Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

MEMAHAMI TABIR FRAUD PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA

(LPD) ADAT SANGSIT

(Studi Kasus Pada Lembaga Perkreditan Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten

Buleleng)

KADEK NOVIYANA

1617051173

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2020

1
A. LATAR BELAKANG

Kehidupan masyarakat khususnya di Bali dalam kesehariannya sangat besar

dipengaruhi oleh adanya desa adat sebagai suatu lembaga sosial. Berdasarkan

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 mengatakan bahwa desa adat

dalam aktivitasnya sangat berpengaruh terhadap peraturan desa yang biasanya disebut

dengan awig-awig atau pararem Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat hukum adat

yang biasanya didasari dengan filosofi Tri Hita Karana yang berakar dari kearifan

lokal sad kerthi yang dijiwai dengan ajaran agama hindu dan nilai-nilai budaya serta

kearifan lokal yang hidup di bali. Desa adat yang memiliki kedudukan otonom

memiliki hak untuk mengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki desa dengan

tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Maka, pemerintah provinsi Bali

mengeluarkan regulasi di bidang pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat desa adat.

Regulasi yang dimaksudkan pemerintah tersebut adalah regulasi tentang lembaga

keuangan mikro yang biasanya disebut dengan Lembaga Perkreditan Desa (Ristiadi

2012).

Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 yang menyatakan Lembaga

Perkreditan Desa merupakan suatu badan usaha keuangan yang dimiliki oleh desa

dengan melaksanakan kegiatannya di lingkungan desa di Bali yang biasanya dapat

dikenal dengan istilah LPD. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3

Tahun 2017 tentang Lembaga Perkreditan Desa yang menyatakan bahwa LPD

diperlukan keberadaannya untuk menjamin perwujudan kesejahteraan masyarakat

hukum adat yang merupakan Krama Desa Pakraman. Lembaga Perkreditan Desa

memiliki tanggung jawab yang sangat besar kepada masyarakat desa karena bertugas

2
untuk mengelola keuangan yang dimiliki oleh setiap banjar atau dusun yang terdapat

pada desa sehingga pengelolaan LPD harus baik dan sesuai dengan aturan yang

berlaku. Kabupaten Buleleng sangat berupaya untuk mensejahterakan masyarakatnya

melalui adanya LPD. Dibalik perkembangan LPD di Bali yang cukup pesat, faktanya

masih banyak LPD yang tidak beroperasi. Hal ini dapat dibuktikan dari 8 unit LPD

pada tahun 1984 hingga tahun 2016 jumlahnya sudah mencapai 1.443 unit LPD.

laporan hasil kerja Pansus LPD DPRD Provinsi Bali yang menyatakan bahwa

terdapat 158 LPD di Bali yang mengalami kebangkrutan. Kabupaten Buleleng salah

satu yang menduduki peringkat ketiga yang banyak mengalami kebangkrutan pada

LPD (Balitribune.co.id). Dari 169 LPD yang beroperasi di Kabupaten Buleleng pada

tahun 2018 tercatat 22 LPD yang dikategorikan macet dikarenakan pengurus tidak

mampu menjalankan LPD tersebut. Pemerintah daerah bersama dengan Lembaga

Pemberdayaan Lembaga Perkreditan Desa, Badan Kerjasama (LP-LPD, BKS dan

Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Bali untuk mencegah bertambahnya LPD

dengan cara memfokuskan melakukan pembinaan manajamen dan penguatan modal

usaha. (Balipost.com). Dipilihnya kabupaten buleleng sebagai tempat penelitian

karena penelitian ini terjadi di buleleng khususunya di Desa Adat Sangsit yang

mengalami tindak kecurangan pada LPD yang menggunakan awig-awig dalam

mencegah terjadinya fraud dan bahkan kecurangan di LPD Desa Adat Sangsit terjadi

dua kalinya sehingga, fenomena yang ditemui di desa Sangsit menarik untuk diteliti.

Menurut Tunggal (2011) mengatakan bahwa fraud merupakan penipuan yang

disengaja, yang diterangkan berbagai kebohongan, penjiplakan, pencuriaan yang

3
dapat dilakukan oleh pelanggan, kreditor, investor, pemasok, banker, pinjaman

asuransi atau pihak pemerintah. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Republik Indonesia (2017) fraud didefinisikan sebagai suatu jenis tindakan melawan

hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara

menipu. Kecurangan dapat dijelaskan dengan menggunakan Fraud Theory Pentagon

yang dikemukakan oleh Crowe Howarth (2011). Theory Fraud Pentagon merupakan

perluasan dari Theory Fraud Triangle tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi yang

sebelumnya dikemukakan oleh cressey (1956). Dalam Theory Fraud Pentagon

menambahkan dua penyebab fraud yaitu kompetensi dan arogansi. Kompetensi yang

dipaparkan dalam Theory Fraud Pentagon memiliki makna yang serupa dengan

kapabilitas yang sebelumnya dijelaskan dalam Theory Fraud Diamond dorongan,

kesempatan, pembenaran, dan kapasitas. Menurut Crowe (2011) kecurangan dapat

terjadi dengan memanfaatkan elemen competence yang dimiliki oleh seseorang,

karena kecurangan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kompetensi yang

tepat untuk melaksanakan setiap detail dari kecurangan. Seseorang yang melakukan

suatu tindakan kecurangan karena dapat dikatakan adanya suatu tekanan (presuare),

kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) dan Kemampuan

(capability). Dorminey (2011) menyatakan bahwa faktor rasionalisasi dan tekanan

merupakan karateristik pelaku kecurangan akuntansi yang tidak dapat diobservasi

karena mustahil untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh pelaku ketika akan

melakukan kecurangan akuntansi.

Ayu (2017) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud

disebabkan oleh moralitas individu yang menunjukan bahwa level penalaran moral

4
individu dapat mempengaruhi seseorang akan melakukan kecurangan. Selain

moralitas individu, ketaatan aturan akuntansi juga mempengaruhi terjadinya fraud

karena adanya aturan akuntansi tersebut menghindari akan adanya kejadian yang

menyipang yang dapat merugikan organisasi. Jika suatu laporan keuangan yang

dibuat tidak sesuai dengan aturan akuntansi maka akan memunculkan tindakan yang

tidak etis dan dapat memicu terjadinya kecurangan akuntansi. Efektivitas

pengendalian internal juga mempengaruhi terjadinya fraud. Jika pengendalian

internal yang lemah atau kurangnya suatu pengawasan maka dapat memungkinkan

terjadinya penyalahgunaan wewenang dengan menyetujui pinjaman yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku yang dapat menjadikan aset Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) sebagai agunan pada LPD lain yang tidak sesuai dengan badan pengawas

sehingga LPD tersebut akan mengalami kebangkrutan.

Berbagai kasus fraud yang terkait dengan LPD, baru-baru ini terjadi di Desa

Adat Sangsit pada tahun 2019. Ini merupakan kejadian yang kedua kali di LPD Desa

Adat Sangsit. Sebelumnya pernah mengalami kecurangan pada tahun 1994 yang

dilakukan oleh ketua dan karyawan LPD Desa Adat Sangsit. Kecurangan pertama

yang terjadi di LPD Adat Sangsit juga disebabkan karena tidak memasukan dana ke

sistem komputer yang dimiliki LPD, pihak yang menangani nasabah atau pengurus

melakukan penyelewengan modal financial dengan memungut tabungan uang

nasabah dan angsuran tanpa adanya pencatatan di sistem komputer yang telah

disediakan pada LPD, sehingga banyak nasabah yang mengalami kerugian akibat

karyawan LPD yang melakukan tindak kecurangan, karena pada tahun 1994 belum

5
diberlakukannya aturan adat maka, karyawan yang melakukan tindak kecurangan

diselesaikan dengan jalur hukum.

Pada tahun 2019, tepatnya pada tanggal 23 februari 2019 diketahui ada yang

tidak beres dalam transaksi keuangan LPD Desa Adat Sangsit. Ini diketahui setelah

salah satu nasabah ingin menarik uang di LPD Desa Adat Sangsit, namun 3 hari

lamanya tabungan yang ingin ditarik nasabah tidak kunjung cair. Akhirnya nasabah

tersebut datang ke Kantor LPD desa Adat Sangsit untuk menarik tabungannya. Saat

datang ke kantor LPD Desa Adat Sangsit, situasi LPD kurang baik dan nasabah

langsung berhadapan dengan ketua LPD untuk menarik tabungannya. Ketika ingin

menarik tabungan yang dimiliki sebesar Rp 600.000 namun tidak ada tabungan di

LPD Desa Adat Sangsit. Disanalah terungkapnya penggelapan dana yang dilakukan

oleh karyawan LPD Desa Adat Sangsit. Pelaku penggelapan dana dilakukan oleh tiga

karyawan LPD Desa Adat Sangsit. Ketiga karyawan ini saling bekerjasama untuk

melakukan kecurangan. Inisial PM orang yang pertama melakukan tindak kecurangan

yang berasal dari Banjar Dinas Peken kemudian diikuti oleh KS yang berasal dari

Banjar Dinas Tegal dan selanjutnya diikuti oleh pelaku AP yang berasal dari Banjar

Dinas Abasan. Pelaku PM diindikasikan melakukan penggelapan dana LPD sebesar

Rp 389.000.000, pelaku KS diindikasikan melakukan dana sebesar Rp 289.000.000

dan pelaku AP diindikasikan melakukan penggelapan dana sebesar Rp 54.000.000.

(Balieditor.com)

Berbagai tindakan yang dilakukan oleh tiga oknum pegawai LPD, seperti

tidak memasukan dana ke sistem komputer yang dimiliki LPD, pihak yang

menangani nasabah atau pengurus melakukan penyelewengan modal financial

6
dengan memungut tabungan uang nasabah dan angsuran tanpa adanya pencatatan di

sistem komputer yang telah disediakan pada LPD tersebut dan karyawan hanya

memasukan di list tabungan milik nasabah secara manual tetapi tidak di data ulang

atau dimasukan ke dalam sistem yang telah ada pada LPD, sehingga banyak nasabah

yang mengalami kerugian dari dana yang digelapkan oleh pegawai LPD.

Bapak Jro Wayan Wisara selaku Kelian Adat Sangsit yang baru dilantik saat

dikonfrimasi mengatakan , LPD Sangsit mengelola dana nasabah mencapai Rp 1

miliiyar, dengan kejadian ini dirinya masih mencarikan jalan keluar terkait

permasalahan LPD tersebut dalam waktu dekat dan akan melakukan paruman adat

yang membahas ketiga oknum pegawai yang melakukan kecurangan tersebut. Seperti

yang diketahui saat melakukan Paruman di Pura Segara Bapak Jro Wayan Wisara

membahas tentang tindakan kecurangan yang dilakukan oleh tiga pegawai LPD dan

membahas tentang peraturan yang mengatur Desa Adat yang disebut dengan pararam

atau awig-awig. Awig-awig merupakan peraturan-peraturan desa yang dibuat oleh

masyarakat yang bersangkutan baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang

nantinya wajib dituruti oleh krama desa. Pararam atau awig_awig ini dibuat untuk

kesejahteraan Desa Adat. Awig-awig juga dapat menjadikan tolak ukur dalam

bertindak bagi masyarakat Desa Adat Sangsit yang secara langsung dapat

memberikan pengendalian internal pada desa tersebut. Awig-awig Desa Adat Sangsit

yang dinamakan dengan “Sukertha Tata Palemahan”. Salah satu isi dari aturan adat

yang disusun bersama krama desa yang melalui paruman desa yang memuat tentang:

“barang siapa yang melakukan tindakan menyimpang akan diberikan sanksi adat.

Orang-orang yang akan melakukan kegiatan menyimpang akan diasingkan di desa

7
tersebut dan tidak dilayani di dalam pembuatan Surat Miskin dan lainnya”. Nomor

01/DAS/III/2019 yang mengatur tentang tim penyelamatan dan kesehatan LPD Desa

Adat Sangsit Dauh yeh yang menyatakan penanganan dari permasalahan LPD akibat

terjadinya fraud dapat dilakukan dengan cara musyawarah atau yang biasa disebut

dengan paruman desa dilakukan bersama prajuru adat, kertha desa, dan saba desa

yang biasanya dilaksanakan di Balay Agung Desa Adat Sangsit. Setiap melakukan

musyawarah orang-orang yang melakukan tindakan menyimpang akan

diberlakukannya hukum adat yang telah disepakati oleh desa tersebut yang diawali

dengan pembinaan selama tiga kali. Jika pembinaan yang dilakukan tidak membuat

jera pelaku maka, akan dibawa ke paruman desa yang akan menentukan apakah

masih layak untuk diberikan waktu atau berhenti menjadi warga desa Adat sangsit.

Dengan adanya aturan adat tersebut ketiga oknum pegawai yang melakukan

kecurangan di LPD Adat Sangsit membayar uang nasabah yang digelapkan dengan

cara mencicilnya setiap bulan ke LPD Desa Adat Sangsit. Setiap tahunnya pemucuk

akan melakukan paruman dan melaporkan hasil kinerja kepada krama desa dan

dengan kelian adat desa beserta prajurunya.

Perbedaan kecurangan yang terjadi di LPD Desa Adat Sangsit pada kejadian

yang pertama dan kedua terletak pada hukum adat yang berlaku di Desa Adat Sangsit.

Pada kejadian pertama tahun 1994 LPD Desa Adat Sangsit sudah memiliki aturan

adat atau awig-awig tetapi tidak diterapkan dengan baik oleh kelian adat Desa

Sangsit dan masyarakat tidak mengetahui bahwa Desa Sangsit memiliki awig-awig,

sehingga orang yang melakukan tindakan menyimpang di selesaikan secara hukum

tanpa adanya sistem kekeluargan. Walaupun sudah diberlakukannya aturan-aturan

8
desa atau awig-awig masih saja ada tindakan yang menyimpang di Desa tersebut.

seiiring dengan pergantiannya kelian adat awig-awig Desa Adat Sangsit mulai

diterapkan secara tegas dan harus di patuhi oleh masyarakat untuk kesejahteraan

desanya. Jika dilihat dengan baik bahwa hukum Negara lebih tinggi jika

dibandingkan dengan awig-awig. Kejadian kecurangan tahun 1994 karyawan yang

melakukan tindakan sudah sampai keranah hukum, tapi masih terjadi kecurangan di

LPD Desa Adat Sangsit yang tidak membuat jera pelaku yang melakukan tindakan

menyimpang, tetapi sekarang LPD Desa Adat Sangsit menggunakan awig-awig

sebagai penyelesaian masalah yang melakukan tindakan menyimpang. Peneliti ragu

bahwa tindakan kecurangan tidak akan terjadi lagi kedepannya. Peneliti juga

meyakini ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya tindak kecurangan. Hal ini

sejalan dengan penelitian dari Anggun (2017) menunjukan bahwa gaya

kepemimpinan memiliki pengaruh negatife dan signifikan terhadap terjadinya

kecendrungan melakukan kecurangan pada kas, Semakin tepat gaya kepemimpinan

yang digunakan oleh seorang pemimpin maka akan dapat menurunkan resiko fraud,

sedangkan penelitian ini di LPD Desa Adat Sangsit gaya kepemimpinan yang

diterapkan pada LPD Adat Sangsit tidak diberlakukan sehingga pemimpin ikut serta

melakukan kecurangan pada kas yang dapat memicu bawahan untuk melakukan

tindak kecurangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Catur (2018)

menyatakan bahwa prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas pada

tabungan di LPD Desa Adat Sulanyah Kecamatan Seririt sudah sesuai dan memadai,

sedangkan dalam penelitian ini LPD Desa Adat Sangsit mengalami kecurangan pada

proses pencatatan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang dilakukan dengan

9
memalsukan list tabungan nasabah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik

untuk mengajukan penelitian yang berjudul “Memahami Tabir Fraud Pada

Lembaga Perkreditan Desa Adat Sangsit.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

diidentifikasi adanya masalah kecurangan (fraud) pada Lembaga Perkreditan Desa di

karenakan adanya oknum pegawai yang menggelapkan uang nasabah dengan tidak

memasukan tabungan nasabah ke dalam sistem yang telah ada pada LPD, sehingga

banyak nasabah yang mengalami kerugian dari dana yang digelapkan oleh pegawai

LPD. Lembaga Perkreditan Desa merupakan lembaga non bank yang hanya

dsiproteksi dengan awig-awig atau pararam untuk mengatur tentang tata kelola LPD

sebagai milik Desa Adat, maka awig-awig atau pararam ini sangat berpengaruh

terhadap peraturan Desa Adat Sangsit.

C. Pembatasan Masalah

Fokus penelitian untuk memahami tabir fraud pada Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) Adat Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakan diatas maka, yang

menjadi pokok permasalahaan dalam penelitian ini adalah: Mengapa terjadi

fraud/kecurangan di LPD Adat Sangsit?

E. Tujuan Penelitian

10
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk memahami penyebab terjadinya

fraud/kecurangan di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Adat Sangsit?

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang

sangat bermanfaat bagi pengembangan bidang ilmu akuntansi keuangan

khususnya mengenai kecurangan (fraud) Pada Lembaga Perkreditan Desa

serta memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Lembaga Perkreditan Desa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

dapat meminimalisir terjadinya kecurangan (fraud) pada LPD.

Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan pedoman kepada

LPD agar dikemudian hari masalah kecurangan dapat diminimalisir

serta diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi

instasi yang bersangkutan .

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang

11
berkaitan dengan kecurangan ( fraud) pada Lembaga Perkreditan Desa

(LPD).

c. Bagi Universitas Pendidikan Ganesha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan

mendorong dilakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan

kecurangan (fraud) pada Lembaga Perkreditan desa (LPD).

12
G. KAJIAN TEORI

1. Fraud Pentagon Theory

Terdapat beberapa teori yang sering digunakan untuk menjelaskan berbagai

faktor yang mempengaruhi financial statement fraud. Teori pertama dikemukakan

oleh Cressey (1953) yang mencetuskan bahwa fraud triangel dapat digunakan untuk

mendeteksi elemen-elemen penyebab terjadinya kecurangan. Elemen-elemen tersebut

terdiri dari tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi

(rationalization). Fraud Pentagon Theory ini dikemukakan oleh Crowe Howarth

(2011). Theory Fraud Pentagon merupakan pembaharuan dari Fraud Triangle

pressure, opportunity, dan rasionalization yang sebelumnya dikemukakan oleh

Cressey (1953). Dalam teori ini menambahkan dua penyebab fraud yaitu competence,

arrogance. Kompetensi (competence) yang dijelaskan dalam teori fraud Pentagon

memiliki makna yang sama dengan kapabilitas (capability) yang sebelumnya

dijelaskan dalam teori fraud diamond. berikut gambaran terkait fraud diamond theory

Opportunity Rationalization
Fraud
Pentagon
Pressure Capability

Arrogance

Gambar 1: Theory farud Pentagon


Sumber : Crowe, 2011

13
Adapun Elemen-elemen penting dalam Fraud Pentagon Theory yaitu:

a. Pressure/tekanan adalah adanya motivasi untuk melakukan dan

menyembunyikan tindakan fraud. Tuanakotta (2012) menerangkan bawa

seseorang yan gmelakukan penipuan dan melakukan penggelapan uang

perusahaan karena adanya suatu tekanan yang menghimpitnya, tekanan itu

biasanya berupa kebutuhan yang sangat mendesak dan harus diselesaikannya.

b. Opportunity/Peluang, Sukirman dan Sari (2013), menjelaskan bahwa

terburuknya kesempatan dikarenakan pelaku percaya bahwa suatu aktivitas

yang dilakukan tidak akan terdeteksi.

c. Rationalization/rasionalisasi yang merupakan suatu sikap pembenaran

terhadap tindakan fraud yang dilakukan.

d. Capability/competence (Kompetensi), merupakan suatu keahlian karyawan

untuk mengabaikan control internal, mengembangkan strategi

penyembunyian, dan mengamati kondisi sosial untuk memenuhi kepentingan

pribadinya (Crowe, 2011)

e. Arrogance/arrogansi, Crowe, 2011 mengatakan bahwa arogansi meruapakan

sifat superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa pengendalian

internal dan kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.

2. Pengertian Fraud

Menurut Tuannakotta (2013:28) fraud didefinisikan:

“Any illegal act characterized by deceit, concealment or violation of trust.

These acts are not dependent upon the application of threats of violence or physical

force. Fraud are perpetrated by individuals, and organization to obtain money,

14
property or service; to avoid payment or loss of services; or to secure personal o

business advantage.”

Sedangkan menurut Karyono (2013) fraud adalah penyimpangan dan perbuatan

melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu

misalnya menipu dan memberikan gambaran yang keliru (mislead) kepada pihak-

pihak lain, dilakukan oleh orang baik dari dalam organisasi maupun dari luar

organisasi. Fraud juga dapat didefinisikan sebagai penyimpangan errors

(kesalahan), irregularities atau ketidak beresan pada masalah financial (Rozmita,

2013).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan suatu tindak

kecurangan yang dilakukan oleh seseorang baik secara sengaja atau tidak sengaja

yang nantinya dapat merugikan masyarakat maupun diri sendiri. Aspek-aspek yang

terkandung pada Fraud terdiri dari tiga yaitu adanya penipuan, adanya ketidak

jujuran dan adanya niat seseorang untuk melakukan tindak kecurangan. Wells, 2011

dalam (Sihombing, 2014) kecurangan laporan keuangan mencangkup beberapa

modus, antara lain:

a. Pengubahan atau memanipulasi data keuangan (financial record),

dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

b. Menghilangkan data yang disengaja atas informasi yang signifikan

sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

c. Penerapan yang salah dan disengaja dilakukan terhadap prinsip akuntansi,

kebijakan, prosedur yang digunakan untuk mengukur dan melaporkan

peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

15
d. Menghilangkan informasi yang harus disajikan dan diungkapkan yang

menyangkut prinsip dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam

pembuatan laporan kuangan secara sengaja.

3. Faktor-Faktor Penyebab fraud dan Jenis-Jenis Fraud

A. Faktor-faktor penyebab fraud

Amin Widjaja Tunggal (2012:10) menyatakan bahwa terdapat beberapa

kondisi penyebab fraud , diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Insentif atau tekanan, manajemen atau pegawai lain merasakan insetif atau

tekanan untuk melakukan fraud.

b) Kesempatan, situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau

pegawai untuk melakukan fraud

c) Sikap atau rasionalisasi, ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai

etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan

tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang

cukup menekan yang mmbuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak

jujur.

B. Jenis-jenis fraud

Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan menjadi

lima jenis, yaitu

a) Employee embezzlement atau occupational fraud merupakan pencurian

yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh karyawan

kepada perusahaan.

16
b) Management fraud yang merupakan manajemen puncak memberikan

informasi yang bias dalam laporan keuangan.

c) Investment scams yang mengatakan bahwa melakukan kebohongan

investasi dengan menanam modal.

d) Vendor fraud merupakan perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal

dalam hal pengiriman barang.

e) Customer fraud merupakan pelanggan menipu penjual agar mereka

mendapatkan sesuatu yang lebih dari seharusnya.

4. Tipe-tipe Fraud dan Kelompok Fraud

A. Tipe-Tipe Fraud

Menurut Widjaja (2013) dalam Ananda (2014:11) terdapat dua tipe

kecuranganyaitu :

a) Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar

terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan

pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintah.

b) Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal yang dilakukan oleh

karyawan, manager dan eksekutif terhadap perusahaan tempat mereka

bekerja. Kecurangan tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar bagi

perusahaan itu sendiri.

B. Kelompok Fraud

Menurut Zimbelman at al (2014:12) Kelompok kecurangan secara umum

ada 2 yaitu:

17
a) Kecurangan terhadap Organisasi yang menyatakan bahwa Kecurangan

terhadap organisasi misalnya kecurangan yang dilakukan karyawan

perusahaan.

b) Kecurangan atas nama organisasi yang menyatakan bahwa kecurangan

atas nama organisasi misalnya kecurangan yang dilakukan oleh para

eksekutif perusahaan dalam membuat laporan keuangan menjadi baik.

Para eksekutif akan diuntungkan dengan kenaikan harga saham, sementara

investor yang menjadi korban kecurangan

5. Jenis-jenis Fraud Berdasarkan Perbuatannya

The Association of Certified Fraud Examiners (2016)

membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan

perbuatan yaitu:

a. Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation); yang meliputi

penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini

merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya

yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

b. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement) yang

meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu

perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan

yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial

engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh

keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window

dressing.

18
c. Korupsi (Corruption). Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena

menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di

mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara

berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang

kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga factor integritasnya masih

dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena

para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis

mutualisma). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan

wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery),

penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan

secara ekonomi (economic extortion). Utari (2011) dalam Siregar (2017)

menyebutkan perilaku korupsi dapat muncul dari internal dan eksternal.

Faktor internal disebabkan oleh lemahnya aspek-aspek moral, seperti

lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku

misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang

dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.

6. Sistem Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2013:163), sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam bukunya “Standar Profesional

Akuntan Publik” (2011:319) “Pengendalian Intern adalah suatu proses yang

19
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang

didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan

tujuan berikut ini :

a. Keandalan pelaporan keuangan.

Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan

kreditor dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung

jawab hukum maupun profesionalisme untuk meyakinkan bahwa informasi

disajikan dengan wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan.

Tujuan pengendalian yang efektif terhadap laporan keuangan adalah

untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.

b. Efektivitas dan efisiensi operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan

sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk

mengoptimalkan sasaran yang dituju perusahaan.

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Perusahaan publik, non-publik maupun organisasi nirlaba diharuskan

untuk memenuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa

peraturan ada yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung,

misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil.

Sedangkan yang terkait erat dengan akuntansi, misalnya peraturan pajak

penghasilan dan kecurangan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

pengendalian Internal adalah suatu proses yang integral yang mencangkup

20
suatu kegiatan-kegiatan entitas yang dapat dilaksanakan oleh manajemen

dan karyawan untuk mendapatklan keyakinan memadai atas pencapaian

tujuan-tujuan entitas dari fektifitas dan efesiensi operasional dan keandalan

pelaporan keuangan dalam pengamanan asset Negara pada peraturan

perundang-undangan dan kepatuhan hukum.

7. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai perbandingan dan acuan

dalam penelitian Fraud pada LPD disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Nama/Ta Judul Penelitian Metode Penelitian Masalah Penelitian Hasil Pene
Ni Luh Ayu Faktor-Faktor Yang 1. Pendekatan yang digunakan Apa Penyebab terjadinya Menunjukan bah
Suaslioni Mempengaruhi dalam penelitian ini adalah Fraud dan bagaimana cara bentuk fraud yan
(2017 Terjadinya Fraud pendekatan kualitatif. penanggulangannya. LPD Desa
Pada LPD Desa 2. Subyek dalam penelitian ini Bontihing yait
Pakraman Bontihing. adalah Kepala LPD Desa penggandaan
Pakraman bontihing dan tabungan
karyawan LPD Desa penyelewengan
Pakraman Bontihing, dan penyebab terjad
yang dianggap pahan dan diklasifikasikan
mengetahui tindakan fraud empat yaitu
yang terjadi. lemahnya
organisasi dan
wewenang, kon
yang belum
moralitas yan
akibat adanya
(opportunity), d
efektifnya kine
internal LPD da
terhadap terjad
yaitu diselesaik
kekeluargaan
memperbaiki
pengendalian

21
menjadi terko
dalam penginp
pembuatan
keuangan,
mengoptimalkan
pengawasan
menerapkan prin
hatian dalam m
LPD.
Ni Ketut Ayu Pengaruh Moralitas 1. Pada penelitian ini Mengetahui pengaruh Moralitas indiv
Tri Astuti, individu, Ketaatan mengunakan pendekatan moralitas individu, berpengaruh
(2017). Aturan Akuntansi, dan Kuantitatif. ketaatan aturan akuntansi, kecendrungan
Efektivitas 2. Subyek pada penelitian ini dan efektivitas (fraud) akuntan
Pengendalian Internal yaitu Seluruh Kepala dan pengendalian internal aturan
Terhadap Bendahara LPD di terhadap kecendrungan berpengaruh
Kecendrungan Kabupaten Buleleng. kecurangan (Fraud) signifikan
Kecurangan (Fraud) akuntansi pada Lembaga kecendrungan
Akuntansi Pada Perkreditan Desa (LPD) di (fraud)
Lembaga Perkreditan Kabupaten Buleleng. efektivitas p
desa di Kabupaten internal berpeng
Buleleng dan signifikan
kecendrungan
(fraud) akuntan
aturan akuntansi
Ni Putu Mas Menelaah Faktor- 1. Pendekatan yang digunakan faktor-faktor penyebab Hasil
Agustin Faktor Penyebab dalam penelitian ini yaitu terjadinya menunjukan bah
Frasilia Terjadinya Fraud kualitatif. Fraud /kecurangan Studi faktor penyebab
(2015) (Studi Kasus pada PT. 2. Subyek pada penelitian ini kasus pada PT.BPR Kapal Fraud pada PT.
BPR Kapal Basak yaitu Pimpinan Cabang Pursada Cabang Singaraja. Basak Pursad
Pursada Kantor PT.BPR Kapal Basak Singaraja
Cabang Singaraja). Pursada, Staf dalam bank, diklasifikasikan
dan pihak terkait yang empat yaitu
dianggap paham dan lemahnya
mengetahui tentang kasus pengendalian
Fraud. perusahaan, kon
yang belum
moralitas kolek
akibat adanya
(opportunity), d
efektifnya kine
internal perusaha

22
Ketut Catur Prosedur Pencatatan 1. Pendekatan yang digunakan Bagaiaman Prosedur Hasil
Eka Sari Penerimaan dan dalam penelitian ini yaitu Pencatatan Penerimaan menunjukan
Dewi (2018) Pengeluaran Kas Pada kualitatif. dan Pengeluaran Kas Pada Prosedur
Lembaga Perkreditan 2. Subyek yang digunakan Lembaga Perkreditan Penerimaan
Desa (LPD) Adat dalam penelitian ini yaitu Desa (LPD) Desa Adat Pengeluaran K
Sulanyah Kecamatan Lembaga Perkreditan Desa Sulanyah Kecamatan Lembaga Perkre
Seririt. Adat Sulanyah Kecamatan Seririt (LPD) Desa Ad
Seririt dan Objek penelitian Kecamatan Ser
adalah prosedur pencatatan prosedur dianta
penerimaan dan Pencatatan Pene
pengeluaran kas. Pada Tabung
Pencatatan Pene
Pada Depos
Pencatatan Peng
Pada Tabung
Pencatatan Peng
Pada Pencairan
(5) Pencatatan P
Kas Pada Penca
dan (6)
Penerimaan
Pengeluaran Kas
I Putu Aditya Pengaruh 1. Pendekatan yang digunakan Mengetahui pengaruh Hasil
Prastika Eka Pengendalian Internal, dalam penelitian ini yaitu pengendalian internal, pengendalian
putra dan Budaya Organisasi kuantitatif. budaya organisasi dan budaya organ
Made Yenni dan moralitas pada 2. Subyek dalam penelitian ini Moralitas pada moralitas b
Latrini. Kecendrungan (fraud) yaitu Kepala Lembaga Kecendrungan (fraud) di negatif pada ke
(2018) di LPD Se-Kabupaten Perkreditan desa (LPD). LPD Se-Kabupaten kecurangan (fra
Gianyar Gianyar. Se-Kabupaten G
Kennedy Analisis Fraud 1. Pendekatan yang Mengetahui bagaimana Hasil
Samuel Diamond Dalam digunakan dalam pengaruh fraud diamond menunjukkan
Sihombing Mendeteksi Financial penelitian ini yaitu dalam mendekteksi variabel stabilita
(2014) Statement Fraud: Kuantitatif. statement fraud pada yang diproksikan
Studi Empiris Pada 2. Subyek dalam penelitian perusahan manufaktur oleh perubahan
perusahaan ini yaitu Perusahaan hyang terdaftar di Bursa aset, variabel
Manufaktur Yang manufaktur yang sudah Efek (BEI). eksternal yang
terdaftar di Bursa Efek go public atau terdaftar oleh
Indonesia (BEI) di Bursa Efek Indonesia rasio leverage, s
Tahun 2010-2012 (BEI) selama periode yang diproks
2010-2012 perubahan dalam
rasio piutang d
rasionalisasi yan
dengan perubaha
rasio akrual to

23
mempengaruhi
laporan keuanga

Ayu Nanda Pengaruh Keefektifan 1. Pendekatan yang Untuk mengetahui Hasil peneli
Widayasari Pengendalian Internal, digunakan dalam pengaruh variabel membuktikan ba
(2017) Kesesuaian penelitian ini adalah keefektifan pengendalian parsial variabel
Kompensasi, dan kuantitatif dengan internal, kesesuaian pengendalian in
Budaya Organisasi mengunakan skala likert kompensasi, dan budaya kesesuaian
terhadap 2. Subyek dalam penelitian organisasi terhadap (X2), budaya
Kecenderungan ini yaitu seluruh LPD kecenderungan (X3) berpengaru
Kecurangan (fraud) kecamatan sukasada kecurangan (fraud) pada kecenderungan
pada Lembaga dengan 39 responden. Lembaga Perkreditan (fraud) pada
Perkreditan Desa Desa (LPD) SeKecamatan Perkreditan De
(LPD) SeKecamatan Susut. SeKecamatan Su
Susut. hasil thitung mas
sebesar 4,357
tingkat signifik
2,331 dengan
signifikansi 0
2,525 dengan
signifikansi 0,01
Krisna Pengaruh 1. Pendekatan yang untuk mengetahui Hasil dari pen
Saputra Pengendalian intern digunakan dalam pengaruh pengendalian menunjukan b
(2015). Kas, implementasi penelitian ini yaitu intern kas, implementasi pengendalian
Good Governance dan kuantitatif dengan good governance dan berpengaruh
Moralitas Individu menggunakan skala moralitas individu negatif terhadap
terhadap fraud. likert. terhadap fraud. implementasi
( (Studi Empiris pada 2. Subyek dalam penelitian governance b
LPD di Kabupaten ini yaitu pegawai bagian signifikan negat
Buleleng Bagian keuangan pada LPD di fraud. (3) morali
Timur) Kabupaten Buleleng berpengaruh
Bagian Timur, di mana negatif terhadap
jumlah responden
sebanyak 40 orang.
Ayu Diah Pengaruh Efektifitas 1. Pendekatan yang Untuk mengetahui Hasil Peneli
Utari (2019) Pengedalian Internal, digunakan dalam pengaruh efektifitas menunjukan b
Moralitas Individu penelitian ini adalah pengedalian internal, efektifitas p
Dan Whistleblowing kuantitatif moralitas individu dan internal berpeng
Terhadap 2. Subyek dalam penelitian whistleblowing terhadap terhadap kec
Kecenderungan ini yaitu 21 Lembaga kecenderungan kecurangan, (2)
Kecurangan (Fraud) Perkreditan Desa di kecurangan individu b
Pada Lembaga Kecamatan Buleleng positif
Perkreditan Desa di kecenderungan
Kecamatan Buleleng. (3) whi

24
berpengaruh
terhadap kec
kecurangan pad
Perkreditan
Kecamatan Bule
0. Emy Pengaruh Tekanan, 1. Pendekatan yang Untuk membuktikan Hasil
Suryandari Kesempatan, digunakan dalam pengaruh variabel menunjukkan b
(2019) Rasionalisasi penelitian ini yaitu tekanan, kesempatan, Tekanan b
(Triangle) dan kuantitatif. rasionalisasi dan positif terhada
Efektifitad Penerapan 2. Subyek dalam penelitian efektivitas penerapan kecurangan, 2) K
Pengendalian Internal ini yaitu para karyawan pengendalian internal berpengaruh
Terhadap Tindak yang bekerja pada 8 terhadap tindak terhadap tindak k
Kecurangan Fraud LPD Di Kecamatan kecurangan di LPD Se- 3) R
(Studi Pada Se- Negara Kecamatan Negara. berpengaruh
Kecamatan Negara). terhadap tindak k
4) Efektivitas
pengendalian
berpengaruh
terhadap tindak k

H. METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, data merupakan faktor pendukung untuk mengkaji suatu

permasalahan yang akan diteliti. Data-data yang akan digunakan dapat diperoleh

dengan metode penelitian sebagai berikut:

1. Rancangan Penelitian

Dilihat dari sifat dan tujuannya penelitian yang digunakan yaitu penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian

dengan metode atau pendekatan studi kasus (Sugiyono, 2017). Studi kasus atau

penelitian analisis deskritif merupakan penelitian yang dilakukan terfokus pada

suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara cermat dan tuntas.

Sedangkan menurut Moleong (2012:6), penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek

25
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

holistic, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada satu

konteks khusus dan alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Dalam hal ini penelitian dilakukan LPD Desa Adat Sangsit. Penelitian ini

difokuskan pada kecurangan (fraud) yang terjadi pada LPD Desa Adat Sangsit.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk menentukan judul penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan menyusun latar belakang masalah, menjawab rumusan

masalah, menentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian,

selanjutnya menelaah kajian pustaka, melakukan metode pengumpulan data serta

menganalisis data, sehingga diperlukannya rancangan penelitian dalam

melakukan penelitian baik penelitian dari tahap awal maupun tahap hasil. Adapun

rancangan penelitian ini:

26
Rancangan Penelitian
Gambar :

Fraud Pada Lembaga


Perkreditan Desa Adat
Sangsit

Merumuskan Masalah

Mengkaji Teori

Mengumpulkan Data

Sumber Data Teknik Pengumpulan


1. Data Primer Data
2. Data Sekunder 1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Penyajian Data Hasil
Penelitian

Penarikan Kesimpulan

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu bapak Jro Wayan Wisara selaku Ketua Adat

Desa Adat Sangsit dan Bapak Ketut Swastama selaku Pengurus Tata Usaha

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Adat Sangsit. Dimana peneliti memilih orang-

orang yang dinilai memiliki pengetahuan dan mampu menjawab permasalahan

27
peneliti yang mengetahui mengapa kecurangan fraud bisa terjadi serta bagaimana

pengimplementasi awig-awig di Desa Adat Sangsit.

3. Variabel dan Definisi Operasional dan Variabel penelitian

a. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI (2017) fraud didefinisikan sebagai

suatu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja

untuk memperoleh suatu dengan cara menipu. Kecurangan merupakan

suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang

secara sengaja yang dapat memberikan dampak pada laporangan keuangan

dan dapat mengakibatkan suatu kerugian bagi suatu entitas ataupun bagi

pihak lain yang berkepentingan. Kecurangan dapat dijelaskan dengan

fraud triangle teori. Seseorang yang melaukan suatu tindakan kecurangan

karena dapat dikatakan adanya suatu tekanan (presuare), kesempatan

(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Menurut Skousen (2009)

dalam Norbarani (2012) komponen penting dalam banyak kecurangan

adalah rasionalisasi. Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan

mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian

dari fraud Triangle yang paling sulit diukur.

b. Lembaga Perkreditan Desa (LPD ) adalah suatu lembaga desa yang

didirikan untuk kepentingan masyarakat dalam perekonomian di desa

yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa itu sendiri.

Lembaga Perkreditan Desa memiliki tanggung jawab yang sangat besar

kepada masyarakat desa karena LPD bertugas untuk mengelola keuangan

yang dimiliki oleh setiap banjar atau dusun yang terdapat pada Desa

28
tersebut sehingga pengelolaan LPD harus baik dan sesuai dengan aturan

yang berlaku. Peran LPD sangat penting mensejahterakan masayarakat

Desa.

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:401) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian ini adalah

mendapatkan data. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:

1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui tatap muka dan Tanya jawab langsung antara pengumpul data

maupun penelitian terhadap narasumber atau sumber data. Agar

wawancara mendalam bisa berlangsung secara terarah, disusunnya

suatu pedoman wawancara yang memuat tentang masalah yang diteliti

akan diteliti dengan melakukan wawancara secara fleksibel.Untuk

menghindari adanya ucapan informan yang kurang maka dilakukannya

pencatatan hasil wawancara secara manual dan disertai dengan alat

perekam (Handphone). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian

ini dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada Bapak Jro Wayan

Wisara. Kemudian Bapak Ketut Swastama selaku tata usaha LPD

Desa Adat. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi

tentang memahami terjadinya fraud pada Lembaga Perkreditan Desa

Adat Sangsit. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat

daftar pertanyaan yang nantinya akan ditanyakan kepada informan

29
(Lampiran 1). Adapun uraian tujuan dari wawancara kepada informan,

sebgai berikut.

a) Jro Wayan Wisara (Keliat Adat)

Alasan dipilihnya Kelian Adat sebagai informan karena Kelian

adat merupakan orang yang memiliki tanggung jawab yang

besar terhadap kemajuan desanya sekaligus pemberi wewenang

di Desa Adat Sangsit dan Kelian Adat juga orang yang paham

tentang awig-awig di Desa Adat Sangsit, Karena awig-awig

dibuat oleh Kelian Adat yang digunakan sebagai kontrol fraud

pada LPD.

b) Ketut Swastama (Pengurus Tata Usaha LPD Desa Adat

Sangsit)

Alasan dipilihnya bapak Ketut Swastama sebagai informan

karena bapak Ketut mengetahui segala yang terjadi di LPD

Adat Sangsit karena bapak Ketut merupakan orang yang sudah

lama bekerja di LPD Adat Sangsit yang tidak pernah

melakukan hal menyimpang di LPD tersebut.

c) Putu Suriawan S.E (Ketua LPD Desa Adat Sangsit)

Alasan dipilihnya bapak Putu Suriawan sebagai informan

karena bapak Putu merupakan Ketua LPD Desa Adat Sangsit

yang mengetahui segala yang terjadi di LPD tersebut.

30
2. Teknik Pengamatan / Observasi

Menurut Sugiyono (2012) peneliti dalam pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang

melakukan penelitian. Observasi dilakukan untuk mendekatkan

peneliti dengan orang-orang yang akan ditelitinya dan mengetahui

gambaran umum situasi dan kondisi permasalahan yang terjadi dalam

memahami tabir fraud pada lembaga perkreditan desa (LPD) Adat

Sangsit. Adapun yang diobservasi yaitu, pelaksanaan sistem

penerimaan dan pengeluaran kas LPD Adat Sangsit yang diabadikan

dengan melalui kamera sehingga apa yang terjadi dan dilihat

terdokumentasikan, tepat dan dapat diandalkan. Aspek-aspek yang

penting dalam observasi ini dicatat dalam buku digunakan sebagai

acuan untuk menggali informasi melalui wawancara dengan informan.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012) dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen ini biasanya berbentuk tulisan, gambaran, dan

karya dari seseorang. Dokumentasi yang dimaksudkan untuk

menambah dan memeperkuat apa yang terjadi dan sebagai bahan

untuk melakukan komparasi dengan hasil wawancara. Dokumentasi

dilakukan pada bukti transaski seperti bukti kas keluar dan bukti kas

masuk, laporan keuangan serta rekonsiliasi tabungan per nasabah

(Lampiran 2). Kemudian peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen

baik struktur organisasi, sejarah organisasi serta laporan audit LPD

31
Adat Sangsit yang diabadikan dengan gambar melalui kamera

sehingga apa yang terjadi dan dilihat dapat terdokumentasi dan

ketepatannya bisa diandalkan. Aspek-aspek yang diobservasi

memerlukan penjelasan yang dicatat pada buku catatan melalui proses

wawancara mendalam dengan informan.

5. Metode dan Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012; 89) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun data yang dilakukan secara sistematis yang dapat diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan maupun dokumentasi. Miles and Huberman (Sugiyono,

2011: 91) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu reduksi data,

display data dan verifikasi data.

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2012:92) mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti

menentukan beberapa informan yang sesuai dengan yang diperlukan

peneliti sehingga data yang dipeoleh lebih akurat dalam memahami

kecurangan yang terjadi di LPD Adat Sangsit, kemudian peneliti

membuang data yang dianggap tidak penting atau tidak diperlukan dan

mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data

yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan

32
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan banyak menemukan

informasi yang berkaitan dengan LPD maupun tentang awig-awig

yang berlaku di Desa Adat Sangsit. Dalam penelitian ini juga akan

mendapatkan data yang tidak berkaitan dengan fokus penelitian. Oleh

karena itu peneliti akan memilih data maupun informasi yang

dirangkum berkaitan dengan fraud yang menjadi fokus penelitian.

2. Display Data

Setalah data di reduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data

ini yaitu penyajian data. Miles and Huberman (Sugiyono. 2012:95)

menyatakan bahwa yang paling sering digunakan dalam menyajikan

data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka dapat memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi berdasarkan dengan apa yang telah dipahami. Proses

penyajian data terhadap data yang sebelumnya dapat diperoleh dari

wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah melakukan reduksi

data serta pemilahan terhadap informasi yang diperoleh dari

wawancara yang sebelumnya telah dilakukan, maka hasil tersebut

kemudian akan disajikan dalam bahasa yang naratif.

3. Verifikasi Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan

kesimpulan atau disebut dengan verifikasi data yang merupakan suatu

proses yang dilakukan untuk melihat dan mengecek kembali data

mentah agar suatu kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa untuk

33
dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

aktivitas penggulangan untuk tujuan penelusuran data kembali,

melihat sejauh mana yang dapat dipertahankan melalui bukti-bukti

yang telah dikumpulkan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan

penelitian. Setalah melakukan reduksi data dan penyajian data, maka

tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan. Dalam proses

penarikan kesimpulan akan diketahui apa saja yang menjadi penyebab

terjadinya fraud pada LPD Desa Adat Sangsit.

34
DAFTAR PUATAKA
Abdullahi, R., Mansor, N., & Nuhu, M. S. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud
Diamond Theory: Understanding The Convergent and Divergent for Future
Resarch. European Journal of Business and Management.

Albrecht, W. Steve. 2012. Fraud Examination. South Western: Cengage Learning.


ACFE Indonesia Chapter #111. (2016). Survai Fraud Indonesia, Association of
Certified fraud Examiners
Astuti, Ni Ketut Ayu Tri Astuti, Edy Sujana, Gusti Ayu Purnamawati. 2017.
Pengaruh Moralitas, Ketaatan Aturan Akuntansi, Da Efektifitas Pengendalian
Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Pada
Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Buleleng. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No. 2
Balipost.2018.Penyebab Puluhan Lpd di Bululeleng Macet. Tersedia pada
(http://www.balipost.com) diakses pada 9 November 2018.
Balieditor.2019.Imbas Penggelapan Dana Banyak Nasabah Datangi LPD Adat
Sangsit. Tersedia pada (http://www.beritadewata.com) diakses pada 8 febuari
2019.
Balitribune.2017.150 LPD Di Bali Dinyatakan Bangkrut. Tersedia Pada
(http://www.balitribune.co.id) diakses pada 29 april 2017.
Fuad, Haris. 2015. Pengaruh Pengalaman, Otonomi, Profesionalisme, ambiguitas
peran, dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor. Surakarta: Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Gunawan, Ketut. 2009. Faktor Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa Di
Bali. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11 No. 2.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat.
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: ANDI.
Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Moleong, Lexy. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Norbani, Listiana.2012. Pendektesian Kecurangan Laporan Keuangan dengan
Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS NO. 99. Skripsi. Jurusan

35
Akuntansi, FEB Universitas Diponegoro Semarang.
Peraturan Baliprov. 2017. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Lembaga
Perkreditan Desa. Diakses di https://jdih.baliprov.go.id/produk-
hukum.peraturan/24744
Peraturan Baliprov.2019.Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 tentang Lembaga
Perkreditan Rakyat Provinsi Bali. Diakses di
https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum.peraturan/24744
Saputra, Gede Krisna Saputra, Nyoman Ari Surya Darmawan, Gusti Ayu
purnamawati. 2015. Pengaruh Pengendalian Intern Kas, Implementasi Good
Governance, Dan Moralitas Indivitu Terhadap Kecurangan Fraud (Studi
Empiris Pada LPD Kabupaten Buleleng Bagian Timur). E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3 No. 1
Siregar, Santi Lina. (2017). Literatur Review: Perilaku Korupsi dan Penyebabnya,
Fundamental Management Journal, ISSN: 2540-9816 (print) 2540-9220
(online) Volume:2 No.1.
Sihombing, K. S. 2014. Analisis fraud diamond dalam mendeteksi financial statement
fraud : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Suaslioni, Atmadja dan Wahyuni. 2017. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Fraud Pada LPD Desa Pakraman Bontihing. E-Journal S1 AK.
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No. 2
Sulistyowati, A.2011. “Keuangan Pedesaan Dari Untuk masyarakat Adat”. Kompas,
28 Januari 2011. Halaman:35.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryandari, Ni Putu Emy Suryandari, Made Arie Wahyuni, I Putu Julianto. 2019.
Pengaruh Tekanan, Kesempatan, Rasionalisasi (Triangle) dan Efektifitad
Penerapan Pengendalian Internal Terhadap Tindak Kecurangan Fraud (Studi
Pada Se-Kecamatan Negara). -Journal S1 AK. Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 10 No.1
Tunggal, Amin Widjaja. 2012. Pedoman Pokok Audit Internal. Jakarta: Harvarindo.
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.

36
TribunBali.2018.Pengurus LPD Gerokgak Terindikasi Tilep Dana Nasabah Hingga.
Tersedia pada (http://www.bali.tribunnews.com) diakses pada pada 1 mei
2018.
Utari, Indah Sri. (2011). Faktor Peyebab Korupsi, Pendidikan Anti Korupsi untuk
Perguruan Tinggi, Kementrian P&K Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi.
Utari, Ni Made Ayu Diah Utari, Edy Sujana, Adi Yuniarta. 2019. Pengaruh
Efektifitas Pengedalian Internal, Moralitas Individu Dan Whistleblowing
Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Pada Lembaga Perkreditan
Desa di Kecamatan Buleleng. E-Journal S1 AK. Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 10 No.2
Wells, J. T. 2011. Principles of fraud examination. 3 edition. Wiley & Sons, Inc.
Widyaswari, I Dewa Ayu Nanda Widyaswari, Gede Adi Yuniarta, Edy Sujana. 2017.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan
Budaya Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud) pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) SeKecamatan Susut. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No.2
Wolfe, David T., dan Hermanson, Dana R. 2004. The Fraud Diamond: Considering
the Four Elements of Fraud. CPA Journal, Dec 2004, Vol. 74, Issue 12

37
LAMPIRAN-LAMPIRAN

38
LAMPIRAN 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah

pada penelitian yang berjudul “Memahami Tabir Fraud Pada Lembaga

Perkreditan Desa Adat Sangsit”. Berikut daftar pertanyaan wawancara untuk

menjawab rumusan masalah mengapa terjadinya fraud/kecurangan di Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) Adat Sangsit.

Daftar Pertanyaan:

1. Selamat pagi bapak/ibuk mohon maaf mengganggu waku bapak/ibu sebentar.

Saya mau bertanyak Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja di LPD Adat

Sangsit?

2. Siapa yang melakukan kecurangan di LPD Adat Sangsit?

3. Kapan kecurangan ini terjadi bapak/ibu?

4. Mengapa kecurangan ini bisa terjadi di LPD Adat Sangsit?

5. Berapa kerugian yang dialami pada LPD Adat Sangsit?

6. Apakah ada suatu tindakan untuk orang-orang yang melakukan kecurangan?

7. Apakah ada faktor penyebab sehingga pegawai LPD melakukan tindakan

kecurangan?

8. Bagaimana proses pemberian gaji pada karyawan LPD Adat Sangsit?

9. Apakah gaji karyawan sebagai faktor penyebab terjadinya kecurangan?

10. Berapa jumlah karyawan/pegawai pada LPD Adat Sangsit?

39
11. Bagaimana dengan pendidikan sumber daya manusia (pegawai) di LPD Adat

Sangsit?

12. Apakah ada dampak dalam korupsi ini terhadap LPD dan Pegawai?

13. Bagaimana dengan sistem komputer yang ada di LPD Adat Sangsit? apakah

masih menggunakan manual sehingga bisa terjadinya kasus korupsi?

14. Bagaimana cara menerapkan sistem pengendalian internal agar tidak terjadi

kesalahan pada LPD Adat Sangsit?

15. Apakah tugas dan fungsi bagian keuangan dan kasir sudah berjalan dengan

baik?

16. Bagaimana tindakan bapak/ibu terkait dengan adanya kecurangan yang

dilakukan oleh pegawai LPD?

17. Solusi apa yang bapak/ibu akan lakukan agar LPD Desa Adat Sangsit tidak

lagi mengalami kecurangan untuk kesekian kalinya?

40
41

Anda mungkin juga menyukai