Anda di halaman 1dari 4

KORUPSI DAN KONTRIBUSI SEORANG DOSEN

Cahyoko Edi Tando


Dosen
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan, Prodi Bimbingan Kemasyarakatan
cahyoyoko7@gmail.com

Kondisi Korupsi di Indonesia


Korupsi merupakan salah satu kendala dalam setiap pembangunan di Indonesia,
korupsi tidak hanya terjadi pada instansi daerah namun juga terjadi di instansi
pusat yang ada di Jakarta. Adapun menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa yang dikatakan
sebagai korupsi adalah setiap kegiatan yang berbentuk merugikan keuangan
negara, praktik suap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan terhadap segala bentuk jenis pengadaan, serta gratifikasi yang
melibatkan jabatannya.
Menurut data yang dikeluarkan oleh ICW (Indonesian Corruption Watch) bahwa
setidaknya ada 579 kasus korupsi di Indonesia hanya untuk tahun 2022. Data dari
dataindonesia.id tahun 2022 jumlah ini naik apabila dibandingkan dengan kasus
korupsi di tahun 2021 dengan jumlah 533 kasus. Masih merujuk kepada data
tersebut, korupsi di Indonesia sejak tahun 2018-2022 dari segi tersangka
menunjukkan angka yang sangat bervariasi dimana untuk tahun 2018 sudah
berada di angka 1087 tersangka dan tahun 2019 mengalami penurunan yang
sangat tajam yakni 580 tersangka. Kemudian pada tahun 2020 kembali meningkat
menjadi 875 tersangka, tahun 2021 menjadi 1173 tersangka dan di tahun 2022
menjadi 1396 tersangka.
Mengacu kepada pendapat dari Putra dan Linda bahwa korupsi di Indonesia
memberikan dampak negatif yang sangat luas bagi kehidupan di masyarakat dan
pembangunan di Indonesia yang akan terhambat, keberadaan dari korupsi akan
memberikan pengaruh secara kualitas dan kuantitas baik dalam segi kesejahteraan
masyarakat, pertumbuhan ekonomi serta kestabilan politik (Putra & Linda, 2022).
Oleh sebab itu, penting adanya kerjasama dari semua pihak dalam memberantas
kasus korupsi ini baik dari penegak hukum, masyarakat, pihak swasta, dan juga
dari pemerintah selaku pemegang otoritas tertinggi dalam pemerintahan di
Indonesia ini.

Perang Terhadap Korupsi dan Kontribusi ASN


Mengacu kepada pendapat dari Setiadi (2018) bahwa pemberantasan korupsi di
Indonesia masih mengalami kendala dari berbagai sisi diantaranya adalah kultur,
struktural, instrumental, dan manajemen. Penelitiannya tersebut juga
menghasilkan penegasan salah satunya adalah menata ulang pelayanan publik.
Pelayanan publik merupakan salah satu bentuk dari tugas negara dan pelayanan
publik diberikan kepada masyarakat dengan memperhatikan kondisi kenyamanan,
murah, efektif, efisien, serta adanya jaminan yang diberikan oleh pelayanan publik
tersebut (Parasuraman et al., 1985).
Penulis sebagai seorang ASN di Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia dan ditunjang dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) tentunya memiliki kewajiban yang melekat yakni
senantiasa menjadi pelayanan masyarakat atau pelayan publik, perekat dan
pemersatu bangsa dan pelaksana dari kebijakan publik. Terlebih penulis juga
sebagai dosen yang mengajar pada instansi ini, tentunya memiliki tugas ganda
tidak hanya sebagai pelayanan publik, namun juga sebagai seorang pendidik
kader-kader pemasyarakatan agar menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, memiliki integritas tinggi, serta berdaya saing tinggi.
Selain itu, tugas utama sebagai seorang pendidik atau dosen tentunya memiliki
beban moral dimana apabila penulis lakukan dan itu diketahui oleh para anak
didik tentunya akan menjadi contoh bagi mereka, tentu hal ini menjadi tidak baik.
Penulis selaku ASN dan juga pendidik selalu memperhatikan sikap dan perilaku
baik ketika bekerja ataupun ketika berada di lingkungan masyarakat. Selalu
mengutamakan sikap rendah hati dan menerapkan pola hidup sederhana untuk
selalu menghindarkan dari sifat tamak dan rakus yang menjadi cikal bakal
korupsi. Pola hidup sederhana yang diterapkan merupakan suatu keharusan dan
tidak hanya untuk pribadi penulis namun juga untuk semua ASN di Kementerian
Hukum dan HAM RI di seluruh Indonesia. KIta semua tahu bahwa penghasilan
sebagai seorang ASN tidak mampu menopang gaya hidup yang bermewah-
mewahan. Sehingga, hidup sederhana adalah pilihan terbaik bagi seorang ASN.
Kondisi lingkungan sebagai bagian dari kultur yang selalu menggoda untuk
bermewah-mewahan selalu muncul dan bisa saja datang kapan saja. Oleh sebab
itu, bersyukur atas apa yang dimiliki adalah penting untuk diterapkan serta hidup
sederhana dari seorang ASN. Perlu diingat kembali bahwa pada saat pandemi
Covid-19 yang melanda Indonesia sejak 2019-2021, angka pemutusan hubungan
kerja terjadi di Indonesia cukup tinggi. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan,
namun ASN adalah salah satu pekerjaan yang terhindar dari dampak tersebut.
Sudah sepatutnya kita sebagai ASN senantiasa bekerja dengan maksimal dan
selalu mengutamakan kepentingan publik. Merekalah yang sudah menggaji kita
melalui pajak yang mereka bayarkan setiap waktunya.

Bio Penulis
Cahyoko Edi Tando merupakan ASN yang saat ini bertugas di Kementerian
Hukum dan HAM RI, tepatnya di Politeknik Ilmu Pemasyarakatan pada prodi
Bimbingan Kemasyarakatan sebagai seorang dosen. Ia merupakan dosen dengan
kualifikasi keilmuan Administrasi Publik dan lulusan dari Universitas Sebelas
Maret, Surakarta (UNS). Ia aktif menyampaikan ide-idenya melalui tulisan dalam
bentuk artikel, jurnal ilmiah hingga konferensi internasional dan nasional.

Daftar Pustaka
dataindonesia.id. (2022). Jumlah Penindakan Kasus Korupsi di Indonesia (2018-
2022). Dataindonesia.Id. https://dataindonesia.id/ragam/detail/icw-
penindakan-kasus-korupsi-meningkat-pada-2022

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1985). A Conceptual Model of


Service Quality and Its Implications for Future Research. Journal of
Marketing, 49(4), 41–50. https://doi.org/10.2307/1251430

Putra, N. R., & Linda, R. (2022). Corruption in Indonesia: A challenge for social
changes. Integritas : Jurnal Antikorupsi, 8(1), 13–24.
https://doi.org/10.32697/integritas.v8i1.898

Setiadi, W. (2018). Korupsi di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan


Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi). Jurnal Legislasi Indonesia, 15(3),
249–262.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai