forecast) dalam studi

(Baginski, et al., 2004). Han dan Wild (1987) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela atas

ramalan laba manajeman dipandang kurang kredibel dibanding dengan informasi lainnya. Sementara

studi lain mendokumentasi bahwa panduan manajemen tidak hanya memiliki kandungan informasi

(Penman, 1980; Waymire, 1984; Hartono dan Wahyuni, 2014), namun juga dipandang memiliki

kualitas informasi masa mendatang yang lebih baik dibandingkan dengan forecast analis (Ajinkya dan

Gift, 1984; Patell, 1976; Baginski et al., 2004).

Pengungkapan management guidance dalam studi sebelumnya, lebih berfokus pada

pengungkapan management guidance tunggal yaitu berupa pengungkapan ramalan laba baik yang

dibuat oleh managemen (Han dan Wild, 1987; Patell, 1976; Penman, 1980; Waymire, 1984), atau

ramalan laba yang dilakukan oleh analis (Ajinkya dan Gift, 1984; Patell, 1976) dalam pengaruhnya

terhadap harga saham. Perkembangan selanjutnya, Wahyuni dan Hartono (2012) menguji

pengungkapan management guidance tunggal dengan menggunakan eksperimen. Hasil mengindikasi

bahwa pengungkapan informasi management guidance dalam pengumuman laba efektif membantu

investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Kebijakan manajer mengungkap informasi sukarela

termasuk management guidance dapat dipandang sebagai suatu strategi yang mempunyai tujuan

jangka panjang (Schrand dan Walther, 2000; Krische, 2005). Oleh karena itu, pengungkapan

management guidance yang hanya bersumber pada satu informasi dinilai kurang memberi keyakinan

bagi investor dalam membuat keputusan bisnis.

Studi ini mengembangkan riset sebelumnya dengan tujuan untuk menambah keyakinan

investor dalam membuat keputusan bisnis melalui penyediaan sumber informasi lebih dari satu.

Pengungkapan informasi prospektus dari berbagai sumber diyakini akan menghasilkan kualitas

judgment yang lebih baik sebagaimana studi Han dan Tan (2007) dan Wahyuni dan Hartono (2010)

yang merekomendasi penggunaan strategi pengungkapan multiple benchmarks. Strategi multiple

benchmarks diyakini lebih baik dalam menghasilkan kualitas judgment karena memiliki ketersediaan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 3


Judul singkat maksimal 8 kata

informasi yang cukup memadai sebagai referensi atau bahan pertimbangan dibanding dengan strategi

pengungkapan single benchmark. Oleh karena itu, pengungkapan management guidance multipel

menjadi penting dalam kaitannya dengan judgment investor. Alasan pertama, studi ini berkaitan

dengan aspek keperilakuan mengenai sumber dan penggunaan informasi laba berdasarkan multiple

reference–point theory dari psikologi, sebagaimana studi Bernard (1989) dan Hartono (2004) yang

mendukung bahwa riset seharusnya mengadopsi cara baru untuk memikirkan pasar dengan

mempertimbangkan aspek psikologi kognitif. Kedua, dukungan empiris mengenai pengungkapan

informasi management guidance diperoleh hasil yang tidak konsisten, sehingga perlu diteliti lebih

lanjut. Ketiga, merespon fenomena riil mengenai beragamnya pengungkapan informasi management

guidance. Dan keempat, studi ini memberikan tambahan penjelasan dan memperkuat dukungan

terhadap teori prospek melalui pengungkapan management guidance positif dan negatif.

Studi ini diorganisasikan dalam beberapa bagian. Bagian pertama diawali dengan

pendahuluan. Bagian kedua menjelaskan landasan teoritis dan pengembangan hipotesis. Bagian

ketiga dan keempat mendeskripsikan metoda eksperimen dan hasil penelitian. Bagian kelima

menguraikan diskusi hasil penelitian dan menyampaikan beberapa keterbatasan penelitian dan arahan

untuk studi mendatang.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Teori prospek merupakan salah satu pilar utama dalam literatur behavioral finance. Teori ini

dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1979) yang merupakan teori pembuatan keputusan

dalam kondisi ketidakpastian atau berisiko. Teori prospek menyatakan bahwa individu-individu lebih

berfokus pada prospek laba dan prospek rugi, bukan kekayaan total. Reference point yang digunakan

untuk menghitung laba dan rugi dapat berubah-ubah, dalam arti bahwa laba dan rugi secara terpisah

dievaluasi relatif terhadap neutral reference point. Reference point merupakan status quo yang

seseorang telah terbiasa dan pada umumnya dipengaruhi oleh norma budaya, ekspektasi, dan level

individu. Teori prospek memprediksi bahwa individu akan menghindari risiko (risk averse) ketika

mengevaluasi pilihan yang berada di atas reference point (domain laba) dan cenderung bersikap

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 4


Judul singkat maksimal 8 kata

mengambil risiko (risk seeking) ketika mengevaluasi pilihan yang berada di bawah reference point

(domain rugi).

2.1. Hipotesis Pengungkapan Informasi Management Guidance Tunggal (Sumber Internal)

Pengungkapan informasi prospektus berupa ramalan laba (earnings forecast) atau sering

disebut management guidance merupakan informasi penting dalam pembuatan keputusan bisnis.

Management guidance tidak hanya memiliki kandungan informasi (Patell, 1976; Penman, 1980;

Waymire, 1984), namun juga dipandang memiliki kualitas informasi masa mendatang yang lebih baik

dibandingkan dengan forecast analis (Ajinkya dan Gift, 1984; Patell, 1976; Baginski et al., 2004).

King et al., (1990) mendefinisikan management earnings forecast sebagai pengungkapan manajerial

yang bersifat sukarela yang merupakan prediksian laba lalu terhadap pelaporan yang diekspektasi.

Lebih luas, Baginski, et al. (2004) menyatakan bahwa manajemen sering menjelaskan ramalan

labanya melalui atribusi yang berkaitan dengan kinerja estimasian baik untuk aktivitas internal

(seperti: isu produk dan jasa, isu organisasional) maupun aktivitas eksternal perusahaan (seperti:

kondisi ekonomi, atau peraturan pemerintah). Penjelasan atribusi lebih mungkin untuk perusahaan

besar daripada perusahaan milik negara, bahkan lebih mungkin untuk ramalan negatif (bad news

forecast).

Pengungkapan informasi management guidance tunggal dalam pengumuman laba dapat

membantu investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan (Schrand dan Walther, 2000; Krische,

2005; Wahyuni dan Hartono, 2012, 216; Hartono dan Wahyuni, 2014). Studi ini memprediksi bahwa

investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih menguntungkan (more favorable) ketika

informasi management guidance diungkap dalam pengumuman laba. Secara specifik, pengungkapan

management guidance positif menyebabkan investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih

menguntungkan (more favorable) dibandingkan dengan pengungkapan informasi management

guidance negatif dalam pengumuman laba. Hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

H1. Investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih tinggi ketika mempertimbangkan
informasi management guidance tunggal positif yang diungkap dalam pengumuman laba
dibandingkan dengan investor yang mempertimbangkan informasi management guidance
tunggal negatif.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 5


Judul singkat maksimal 8 kata

2.2. Hipotesis Pengungkapan Informasi Management Guidance Multipel (Sumber Internal dan
Eksternal)

Informasi management guidance merupakan informasi yang bersifat sukarela, namun penting

dalam pembuatan keputusan bisnis. Secara umum, studi pengungkapan informasi management

guidance ini merupakan mengembangan studi terdahulu yang lebih memfokus pada pengungkapan

management guidance tunggal dalam pengumuman laba (Schrand dan Walther, 2000; Krische, 2005;

Wahyuni dan Hartono, 2012). Perkembangan selanjutnya, Han dan Tan (2007) dan Wahyuni dan

Hartono (2010) merekomendasi penggunaan pengungkapan multipel yang diyakini lebih baik dalam

menghasilkan kualitas judgment karena memiliki ketersediaan informasi yang cukup memadai

sebagai referensi dibanding dengan informasi tunggal. Secara umum temuan studi terdahulu

mengindikasi bahwa semakin lengkap dan relevan informasi yang dipertimbangkan dalam

mengevaluasi kinerja perusahaan maka semakin tinggi laba masa depan yang diestimasi.

Penelitian ini berusaha menguji kandungan reaksi pengungkapan informasi management

guidance multipel dengan berdasar pada multiple reference–point theory ((Fiegenbaum et al., 1996;

Ordones et al., 2000) dari ilmu psikologi. Multiple reference–point theory memprediksi bahwa

individu dipengaruhi oleh tiga dimensi informasi utama dalam pengambilan keputusan yaitu dimensi

internal, dimensi eksternal dan dimensi waktu (masa lalu, sekarang dan masa depan). Asumsi yang

mendasari adalah adanya bounded rasionality (Bazerman, 1994), yaitu kondisi individu yang

memiliki keterbatasan informasi, waktu, kapasitas memori dan sebagainya, sehingga individu tidak

memiliki informasi yang berorientasi pada informasi eksternal dan informasi masa depan, kecuali

jika informasi tersebut diungkap dalam pengumuman laba. Oleh karena itu, dengan ketersediaan

cukup informasi, diyakini bahwa investor akan memiliki pertimbangan yang semakin baik dan akurat

yang berakibat semakin baik pula kualitas judgment dalam proses evaluasi kinerja.

Boldt (2001) memandang bahwa individu berperilaku more/less favorable karena adanya efek

fiksasi yaitu ketika laba historis memuat laba transitori maka dia terfiksasi untuk mengestimasi laba

masa depan lebih tinggi dibanding dengan laba historis yang memuat rugi transitori. Demikian juga

Du dan McEnroe (2011) menjelaskan bahwa sumber informasi multipel dapat menambah keyakinan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 6


Judul singkat maksimal 8 kata

investor dalam membuat keputusan bisnis. Dengan demikian hipotesis dapat dinyatakan sebagai

berikut ini.

H2. Investor akan mengevaluasi kinerja perusahaan lebih positif ketika informasi management
guidance multipel (bersumber internal dan eksternal) diungkap dalam pengumuman laba.

2.3. Hipotesis Efek Prospek Pengungkapan Informasi Management Guidance

Menurut Tversky & Kahneman (1979), teori prospek memprediksi bahwa individu akan

menghindari risiko (risk averse) ketika mengevaluasi pilihan yang berada di atas reference point

(domain laba) dan cenderung bersikap mengambil risiko (risk seeking) ketika mengevaluasi pilihan

yang berada di bawah reference point (domain rugi). Schrand dan Walther (2000), Wahyuni dan

Hartono (2010, 2012, 2014) memberi dukungan bahwa investor lebih sering mengingat laba perioda

lalu dibandingkan dengan mengingat rugi perioda lalu. Dengan demikian jika dikaitkan dengan

fenomena pengungkapan management guidance, diyakini bahwa pengungkapan informasi

management guidance positif (tunggal dan multipel) akan cenderung mendorong investor

mengevaluasi kinerja perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan informasi management guidance

negatif, namun besaran evaluasinya akan lebih tinggi untuk informasi negatif dibandingkan dengan

informasi positif. Rumusan hipotesis dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

H3. Investor akan bereaksi lebih negatif dalam mengevaluasi kinerja perusahaan untuk
pengungkapan informasi management guidance (tunggal dan multipel) negatif dibanding
dengan reaksi positif dalam mengevaluasi kinerja untuk pengungkapan informasi management
guidance (tunggal dan multipel) positif.

3. Metoda Penelitian

3.1. Rancangan Eksperimen

Eksperimen dalam studi ini menggunakan rancangan eksperimen faktorial campuran

antarsubjek (between subject) dan intrasubjek (within subject) 2 x 2. Harsha dan Knapp (1990)

menjelaskan mengenai rancangan antarsubjek yaitu setiap subjek mendapat paparan satu kasus,

sementara rancangan intrasubjek mendapat paparan lebih dari satu kasus. Dalam rancangan faktorial 2

x 2, terdapat 2 kondisi manipulasi antarsubjek yaitu (dua kondisi muatan informasi: informasi positif

dan informasi negatif) pada dua kondisi intrasubjek yaitu (dua kondisi karakteristik pengungkapan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 7


Judul singkat maksimal 8 kata

laba: management guidance tunggal dan management guidance multipel). Subjek dalam penelitian

ini adalah investor dengan kriteria memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang investasi dan

pasar modal dan analisa laporan keuangan. Rancangan eksperimen dalam studi ini tampak dalam tabel

3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Rancangan Eksperimen Faktorial Campuran 2x2


Karakteristik Pengungkapan Laba Muatan Informasi
Informasi Positif Informasi Negatif
Management Guidance Tunggal Sel 1 Sel 3
Management Guidance Multipel Sel 2 Sel 4

3.2. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Dalam eksperimen ini, variabel dependen adalah evaluasi investor terhadap kinerja

perusahaan yang diukur dengan menggunakan ramalan (forecast) laba investor. Investor diminta

untuk menginterpretasikan pengumuman laba kemudian membuat ramalan laba satu tahun

mendatang. Penggunaan ramalan laba mendatang sebagai pengukuran evaluasi investor terhadap

kinerja perusahaan karena laba mendatang dan laba bertumbuh merupakan komponen penting dalam

menentukan nilai perusahaan (Feltham & Ohlson, 1995; Ohlson 1995).

Variabel independen dalam studi ini adalah faktor treatment 2x2 mix design yaitu antarsubjek

muatan informasi (dua level: informasi positif dan informasi negatif) dan intrasubjek karakteristik

pengumuman laba (dua level: management guidance tunggal dan management guidance multipel).

3.3. Subjek Eksperimen

Subjek eksperimen dalam penelitian ini adalah investor. Investor dalam penelitian ini adalah

individu yang pernah melakukan kegiatan investasi atau memiliki investasi dalam bentuk saham dan

memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang investasi dan pasar modal dan analisa laporan

keuangan. Studi ini lebih memfokus pada pengujian perilaku individu terhadap pengungkapan

informasi management guidance tunggal dan multipel, sehingga pemilihan investor sebagai subjek

akan mencerminkan kondisi riil.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 8


Judul singkat maksimal 8 kata

3.4. Material Eksperimen

Material eksperimen menggunakan materi yang dipergunakan oleh Krische (2005) dengan

sedikit penyesuaian cerita konteks supaya realistis dengan tataran (setting) di Indonesia. Setiap subjek

akan diberikan materi meliputi: Booklet yang berisi instruksi, materi kasus, dan kuesioner. Material

kasus untuk semua eksperimen adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan

ringan yaitu PT Makmur Jaya. Dalam kasus tersebut disajikan pengumuman laba, dan informasi

management guidance tunggal dan multipel baik bermuatan positif maupun negatif.

3.5. Tugas dan Prosedur Eksperimen


Tugas eksperimen studi ini dituangkan dalam tahapan penugasan. Tempat dan waktu

pelaksanaan eksperimen berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan dengan masing-masing subjek.

Sebelum eksperimen berlangsung, peneliti melakukan diskusi kelompok fokus (focus group

discussion) dan melakukan uji coba (purwauji) dalam sebuah tes percobaan (pilot test). Selanjutnya

mengantisipasi terjadinya ancaman baik terhadap validitas internal maupun validitas eksternal.

Subjek dalam penelitian ini ditugaskan ke salah satu dari empat (4) kelompok eksperimen

secara random. Prosedur eksperimen dikembangkan dari penelitian Krische (2005), yang meliputi

empat tahap. Empat tahap dalam eksperimen ini meliputi tahap deskripsi bisnis perusahaan, tahap

evaluasi kinerja, tahap demografi dan tahap taklimat (debriefing). Tahap debriefing yaitu tahap

penyegaran subjek yang dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang mengapa subjek diberikan

treatmen. Tujuan debriefing adalah untuk mengembalikan situasi seperti sebelumnya ketika subjek

belum diberi treatmen, dan untuk menambah pemahaman dan pengetahuan subjek mengenai

pengujian atas pengungkapan informasi management guidance. Prosedur eksperimen dijelaskan

dalam tabel 3.2 yaitu sebagai berikut ini.

Tabel 3.2. Manipulasi dan Material Eksperimen


No Tahap Eksperimen Material Eksperimen Manipulasi
Informasi Sebelum Deskripsi Bisnis Perusahaan Muatan Informasi:
Evaluasi a. Informasi Positif
b. Informasi Negatif
2 Evaluasi Kinerja Pengumuman Laba Karakteristik Pengungkapan:
a. MG Tunggal
b. MG Multipel
3 Demografi
4 Debriefing

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 9


Judul singkat maksimal 8 kata

3.6. Cek Manipulasi


Cek manipulasi dilakukan setelah pemberian treatmen untuk tiap-tiap kelompok eksperimen.

Subjek diinstruksikan untuk menentukan informasi yang digunakan sebagai dasar mengevaluasi laba

masa depan sesuai dengan karakteristik pengungkapan informasi yang diterima. Selanjutnya subjek

diminta menentukan besaran evaluasi kinerja perusahaan berupa laba masa depan dan memberi

interpretasi apakah besaran laba yang dibuat lebih tinggi/lebih rendah dibandingkan dengan besaran

laba tahun berjalan. Evaluasi kinerja dikatakan lebih tinggi apabila terjadi kenaikan Rp 10.000,00

atau kelipatannya dan dikatakan lebih rendah apabila terjadi penurunan Rp10.000,00 atau

kelipatannya. Jika subjek dalam menentukan informasi sebagai dasar estimasi tidak sesuai dengan

karakteristik pengungkapan yang diterima dan besaran estimasi tidak sesuai dengan interpretasi yang

diberikan, serta besaran estimasi laba bukan kenaikan Rp10.000,00 / kelipatannya atau penurunan

Rp10.000,00 / kelipatannya, maka subjek dinyatakan gagal dalam cek manipulasi.

3.7. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Teknis analisis data yang digunakan dalam eksperimen ini adalah analisis of variance

(ANOVA), analisis variansi univariat (univariate analyses of variance) dengan menggunakan General

Linear Model (GLM) dan independent sample t test. Pertama, menguji perbedaan karakteristik subjek

(jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan lama bekerja) dengan ANOVA. Kedua,

menguji keefektifan randomisasi dalam kelompok treatmen. Ketiga, menguji karakteristik demografi

terhadap penentuan estimasi, dan menguji perbedaan waktu pelaksanaan eksperimen terhadap

penentuan estimasi. Keempat, melakukan analisis variansi univariat dengan General Linear Model

(GLM) dan independent sample t test untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut pengujian hipotesis

dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3: Pengujian Hipotesis


No Hipotesis Efek Perbandingan
1 H1: Management Guidance Tunggal MGT (positif) dengan MGT (negatif)
( Sel 1) vs (Sel 3)
2 H2: Management Guidance Multipel MGM (positif) dengan MGM (negatif)
( Sel 2) vs ( Sel 4)
3 H3: Efek Prospek Besaran Penyesuaian Informasi Negatif dengan Besaran
Penyesuaian Informasi Posistif
(Sel 4 – Sel 3) vs (Sel 2 – Sel 1)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 10


Judul singkat maksimal 8 kata

4. Hasil Penelitian

4.1. Karakteristik Data dan Demografi Subjek

Subjek eksperimen berjumlah 78 investor. Sembilan orang tidak lolos cek manipulasi,

sehingga subjek menjadi berjumlah 69 orang yang terdiri dari 33 pria dan 36 wanita. Rata-rata subjek

memiliki umur 28 tahun. Subjek dikelompokkan secara random ke dalam dua kelompok untuk tiap-

tiap eksperimen sebagai berikut ini.

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kategori Subjek


Tahapan Evaluasi Muatan Informasi Total
Positif Negatif
Management Guidance Tunggal 36 33 69
Management Guidance Multipel 36 33 69
Total 72 66 138

Subjek pada masing-masing kelompok memiliki variasi yang tidak jauh berbeda. Perbedaan

karakteristik subjek diharapkan tidak mempengaruhi penentuan evaluasi kinerja yang ditunjukkan

dengan hasil pengujian ANOVA dengan variabel dependen evaluasi kinerja perusahaan dan variabel

independennya karakteristik demografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, dan perbedaan waktu) pada

tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Demografi dan Perbedaan Waktu terhadap


Evaluasi Kinerja Perusahaan
Variabel Independen df F-Statistik Sig.
Pengaruh Karakteristik Demografi terhadap Evaluasi
Jenis Kelamin 1 0.000 0.999
Umur 2 0.150 0.870
Pendidikan 2 1.621 0.382
Waktu Pelaksanaan 1 11.104 0.186

4.2. Analisis Prileminari

Sebelum menginvestigasi hipotesis secara spesifik, studi ini mengaplikasi model 2x2 mixed

design dengan analisis of variance (ANOVA) untuk menguji efek secara keseluruhan dari informasi

managemen guidance (positif atau negatif) dan pengungkapan informasi (management guidance

tunggal dan multipel) atas forecast investor (evaluasi kinerja). Analisis ANOVA diperoleh hasil:

Between Groups (F=70.258; Sig.=.000). Hasil analisis variansi mencerminkan adanya perbedaan

respon atau probabilitas subjektif yang signifikan secara statistik antargrup treatmen berkaitan dengan

evaluasi kinerja perusahaan. Adanya perbedaan respon menunjukkan bahwa muatan informasi dan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 11


Judul singkat maksimal 8 kata

karakteristik pengungkapan informasi berpengaruh terhadap perilaku investor dalam mengevaluasi

kinerja perusahaan.

Tabel 4.3 menyajikan mean (rata-rata) evaluasi kinerja perusahaan untuk 2x2 mixed design.

Statistik deskriptif variabel dependen dan independen dijelaskan dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Rata-rata Evaluasi Kinerja (Standard Deviation)


Grup MG Tunggal MG Multipel
Positif 405,138.89 (70,766.07) 494,922.2 (81,940.26)
Negatif 386,212.12 (88,679.81) 241.060,6 (42,422.94)

Secara lebih rinci, besaran penyesuaian evaluasi kinerja investor untuk informasi yang

bermuatan positif dan informasi yang bermuatan negatif dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4. Rata-rata Besaran Penyesuaian Evaluasi Investor untuk Informasi Tunggal
dan Multipel
Efek Perbandingan Besaran Penyesuaian Besaran Penyesuaian Variansi
Evaluasi Positif Evaluasi Negatif
MGM -MGT (494,722.22 – 405,138.60) (241,060.60 – 386,212.12)
89,583.3 -145,151.51 55,568.21

Evaluasi investor terhadap kinerja perusahaan dalam penelitian ini merupakan variabel

dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen yaitu muatan informasi dan karakteristik

pengungkapan informasi. Rata-rata evaluasi investor baik pada pengungkapan management guidance

tunggal maupun multipel dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut ini.

Rata-rata Evaluasi Kinerja


600000
500000
Rata-rata Evaluasi

400000
300000 Series1

200000 Series2

100000
0
MGT MGM

Grafik 4.1: Rata-Rata Evaluasi Kinerja Investor untuk MGT dan MGM

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 12


Judul singkat maksimal 8 kata

4.3. Pengujian Hipotesis

4.3.1. Pengujian Hipotesis Pengungkapan Informasi Management Guidance Tunggal

Hasil pengujian pengungkapan management guidance tunggal pada hipotesis 1 dengan

menggunakan independent sampel t-test dapat dijelaskan pada tabel 4.3 berikut ini.

Table 4.3. Pengujian Hipotesis Pengungkapan Managemant Guidance Tunggal


Mean Mean Levene’s Independen
Difference Test T-Test
F Sig. t Sig.
Grup:
MGT (Positif) vs 405,139>386,212 18,927 1.758 0.189 0.974 0.334*
MGT (Negatif)
*Signifikan pada 0,05

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa respon subjek terhadap variabel dependen evaluasi

kinerja yaitu pada kelompok MGT (positif) memiliki mean sebesar 405,139 lebih tinggi daripada

respon subjek pada kelompok MGT (negatif) yang memiliki mean sebesar 386,212, namun selisihnya

hanya sebesar 18,927 (tidak signifikan). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan independent

sampel t-test menunjukkan nilai t sebesar 0,974 dan p=0,334. Hasil mengindikasi bahwa

pengungkapan informasi management guidance tunggal dalam pengumuman laba tidak dapat

mempengaruhi investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, yang ditunjukkan secara statistik

tidak signifikan di atas satu persen (p=0,334).

Secara lebih spesifik, studi ini mengindikasi bahwa pengungkapan informasi management

guidance tunggal positif tidak dapat menyebabkan investor berperilaku more favorable yang

tercermin dalam perilakunya ketika mengevaluasi kinerja perusahaan, yang seharusnya lebih tinggi

dibandingkan dengan evaluasi kinerja untuk pengungkapan informasi management guidance tunggal

negatif. Pengujian selanjutnya menunjukkan bahwa pengaruh pengungkapan management guidance

tunggal terhadap evalusi kinerja secara statistik tidak signifikan. H1 tidak terdukung.

4.3.2. Pengujian Hipotesis Pengungkapan Informasi Management Guidance Multipel

Hasil pengujian pengungkapan management guidance multipel pada hipotesis 2 dengan

menggunakan independent sampel t-test dapat dijelaskan pada tabel 4.5 berikut ini.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 13


Judul singkat maksimal 8 kata

Table 4.5. Pengujian Hipotesis Pengungkapan Managemant Guidance Multipel


Mean Mean Levene’s Independen
Difference Test T-Test
F Sig. t Sig.
Grup:
MGM (Positif) vs 494,722>241,060 253,662 22.007 0.00 16.338 0.000*
MGM (Negatif)
*Signifikan pada 0,05

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa respon subjek terhadap variabel dependen evaluasi

kinerja yaitu pada kelompok MGM (positif) memiliki mean sebesar 494,722 lebih tinggi daripada

respon subjek pada kelompok MGM (negatif) yang memiliki mean hanya sebesar 241,060. Hasil uji t

dengan menggunakan independent sampel t-test menunjukkan nilai t sebesar 16.338 dan p=0.000.

Perbedaan respon subjek secara statistik signifikan di bawah satu persen (p=0,000), yang berarti

subjek mempertimbangkan informasi managemen guidance multipel dalam mengevaluasi kinerja

perusahaan. Dengan demikian hipotesis 2 terdukung.

4.3.3. Pengujian Hipotesis Efek Prospek

Hasil pengujian efek prospek dalam pengungkapan management guidance tunggal dan

multipel pada hipotesis 3 dengan menggunakan independent sampel t-test dapat dijelaskan pada tabel

4.6 berikut ini.

Table 4.6. Pengujian Hipotesis Efek Prospek


Mean Mean Levene’s Independen
Difference Test T-Test
F Sig. t Sig.
Grup:
(MGM – MGT) Negatif vs -145,151>89,583 50,568 0.008 0.927 12.553 0.000*
(MGM – MGT) Positif
*Signifikan pada 0,05

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa respon subjek terhadap variabel dependen besaran

penyesuaian evaluasi kinerja yaitu untuk kelompok MG (positif) memiliki mean sebesar 89,583 lebih

kecil daripada respon subjek pada kelompok MG (negatif) yang memiliki mean sebesar -145,151.

Hasil pengujian hipotesis 3 dengan menggunakan independent sampel t-test menunjukkan nilai t

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 14


Judul singkat maksimal 8 kata

sebesar 12.553 dan p=0.000. Perbedaan mean secara statistik signifikan di bawah satu persen

(p=0.000), yang berarti terjadi efek prospek dalam fenomena pengungkapan informasi management

guidance baik tunggal maupun multipel dan hipotesis 3 terdukung.

4.3.4. Analisis Tambahan

Adanya perubahan reaksi investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan dalam studi ini,

lebih disebabkan karena dukungan ketersediaan informasi relevan mengenai sumber informasi

management guidance multipel yaitu berasal dari ramalan laba analis (analys earnings forecast).

Fenomena pengungkapan informasi management guidance multipel memiliki kandungan reaksi yang

ditunjukkan dengan adanya kecenderungan perilaku investor untuk merevisi evaluasinya dalam

pengumuman laba. Rata-rata reaksi investor dalam mengevaluasi kinerja lebih tinggi untuk informasi

positif dibandingkan dengan reaksinya untuk informasi negatif, namun besaran evaluasinya lebih

tinggi untuk pengungkapan informasi management guidance negatif (tunggal dan multipel)

dibandingkan dengan informasi positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengungkapan

informasi management guidance multipel memiliki kandungan reaksi terhadap judgment investor,

sehingga studi ini dapat memberikan tambahan penjelasan mengenai teori multiple reference–point

theory dan teori prospek.

Kondisi riil di Indonesia mengenai pengungkapan informasi management guidance masih

bersifat sukarela dan masih disediakan oleh manajemen perusahaan (pihak internal). Secara khusus,

kondisi di Indonesia mengenai informasi management guidance lebih bersifat pengungkapan atribusi

yang berkaitan dengan kinerja estimasian baik untuk aktivitas internal (seperti: isu produk dan jasa,

isu organisasional) maupun aktivitas eksternal perusahaan (seperti: kondisi ekonomi, atau peraturan

pemerintah). Atribusi tersebut secara potensial membantu investor dalam menginterpretasi ramalan

manajemen, bahkan lebih mungkin untuk ramalan negatif (bad news forecast). Temuan ini konsisten

dengan pengungkapan Baginski, et al. (2004). Berbeda dengan kondisi di luar negeri, informasi

mengenai earnings forecast dibuat oleh analis sebagai pihak independen perusahaan. Ketersediaan

informasi earnings forecast dapat disajikan secara lebih lugas dalam menggambarkan besaran laba

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 15


Judul singkat maksimal 8 kata

masa depan. Sebagaimana temuan studi yang dilakukan oleh Libby et al. (2006) dan Han dan Tan

(2007) mengenai management guidance form yang lebih sesuai untuk kondisi di Amerika.

5. Simpulan, Keterbatasan dan Diskusi

Studi ini bertujuan untuk menguji kandungan reaksi management guidance dalam

mengevaluasi kinerja perusahaan. Secara spesifik studi ini menguji perilaku investor terhadap

pengumuman laba yang mempertimbangkan pengungkapan informasi prospektus yang bersumber dari

internal (ramalan laba oleh manageman) dan dari eksternal (ramalan laba oleh analis). Hasil

mengindikasi bahwa pengungkapan informasi management guidance tunggal tidak dapat

mempengaruhi judgment investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Analisis lebih lanjut,

ditunjukkan secara statistik bahwa pengungkapan informasi management guidance tunggal tidak

signifikan. Hipotesis 1 tidak terdukung.

Pengujian terhadap informasi management guidance multipel diperoleh hasil bahwa investor

berperilaku more favorable karena diyakini dapat menambah keyakinan investor dalam mengevaluasi

kinerja perusahaan. Secara lebih spesifik, pengungkapan informasi management guidance multipel

dapat mempengaruhi judgment investor dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Dengan

pengungkapan informasi management guidance multiple, investor dapat menghasilkan kualitas

judgment yang lebih baik karena memiliki ketersediaan informasi yang cukup memadai sebagai

referensi atau bahan pertimbangan sehingga menambah keyakinan investor dalam mengevaluasi

kinerja perusahaan. Studi ini mengindikasi adanya kandungan reaksi pada pengungkapan informasi

management guidance multipel, yaitu untuk informasi positif reaksinya lebih positif dan untuk

informasi negatif reaksinya lebih negatif dibanding dengan pengungkapan management guidance

tunggal. Hipotesis 2 terdukung.

Besaran evaluasi untuk management guidance negatif lebih besar dibandingkan dengan

besaran evaluasi untuk management guidance positif. Temuan ini mengindikasi bahwa adanya

pengungkapan informasi yang berbeda menyebabkan perilaku investor juga berbeda yang kemudian

tercermin dalam reaksinya berkaitan dengan evaluasi kinerja perusahaan. Dengan demikian, secara

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 16


Judul singkat maksimal 8 kata

keseluruhan studi ini memberi dukungan bahwa pengungkapan informasi management guidance

mempunyai kandungan reaksi. Temuan ini konsisten dengan teori multiple reference point khususnya

untuk pengungkapan sumber informasi internal, eksternal dan informasi masa depan, serta

memberikan dukungan terhadap teori prospek berkaitan dengan pengujian informasi management

guidance positif dan negatif. Hipotesis 3 terdukung.

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: belum mempertimbangkan atribusi

informasi management guidance secara lebih luas baik atribusi yang berkaitan dengan aktivitas

internal maupun ekstenal perusahaan. Untuk pengembangan studi berikutnya perlu

mempertimbangkan atribusi-atribusi tersebut terutama berkaitan dengan bad news forecast. Beberapa

kemungkinan untuk pengembangan riset mendatang adalah mempertimbangkan adanya variasi dalam

forecast laba (Du dan McEnroe, 2011), bentuk pengungkapan informasi management guidance

sebagaimana riset yang dilakukan Han dan Tan (2007). Dari segi metodologi terutama seting

eksperimen, perlu dilakukan adanya peningkatan kemampuan validitas internal dan eksternal

khususnya mengenai pengaruh history, maturity, testing, instrumentasion dan selection (Cooper dan

Schindler, 2006).

Daftar Pustaka

Ajinkya, B. B., and M. J. Gift. 1984. Corporate Managers, earnings forecasts and symmetrical
adjustment of market expectations. Journal of Accounting Research 22 (2): 425-444.

Baginski, S. P. E, J. M. Hassell, and M. D. Kimbrough. 2004. Why do managers explain their


earnings forecasts? Journal of Accounting Research 42 (1 March): 1-29.

Bazerman. 1994. Judgment in managerial decision making. Willey & Sons. Inc.

Bernard, V. L. 1989. Capital markets research in accounting during the 1980’s: critical review. The
State of Accounting Research. : 72-120.

Boldt, M. N. 2001. The effects of functional fixation on relative performance evaluation. Academy of
Strategic and Organizational Leadership Journal. 5 (1): 17-30.

Cooper, D. R., and P. S. Schindler. 2006. Business Research Methods. Singapore, McGraw-
Hill/Irwin.

Du, Ning, and J. E. McEnroe. 2011. Are multiple analyst earnings better than the single forecast? The
Journal of Behavioral Finance. 12: 1-8.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 17


Judul singkat maksimal 8 kata

Feltham, G. A., and J. A. Ohlson. 1995. Valuation and clean surplus accounting for operating and
financial activities. Contemporary Accounting Research 11 (2): 689-731.

Fiegenbaum, A., S. Hart, and D. Schendel. 1996. Strategic reference point theory. Strategic
Management Journal 17: 219-235.

Han. Jun, dan J. Wild. 1987. Incremental information in the components of managements’ forecasts.
Working paper. Michigan State University, March.

_______, and H. Tan. 2007. Investors’Reactions to Managemant Guidance Forms: The Influence of
Multiple Benchmarks. The Accounting Review 82 (2): 521-543.

Harsha, P. D. dan M. C. Knapp. 1990. The use of within-and between-subjects eksperimental designs
in behavioral accounting research: A methodological note. Behavioral Research in Accounting
2: 50-62.

Hartono, Jogiyanto. 2004. How, why and when investors revise their beliefs to company information
and their implications to firms announcement policy. ANDI Yogyakarta.

_______, dan S. Wahyuni. 2014. Implementation of multiple reference point theory in


management guidance information disclosure. Artikel belum terbit.

Kahneman, D. and A. Tversky. 1979. Prospect theory: an analysis of decision under risk.
Econometrica 47 (2 March): 263-291.

_______, and D. T. Miller. 1986. Norm theory: Comparing reality to its alternatives. Psychological
Review 93: 136-153.

King, R., G. Pownall, dan G. Waymire. 1990. Expectations adjustments via timely management
forecasts: Review, synthesis, and suggestions for future research. Journal of Accounting
Literature 9: 113-144.

Krische, S. D. 2005. Investor’evaluations of strategic prior-period benchmark disclosure in earnings


announcements. The Accounting review 80 (1): 243-268.

Libby, R., H. T. Tan and J. E. Hunton. 2006. Does the form of managements’earnings guidance
affectttt analysts’earnings forecasts? The Accounting Review 81 (1): 251-270.

Moeckel, Cindy. 1990. The effect ofbexperience on auditor’s memory errors. Journal of Accounting
Research 28 (2): 368-387.

Ohlson, J. A. 1995. Earnings, book values, and dividends in security valuation. Contemporary
Accounting Research 11 (2): 661-687.

Ordones, Lisa D., T. Connolly, dan R. Coughlan. 2000. Multiple reference points in satisfaction and
fairness assessment. Journal of Behavioral Decision Making, 13: 329-344.

Pattel, J. 1976. Corporate forecasts of earnings per share and stock price behavior: Empirical tests.
Journal of Accounting Research (Autumn): 246-276.

Penman, S. 1980. An empirical investigation of the voluntary disclosure of corporate earnings


forecasts. Journal of Accounting Research ( Spring): 132-160.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 18


Judul singkat maksimal 8 kata

Pownall, G., and G. Waymire. 1989. Voluntary Disclosure Credibility and Securities Prices: evidence
from management earnings forecasts, 1969-73. Journal of Accounting Research 27 (2 Autumn):
227-245.

_____, C. Wasley, and G. Waymire. 1993. The stock price effects of alternative types of management
earnings forecasts. The Accounting Review 68 (October): 896-912.

Schrand, C. M. and B. R. Walther. 2000. Strategic Benchmarks in Earnings Announcements: The


Selective Disclosure of Prior-Period Earnings Components. The Accounting Review 75 (2): 151-
177.
Trueman, B. 1986. Why do managers voluntarily release earnings forecast?. Journal of Accounting
and Economics (January): 53-72.

Tversky, A. and D. Kahneman. 1974. Judgment under uncertainty: heuristics and biases. Science, 185:
1124-1131.

Wahyuni, S. dan J. Hartono. 2010. Strategic disclosure of multiple benchmarks in earnings


announcements: An examination of investor behavior based on internal and external
factors in the performance evaluation. The Indonesian Journal of Accounting Research.
13(Mei): 149-166.

________, dan J. Hartono. 2012. Reminder effect and anchoring-adjustment in earnings


announcement. Implementation of prior-period benchmark disclosure strategy. Journal Of
Indonesian Economy & Business. 27 (September): 390-405.

________, J. Hartono, Supriyadi dan E. Nahartyo. 2016. The Information Disclosure Strategy of
Single versus Multiple Benchmarks in Earnings Announcements. Artikel belum terbit.

Waymire, G. 1984. Additional evidence on the information content of management earnings forecast.
Journal of Accounting Research (Autumn): 703-718.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 19

Anda mungkin juga menyukai