Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

RPS 14

“Contoh Kasus Koperasi dan UMKM”

Oleh :

Kelompok 5

I Gede Fery Andika 1607521069

Gusti Agung Mas Santika Dewi 1607521071

Ni Putu Yuwindiah Putri 1607521095

Program Studi Manajemen Reguler


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana
2018
1. Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Putra Amerta

Latar Belakang

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-
seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip
gerakan ekonomi rakyatyang berdasarkan asas kekeluargaan. Gerakan koperasi adalah
keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatanperkoperasian yang bersifat terpadu menuju
tercapainya tujuan bersama koperasi.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari
orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha untuk
memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka
Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-
perkumpulan Koperasi.
Koperasi berdasarkan jenis usahanya, koperasi simpan pinjam (KSP) adalah koperasi
yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani pinjaman.
Anggota yang menabung akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa.
Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota dari sinilah,
kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota”.
Kabupaten gianyar merupakan salah satu kabupaten yang berada di Bali. Pada tahun
2004 lahirlah koperasi simpan pinjam Putra Amerta. KSP ini berlokasi di rumah Suparsa di
Banjar Pujung, Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar dan mempekerjakan empat karyawan
termasuk istri dari I Wayan S sebagai bendahara.
Usaha koperasi berjalan hingga 20 Mei 2014 dan KSP Putra Amerta memiliki 1.408
orang nasabah terdiri dari 371 nasabah deposit dan 244 nasabah peminjam kredit. Bunga
deposito yang ditawarkan yaitu 12-14 persen per bulan dan bunga tabungan 0,75 perbulan
yang sewaktu-waktu bisa ditarik.
Sejak Januari 2015, puluhan nasabah tidak bisa menarik uang tabungan dan suku
bunga juga tidak diberikan. Tersangka beralasan tidak ada dana dan sedang vacum. Masalah
ini selanjutnya diadukan ke Dinas Koperasi Gianyar.
Pada Agustus 2015 Dinas Koperasi melakukan mediasi antara pengurus koperasi
dengan nasabah. Dari hasil audit terungkap adanya kerugian Rp 15 miliar lebih. Penyidik
menetapkan pendiri koperasi yakni DR. I Made Darsana yang merupakan mantan dosen salah
satu perguruan tinggi swasta di Denpasar sebagai tersangka kasus penipuan dan penggelapan
dengan kerugian Rp15 miliar lebih.

1
Kasus

Beritabali.com, Denpasar. Enam bulan diselidiki, jajaran Subdit II Direktorat


Reskrimum Polda Bali membongkar kejahatan perbankan di Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Putra Amerta di Jalan Sriwidari nomor 14, Banjar Pujung, Desa Sebatu, Tegallalang,
Gianyar. Penyidik menetapkan pendiri koperasi yakni DR. I Made Darsana (42) sebagai
tersangka kasus penipuan dan penggelapan dengan kerugian Rp15 miliar lebih.
Menurut Kasubdit II Direktorat Reskimum Polda Bali AKBP Gede Nyoman Arta,
dalam kasus tersebut kedudukan I Made Darsana sebagai Sekretaris sekaligus pengelola
koperasi KSP Putra Amerta. Sementara koperasi tersebut diketuai oleh I Wayan Suparsa
(42).
“Tidak menutup kemungkinan dalam pemeriksaan lanjutan akan ditetapkan sebagai
tersangka,” ujar AKBP Gede Nyoman Arta didampingi Kasubid Penmas Bid Humas Polda
Bali AKBP Kusumadewi.
Menurut AKBP Arta, tersangka Darsana bergelar Doktor itu awalnya mengajak I
Wayan Suparsa untuk mendirikan KSP Putra Amerta. Mereka pun mendaftarkan 20 nama
fiktif di Dinas Koperasi Gianyar dengan tujuan mendapatkan status badan hukum. Kantornya
menempati rumah I Wayan S di Jalan Sriwidari nomor 14 Gianyar.
“Jadi, koperasi ini tidak mengantongi akta pendirian dari notaris dan izin operasional, hanya
badan hukum dari Dinas Koperasi Gianyar,” ujarnya.
Lanjut, KSP Putra Amerta berdiri sejak tahun 2004 dan mempekerjakan empat
karyawan termasuk istri dari I Wayan S sebagai bendahara. Usaha koperasi berjalan hingga
20 Mei 2014 dan KSP Putra Amerta memiliki 1.408 orang nasabah terdiri dari 371 nasabah
deposit dan 244 nasabah peminjam kredit. Bunga deposito yang ditawarkan yaitu 12-14
persen per bulan dan bunga tabungan 0,75 perbulan yang sewaktu-waktu bisa ditarik.
“Suku bunga yang ditawarkan membuat para nasabah percaya. Terlebih tersangka
bergelar Doktor Ilmu Ekonomi dan juga pembina koperasi di wilayah Tegallalang. Nasabah
yang menaruh uang deposito kebanyakan dari ketua koperasi dan itupun tanpa ada perjanjian
tertulis,” tegasnya.
Kemudian, uang untuk deposito yang disetorkan para nasabah bervariasi mulai Rp 10
juta sampai ratusan juta. Begitu juga dengan uang tabungan. Sedangkan kredit yang
dikeluarkan untuk 244 nasabah mencapai Rp 2.469.822.151.
“Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun koperasi mencapai Rp. 18,2 miliar lebih,”
bebernya.

2
Namun, sejak Januari 2015, puluhan nasabah tidak bisa menarik uang tabungan dan
suku bunga juga tidak diberikan. Tersangka beralasan tidak ada dana dan sedang vacum.
Masalah ini selanjutnya diadukan ke Dinas Koperasi Gianyar.
Pada Agustus 2015 Dinas Koperasi melakukan mediasi antara pengurus koperasi
dengan nasabah. Dari hasil audit terungkap adanya kerugian Rp 15 miliar lebih. Jumlah ini
didasarkan pertimbangan dana pihak ketiga dengan kredit yang dikeluarkan.
“Disaat mengalami loss managemen, tersangka mempergunakan uang untuk investasi
vallas dan ini masih didalami,” kata AKBP Arta.
Uang tak kunjung dibayarkan, 22 orang nasabah memilih melapor ke Dit Reskrimum
Polda Bali. Penyelidikan berlangsung tahun 2016 dan akhirnya terungkap tersangka asal
Banjar Sebatu Tegalalang Gianyar ini melakukan kejahatan perbankan sekaligus penipuan
dan penggelapan.
“Tersangka melakukan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin dari Bank
Indonesia dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Tersangka selama ini tidak pernah membuat
pembukuan laporan keuangan,” tandasnya.
Sementara ini penyidik tidak menyita barang bukti berupa uang tapi hanya menyita
diantaranya buku tabungan, bilyet simpanan berjangka, buku kredit, buku deposito, laptop
serta dokumen lainnya. [spy/wrt]
Kesimpulan

Menurut kami, kasus di atas tersebut dapat terjadi dikarekan banyak sebab sehingga
memungkinkan pendiri dari koperasi tersebut melakukan penipuan dan penggelapan dana
koperasi sebesar 15 milyar. Berikut ini beberapa penyebab yang memungkinkan terjadinya
kasus tersebut.

1. Kurang ketatnya pengawasan dari dinas koperasi gianyar karena tersangka


mendaftarkan 20 nama fiktif di Dinas Koperasi Gianyar dengan tujuan mendapatkan
status badan hukum
2. Kurangnya pengawasan karena Tersangka melakukan penghimpunan dana
masyarakat tanpa izin dari Bank Indonesia dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan
tersangka selama ini tidak pernah membuat pembukuan laporan keuangan
3. Kurangnya pengawasan dari para anggota koperasi tersebut.
4. Adanya penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila
tidak menggunakan kesempatan.

3
5. Adanya faktor keserakahan : masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena
kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena
serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan.

Penyelesaian Kasus

Melihat dari kasus di atas harus adanya pengawasan dan kontrol lansung dari para
anggota agar adanya sikap transpansi dalam laporan keuangan sehingga tidak adalagi
penggelapan di koperasi ini.
Menurut pasal 16 Undang-undang perbankan lembaga nonbank menerangkan bahwa,
tidak boleh menerima dana penyertaan dari masyarakat tanpa izin dari Bank Indonesia (BI).
Hal tersebut telah jelas jika masyarakat setidaknya mengetahui hal hukum tersebut dan tidak
akan mengambil resiko berat untuk mengikuti atau pun menyelenggarai lembaga-lembaga
lainnya.
Kami juga memberikan saran agar tidak mudah tertipu dengan koperasi bodong yang
tidak memiliki izin. Jangan mudah percaya dengan keuntungan yang menggiurkan atau
keuntungan yang besar dan juga harus memiliki sangsi yang tegas dari aparat yang berwajib
atau pun dari instansi yang terkait agar para koprutor itu tidak akan berani melakukan
perbuatan yang akan merugikan semua pihak.

2. Studi Kasus Batik Nderbolo

Latar Belakang Masalah

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran vital dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UKM terbukti mampu bertahan di tengah krisis yang
melanda Indonesia pada tahun 1997, dan bahkan sampai sekarang. Aries Musnandar (2012)
mengatakan bahwa pada tahun 2011 UKM menyumbang 56% dari total PDB di Indonesia.
Selain itu, UKM juga mampu mengurangi pengangguran di Indonesia karena UKM
menyerap banyak tenaga kerja. Melihat peran vital UKM ini tentu bukan menjadi hal yang
mengherankan apabila pemerintah seharusnya meningkatkan kinerja sektor UKM tersebut.

Terdapat begitu banyak jenis UKM tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya
adalah UKM Batik. Batik merpakan produk warisan budaya yang sangat penting untuk
dilestarikan dan dikembangkan. Menjadikan batik sebagai ikon Indonesia mensyaratkan
adanya penguatan batik sebagai warisan budaya sekaligus penggalian potensi ekonominya

4
sebagai industri. Nilai produksi batik mencapai produksi batik mencapai Rp3,9 triliun pada
tahun 2010, namun nilai ekspor pada tahun tersebut hanya sebesar 69,24 juta dollar AS. Pasar
ekspor batik Indonesia, ditunjukkan dalam tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Pasar Ekspor Batik Indonesia


No Nama Negara Nilai Ekspor (juta dollar AS)
1 Amerika Serikat 24,67
2 Belgia 10,53

3 Jepang 7,55
4 Jerman 5,63

5 Swedia 3,02
6 Lainnya 17,85
Total 69,24
Sumber: Kementerian Perdagangan, 2010

Sentra industri batik di Indonesia tersebar di beberapa wilayah, diantaranya:


Yogyakarta, Cirebon, Lampung, Riau, Samarinda, Surakarta, Sragen, Lasem dan daerah
lainnya. Sragen merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang komoditas batik terbesar
di Solo Raya. Salah satu sentra kerajinan batik Sragen adalah di wilayah Desa Pilang yang
terletak di sebelah utara Kecamatan Masaran. Nderbolo, salah satu UKM Batik di Desa
Pilang yang dimiliki oleh Bapak Ngadiyono. Berikut ini merupakan profil singkat dari UKM
Batik Nderbolo:

Profil Singkat Batik Nderbolo

Profil UKM

Nama Usaha : Batik Nderbolo

Pemilik : Ngadiyono

Alamat : Jantran, RT. 28/05, Pilang, Masaran, Sragen 57282 Tlp. 0271-7086809

Hp. 0816 5426 809

SDM dan pendidikan :

5
- 5 karyawan tetap

- 12 karyawan borong

SMA = 1 karyawan

SMP = 2 karyawan

Mayoritas SD

Wilayah pemasaran : Solo, Yogya, Temanggung, Semarang

Kondisi UKM Batik Nderbolo belum mencapai skala produksi yang maksimal.
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Nderbolo, yaitu:

1) Pembukuan belum tertata dengan baik dan teratur. Nderbolo tidak rutin melakukan
pencatatan setiap transaksi (pembelian faktor-faktor produksi maupun dalam
pemasaran produk).
2) Perhitungan biaya produksi berdasarkan perkiraan. Nderbolo belum mencatat semua
aset yang dimilikinya, seperti jumlah aset setiap jenis produk.
3) Desain motif batik yang dimiliki dan diproduksi oleh Nderbolo masih terbatas dan
belum bervariatif. Nderbolo belum mengikuti tren desain yang diminati oleh pasar,
misalnya desain batik motif SBY atau desain batik sepak bola.
4) Pemasaran Nderbolo masih bersifat konvensional, penjualan berdasarkan titip jual dan
cash. Nderbolo belum memanfaatkan teknologi komputer sebagai sarana pemasaran
produk. Akibatnya area pemasaran sangat terbatas (lokal), yaitu Solo, Yogya,
Temanggung, dan Semarang.

Pembahasan

Permasalahan yang dihadapi oleh UKM Batik Nderbolo dapat diklasifikasikan


menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Masalah pembukuan (akuntansi),

2) Desain yang kurang variatif dan

3) Pemasaran yang masih tradisional.

6
Faktor utama penyebab permasalahan ini adalah kualitas SDM yang masih rendah.
Solusi untuk permasalahan ini tidak hanya dari pihak intern UKM Batik Nderbolo saja
melainkan juga harus ada dukungan dari pihak luar terutama pemerintah sebagai pemangku
kebijakan.

Penyelesaian Kasus

Adapun solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi permasalahan UKM Batik
Nderbolo tersebut adalah sebagai berikut:

Mengadakan Pelatihan Pembukuan (Akuntansi)

Selama ini pembukuan yang dilakukan Nderbolo belum teratur dan belum tertata rapi,
tidak semua transaksi dibukukan, sehingga dalam menghitung biaya produksi, aset, laba, dan
sebagainya Nderbolo hanya mengandalkan perkiraan saja. Faktor utama penyebab masalah
ini adalah belum ada SDM yang handal dalam hal pembukuan (akuntansi).

Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengadakan pelatihan kepada
UKM Nderbolo terkait dengan pembukuan (akuntansi). Kegiatan pelatihan ini dapat
dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya. Seperti kegiatan pengabdian
pada masyarakat (P2M) yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau mungkin melalui
kebijakan pemerintah daerah.

Selain program pelatihan oleh pemerintah, pihak Nderbolo sendiri harus memiliki
komitmen kaitannya dengan pembukuan ini. Berdasarkan pengalaman, biasanya program
pelatihan hanya dilakukan selama kegiatan itu berlangsung dan setelah program selesai,
mereka juga tidak melakukannya lagi. Maka dari itu kesadaran dari pihak UKM Batik
Nderbolo juga harus dibangun sehingga Nderbolo bisa mempunyai komitmen yang kuat
untuk melakukan pembukuan secara rutin dan rapi.

Adapun tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk pelatihan pembukuan ini adalah
sebagai berikut:

1) Tahap pertama adalah menggali jenis-jenis pembukuan yang telah dilakukan oleh
masing-masing UKM mitra. Jenis pembukuan apa saja yang masih dirasakan sulit
oleh UKM untuk dilakukan. Menggali kebutuhan utama UKM berkaitan dengan
pembukuan.

7
2) Kemudian dilanjutkan dengan menyusun materi pembukuan, yang disesuaikan
dengan kebutuhan UKM sekaligus mempersiapkan media pelatihan pembukuan.
3) Setelah semua bahan siap, tahap selanjutnya adalah melaksanakan pelatihan
pembukuan tersebut.
4) Tahap terakhir, sebaiknya kegiatan ini tidak berhenti pada pelaksanaan pelatihan
pembukuannya tetapi juga sampai tahap evaluasi dan monitoring, sehingga pihak
yang melakukan pelatihan (mungkin saja pemerintah) bisa memantau perkembangan
dari UKM yang diberi pelatihan tersebut.

Referensi :

http://beritabali.com

http://rumahradhen.wordpress.com

Kementerian Perdagangan, 2010

http://pendidikanekonomi.com

Anda mungkin juga menyukai