Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kondisi perusahaan yang baik merupakan kekuatan untuk dapat

bertahan dan Berkembang dalam mencapai tujuan perusahaan. Sebuah

perusahaan harus berusaha dalam mengelolah sumber daya yang dimiliki

dengan efissien agar perusahaan dapat mencapai tujuan perusahaan. Secara

umum perusahaan didirikan mempunyai tujuan untuk memaksimalkan laba

dan mengurangi kerugian yang dapat mengancam kelangsungan hidup

perusahaan tersebut.

Secara umum kelangsuhan hidup perusahaan dapat dipantau atau

dilihat dari kinerja dan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Informasi

mengenai kondisi keuangan tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan

yang disusun setiap akhir periode.

Pada mulanya laporan keuangan bagi perusahaan merupakan alat

penguji dan pekerjaan bagian pembukuan. Laporan keuangan tidak dapat

menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan bersangkutan dengan

melakukan analisa, mengingat pentingnya lapoaran keuangan dan informasi

keuangan yang terkait di dalamnya maka perlu dilakukan analisis sehingga


2

dapat menjadikan informasi dalam laporan keuangan lebih bermakna dan

lebih mendukung dalam pengambilan keputusan suatu perusahaan.

Media yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan adalah

laporan keuangan. Menurut Munawir, (2010 : 2) lapoaran keuangan adalah

gambaran tentang hasil atau perkembangan suatau perusahaan, laporan

keuangan tersebut digunakan untuk membantu para manajer dalam meniali

kinerja perusahaan sehigga dapat mengambil keputusan yang tepat.

Secara periodik perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang

dibuat oleh bagian akuntansi dan diberikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, misal pemilik perusahaan , manajer, kreditor dan

pemerintahan.laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan

laba rugi,laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan laporan keuangan

(Saharadi, 2014 : 2).

Dalam interprestasi dan analisis laporan keuangan, diperlukan adanya

ukuran atau standart tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis

keuangan adalah rasio. Analisis rasio dapat mengggambarkan posisi, kondisi

maupun hasil kerja yang telah dicapai oleh perusahaan. Analisis rasio dapat

diklasifikasikan dalam berbagai jenis diantaranya yaitu rasio likuiditas, rasio

aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Dengan adanya rasio ini

dapat di ketahui tingkat kinerja likuiditas, aktivitas, solavbilitas dan


3

profitabilitas suatu perusahaan dan dapat memberikan gambaran perusahaan

yang sebenarnya sehingga dapat mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Jasa kontruksi mempunyai peranan penting dan strategis mengingat

jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik

lainnya, baik yang berupa prasarana maupun sarana yang berfungsi

mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang. Terutama

bidang ekonomi, sosial dan budaya. Selain berperan mendukung bidang

pembangunan, jasa konstruksi berperan juga untuk mendukung tumbuh dan

berkembangnya berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan dalam

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Dewasa ini, jasa konstruksi merupakan bidang usaha yang banyak

diminati oleh anggota masyarakat di berbagai tingkatan sebagaimana terlihat

dari makin besarnya jumlah perusahaan yang bergerak dibidang jasa

konstruksi. Perkembangan jasa konstruksi yang pesat membawa implikasi

pada persaingan antar perusahaan, sehingga kualitas dan kinerja perusahaan

sangat diperlukan untuk membangun sebuah proyek, yang tidak hanya dilihat

dari sumber daya manusia dan teknologi akan tetapi di lihat juga dari

keuangan perusahaan tersebut.

PT. Hutama Karya (Persero) yang merupakan salah satu perusahaan

yang bergerak dalam bidang kontruksi yang merupakan perusahaan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). Oleh karena itu, PT. Hutama Karya (persero)
4

di tuntut untuk mampu menilai kondisi dan perkembangan perusahaan

melalui analisis rasio laporan keuangan yang menggambarkan efesiensi dan

efektivitas kinerja perusahaan. Karena kinerja perusahaan perlu diperhatikan

agar pengurus perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan yang dimiliki

sehingga bisa menentukan rencana strategi uantuk masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian ini dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK

MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI

PADA PT. HUTAMA KARYA (PERSERO) PERIODE 2015 – 2017”

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka peneliti

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana kinerja keuangan PT. Hutama Karya (Persero) berdasarkan

analisis rasio keuangan selama periode tahun 2015 -2017?

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Hutama Karya (Persero),

berdasarkan analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio

rentabilitas (profitabilitas) selama periode tahun 2015 – 2017.

1.4.Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat :
5

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi

pada fakultas ekonomi Universitas Tamansiswa Palembang.

2. Bagi Perusahaan

Digunakan sebagai informasi dalam upaya mengetahui masalah yang

ada dan sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada

perusahaan.

3. Bagi Pembaca

Dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan serta perbandingan dan

sebagai acuan untuk bidang kajian yang sama.

1.5. Metodelogi Penelitian

1.5.1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Hutama Karya (Persero) yang

beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro No. 31, 30 Ilir, Ilir Barat II,

Kota Palembang, Sumatera Selatan 30144, Indonesia.

1.5.2. Ruang Lingkup Penelitian

Dengan mengingat luasnya pembahasan yang dapat dilakukan pada

laporan keuangan, maka perlu dibauat batasan atau runag lingkup

sehingga pembahasan yang akan dilakukan dapat lebih terarah dan

tidak menyimpang dari tujuan semula serta mempermudah dalam

melakukan analisis perhitungan dengan menggunakan analisis rasio


6

likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas selama periode

neraca dan laporan laba rugi tahun 2015, 2016 dan 2017.

1.5.3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sebagai

berikut:

1. Data Primer

Menurut Umi Narimawati (2008;98) dalam bukunya “Metodologi

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi” bahwa:

“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.

Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam

bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam

istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek

penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan

informasi ataupun data.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data yang

sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-

buku, literatur/internet dan bacaan yang berkaitan dengan penelitian.


7

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Teknik Wawancara, merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.

2. Teknik dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengumpulkan data – data perusahaan mengenai laporan keuangan

berupa neraca dan laporan laba rugi.

3. Kepustakaan, yaitu mengumpulkan teori yang ada berdasarkan buku

literatur, bahan kuliah, dan buku lainnya yang berkaitan dengan

penelitian.

1.5.5.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian

yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur

dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.

Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian

yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan


8

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari

hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih

baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya

(sartono, 2012 : 123).

a. Analisis Rasio keuangan

Menurut Kasmir (2012:104), Rasio keuangan merupakan kegiatan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.

Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan

komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang

ada di antara laporan keuangan. Sedangkan menurut Munawir

(2004:37), Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk

mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan

laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan

tersebut.

b. Jenis – jenis Rasio Keuangan

 Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2008:129): bahwasanya rasio likuiditas

(liquidity ratio) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendek. Pada rasio-rasio likuiditas, analisa sendiri bisa di lakukan


9

ddengan menggunakan dua metode rasio di antaranya adalah

sebagai berikut :

1. Rasio Lancar (Current Ratio) adalah rasio sebagai alat ukur

untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang

mengalami segera jatuh tempo terhadap aktiva lancar yang

tersedia.

Aktiva Lancar
Current ratio =_____________________ x 100%
Hutang Lancar

2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) adalah rasio

yang menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk

membayar kewajiban atau hutang lancar terhadap aktiva

lancar tanpa harus meperhitungkan nilai persediaan.

Aktiva Lancar −Persediaan

Quick Ratio =___________________________x100

Hutang Lancar

 Rasio Solvabilitas

Seperti yang di jelaskan menurut Fred Weston di kutip dari

Kasmir (150:2008), Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang di

gunakan dalam mengukur sejauh mana aktiva perusahaan di


10

biayai dengan hutang dan mengukur kemampuan perusahaan

untuk membayar seluruh kewajibannya, baik itu periodenya

jangka pendek atau jangka panajang jika perusahaan dilikuidasi

(dibubarkan). Rasio yang di gunakan ialah :

1. Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)

rasio ini dapat mengukur seberapa besar aktiva perusahaan

yang di biayai oleh utang atau seberapa besar hutang

perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Total hutang

Debt to assets ratio = —————————————- x


100%

Modal Aktiva

2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

menunjukan hubungan dari jumlah hutang jangka panjang

terhadap jumlah modal itu sendiri yang di berikan kepada

pemilik perusahaan, bertujuan untuk mengetahui jumlah

dana yang di sediakan kreditor ke pemilik perusahaan.

Total hutang

Debt to equity ratio =———————————— x 100%

Modal Sendiri
11

 Rasio Profitabilitas

Sofyan Safri Harahap (2008:304), menjelaskan bahwasanya

“Rasio profitabilitas merupakan perusahaan yang mendapatkan

laba dari semua kemampuan, dan sumber yang ada salah

satunya kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,

jumlah cabang dan sebagainya”.

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) merupakan ukuran

persentase pada setiap hasil sisa penjulan sesudah

perusahaan membayar harga pokok penjualan.

Laba Kotor

Gross Profit Margin = ————————————- x 100%

Penjualan

2. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin) merupakan

ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan setelah

semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga

dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan pada setiap

rupiah penjualan.

Laba setelah pajak

Operating Profit Margin = ————————— x 100%

Penjualan
12

3. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) merupakan ukuran

persentase pada setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi

semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.

Laba setelah pajak

Net Profit Margin = —————————— x 100%

Penjualan

 Rasio Investasi (investment ratios)

merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang

dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini

adalah laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001:255).

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Return On Investment = (EAT : Investasi) x 100%

2. Teknik Analisis Data Kualitatif

Yaitu cara menganilisis data dengan menggunakan uraian-uraian atau

kalimat yang berdasarkan teori disertai dengan penjelasan dalam

memecahkan masalah. Analisis kualitatif ini digunakan untuk

menunjang analisis kuantitatif sehingga dapat melengkapi kesimpulan

yang diharapkan.
13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan

2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Agus Sartono (2001 : 6) manajemen keuangan dapat

diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

usaha-usaha mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk

menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Sedangkan

menurut Martono dan Agus Hartijo (2005 : 4) menyatakan bahwa manajemen

keuangan atau yang sering pula disebut dengan istilah pembelanjaan adalah

seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan

dana dan mengelola asset. Menurut Sutrisni (2003 : 3) manajemen keuangan

merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola

keputusankeputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan.

2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi manajemen keuangan dalam suatu perusahaan dapat diperoleh

dan dilihat dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan atau direktur

keuangan. Tugas dan tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan

mungkin saja berbeda. Hal ini mungkin bergantung pada jenis usaha

perusahaan dan besar kecilnya ukuran perusahaan. Ini berarti tugas dan

tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan mungkin saja


14

mempunyai cakupan yang berbeda, tetapi ada beberapa kesamaan yang dapat

diidentifikasi. Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama

yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, utamanya seorang manajer atau

direktur keuangan. Keputusan keuangan ini diimplementasikan dalam

kegiatan seharihari untuk memperoleh laba.

Menurut Harmono (2009 : 52) ada tiga macam fungsi manajemen

keuangan yaitu :

1. Keputusan investasi

Keputusan investasi ini menyangkut bagaimana manajer keuangan

mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan

mendatangkan keuangan dimasa yang akan datang. Hasil dari kebijakan

investasi, secara sederhana dapat dilihat pada sisi aktiva neraca

perusahaan.

2. Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha

Dalam hal ini seorang manajer keuangan dituntut untuk

mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dan sumber-sumber

pembelanjaan yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai

kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Hasil kebijakan

sumber pembelanjaan, secara sederhana dapat dilihat pada sisi passiva

neraca perusahaan.
15

3. Keputusan dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan

kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan

bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Uraian

tersebut di atas memberikan indikasi bahwa fungsi pokok pembelanjaan

menduduki posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Hal ini

baru dapat dirasakan apabila fungsi pembelanjaan tidak dijalankan

sebagaimana mestinya yang mengakibatkan terganggunya keseluruhan

dari aktivitas perusahaan.

2.2. Laporan Keuangan

Bagi para analisis, laporan keuangan merupakan media yang paling

penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada

tahap pertam analisis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke

suatu perusahaan. Oleh karena itu, yang paling penting adalah media laporan

keuangan. Lapora keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi

analisis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat

menggambarkan posisi keuangan perusahaan,hali usaha perusahaan dalam suatu

periode dan arus dana perusahaan dalam periode tertentu.

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Untuk membahas manajemen keuangan, tidak terlepas dari laporan

keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat mengenai laporan


16

keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan

informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam mengambil keputusan.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntasi

yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi anatra data keuangan atau

aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data

atau aktivitas dari perusahaan tersebut (Munawir, 2010 : 5). Laporan yang

mengggambarkan dapak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurt karakteristik

ekonimnya (IAI,2002 : 13).

Menurut Sutrisno (2008 : 9) laporan keuangan merupakan hasil akhir

dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan

laporan rugi laba. Menurut Kasmir (2014 : 89) laporan keuangan adalah hasil

akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang,

dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir disajikan dalam nilai uang.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan posisi

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip-

prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten serta dibuat dan

disajikan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi.


17

Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan

kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui

bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil

yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Pada umumnya laporan

keuangan itu sendiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan

perubahan modal, dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan

modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan pada rugi laba

memerilhatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya

yang terjadi selama periode tertentu.

Dari beberapa pendapat ahli ekonomi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang

menjelaskan atau melaporkan kegiatan perusahaan sekaligus untuk

mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan dalam pencapaian tujuan yang

ingin dicapai.

2.2.2. Bentuk – Bentuk Laporan Keuangan

Dalam menganalisa dan menafsirkan laporan keuangan, seorang

penganilisis harus mengetahui pengertian-pengertian mengenai bentuk-bentuk

maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah yang

mungkin timbul dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan

terdiri dari neraca, rugi laba dan arus kas.

1. Neraca
18

Neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat

tertentu. Neraca menunjukkan aktiva, hutang dan modal sendiri suatu

perusahaan pada hari terakhir periode akuntansi. Aktiva menunjukkan

penggunaan dana, hutang dan modal menunjukkan sumber dana yang

diperoleh. Menurut Warsono (2003 : 36) menyatakan bahwa neraca

adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu

organisasi pada suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Sutrisno

(2008 : 107), neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi

keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu.

Neraca bertujuan untuk menunjukkan posisi keuangan pada suatu

perusahaan pada tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-

buku ditutup dan ditentukan sisanya pada akhir tahun fiskal atau tahun

kalender sehingga neraca sering disebut balance sheet.

Pengertian lain tentang neraca dikemukakan oleh Sarwoko dan

Halim (2009 : 42) merupakan neraca yang menunjukkan aktiva, hutang

dan modal sendiri suatu perusahaan pada hari terakhir periode akuntansi.

Menurut Darsono (2007 : 14)) komponen neraca terdiri atas :

a. Aktiva

Pada sisi aktiva neraca dikelompokkan sesuai urutan yang

paling lancar. Pengertian paling lancar disini adalah kemampuan


19

aktiva tersebut untuk dikonversi menjadi kas. Dengan demikian,

maka penggolongan aktiva dalam neraca adalah :

1) Aktiva lancar

Dalam aktiva lancar, aktiva dikelompokkan berdasarkan urutan

yang paling lancar. Aktiva lancar disini adalah yang paling

mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas.

2) Aktiva tetap

Aktiva tetap adalah investasi pada tanah, bangunan, kendaraan

dan peralatan lain yang dilakukan perusahaan. Aktiva tetap

disusun berdasarkan urutan yang paling tidak likuid (lancar).

3) Aktiva lain-lain

Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain yang

dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain adalah

kekayaan atau investasi yang tidak dikelompokkan dalam aktiva

tetap dan aktiva lancar.

b. Kewajiban dan ekuitas

Darsono (2005 : 18) berpendapat bahwa kewajiban adalah hak

dari pemberi hutang (kreditor) terhadap kekayaan perusahaan,

sedangkan ekuitas adalah hak pemilik atas kekayaan perusahaan.

Pos-pos dalam sisi ini dikelompokkan sesuai dengan besar kecilnya

kemungkinan hak tersebut akan dibayar. Semakin besar


20

kemungkinan hak atas perusahaan dibayar, semakin atas urutannya

dalam neraca. Pembagian dalam sisi kewajiban dan ekuitas dalam

neraca adalah :

1) Kewajiban jangka pendek

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban kepada kreditor

yang akan dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun kedepan.

Komponennya antara lain adalah hutang dagang, hutang gaji,

hutang pajak, hutang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun,

dan hutang-hutang lain.

2) Kewajiban jangka panjang

Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan

dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode

akuntansi atau satu tahun. Komponennya adalah hutang bank,

hutang obligasi, hutang wesel dan hutang surat-surat berharga

lainnya.

3) Ekuitas

Ekuitas adalah hak pemilik atas perusahaan. Hak pemilik akan

dibayarkan hanya melalui dividen kas atau dividen likuiditas

akhir. Komponen dari ekuitas meliputi modal saham baik biasa

maupun preferen, cadangan, laba ditahan, dan laba tahun

berjalan.
21

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan

jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan

pada periode tertentu sebagaimana halnya neraca, laporan laba rugi juga

disusun tiap akhir tahun.

Menurut Sutrisno (2008) laporan laba rugi adalah laporan yang

menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan

menurut Warsono (2003) menyatakan bahwa laporan laba rugi adalah

laporan keuangan yang menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai

selama periode tertentu.

Menurut Astuti (2004) mengemukakan bahwa laporan laba rugi

merupakan laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban

perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap

kuartal atau setiap tahun.

Sedangkan menurut Darsono (2005) laporan laba rugi merupakan

akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya-biaya

selama periode waktu tertentu yang dilaporkan, maka pembaca laporan

laba rugi perlu memerhatikan kepala (heading) pada laporan tersebut.

Komponen laba rugi menurut Darsono (2005) adalah :

a. Pendapatan/Penjualan

b. Harga Pokok Penjualan


22

c. Biaya Pemasaran

d. Biaya Administrasi dan Umum

e. Pendapatan Luar Usaha

f. Biaya Luar Usaha

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

laporan laba rugi merupakan suatu daftar perusahaan dimana didalamnya

didasarkan atas semua pendapatan dan biaya-biaya sedemikian rupa yang

terjadi pada periode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga

dengan mudah dapat diketahui apakah suatu perusahaan itu memperoleh

laba atau rugi.

3. Laporan Arus Kas

Laporan ini menggambarkan tentang perputaran uang (kas dan

bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan dan tahunan. Laporan

arus kas terdiri dari kas untuk kegiatan operasional dan kas untuk

kegiatan pendanaan.

2.2.3. Tujuan Laporan Keuangan

Dibuatnya laporan oleh suatu perusahaan tentunya memiliki tujuan dan

manfaat. Ada tujuan laporan keuangan yang dikutip dari beberapa ahli yakni :

Menurut Fahmi (2012), tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan

dari sudut angka dalam satuan moneter.


23

Secara lebih rinci, Kasmir (2008), mengungkapkan bahwa laporan

keuangan bertujuan untuk :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva,pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

2.2.4. Manfaat Laporan Keuangan

Manfaat laporan keuangan tidak dapat dipisahkan dari tujuan

penyusunan laporan keuangan, maka dapat diketahui manfaat apa yang

diharapkan dari laporan keuangan tersebut. Tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam


24

pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan manfaat dari laporan keuangan

yaitu :

1. Laporan keuangan merupakan data histories yang berguna sebagai

bentuk pertanggungjawaban manajemen atas data kepercayaan yang

diberikan oleh pemilik kepadanya. Dan laporan keuangan juga

merupakan amanat bagi manajemen yang harus disampaikan kepada

yang berhak menerima, dalam hal ini adalah peran investor.

2. Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntasi yang

bermanfaat sebagai alat komunikasi anatar data keuangan dengan pihak-

pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan.

3. Laporan keuangan dapat digunakan manajemen untuk mengetahui biaya-

biaya dari berbagai kegiatan, mengukur efisien tiap-tiap bagian, proses

prediksi dan menentukan tingkat keuntungan yang dicapai tiap-tiap

kegiatan atau bagian tersebut.

4. Laporan keuangan berguna untuk mengkonfirmasi informasi yang

dipublikasikan sumber-sumber lain.

2.2.5. Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan sebagai sumber informasi yang mempunyai

keterbatasan-keterbatasan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan tersebut

maka pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan


25

hendaknya memanfaatkan laporan keuangan tersebut secara wajar dan hati-

hati. Adapun keterbatasan laporan keuangan menurut Munawir (2010) adalah:

1. Laporan keuangan secara periodik pada dasarnya merupakan intern

report dan bukan merupakan laporan final, sehingga hal-hal yang

dilaporan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuidasi arau

realisasi.

2. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi

keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal periode yang

lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, jadi melalui

kegiatan analisis dengan memperbandingkan dan beberapa tahun tanpa

membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan

memperoleh kesimpulan yang keliru.

3. Laporan keuangan menunjukkan angka yang kelihatan bersifat pasti dan

tepat, yang sebenarnya dasar penyusunannya menggunakan standar nilai

yang mungkin berubah-ubah.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan, karena faktor-

faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.

Menurut (Harahap, 2010) laporan keuangan memiliki keterbatasan sebagai

berikut :
26

1. Laporan keuangan dapat bersifat historis yaitu merupakan laporan atas

kejadian yang telag terlewat, karenanya laporan keuangan tidak dapat

dianggap sebagagi laporan mengenai keadaan saat ini.

2. Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai

pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini.

3. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi yang disajikan dapat

digunakan semua pihak.

4. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan

taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari

berbagai pilihan yang ada.

5. Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material. Demikian pula,

penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos terntenyu

mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh

yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

6. Laporan keuangan bersifat konvervatif dalam menghadapi

ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang

tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif

yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
27

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-ostilah teknis

dan pemakaian laporan diasumsikan memahami bahsa teknis akuntansi

dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Akuntasi didominasi informasi kuantitatif. Informasi yang bersifat

kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya

diabaikan.

9. Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada akan tetapi hal ini tidak

tergambar dalam laporan keuangan.

Dalam prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (Munawir,2010) secara terperinci

menjelaskan tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut :

1. Laporan keuangan adalah laporan yang bersifat sejarah, yang tidak lain

merupakan laporan atas kejadian-kejadian yang telah lewat, maka

terdapat keterbatasan dalam kegunaanya.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan untuk memenuhi keperluan

tiap-tiap pemakai. Data-data yang disajikan dalam laporan keuangan

berkaitan satu sama lain secara fundamental.

3. Laporan keuangan sebagai hasil dari pemakaian stelsel timbulnya hal dan

kewajiban dalam akuntansi. Dalam penyusunannya tidak dapat

dilepaskan dari penaksiran-penaksiran dan pertimbangan-pertimbangan

yang masuk akal.


28

4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam sikapnya menghadapi

ketidakpastian, peristiwa-peristiwa yang tidak menguntungkan segera

diperhitungkan kerugiannya.

5. Laporan keuangan lebih menekankan bagaiman keadaan sebenarnya

peristiwa-peristiwa itu dilihat dari sudut ekonomi daripada berpegang

pada formilnya.

6. Laporan keuangan menggunakan istilah-istilah teknis, dalam hubungan

ini sering kedapatan istilah-istilah yang umum diapaki diberikan

pengertian yang khusus.

Dari beberapa kenyataan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa laporan keuangan bersifat historis dan hanya merupakan gambaran

kemajuan perusahaan yang terdiri dari data-data, laporan dan elemen yang

cukup berarti yang mempunyai sifat yang dapat mempengaruhi atau

menyebabkan timbulnya suatu perbedaan dalam suatu pengambilan

keputusan dengan mempertimbangkan keadaan lain yang ada diperusahaan.

Laporan keuangan pada dasarnya mempunyai suatu keterbatasan

sebab laporan keuangan yang dibuat oleh suatu perusahaan pada waktu

tertentu hanya bersifat sementara, bukan merupakan hasil akhir dari suatu

kegiatan perusahaan. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan

transaksi keuangan karena itu angka yang tercermin dalam laporan keuangan
29

hanya bersifat nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang

maupun nilain gantinya.

2.2.6. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang

membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pemakai.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan ada empat karakteristik kualitatif yang

dikutip oleh Munawir (2010), yaitu :

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya.

Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari

informasi dengan ketentuan yang wajar.

2. Relevan

Untuk memeroleh manfaat yang baik, informasi harus relevan untuk

memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan

ekonomi dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu

atau masa depan dengan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi

masa lalu.
30

3. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya

sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan.

Agar dapat diandalkan, informasi haruslah menggambarkan atau

menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang harusnya

disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar

periode untuk mengidentifikasi kecendrungan (trend) posisi dan kinerja

keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Hasil analisis dan interpestasi akan memberikan gambaran internal

tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dengan mengetahui hal

tersebut, pemimpin perusahaan dapat menetapkan keputusan yang tepat,

efektif dan efisien dalam memanfaatkan peluang dan menanggulangi

ancaman yang dihadapi perusahaan dalam lingkungan usahanya.

2.3. Analisis Rasio Keuangan

Sebuah perusahaan didirikan dengan harapan menghasilkan laba secara

kontinyu. Kelangsungan hidup perusahaan ditentukan oleh kinerja manajemen


31

perusahaan itu sendiri. Kondisi keuangan dan juga prestasi perusahaan dijadikan

sebagai salah satu tolak ukur dari kinerja perusahaan. Untuk menilai kondisi

keuangan dan prestasi perusahaan, dapat dilakukan dengan menggunakan

analisis rasio keuangan.

Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan

pandangan yang baik tenang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para

anlisis yang ahli dan berpengalaman dibadningkan analisis yang hnay didasarkan

atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio

keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neracadan perhitungan laba-rugi

satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah

perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga

memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan

investor serta memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kria-kira dana

diperoleh.

Dalam melakukan analisis ini dapat dilakukan dengan cara

membandingkan prestasi suatu periode dibandingkan dengan periode

sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu.

Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan

sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan

dalam industri.
32

Penggunaan analisis rasio keuangan sangat bervariasi dan tergantung

oleh pihak yang memerlukan. Selain itu juga perlu diketahui bahwa analisis

rasio keuangan hanya memberikan gambaran satu sisi saja, oleh sebab itu masih

diperlukan lagi tambahan data agar dapat lebih baik. Akhirnya analisis rasio

keuangan hanya bermanfaat apabila dibandingkan dengan standar yang jelas,

seperti standar industri, kecenderungan atau standar tertentu sebagai tujuan

manajemen. Selain itu perlu diperhatikan apabila membandingkan rasio satu

perusahaan dengan perusahaan yang lain adalah menayngkut sistem akuntansi

yang dipergunakan.

Mengadakan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan

keuangan adalag merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi

keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan.

2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan

Syahyunan (2004 : 65) menyatakan bahwa : “ Analisis Rasio

Keuangan merpuakan analisis yang paling popular untuk mengidentifikasian

kondisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan”. Rasio

keuangan merupakan suatu cara membuat perbandingan data keuangan

perusahaan, sehingga menhadi dasar untuk menjawab beberapa pernyataan

penting keadaan keuangan suatu perusahaan. Mempelajari hubungan antara

berbagai pos-pos laporan keuangan itu. Hubungan antara pos yang satu

dengan yang lain dinayatkan dengan angka yang dinamakan rasio.


33

Analisa rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan elemen-

elemen yang ada dilaporan keuangan untuk keperluan evaluasi agar bisa

diinterprestasikan lebih lanjut (Sutrisno, 2007 : 6).

Djarwanto (2001 : 18), yang dimaksud dengan rasio dalam analisis

laporan keuangan adalah : “ suatu angka yang menunjukkan hubungan antara

suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara

unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis

yang sederhana”. Bambang (2001 : 9), “ Rasio hanyalah alat yang dinayatkan

dalam arithmetical term yang dapat digunkan untuk menjelaskan hubungan

antara dua macam data financial”. Rasio keuangan pda dasarnya disusun

dengan menggabungkan angka-angka didalam atau antara laporan laba rugi

dan neraca (Hanafi dan Halim, 2012 : 17).

Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menggambarkan suatu

hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang

lain, untuk dapat memberikam gambaran kepada penganalisa tentang baik

atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan (Munawir,

2010 : 5).

Analisis ini merupakan suatu analisis yang dilaukan untuk mengetahui

tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal dan

juga dalam mengelola perusahaan semaksimal mungkin. Hasil analisis


34

nantinya akan diketahui tingkat kemampuan perusahaan yang ditujukan

dalam bentuk angka atau persentase.

Berdasarkan pengertian analisis rasio diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa dengan mengadakan analisis rasio terhadap laporan keuangan dalam

suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan yang bersangkutan walaupun kepentingan mereka

masing-masing berbeda.

2.3.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Adapun tujuan analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut :

1. Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya.

2. Mengukur sejauhmana efektifitas penggunaan aset dengan melihat

tingkat efektifitasnya.

3. Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

panjangnya.

4. Mengukur kemampuan laba sebuah perusahaan.

5. Melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku

perusahaan.
35

2.3.3. Jenis – Jenis Analisis Rasio Keuangan

Jenis rasio keuangan banyak sekali karena rasio tersebut menurut

kebutuhan penganalisa. Dalam bukunya Sawi (2005 : 20), mengelompokkan

rasio yaitu sebgai berikut :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan utnuk membayar hutang-

hutang jangka pendek (maksimum satu tahun) dengan jumlah aktiva

lancar yang dimiliki.

a. Current Ratio

Rasio ini disebut rasio lancar. Rasio yang membandingkan antar

akiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini juga menunjukkan

sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari kreditur dapat

dipenuhi.

b. Cash Ratio

Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan untuk membayar

kewajiban yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia didalam

perusahaan dan efek yang segera dapat dicarikan.


36

2. Rasio Solvabilitas

Yaitu rasio yang mengukur hingga sejauhmana perusahaan dibiayai oleh

hutang. Rasio-rasio solvabilitas mengukur perbandingan antara dana

yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari

kredit perusahaan.

a. Rasio Hitung (Debt Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menjamin hutang dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin

tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman

(hutang) yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan

dibandingkan aktiva yang dimiliki.

b. Deb To Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka

panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang

diberikan oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial

leverage perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar

hutang jangka panjang perusahaan dibanding dengan modal sendiri

yang dimiliki perusahaan.


37

3. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa

tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu.

Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan

mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada

aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila

ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa rasio

aktivitas yang digunakan adalah:

a. Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang

dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas piutang

dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan

kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan

analisis terhadap modal kerja, karena memberi ukuran seberapa

cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari

piutang, menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih

(jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka waktu

pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak

tertagihnya piutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:


38

Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin tinggi

tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya

(Sutrisno, 2008 : 12).

b. Perputaran Persediaan

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan

likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi

perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki

oleh perusahaan. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan

semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini

menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika

perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas

persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2012 : 9). Rumus

perhitungannya adalah:

c. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas

perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini


39

berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada beberapa

industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang

tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada

beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang mempunyai

proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu

penting untuk diperhatikan (Hanafi dan Halim, 2012 : 10).

Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam

mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat perputarannya

semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya (Sutrisno, 2008 : 14).

d. Perputaran Total Aktiva

Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio

perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva

tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio

yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik,

sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen

mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau

modalnya (Hanafi dan Halim, 2012). Rasio perputaran total aktiva

menggunakan rumus:
40

Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam

menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputarannya

semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya (Sutrisno, 2008

: 14).

Menurut Weston dan Bigham (2010 : 16), mengelompokkan rasio menjadi

beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas

Rasio lancar (current ratio) , rasio cepat (quik/act ratio)

2. Rasio Pengelolaan Aktiva

Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio), jangka waktu

penagihan (days sales ousttanding), peputaran aktiva tetap, peputaran

total aktiva.

3. Rasio Pengelolaan Utang (Leverage)

Rasio utang, rasio kemampuang membayar bunga, rasio kemampuan

membayar beban tetap.

4. Rasio Profitabilitas

Margin laba atas penjualan (profit margin on sales), rasio dasar

menghasilkan laba (return on total ratio), pengambilan atas total aktiva


41

(return on common equity), tingkat pengambilan atas saham biasa (return

on common equity).

2.3.4. Pembanding Analisis Rasio Keuangan

Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data

tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, presentase

serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu

akan membantu dalam menganalisa dan menginterprestasikan posisi

keuangan perusahaan.

Ada dua cara pembandingan untuk menilai rasio-rasio yang diperoleh

yaitu :

1. Pemanding Internal

Yaitu analisis rasio keuangan yang membandingkan rasio sekarang

dengan rasio dahulu dan perkiraan dimasa mendatang untuk perusahaan

yang sama.

2. Pemanding Eksternal dan Sumber Rasio Industri

Yaitu analisis rasio keuangan yang melibatkan perbandingan antara rasio

suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya yang hampir sama

atau dengan rata-rata industri pada suatu periode.

Dalam penentuan standar rasio sebagai pembanding tidak dapat

digunakan sebagi ukuran yang pasti karena standar rasio untuk industri

merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang


42

mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda, ada yang kondisi

keuangannya baik dengan operasi yang menguntungkan dan ada yang

sebaliknya.

Perbedaan-perbedaan dalam data keuangan dan hasil operasi dari

berbagai perusahaan yang sejenis disebabkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut (Munawir,2010 : 5) :

1. Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan baiaya operasi

yang berbeda-beda, seperti besar kecilnya perusahaan.

2. Jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan yang

digunakan dalam operasi mungkin berbeda dengan perusahaan yang lain.

3. Adanya perbedaan umur kekayaan yang dimilki diantara perusahaan-

perusahaan tersebut.

4. Perbedaan kebijaksanaan yang dilakukan untuk masing-masing

perusahaan baik dalam menaksir umur kegunaan suatu aktiva tetap,

metode depresiasi dan metode penilaiannya.

5. Perubahan struktur permodalan yang dimiliki oleh perusahaan-

perusahaan yang bersangkutan.

6. Perbedaan sistem dan prosedur akuntansi yang digunakan termasuk

perbedaan dalam klasifikasi biaya dan klasifikasi rekening dalam

penyajian laporan keuangan serta periode akuntansi.


43

2.3.5. Keunggulan dan Keterbatasan Rasio Keuangan

Analisa rasi keuangan memiliki keunggulan dibanding teknik analisis

lainnya. Keunggulan analisis rasio keuangan (Harahap, 2010 : 11) :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah

dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi modal-modal

pengambilan keputusan dan modal prediksi.

5. Menstandarisasi size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain

atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time

series”.

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa

yang akan datang.

Disamping keunggulan yang dimiliki, analisis rasio keuangan juga

memiliki keterbatasan yang hatus disadari sewaktu penggunaannya agar kita

tidak salah dalam penggunaannya (Harahap, 2010 : 13) :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.
44

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga

menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak

mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau

subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah niali

perolehan bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka

rasio.

d. Metode pencatatan yang bergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi

yang dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan

bisa menimbulkan kesalahan.

Sedangkan menurut Sartono (2009 : 14), keterbatasan analisis rasio

keuangan dikarenaka penggunaan analisis rasio keuangan sangat bervariasi

dan tergantung oleh pihak-pihak yang memerlukan, keterbatasan tersebut

antara lain sebagai berikut :


45

1. Rasio keuangan didasarkan atas data laporan akuntansi, sehingga perlu

dipertimbangkan atas dasar apakah data tersebut dikembangkan.

2. Perbandingan dengan data-data atau standar industri tidak menjamin

bahwa prestasi perusahaan telah memuaskan dan beroperasi atau dikelola

dengan baik

3. Apabila terdapat penyimpangan antara rasio yang telah dicapai

perusahaan dengan rasio atau rata-rata standar industri, maka perlu

dipertanyakan lebih jauh faktir yang menyebabkan penyimpangan

tersebut.

2.4. Kinerja Perusahaan

2.4.1. Pengertian Kinerja

Banyak pendapat yang menjelaskan pengertian dari kinerja, antara

lain adalah “kinerja adalah kemampuan dari suatu perusahan dalam

menggunakan modal yang dimilki secara efisien dan efektif guna

mendapatkan hasil yang sempurna.

Weston Copelan dan Thomas (1992 : 25), menerangkan bahwa

kinerja keuangan salah alat untuk mengukur prestasi kerja keuangan

perusahaan melalui struktur permodalannya. Tolak ukur yang digunakan pada

posisi keuangan perusahaan didaur hidup bisnis.


46

Penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan adalah penentuan

secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya,

berdasarkan sasaran standar dan kreteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penilaian kinerja keuangan perusahaan harus diketahui ouiput dan

inputnya. Output yang dimaksud adalah hasil dari kinerja karyawan

sedangkan input yang dimaksud adalah keterampilan yang dimiliki untuk

mendapatkan hasil tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari kinerja

dalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secra terus menerus

oleh manajemen perusahaan untuk menggunakan modal yang dimiliki secara

efektif dan efisien guna mendapatkan hasil yang maksimal.

2.4.2. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Munawir (2010 : 6), tujuan dari penilaian suatu kinerja dari

suatu perusahaan adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban saat ditagih.

2. Untuk mnegtahui tingkat solvabilitas atau leverage suatu perusahaan,

yaitu kemampuang dilikuidasi baik jangka pendek mamupun jangka

panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu

kemampuan untuk memperoleh laba selama periode tertentu.


47

4. Untuk mengetahui satbilitas usaha suatu perusahaan yaitu kemampuan

untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan

pertimbangan kemampuan perusahaanmembayar beban bunga atas

hutangnya termasuk kemampuan perusahaan membaya deviden secara

teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis

keuangan.

2.4.3. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan

Penilaian kinerja perusahaan merupakan penilaian perilaku manusia

dalam suatu organisasi untuk tercapainya prestasi atau hasil nyata yang

positif. Menurut Mulyadi (2001 : 19), penilaian kinerja adalah penentuang

secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran,

standar, dan kriteria sebelumnya. Kinerja keuangan dapat dilihat dari dua segi

yaitu :

1. Segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang dapat diukur dari

keunggulan produk dipasar, sumber daya manusia, kekompakkan tim,

kepatuhan perusahaan terhadap kemasyarakat.

2. Segi kuantitatif adalah kinerja perusahaan yang dapat diukur dengan

menggunakan suatu analisis tertentu, seperti kemampuan unit organisasi

dalam menghasilkan laba.

Masalah penilaian kinerja usaha tersebut maka dapat diukur

pengevaluasian laporan keuangan perusahaan. Dengan kinerja itu merupakan


48

prospek pertumbuhan serta potensi yang sebanding denhan waktu dan dapat

juga ditentukan kriteria yang digunakan untuk menilai keefektifan suatu

perusahaan yaitu dengan melihat tercapai tidaknya program yang telah dibuat

pada tiap perusahaan tahun anggaran atau periode sehingga sesuai dengan

rencana pencapaian tujuan perusahaan.

2.4.4. Hubungan Rasio Keuangan Dengan Penilaian Kinerja

Rasio keuangan dapat diartikan dalam artian relatif maupun absolut

menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan rasio yang

dapat dihitung berdasarkan finansial statemen yang telah tersedia yaitu :

1. Income statemen yaitu laporan rugi laba yang merupakan laporan

operasional perusahaan selama periode tertentu.

2. Balance sheet yaitu neraca yang menunjukkan posisi finansial

perusahaan pada suatu saat.

Jadi dengan menggunakan analisis rasio keuangan pihak perusahaan dapat

mengatur apa yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengukur kekuatan

atau kelemahan dalam meningkatkan keuntungan pencapaian tujuan

perusahaan.
49

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1. Sejarah Singkat PT. Hutama Karya

PT. HUTAMA KARYA (Persero) awalnya merupakan perusahaan

swasta Hindia Belanda ‘Hollandsche Beton Maatshappij’ yang dinasionalisasi

pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 61/1961

Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. HUTAMA KARYA.

Status perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perseroan Terbatas No. 74

tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No.48 tanggal 8 Agustus 1973

yang keduanya dibuat dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, SH yang kemudian

berdasarkan Surat Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris No.

DU/MK.136/KPTS/03/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Penetapan Hari

Ulang Tahun PT. Hutama Karya, maka dengan ini tanggal 29 Maret ditetapkan

sebagai hari ulang tahun PT. Hutama Karya.

Tahun 1960 merupakan tonggak transformasi PT. Hutama Karya dari

perusahaan swasta Hollandsche Beton Maatshappij ‘ menjadi PN. HUTAMA

KARYA. Sejak fase transformasi, PN. Hutama Karya telah menghasilkan karya

konstruksi yang bernilai sejarah dan monumental seperti Gedung DPR/MPR RI

di Senayan, Jakarta; serta Monumen Patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta.


50

Menandai dimulainya teknologi Beton pra-tekan di Indonesia, dimana

PN. Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang

BBRV dari Swiss. Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PN. Hutama

Karya membentuk Divisi khusus prategang. Pada dekade ini pula Hutama Karya

berubah status menjadi PT. Hutama Karya (Persero).

Mengantisipasi tantangan bisnis konstruksi yang semakin berkembang

dan kompetitif PT. Hutama Karya kembali melakukan inovasi melalui

diversifikasi usaha dengan mendirikan Unit Bisnis HakaPole yaitu Pabrik Tiang

Penerangan Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan (Oktagonal),

sekaligus melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi

teknologi konstruksi dengan diciptakannya LPBH-80 ‘SOSROBAHU’

(Landasan Putar Bebas Hambatan) oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati.

Sejalan dengan pengembangan inovasi yang terus seiring dengan

pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi konstruksi, PT. Hutama Karya

telah mampu menghasilkan produk berteknologi tinggi berupa : Jembatan

Bentang Panjang (Suspension Cable Bridge, Balanced Cantilever Bridge, Arch

Steel Bridge, Cable Stayed). Kala itu, PT. Hutama Karya sukses memenuhi

standar internasional dalam hal kualitas, keselamatan kerja dan lingkungan

dengan didapatkannya sertifikasi ISO 9002:1994, OHSAS 18001:1999.

Memasuki era millennia dimana dinamika ekonomi semakin pesat, PT.

Hutama Karya (Pesero) telah merevitalisasi diri dengan melakukan


51

pengembangan usaha untuk sektor-sektor swasta dengan pembangunan High

Rise Building (Bakrie Tower, Apartemen) maupun infrastruktur lainnya seperti

jalan tol. Seiring dengan perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap

menjadi perhatian PT. Hutama Karya. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO

9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.

Lepas satu dekade di era milenia, PT. Hutama Karya (Persero) semakin

menguatkan eksistensinya di industri konsruksi nasional. Hal ini ditandai dengan

diversifikasi usaha melalui pendirian anak perusahaan di bidang pengembangan

properti dan manufaktur aspal serta baja.

Pada 2014, PT. Hutama Karya (Persero) resmi menerima penugasan

Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan

Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi

Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT. Hutama Karya (Persero) diberi amanah

mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas

pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer. Penugasan ini merupakan

salah satu tonggak penting dalam sejarah perusahaan, karena pada masa inilah

PT. Hutama Karya (Persero) mulai menuliskan sejarah barunya

sebagai Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s

Most Valuable Infrastructure Developer.


52

3.2. Visi dan Misi PT Hutama Karya

1. Visi PT Hutama Karya

Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia.

2. Misi PT Hutama Karya

a. Menyukseskan mandat Pemerintah untuk membangun dan

mengoperasikan Jalan Tol Trans-Sumatera

b. Mengembangkan multi-bisnis, berbasis infrastruktur melalui usaha

investasi, jasa, konstruksi dan manufaktur yang mampu memberikan

nilai tambah premium pada korporasi dan dalam rangka mempercepat

pertumbuhan perekonomian Indonesia

c. Membangun kapasitas dan kapabilitas Korporasi yang

berkesinambungan melalui pemantapan human capital dan

peningkatan financial capital

3.3. Bisnis Perusahaan

1. Bisnis Pengembangan Jalan Tol

Sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian

diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT. Hutama Karya

(Persero) resmi diberi amanah mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di

Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650

kilometer. Penugasan inilah yang kemudian menjadi momentum bagi

Hutama Karya untuk mentransformasi dirinya menjadi perusahaan


53

pengembang infrastruktur. Melalui penugasan ini pula-lah Hutama Karya

kini memiliki satu lini bisnis tambahan yang utama yaitu Pengembang Jalan

Tol.

2. Bisnis Pengusahaan Jalan Tol

Selain mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera, Hutama Karya juga

diamanahi oleh negara untuk menjadi pengelola Jalan Tol Jakarta Outer

Ring Road Seksi S (JORR-S) dari pintu Pondok Pinang (20+000) hingga

pintu Kampung Rambutan (32+400). Hal ini merupakan tindak-lanjut atas

eksekusi putusan Mahkamah Agung Nomor 720 K/PID/2001 tgl 11 Oktober

2001 yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2016 lalu.

Saat ini, pengelola JORR-S masih diserahkan kepada PT. Jalantol

Lingkarluar Jakarta (PT. JLJ).

3. Bisnis Konstruksi

Bisnis Konstruksi merupakan cikal bakal berdirinya PT. Hutama Karya

(Persero). Sejak pendiriannya di tahun 1961 hingga hari ini, Hutama Karya

tak pernah berhenti berkontribusi membangun bangsa melalui karya-karya

konstruksinya yang inovatif dan bermutu tinggi. Hutama Karya memiliki 55

tahun pengalaman mengerjakan berbagai jenis pekerjaan konstruksi mulai

dari jalan, jembatan, gedung, bendungan, bandara udara, hingga proyek

pembangkit listrik. Informasi. Dalam rangka memaksimalkan manfaat dari

penugasan perusahaan di Jalan Tol Trans-Sumatera tersebut, sejak tahun


54

2015, Hutama Karya mendirikan anak usaha di bidang jasa konstruksi

bernama PT. HK Infrastruktur yang saat ini berfokus dalam pembangunan

fisik Jalan Tol Trans-Sumatera.

4. Bisnis Properti

Pada tahun 2010, bisnis properti mulai didirikan Hutama Karya sebagai aksi

diversifikasi usaha, sekaligus sebagai upaya strategis dalam rangka

melebarkan sayap di hilir industri konstruksi. Di tahun tersebut, Hutama

Karya mendirikan anak perusahaannya yang pertama yaitu PT. HK

Realtindo. Hingga saat ini, PT. HK Realtindo terus berkembang menjadi

salah satu perusahaan properti nasional dengan belasan proyek properti baik

di Jakarta maupun di luar Jakarta.

5. Bisnis Manufaktur

Di tahun 2010, Hutama Karya mulai memasuki bisnis manufaktur sebagai

manifestasi dari strategi diversifikasi usaha dalam rangka memperkuat

eksistensinya di industri konstruksi. Di tahun tersebut, PT. Hakaaston pun

terlahir. Hakaston bergerak di bidang manufaktur aspal, aspal readymix, dan

beton precast yang memiliki enam Asphalt Mixing Plant (AMP) di

Cibitung, Cilengsi, Sei Langkat, Palimanan, Lo Sarang, dan Palembang;

serta memiliki pabrik precast di Medan-Binjai, Palembang, dan Bojonegara.


55

3.3. Struktur Organisasi PT Hutama Karya


sat.
pengawasan
DIREKTUR UTAMA intern

Anak
Perusahaan
sekretaris p

Direktur Direktur Direktur Direktur Direktur


Operasi I Operasi II SDM & Pengemban Keuangan
Umum gan

Wilayah I Wilayah III Divisi


Divisi SK Divisi Akuntansi
Wilayah II Wilayah IV dan resiko Pengemban
gan jalan
Wilayah VI Wilayah Divisi SDM Divisi
tol
VII dan Umum Keuangan
Divisi
Gedung Divisi Jalan Divisi
dan Pengemban
Jembatan gan usaha
Divisi
Teknik dan
Produksi Divisi
Pemasaran

Sumber : http://bumn.go.id/hutamakarya,2015

3.4. Pembagian Tugas

Dalam suatu organisasi, pembagian tugas dalam suatu pekerjaan

adalah keharusan yang mutlak karena tanpa pembagian tugas, kemungkian

terjadinya tumpang tindih dalam pekerjaan menjadi sangat besar. Dengan

adanya pembagian tugas, ditetapkan sekaligus struktur organisasi, tugas dan


56

fungsi masing – masing unit organisasi sehingga dapat diketahui secara jelas

tugas dan tanggung jawabnya.

Untuk lebih jelas berikut ini adalah tugas dan wewenang dari struktur

organisasi PT Hutama Karya (persero)tbk :

1. Direktur Utama

Direktur utama merupakan pimpinan utama pada PT. Hutama Karya

(persero) dengan bertanggung jwab penuh terhadap operasional perusahaan.

Tugas dan wewenangnya dalah sebagai berikut :

a. Bertangung jawab atas perusahaan baik di dalam dan diluar perusahaan.

b. Memimpin dan mengkoordinasikan jalannya perusahaan serta

merencanakan dan menetapkan kebijaksaan yang ada hubungan dengan

kelangsungan perusahaan.

c. Mengarahkan secara keseluruhan pelaksanaan kegitan perusahaan

d. Menentuakan kebijaksaan sistem akuntasi dan prosedur

2. Sekretaris Perusahaan

Sekertaris perusahaan memiliki misi membantu direktur dalam

menyelengarakan kegiatan perusahaan dan menjaga hubungan baik antara

perusahaan dengan regulator dan lembaga – lembaga lainnya baik kalangan

inverstor masyarakat luas dan stakeholder lainnya. Selain itu sekertaris

perusahaan juga melaksanakan tugas – tugas lainnya yang dipercayakan

direksi sehubungan dengan peran sebagai penglolah informasi yang berkaitan


57

dengan lingkungan bisnis perusahaan. Dengan kedudukan seperti itu

perusahaan menyadari pentingnya pernanan sekretaris perusahaan dalam

memperlancar hubungan antar organisasi perusahaan yang dipenuhi dengan

ketentuan perundnag –undangan yang berlaku. Serta pembinanaan

hunbungan baik dengan stakeholdes khusunya pemegang saham yang sangat

mendukung kelancaran bisnis dan pengembangan perusahaan.

3. Satuan Pengawas Intern

Satuan pengawas intern sebagai salah satu unsur di dalam organisasi PT

Hutama Karya (persero) guna membantu manajemen sesuai fungsinya,

dalam pengendalian dan pengawasan efektifitas kinerja perusahan. Unit ini di

pimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab secara langsung kepada

direktur utama dan membawahi departement pengawasan keuangan serta

departement pengawasan operasional. Kepala kesatuan pengawasan intern

bertanggung jawab bertanggung jawab atas akuntabilitas pelaksana ugas dan

wewewang KSPI sehubungan dengan bantuan konsultasu internal bagi unit

kerja lainnya. Khusunya konsultasi mengenai pengawasan dan pengendalian

koordinasi dengan auditor untuk mengevaluasi kinerja perseorangan dan

menangani permasalahan hasil audit yang dilaksanakan oleh pengawas

fungsional internal maupun eksternal.


58

4. Direktu Operasi

Direktur operasi merupakan pimpinan operasional lapangan atau pelaksana

PT Hutama Karya (persero) yang bertanggung jawab penuh terhadap

operasional lapangan yang memegang masing – masing wilayah, serta

masing – masing divisi. Seperti Direktur Operasi I memegang wilayah I,

wilayah II, dan Wilayah VI yang berkaitan dengan divisi gedung, serta teknisi

dan produksi. Sedangkan Direktur operasi II memegang wilayah III, wilayah

IV, wilayah VII yang berkaitan dengan divisi jalan dan jembatan, pemasaran.

5. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum

a. Bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan sumber daya

manusia. Dalam hal ini termasuk perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan kualitas sumber daya manusia.

b. Membuat sistem HR yang efektif dan efesiensi, misal membuat SOP, job

description, training and development system dll.

c. Bertanggung jawab penuh dalam proses rektrutment karyawan, mulai dari

mencari calon pegawai, wawancara hinga seleksi.

d. Melakukakn seleksi, promosi jabatan karyawan yang dianggap layak.

e. Melakukan kegaiatan pembinaan, pelatihan dan kegiatan – keiatan yang

berhunungan dengan pengembangan kemampuan, potensi, mental,

keterampilan dan pengetahuan pegawai yang sesuai dengan standart

perusahaan.
59

f. Bertangung jawab pada hal yang berhungan dengan absensi karyawan,

perhitungan gaji, bonus dan tunjangan.

g. Membuat kontrak kerja karyawan, serta memperbaharui masa berlakunya

kontrak kerja.

h. Melakukan tindakan disipliner pada keryawan yang melanggar peraturan

atau kebijakan perusahaan.

6. Direktur Keuangan

a. Membayar dan menerima serta menyimpan dan mencatat semua transaksi

keuangan perusahaan.

b. Membuat surat konfirmasi piutang terhadap konsumen

c. Menagih piutang kepada konsumen

d. Membayar gaji karyawan

e. Bersama – sama bagian operasional membuat rencana pengeluran

keuangan bulanan yang dilaporkan kepada perusahaan atau direktur

utama secara periodik.

f. Membuat pembukuan akuntansi dan laporan pertanggung jawaban atas

penggunaan uang seperti laporan kas harian, mimgguan, bulanan dan

kasbon pegawai.

g. Bertanggung jawab atas keseluruhan keuangan perusahaan.


60

3.5. Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan PT. Hutama Karya (persero) dapat dilihat dari

laporan keuangan perusahaan berupa neraca dan laporan laba rugi selama tiga

tahun yaitu dari periode 2015 sampai dengan 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
NERACA KEUANGAN
PT. HUTAMA KARYA (PERSERO)
PERIODE 2015 – 2017

Sumber : annual report 2017 PT. Hutama Karya (persero)

https://drive.google.com/file/d/1sgBOmSja4U885fj48zebDJgkgNm_5r8z/view
61

Tabel 3.2
LAPORAN LABA RUGI
PT. HUTAMA KARYA (PERSERO)
PERIODE 2015 – 2017

Sumber : annual report 2017 PT. Hutama Karya (persero)

https://drive.google.com/file/d/1sgBOmSja4U885fj48zebDJgkgNm_5r8z/view

Anda mungkin juga menyukai