Anda di halaman 1dari 11

Judul : Capital budgeting Practices in Indian Companies

Penulis : 1. Roopali Batra


Department of Management, I.K. Gujral Punjab Technical University,
Kapurthala, Punjab, India
2. Satish Verma
RBI Chair, Centre for Research in Rural and Industrial Development
(CRRID), Chandigarh, India
Jurnal : IIMB Management Review
Volume : Volume 29, Issue 1, Pages, 29-44
ISSN: 0970-3896
Tahun : March, 2017

The Issues of Research Paradigm


Penelitian ini mebahas mengenai bagaimana praktik penganggaran modal yang
diterapkan di perusahaan India. Isu penelitian ini berkaitan erat dengan ekonomi
global yang berubah-ubah yang memberi dampak signifikan terhadap situasi
ekonomi di India. Dimana perkembangan internasional yang terjadi semakin
membawa India menghadapi risiko lebih besar. Fakta mengemukakan bahwa tahun
2008 menjadi bukti diaman krisis keuangan glonal memberi pengaruh besar pada
perekonomian India dan mengurangi aktivitas investasi. Kondisi bisnis India yang
bergejolak memberi dampak langsung terhadap perusahaan-perusahaan di Negara
tersebut. perusahaan menghadapi berbagai macam risiko seperti risiko siklus bisnis,
perlambatan permintaan, tindakan pesaing yang tidak diantisipasi, risiko suku
bunga, risiko tingkat inflasi, perkembangan teknologi yang tak terduga, perubahan
kebijakan pemerintah, dan yang terpenting, risiko nilai tukar.
Fenomena tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi dan
kehancuran yang dimana memberikan efek pada perusahaan-perusahaan, sehingga
terjadi penurunan profitabilitas, menyusutnya kapitalisasi pasar dan meningkatnya
hutang yang membuat investasi lebih berisiko. Karena hal tersebut perusahaan
perusahaan yang dapat bertahan hanya perusahaan yang mampu menjalankan
praktek manajemen keuangan yang sehat dan investasi efektif.

1
Adanya perkembangan literature akademik, serta praktik yang berubah
menciptakan kebutuhan untuk memeriksa kembali sejauh mana perkembangan
teori yang baru mempengaruhi praktik penganggaran modal.
Studi ini menyelidiki sejauh mana teknik baru yang ada pada nilai net present
value (NPV) yang ada sekarang disesuaikan dengan analisis opsi nyata, modified
internal rate of return (MIRR), Teknik analisis yang canggih seperti analisis
simulasi Monte Carlo, analisis arus kas diskon (DCF), analisis pohon keputusan,
dan teori probabilitas sedang diterapkan oleh perusahaan India dalam prakteknya.
Tujuan penelitian ini untuk menyajikan mengenai praktik investasi India saat
ini, dan menentukan sejauh mana praktik-praktik tersebut mencerminkan teori
keuangan terbaru.

Immediate Discipline (Current Theory)


Dalam jurnal ini peneliti memaparkan beberapa studi empiris dan beberapa
teori berkaitan dengan penelitiannya untuk membangun serta memperkuat isu dan
pertanyaan-pertanyaan peneilitiannya.
Studi menyebutkan bahwa DCF merupakan suatu metode penganggaran modal
yang paling populer. Selain metode DFC, pnelitian lain menyebutkaan bahwa
terjadi peningkatan metode NPV dan IRR yang bergerak sesuai dengan metodologi
investasi global. Studi lain menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaaan besar
bergantung pada pada teknik DCF sementara perusahaan kecil masih menyukai
kriteria payback. Para peneliti yang melakukan survey menyebutkan bahwa India
juga menetapkan IRR dan NPV sebagai metode yang paling populer. Selain itu
Biaya praktik modal juga menunjukkan tren kecanggihan yang semakin meningkat
selama ini.
Meskipun penerapan teknik DCF semakin berkembang, tinjauan literatur
akademis menunjukkan penggunaan teknik analisis risiko formal yang kurang luas.
Di antara perusahaan yang secara eksplisit mempertimbangkan risiko dalam
evaluasi investasi, tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko dan waktu
pengembalian yang lebih pendek ternyata paling popular. analisis sensitivitas dan
analisis skenario muncul sebagai teknik penyesuaian risiko yang paling popular.

2
Menurut saya salah satu kekurangan jurnal ini terletak pada hal ini. Dimana
dalam jurnal ini peneliti tidak menjabarkan secara lengkap mengenai teori-teori
yang terkait dengan penelitiannya. Jurnal ini hanya sedikit menyinggung dasar teori
yang mereka angkat. Untuk itu saya mengambil beberapa teori dari jurnal yang
membahas pemngenai penganggaran modal (sumber jurnal Capital Budgeting
Theory and Practice: A Review and Agenda for Future Research).
Teori penganggaran modal telah ditandai oleh banyaknya peningkatan
penerapan berdasarkan risiko dan ketidakpastian akibat perubahan pendidikan
ekonomi, teknologi dan kemajuan ekonomi global, seperti: risiko inflasi, tingkat
suku bunga dan pertukaran tingkat risiko. Penganggaran modal merupakan tulang
punggung pengelolaan keuangan. Teori manajemen keuangan modern umumnya
mengasumsikan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah memaksimalkan
kekayaan pemiliknya.
Ketidakpastian dan risiko adalah pengaruh utama dalam membuat keputusan
investasi dan oleh karena itu Mao (1970) mengatakan bahwa aspek sentral dari teori
penganggaran modal adalah konsep risiko '(hal.352). Menurut Dayananda dkk.
(2002), penganggaran modal adalah proses penentuan proyek investasi yang
menghasilkan maksimalisasi nilai pemegang saham. Penganggaran modal sebagian
besar ditangani dengan investasi jangka panjang dalam aset jangka panjang. Aset
dapat berwujud seperti bangunan, pabrik, atau peralatan atau aset tak berwujud
seperti hak paten, teknologi baru atau merek dagang.
Penganggaran modal bukan merupakan aspek jangka pendek, umumnya
disiapkan setahun lebih awal dan bisa diperpanjang lima, sepuluh atau bahkan lima
belas tahun ke depan. Peterson dan Fabozzi (2002) mendefinisikan penganggaran
modal adalah proses menganalisis dan memilih peluang investasi dalam aset jangka
panjang dimana manfaatnya bertahan lebih dari satu tahun.
Penganggaran modal adalah dasar dan digunakan di mana-mana sebagai alat
untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengalokasikan sumber daya yang
menakut-nakuti di antara tuntutan persaingan. Penganggaran modal merupakan
bagian penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan keuangan karena
alat penganggaran modal menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik

3
dan dapat membenarkan pemilihan investasi modal spesifik di antara alternatif yang
bersaing.
Teknik penganggaran modal yang paling lazim dalam literatur keuangan publik
meliputi payback period (PB), tingkat pengembalian akuntansi (ARR), net present
value (NPV), tingkat pengembalian internal (IRR), rasio biaya manfaat (cost-cost
ratio / BCR), dan Indeks profitabilitas (PI). Di antara metode ini, empat metode
NPV, IRR, PB dan ARR, telah diidentifikasi sebagai metode utama dan digunakan
dalam banyak penelitian.
Model PB menentukan panjang waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan
pengeluaran kas yang diinvestasikan secara tepat. Di sisi lain, ARR dihitung
sebagai rasio rata-rata investasi setelah pendapatan pajak terhadap nilai buku rata-
rata. Selanjutnya, model NPV mulai dipraktekkan di mana ia mengukur perbedaan
antara nilai sekarang dari uang dan menyajikan nilai uang keluar. Jika NPV positif,
investasi modal diterima dan sebaliknya. Sebagai alternatif, IRR menentukan
tingkat di mana investasi modal dapat diterima dan dengan demikian menyamakan
biaya investasi modal dengan nilai sekarang dari proyek tersebut (Cooper et al.,
2002).
Di bidang keuangan, metode penilaian penganggaran modal menggunakan
konsep nilai waktu uang disebut analisis discounted cash flow (DCF). Metode NPV
dan IRR disebut metode discounted cash flow (DCF). Metode PB dan ARR
dianggap metode non-DCF.
Selain metode DCF dan non-DCF juga ada metode berbasis nilai untuk
mengevaluasi proyek investasi. Pengelolaan perusahaan berbasis nilai
menempatkan nilai perusahaan sebagai patokan untuk parameter kinerja dan
kontrol yang tinggi di tengah sistem target wirausaha mereka. Rasio bisnis yang
penting adalah Economic Value Added (EVATM). Stern dan Stewart
mengembangkan konsep ini (Stern et al., 1996) berpendapat bahwa EVATM adalah
metode kinerja keuangan yang lebih mendekati daripada yang lain untuk
menangkap keuntungan ekonomi sebuah perusahaan. EVATM didefinisikan
sebagai selisih antara operasi bersih perusahaan setelah pendapatan pajak dan biaya
modal. Dengan metode ini dapat dilihat apakah strategi yang digunakan adalah

4
value-destroying atau value-improvement. Hal ini sering digunakan dalam praktek
karena kemudahan penggunaannya. (sumber: Jurnal Investment decisions and
capital budgeting practices in German manufacturing companies)
Research Gap
Research gap merupakan kesenjangan temuan dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Dalam jurnal ini peneliti tidak menyebutkan dengan detail mengenai
penelitian-penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Namun dapat dilihat bahwa
peneliti dalam jurnalnya menyebutkan beberapa peneliti dan hasil temuannya.
Menurut saya, penjabaran mengenai studi terdahulu dalam jurnal ini kurang
lengkap, peneliti hanya menyebutkan temuan-temuan dari studi terdahulu tanpa
menyebutkan judul ataupun objek dari peneliti. Sehingga pembaca sulit melakukan
pembanding dari penelitian-penelitian tersebut.
Research Design
Dalam jurnal ini, peneliti tidak menjabarkan secara mendetail, tetapi
berdasarkan apa yang peniliti paparkan dalam jurnalnya, saya mengklasifikasikan
penelitian ini sebagai penelitian kualitatif dengan desain deskriftif. Desain
deskriptif sendiri merupakan bentuk penelitian yang menjawab atas pertanyaan-
pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan
penelitian tertentu. Penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi.
Issue of Research Method
Sama seperti dengan desain penelitiannnya, pada jurnal yang saya review, tidak
memaparkan bentuk detai metode penelitiannya. Namun saya menyimpulkan
bedasarkan desain penelitian yang saya paparkan sebelumnya, penelitian dalam
jurnal ini menggunakan metode penelitian case study. Dimana dalam metode
penelitian ini peneliti melakukan penyelidikan yang mendalam ( indepth study )
tentang suatu aspek yang dilakukan sedemikian rupa sehingga menghasilkan
gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap. Menurut saya metode
peneltian ini sesuai dengan tujuan studi dalam jurnal ini yaitu untuk mengetahu
prakti penganngaran modal di perusahaaan-perusahaan india.

5
Sampling Frame
Dalam penelitian semua perusahaan di India yang terdaftar di Bombay Stock
Exchange (BSE) menerapkan teknik penganggaran modal meliputi seluruh
penelitian ini. Tetapi ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan mengambil
sampel dari 500 perusahaan yang dipilih secara acak dari berbagai kelompok BSE,
yaitu A (170), B (170), T (160), perusahaan dengan pembagian ekuitas, untuk
mendapatkan sampel perwakilan yang tidak bias, untuk mendapatkan sampel
perwakilan yang tidak bias dari perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang berbeda
yang mewakili berbagai ukuran, kelompok industri, usia dan wilayah geografis.
Karena 31 perusahaan tidak dapat dijangkau, populasi efektif yang diambil untuk
penelitian ini adalah 469.
Scientific Consistency
Dalam jurnal ini kekonsistenan teori dapat dilihat pembahasan yang dipaparkan
peneliti dalam jurnalnya mengenai praktik penganggaran modal DFC (Discounted
Cash Flow). Hasil penelitianyan yang diperoleh dalam jurnal Capital budgeting
Practices in Indian Companies bahwa metode tersebut merupakan metode
penganggaran modal yang paling lazim digunakan dalam perusahaan-perusahaan
di India. Dalam pembahasan pada literature review menyebutkan bahwa teknik
DFC, NPV dan IRR merupakan teknik yang paling popular digunakan. Discounted
Cash Flow ini merupakan metode perhitungan nilai wajar yang di hitung
berdasarkan konsep bahwa nilai suatu bisnis berasal dari jumlah cash flow (arus
uang) yang di dapat selama masa hidup bisnis tersebut dan di diskontokan kembali
terhadap ke nilai uang sekarang. Metode ini merupakan teknik penilaian usulan
investasi yang berdasarkan ukuran keuangan. Teknik-teknik penilaian proyek yang
dapat digolongkan ke dalam metode DCF ini antara lain yaitu Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). NPV
mengasumsikan aliran kas yang diterima akan diinvestasikan kembali pada tingkat
pengembalian yang diinginkan (required rate of return), sedangkan metode IRR
mengasumsikan bahwa setiap aliran kas masuk akan diinvestasikan kembali pada
tingkat IRR yang dihitung.

6
Analisis Discounted Cash Flow (DCF) merupakan suatu teknik pembuatan
model keuangan yang didasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu properti atau
usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam pendekatan pendapatan, analisis
DCF melibatkan proyeksi arus kas untuk suatu periode baik untuk menilai properti
operasional, properti dalam pengembangan atau bisnis. Proyeksi arus kas tersebut
memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat ini untuk mendapatkan indikasi nilai
kini dari arus kas dalam kaitannya dengan properti atau bisnis. Dalam hal penilaian
properti operasional, arus kas secara berkala pada umumnya diestimasikan sebagai
pendapatan kotor dikurangi kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya
operasional. Pendapatan operasional bersih dalam suatu periode bersama dengan
estimasi nilai akhir (terminal value/exit value) pada akhir periode proyeksi,
kemudian didiskonto. Dalam hal penilaian properti dalam pengembangan, estimasi
modal, biaya pengembangan dan pendapatan penjualan diestimasikan untuk
mencapai sejumlah pendapatan bersih yang kemudian didiskonto selama periode
pengembangan dan periode pemasaran.
Haka dan Myres menyatakan bahwa menurut teori keuangan, analisis DCF
akan membuat keputusan investasi menjadi optimal selama perusahaan mampu
mengestimasikan parameter DCF secara akurat. Beberapa studi empiris juga telah
dilakukan dan menyebutkan bahwa analisis DFC meningat penggunaanya. Hal ini
berarti bahwa analisis DCF memiliki peran yang lebih penting dibandingkan
pertimbangan non keuangan.
Statical Tools Approach
Dalam jurnal ini peneliti juga tidak menjelaskan alat statitik yang digunakan,
namun sediki peneliti menyinggung bahwa Instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan data primer tentang praktik penganggaran modal perusahaan
India adalah kuesioner survei. Dimana rancangan kuesioner dikembangkan
berdasarkan kajian komprehensif dari literatur yang ada. Yang mana setelah hasil
dari kusioner tersebut selanjutnya diuji.
Arguing Phenomenon
Dalam point ini saya ingin membahas fenomena dalam jurnal ini yang
menyatakan bahwa karena adanya perubahan ekonomi secara global secara

7
langsung dapat berdampak pada suatu perusahaan. perubahan-perubahan yang
terjadi, jika manajemen perusahaaan tidak mampu menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan penurunan profitabilitas,
menyusutnya kapitalisasi pasar dan meningkatnya hutang yang membuat investasi
lebih berisiko, sehingga hanya perusahaan-perusahaan yang mampu menjalankan
praktek manajemen keuangan yang sehat dan investasi efektif . Masalah
kelangsungan hidup perusahaan juga berkaitan erat dengan kemampuan manajer
dalam mengalokasikan modal yang dimiliki perusahaan. Efisiensi dan efektifitas
alokasi modal serta ketepatan memilih prioritas yang harus didahulukan dapat
dicapai melalui kemampuan memilih alat bantu evaluasi yang tepat.
Dalam jurnal yang saya review memaparkan bahwa teknik DFC merupakan
teknik penganggaran modal yang lazim digunakan pada perusahan-perusahaan di
India. Tetapi beberapa studi menyebutkan bahwa bahwa metode DCF tidak selalu
efektif untuk diterapkan (Haka 1987; Myers 1984). Masalanh teknik pengannran
modal yang baik bagi perusahaan, sebenarnya tergantung akan kebutuhan dan
lingkungan perusahaan itu sendiri. Salah satu permasalahan yang sering terjadi
yaitu perbedaan pandangan dalam melihat peran dan fungsi ukuran non keuangan
dalam penganggaran modal. Penelitian berbasis studi pustaka dan studi
kasus/lapangan memandang pentingnya pertimbangan non keuangan dalam
penganggaran modal. Akan tetapi, penelitian berbasis survey cross sectional secara
umum malah mengabaikan pentingnya pertimbangan non keuangan. Padahal
nyatanya pertimbangan non keuangan dalam pengaanggran modal dapat
menghidari manajer dalam pengambilan keputusan.
Ukuran non keuangan ini dapat menjadi alternatif bagi manajer saat ukuran
keuangan tidak efektif untuk diterapkan. Ukuran keuangan memiliki persyaratan
yang harus dipenuhi terlebih dulu agar efektif diterapkan. Ukuran ini
mengharuskan manajer untuk dapat mengestimasikan dengan tepat parameter-
parameter tertentu. Kemampuan manajer dalam mengestimasikan parameter-
parameter akan bergantung kepada lingkungan dimana perusahaan beroperasi.
Dengan demikian, keefektifan dari penerapan suatu ukuran bergantung kepada
faktor-faktor kontinjensi yang akan berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan

8
lainnya. Dengan demikian, keefektifan dari penerapan suatu ukuran bergantung
kepada faktor-faktor kontinjensi yang akan berbeda dari satu perusahaan ke
perusahaan lainnya. Sebagian besar penelitian mengabaikan keberadaan faktor-
faktor kontijensi ini, yang mana pada umumnya penelitian hanya berfokus pada
mendeskripsikan praktik penganggran modal perusahaan-perusahaan yang diteliti.
Oleh karena itu fenomena seperti ini harus mampu menjadi bahan yang
dipertimbakan dalam studi agar mampu dipaham paraktik penganggaran yang tepat
dalam suatu perusahaan.
Testing The Evidence or Fact
Dari hasil penelitian dan olah data, peneliti dalam jurnalnya menungkapkan
bahwa teknik DCF : IRR dan NPV adalah yang paling disukai oleh perusahaan
India dalam praktik, walaupun IRR menggantikan NPV dalam preferensi. Hasil
survei menunjukkan bahwa perusahaan India sama-sama terbagi dalam masalah
kontradiksi NPV-IRR, dan kedua metode tersebut sama-sama disukai.
Pertimbangan nilai waktu uang dan semua arus kas proyek muncul sebagai alasan
utama untuk penggunaan teknik DCF yang ekstensif. Sebaliknya, beberapa
perusahaan yang tidak menggunakan teknik ini mengidentifikasi ketidaksesuaian
pada bisnis mereka, sulit digunakan dan manajemen puncak yang tidak mendukung
sebagai alasan untuk hal yang sama.
Selanjutnya, temuan lainnya, ada kecenderungan yang berkembang oleh sektor
korporasi India untuk menggunakan beberapa teknik penganggaran modal dalam
mengevaluasi investasi, di mana teknik NDCF digunakan sebagai pelengkap teknik
DCF. Penggunaan metode payback period tradisional sangat umum.
Selain itu, Studi tersebut mengungkapkan bahwa sektor korporasi India lebih
menyukai WACC yang secara teoritis unggul karena tingkat diskonto dan multiple,
tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko berada dalam prevalensi, terutama
pada perusahaan besar. Konsisten dengan teori akademis, WACC muncul sebagai
metode yang paling populer untuk menghitung biaya modal. Penggunaan model
CAPM (pendekatan beta) dan model hasil dividen ternyata dominan dalam
menentukan biaya modal ekuitas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Risiko
fluktuasi inflasi, suku bunga dan devisa muncul sebagai faktor risiko yang paling

9
penting diikuti oleh PDB / siklus bisnis, harga komoditas dan risiko struktur
berjangka. Sedangkan untuk suku bunga, struktur jangka, ukuran perusahaan dan
risiko momentum, perusahaan lebih memilih untuk menyesuaikan tingkat diskonto
mereka, untuk risiko inflasi tak terduga, PDB, harga komoditas, valuta asing, dan
pasar terhadap preferensi nilai buku adalah menyesuaikan arus kas
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan
mempertimbangkan keterkaitan proyek dengan tujuan dan strategi perusahaan, dan
analisis pasar / permintaan pelanggan sebagai pertimbangan non finansial yang
paling penting dalam penganggaran modal. Pertimbangan teknis ketersediaan
bahan baku, tenaga, tenaga kerja, lokasi proyek dan teknologi yang sesuai, dan
pertimbangan sosial karyawan, keselamatan publik juga diprioritaskan
The Implication of The Research or Future Research
Implikasi dari penelitian ini memberikan platform yang berguna bagi para
akademisi untuk memikirkan kembali teori penganggaran modal dan
menyelaraskannya dengan praktik penganggaran modal yang berlaku. Teori
akademis menganjurkan superioritas NPV sesuai dengan tujuan memaksimalkan
kekayaan pemegang saham dan memberi pengaruh kepada IRR sebagai metode
bermasalah yang menghasilkan banyak tingkat pengembalian. Namun demikian,
survei ini membuktikan meningkatnya preferensi IRR atas NPV di sektor korporasi
India. Akademisi perlu mengidentifikasi alasan perbedaan dalam teori dan praktik
ini dan meninjau kembali teori. Selain itu, teori harus memahami penganggaran
modal dan hubungan pervasif dengan variabel tertentu (terutama ukuran
perusahaan) seperti yang disarankan oleh hasil survei.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
- Salah satu kelebihan dalam jurnal ini peneliti menggambarkan isu
penelitiannya dengan detail.
- Peneliti juga dalam jurnalnya menjelaskan secara singkat penelitian-
penelitian yang terkait.

10
Kekurangan

- Dalam jurnal ini penulis tidak menjelasak teori-teori yang terkait dengan
penelitiannya.
- Selain itu, dalam jurnal ini penulis tidak menyampaikan bagaimana desain
penelitiannya.
- Dasar pengambilan sampel tidak jelasakan dalam jurnal ini.

Referensi
Kengatharan, Lingesiya . 2015. Capital Budgeting Theory and Practice: A Review
and Agenda for Future Research. Applied Economics and Finance , Vol. 3,
No. 2; May 2016. http://aef.redfame.com
Rosyid, Ahmad. 2011. Analisis Penggunaan Metode Discounted Cash Flow Dan
Ukuran Non Keuangan Dalam Penganggaran Modal : Pendekatan
Kontinjensi. Jurnal Penelitian Vol. 8 No. 2, h 325-354.

Schlegel, Dennis, Franziska Frank dan Bernd Britzelmaier. 2016. Investment


decisions and capital budgeting practices in German manufacturing
companies. International Journal of Business and Globalisation. Volume 16,
Issues 1.

11

Anda mungkin juga menyukai