ABSTRAK
Saat ini dalam tahap pengembangan, Ibu Kota Negara Kepulauan (IKN) memerlukan
pelaporan keuangan yang terbuka dan bertanggung jawab, itulah sebabnya penelitian ini
mengkaji hal tersebut. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan proyek IKN yang
menunjukkan transparansi dan akuntabilitas dapat memberikan hasil yang menguntungkan
bagi konsumen informasi, termasuk masyarakat umum, investor, dan pemangku kepentingan
terkait lainnya. Dampak positif dapat timbul dari meningkatnya kepercayaan investor,
akuntabilitas, kepercayaan masyarakat, keterlibatan investor, dan efisiensi pengelolaan
keuangan. Untuk menghindari kesalahpahaman di kalangan masyarakat Indonesia, para
pemilik proyek Ibu Kota Negara Kepulauan harus membangun akuntabilitas dan keterbukaan
publik.
ABSTRACT
Currently in the development stage, the Island Nation Capital (IKN) requires open and
responsible financial reporting, which is why this research examines this. A qualitative
approach was used in this research. Based on the explanation above, it can be concluded that
IKN project financial reporting that shows transparency and accountability can provide
beneficial results for information consumers, including the general public, investors and
other relevant stakeholders. Positive impacts can arise from increased investor confidence,
accountability, public trust, investor involvement, and financial management efficiency. To
avoid misunderstandings among the Indonesian people, the owners of the Archipelagic
Capital City project must build public accountability and openness.
1. PENDAHULUAN
Seperti disebutkan sebelumnya, pemerintah berhasil menghentikan perpindahan ibu
kota dari Jakarta ke wilayah tertentu di kawasan Timur. Pemerintah tentunya melalui
PPN/BAPPENAS telah menjelaskan alasan lokasi ibu kota baru dan memilih wilayah di
luar Pulau Jawa yakni di Kalimantan Timur dengan alasan bertajuk laut. Utamanya, data
yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tahun 2020, jumlah penduduk kepulauan
Indonesia mencapai 151,59 juta jiwa atau sekitar 56,10 persen dari total penduduk. Data
tersebut menunjukkan bahwa tren penurunan PDB Indonesia selama ini berdampak pada
Pulau Jawa.
Kedua, dari segi dominasi dan kontribusi perekonomian, Pulau Jawa menyumbang
57,89% terhadap PDB negara pada tahun 2021, yang diperkirakan sebesar Rp 16.970,8
triliun atau USD 4.349,5 per orang. PDB Pulau Jawa sebagian besar (20,85%) disumbang
oleh kota-kota besar Jakarta dan sekitarnya, yaitu Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi
(Jabodetabek). PDB per kapita DKI Jakarta sebesar Rp274,7 juta, lebih tinggi
dibandingkan rata-rata nasional sebesar Rp62,2 juta. Hasilnya, PDB per kapita DKI
Jakarta empat kali lebih tinggi dibandingkan PDB nasional.
Ketersediaan air bersih di Pulau Jawa yang sedang mengalami krisis air menurut
statistik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2016 menjadi
bahan pembenaran ketiga. Keempat, pemodelan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Bappenas menunjukkan bahwa fungsi lahan di Pulau Jawa telah mengalami
beberapa kali modifikasi atau konversi. Simulasi ini memperjelas distribusi penggunaan
lahan yang tidak proporsional untuk kebutuhan konsumsi, dimana Pulau Jawa memiliki
penggunaan lahan lima kali lebih besar dibandingkan Pulau Kalimantan.
Alasan berikutnya terkait dengan alasan sebelumnya, yaitu mengenai urbanisasi yang
luar biasa di Pulau Jawa, khususnya di kabupaten-kabupaten yang mengelilingi ibu kota
Jakarta, termasuk Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan wilayah Cianjur.
Wilayah Jabodetabek Punjur diyakini dihuni oleh 32 juta jiwa. Sementara itu,
pembenaran terakhir berkaitan dengan risiko lingkungan yang dihadapi Jakarta sebagai
kota metropolitan, antara lain pencemaran besar-besaran di beberapa sungai, tanah
longsor, banjir, dan erosi air laut.
Banyak publikasi yang mengkritik pemilihan wilayah dan gagasan untuk merelokasi
dan mendirikan ibu kota baru. Banyak pihak menilai rencana pemerintah tersebut belum
matang karena tidak memiliki kekuatan dari dua argumen pemindahan ibu kota ke luar
Jakarta, yakni pemerataan dan daya dukung Jakarta. Memindahkan Ibu Kota Negara ke
luar Pulau Jawa saja tidak cukup bagi pemerintah; pusat-pusat pembangunan baru dan
peluang-peluang ekonomi perlu disebarkan ke luar Jawa, khususnya di wilayah timur
Indonesia.
Saat menyampaikan Pendapat Akhir pada Rapat Paripurna 18 Januari 2022, Fraksi
PKS DPR RI menyuarakan kritik serupa yang menyatakan bahwa pemindahan Ibu Kota
Negara memerlukan sejumlah proses, antara lain terkait uang, sumber daya manusia, dan
proses. lingkungan hidup, pertahanan, keamanan, dan lain sebagainya. Menurut pihak
PKS, pengalihan IKN akan membebani anggaran negara, terutama mengingat wabah
COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang sedang berlangsung. Ibu Kota Negara
(IKN) Indonesia rencananya akan dipindahkan ke wilayah Kalimantan Timur. Dalam
kerangka ini, pelaporan keuangan proyek pemerintah—termasuk proyek IKN—harus
transparan dan akuntabel. Fokus penting dari kolaborasi pemerintah dan badan usaha
(KPBU) adalah keterbukaan dan akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan,
seperti yang ditunjukkan oleh studi kasus pada proyek IKN.
Selain itu, keterlibatan pemangku kepentingan termasuk masyarakat, pemerintah
daerah, dan sektor korporasi juga penting. Transparansi dan akuntabilitas harus menjadi
landasan proses ini untuk menjamin bahwa keputusan diambil dengan
mempertimbangkan kepentingan publik dan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjamin pelaporan keuangan proyek-proyek
pemerintah transparan dan akuntabel (menggunakan proyek Ibu Kota Negara IKN
sebagai studi kasus).
2. METODE
Metode penelitian ini adalah kualitatif, dan sumber datanya adalah data sekunder.
Metodologi penelitiannya adalah tinjauan pustaka, yaitu pencarian buku dan jurnal ilmiah
untuk mencari literatur yang berkaitan dengan topik utama penelitian. Kemudian
digunakan analisis data deskriptif, dengan data yang dikumpulkan dideskripsikan,
dianalisis, dan ditarik kesimpulan dari analisis tersebut.
Dalam penelitian ini, penting untuk menyaring informasi data yang valid dan relevan
dari berbagai sumber sekunder yang digunakan. Analisis data yang dilakukan melibatkan
pengumpulan informasi yang relevan, pengelompokan data, dan penarikan kesimpulan
yang didasarkan pada temuan dari sumber tersebut.
3. PEMBAHASAN
Transparansi
Transparansi adalah ketersediaan informasi yang tersedia mengenai suatu organisasi
sehingga siapa pun yang terkena dampak kebijakannya dapat memperolehnya. Selain itu,
data yang memadai mengenai kinerja Lembaga dapat diakses dan disajikan dengan gaya
yang dapat dipahami.
Ketika seluruh aspek proses pemberian layanan terlihat dan mudah diakses oleh
konsumen dan pemangku kepentingan yang memerlukannya, hal ini disebut transparan.
Jika semua elemen proses—seperti persyaratan, biaya dan waktu yang diperlukan, teknik
layanan, serta hak dan kewajiban penyedia dan pengguna layanan—tersedia untuk umum
dan mudah dipahami oleh masyarakat umum, maka transparansi tingkat tinggi dapat
diterapkan pada layanan. prosedur pengiriman. masyarakat luas. Namun, pemberian
layanan tidak mematuhi standar transparansi jika salah satu atau seluruh pintu proses
tertutup dan informasi sulit didapat oleh pengguna dan pemangku kepentingan lainnya.
Terdapat empat implikasi transparansi yang diperlukan, yaitu:
(1) agar semua informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik dapat diakses oleh
semua orang. Masyarakat harus mempunyai akses terhadap segala informasi dan
dokumen yang berkaitan dengan dirinya;
(2) mekanisme kontrol tidak akan berfungsi jika informasi tidak diperoleh secara bebas;
(3) keterbukaan informasi akan mendorong terjadinya penipuan; dan
(4) seluruh informasi harus mudah dipahami oleh masyarakat..
Model pengukuran penerapan tata kelola yang baik mencakup indikator transparansi
yang memungkinkan dilakukannya pengukuran transparansi dengan menggunakan
beberapa metrik, antara lain:
1) Salah satu strategi untuk menciptakan keterbukaan dan mencegah penipuan atau
penyalahgunaan uang desa adalah dengan membuat dokumen dapat diakses.
Masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi dalam bentuk tulisan, foto, atau
format lainnya berkat aksesibilitas dan ketersediaan dokumen.
2) Penting bagi masyarakat untuk menyadari kelengkapan dan kejelasan informasi yang
diberikan; Hal ini dilakukan dalam kaitannya dengan transparansi pemerintahan desa.
Dengan memasang pengumuman di papan informasi yang berisi jadwal kegiatan fisik
dan non fisik yang sedang dilaksanakan, pemerintah desa wajib memberikan
informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat mengenai pembangunan yang
akan dilaksanakan atau sudah dilaksanakan. Dengan memantau pertumbuhan desa,
masyarakat dan perwakilan pemerintah juga berhak mengetahui bagaimana dana desa
dikelola.
3) Sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, Pasal 7 Ayat 2 yang mewajibkan badan publik memberikan informasi kepada
masyarakat secara tepat, benar, dan tidak menyesatkan, prosedurnya terbuka. Setiap
warga masyarakat berhak mendapatkan informasi lengkap mengenai proses
pengelolaan dana desa yang terbuka dan transparan.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 yang mengatur tentang proses
pengelolaan, pada pokoknya mengatur kerangka peraturan yang menjamin
transparansi, khususnya penanganan uang desa. Selain aturan dan tanggung jawab,
pemerintah harus membuat laporan anggaran yang menyeluruh dan segala dokumen
pendukung yang diperlukan untuk setiap pembangunan yang dilakukan.
Setiap tindakan harus transparan, terbuka terhadap kritik dan saran, serta
bertanggung jawab atas fakta yang ada. Fitur transparansi yang dapat digunakan untuk
melakukan hal tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Informativeness (Informatif), khususnya dalam memberikan Stakeholder yang
menginginkan informasi yang harus tepat dan berdasarkan fakta dengan berita,
prosedur, statistik, fakta, dan penjelasan tentang sistem.
2) Openess (Keterbukaan), dengan kata lain, agar pemangku kepentingan dapat
mengakses informasi, mereka harus terlebih dahulu menetapkan keberadaan
keterbukaan informasi. agar seluruh pemangku kepentingan mempunyai akses yang
lengkap dan akurat terhadap seluruh informasi dan data.
3) Disclosure (Pengungkapan), secara khusus hal tersebut dapat dibagi menjadi dua
kategori: segala sesuatu yang telah diwajibkan oleh peraturan badan pengawas dan
prosedur operasi standar harus diungkapkan. Sementara itu, pengungkapan sukarela
dilakukan secara bebas di luar apa yang diamanatkan oleh dunia usaha, pedoman
akuntansi, dan peraturan yang mengatur badan pengawas.
Sebagai syarat hukum dan bukan pilihan, akuntabilitas harus dilakukan melalui
media untuk dibagikan kepada pihak internal dan eksternal (publik), baik secara berkala
maupun tidak terduga. Akuntabilitas mempunyai 2 (dua) tipe, yaitu:
Terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sector
publik, yaitu :
1) Akuntabilitas hukum, di sisi lain, terkait dengan praktik kepatuhan terhadap peraturan
dan persyaratan lain yang ditetapkan dalam penggunaan uang publik. Akuntabilitas
kejujuran dan legalitas, atau akuntabilitas kejujuran, berkaitan dengan praktik doktrin
jabatan, atau penyalahgunaan kekuasaan.
2) Akuntabilitas proses, juga dikenal sebagai tanggung jawab atas proses, menyangkut
apakah teknik yang digunakan untuk menyelesaikan tugas sudah mencukupi dalam
hal pengumpulan data tentang pekerja, prosedur administratif, dan sistem informasi
manajemen.
3) Akuntabilitas program, yaitu penilaian apakah tujuan telah tercapai dan apakah
alternatif program yang menawarkan hasil terbaik dengan biaya serendah mungkin
telah dipertimbangkan atau belum.
4) Akuntabilitas kebijakan, yaitu tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah atas
tindakan yang dilakukannya terhadap DPR/DPRD dan masyarakat.
Tanggung jawab ini bertujuan untuk memberikan tanggung jawab terbuka kepada
para wali dan masyarakat—yakni masyarakat umum—atas dana yang digunakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kinerja pemerintah melalui penerapan proses
penganggaran yang hemat biaya, efisien, dan sukses sehingga meningkatkan
penyampaian layanan masyarakat.
1) Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai:
a) Integritas Kuangan
Integritas diartikan sebagai kejujuran, keterpaduan, kebulatan, dan
kelengkapan dalam kamus bahasa Indonesia. Dengan kata lain, kejujuran dalam
presentasi tercermin dalam integritas keuangan. Agar suatu penyajian dianggap
jujur, harus ada korelasi atau kecocokan antara uraian akuntansi dan angka serta
sumbernya. Penyajian informasi mengenai laporan keuangan daerah secara
terbuka merupakan salah satu syarat kejujuran keuangan. Laporan keuangan
harus secara akurat menggambarkan transaksi dan peristiwa lain yang wajib
dilaporkan atau yang diharapkan secara wajar untuk dilaporkan agar informasi
yang terkandung di dalamnya dapat dianggap dapat dipercaya.
b) Pengungkapan
Sesuai prinsip transparansi penuh, laporan keuangan harus dibuat dengan
informasi yang cukup dan disajikan sebagai gambaran singkat mengenai
perkembangan perekonomian yang berdampak pada instansi pemerintah
sepanjang waktu. Ini memberikan pembaca laporan keuangan semua informasi
yang mereka inginkan agar mereka dapat memahami dan tidak salah menafsirkan
laporan keuangan.
c) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
kepatuhan terhadap batasan peraturan perundang-undangan, seperti:
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang secara tegas
mengatur keuangan Negara;
(2) Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia;
(3) UU APBN;
(4) Peraturan Daerah;
(5) Undang-undang yang menjadi pedoman pelaksanaan APBN/APBD;
(6) Undang-undang yang mengatur perimbangan keuangan pusat dan daerah;
(7) Tambahan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pusat
dan daerah. Apabila persyaratan undang-undang yang lebih tinggi dan standar
akuntansi keuangan pemerintah berbenturan, undang-undang yang lebih
tinggi akan diutamakan.
2) Akuntabilitas Kinerja
Prestasi Dalam perspektif Islam, akuntabilitas mengacu pada akuntabilitas yang
utuh. Dapat dipercaya ketika melakukan tugas atau menjalankan kekuasaan adalah
salah satu sifat Nabi, dan ini terkait langsung dengan teori keagenan akuntansi. Di sisi
lain, akuntabilitas biasanya dilihat melalui kacamata teori pemangku kepentingan,
yang merupakan cabang dari teori keagenan. Teori keagenan sangat menekankan
pada akuntabilitas kepada agen, atau pelaksana.
Sesuai Permendagri Nomor 113 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
beberapa indikator yang dilakukan untuk pengukuran dalam penelitian ini yakni :
1) Tahap Perencanaan
a) Bendahara Desa membidangi administrasi.
b) Bendahara Desa bertugas mencatat secara akurat seluruh pemasukan dan
pengeluaran serta menutup pembukuan dengan rapi setiap akhir bulan.
c) Bendahara Desa harus memberikan laporan pertanggungjawaban yang merinci
dana tersebut.
d) Laporan pertanggungjawaban bulanan harus diserahkan kepada Kepala Desa
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
2) Tahap Pelaporan
a) Kepala Desa memberikan laporan pelaksanaan APBDesa kepada
Bupati/Walikota, satu untuk semester pertama dan satu lagi untuk semester akhir
tahun.
b) Laporan realisasi APB Desa sebagai format laporan semester pertama.
c) Laporan pelaksanaan APBDesan semester pertama harus sudah disampaikan
paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan.
d) Laporan semester terakhir tahun harus diserahkan paling lambat akhir semester.
3) Tahap Pertanggung jawaban
a) Setiap akhir tahun anggaran, Kepala Desa menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada Bupati/Walikota yang merinci realisasi pelaksanaan
APBD Desa.
b) Laporan pertanggungjawaban yang meliputi pemasukan, pengeluaran, dan
keuangan merinci pelaksanaan APBDesa.
c) Peraturan Desa mengatur laporan pertanggungjawaban yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBDesa.
Berikut adalah beberapa hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam memastikan
tingkat transparansi yang tinggi dalam pelaporan keuangan proyek IKN:
Kompleksitas proyek
Proyek IKN merupakan proyek besar dan kompleks, sehingga memerlukan
koordinasi dan komunikasi yang baik antara berbagai departemen dan unit dalam
perusahaan. Hal ini dapat menyulitkan pelaporan keuangan proyek IKN dan
memerlukan upaya ekstra untuk memastikan transparansi yang tinggi.
Keterbatasan sumber daya
Pelaksanaan proyek IKN memerlukan sumber daya yang besar, sehingga
perusahaan harus dapat mengelola sumber daya dengan efektif dan efisien melalui
pelaporan keuangan yang transparan.
Keterlibatan banyak pihak
Proyek IKN melibatkan banyak pihak, seperti pemerintah, badan usaha, dan
masyarakat. Hal ini dapat menyulitkan pelaporan keuangan proyek IKN dan
memerlukan upaya ekstra untuk memastikan transparansi yang tinggi.
Kendala teknis
Pelaksanaan proyek IKN mungkin menghadapi kendala teknis, seperti masalah
jaringan dan sistem kerja karyawan pada masa pandemi Covid-19, sehingga
perusahaan harus dapat melakukan pelaporan keuangan yang transparan untuk
menyelesaikan kendala tersebut.
Ketergantungan pada teknologi informasi
Penggunaan teknologi informasi dalam pelaporan keuangan proyek IKN dapat
menyulitkan pelaporan keuangan yang transparan jika terjadi masalah teknis atau
keamanan data.
4. SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan
proyek IKN yang menunjukkan transparansi dan akuntabilitas dapat memberikan hasil
yang menguntungkan bagi konsumen informasi, termasuk masyarakat umum, investor,
dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Meningkatkan kepercayaan investor,
akuntabilitas, kepercayaan publik, keterlibatan investor, dan efisiensi pengelolaan
keuangan semuanya dapat bermanfaat.
5. SARAN
Para pemegang proyek Ibukota Negara Nusantara seharusnya menerapkan
akuntabilitas dan transparansi kepada publik supaya masyarakat Indonesia tidak
mengalami kesalahpahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, A., Wahyudi, J., Astuti, A. D., & Aini, S. Q. (2022). Analisis Kelayakan Pendirian
Usaha Pengolahan Limbah Medis untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Jurnal
Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 13(1), 57–70. https://doi.org/10.22212/jekp.v13i1.2155
Iqbal, M., Nurfitri, Elisa, N., & Wafaretta, V. (2022). Akuntabilitas dan Transparansi
Pengelolaan Dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Indonesia Mohammad. Prosiding
National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE).
Jember, D. I. (2023). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Juni 2023. Asoka, R. (2016).
Analisis Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Kabupaten
Musi Banyuasin. Jurnal STIER, 4(1), 1–20.
Iqbal, M., Nurfitri, Elisa, N., & Wafaretta, V. (2022). Akuntabilitas dan Transparansi
Pengelolaan Dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Indonesia Mohammad. Prosiding
National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE).
Saiffuddin, A., & Wahidahwati. (2021). Akuntabilitas Dan Transparansi Keuangan Masjid
Berdasarkan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Organisasi. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi (JIRA).