Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

MEMAHAMI TABIR FRAUD PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA

(LPD) ADAT SANGSIT

(Studi Kasus Pada Lembaga Perkreditan Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten

Buleleng)

KADEK NOVIYANA

1617051173

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2020

1
A. LATAR BELAKANG

Kehidupan masyarakat khususnya di Bali dalam kesehariannya sangat besar

dipengaruhi oleh adanya desa adat sebagai suatu lembaga sosial. Desa adat dalam

aktivitasnya sangat berpengaruh terhadap peraturan desa yang biasanya disebut

dengan awig-awig atau pararem. Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat hukum adat

yang biasanya didasari dengan filosofi Tri Hita Karana yang berakar dari kearifan

lokal sad kerthi yang dijiwai dengan ajaran agama hindu dan nilai-nilai budaya serta

kearifan lokal yang hidup di bali. (Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun

2019). Desa adat yang memiliki kedudukan otonom memiliki hak untuk mengelola

sumber daya ekonomi yang dimiliki desa dengan tujuan untuk mensejahterakan

masyarakatnya. Maka, pemerintah provinsi Bali mengeluarkan regulasi di bidang

pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat desa adat. Regulasi yang dimaksudkan

pemerintah tersebut adalah regulasi tentang lembaga keuangan mikro yang biasanya

disebut dengan Lembaga Perkreditan Desa (Ristiadi 2012).

Lembaga Perkreditan Desa merupakan suatu badan usaha keuangan yang

dimiliki oleh desa dengan melaksanakan kegiatannya di lingkungan desa di bali yang

biasanya dapat dikenal dengan istilah LPD. (Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019).

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2017 bahwa Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) diperlukan keberadaannya untuk menjamin perwujudan

kesejahteraan masyarakat hukum adat yang merupakan Krama Desa Pakraman.

Lembaga Perkreditan Desa memiliki tanggung jawab yang sangat besar kepada

masyarakat desa karena bertugas untuk mengelola keuangan yang dimiliki oleh setiap

banjar atau dusun yang terdapat pada desa sehingga pengelolaan LPD harus baik dan

2
sesuai dengan aturan yang berlaku. Kabupaten Buleleng sangat berupaya untuk

mensejahterakan masyarakatnya melalui adanya LPD. Dibalik perkembangan LPD di

Kabupaten Buleleng, banyaknya LPD yang bermasalah. Dari 169 LPD yang

beroperasi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2018 tercatat 22 LPD yang

dikategorikan macet dikarenakan pengurus tidak mampu menjalankan LPD tersebut.

Pemerintah daerah bersama dengan Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan

Desa, Badan Kerjasama (LP-LPD, BKS dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di

Bali untuk mencegah bertambahnya LPD dengan cara memfokuskan melakukan

pembinaan manajamen dan penguatan modal usaha. (Balipost.com). Lembaga

Perkreditan Desa mengalami banyak permasalahan yang dapat mengakibatkan

dampak kurang baik terhadap LPD yang masih kategori sehat. Meskipun banyak LPD

dalam kategori sehat, namun ada beberapa LPD yang mengalami kecurangan atau

sudah masuk ke ranah hukum.

Kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang maupun

sekelompok orang secara sengaja yang dapat memberikan dampak pada laporan

keuangan dan dapat mengakibatkan suatu kerugian bagi suatu entitas ataupun bagi

pihak lain yang berkepentingan. Tunggal (2011) fraud adalah penipuan yang

disengaja, yang diterangkan berbagai kebohongan, penjiplakan, pencuriaan yang

dapat dilakukan oleh pelanggan, kreditor, investor, pemasok, banker, pinjaman

asuransi atau pihak pemerintah. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Republik Indonesia (2017) fraud didefinisikan sebagai suatu jenis tindakan melawan

hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara

menipu. Agar LPD terhindari dari masalah kecurangan ataupun kebangkrutan maka

3
diperlukannya prinsip Good Corporate Governance dan optimalnya fungsi pengawas

sebagai internal auditor pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Tujuan dari

penerapan adanya pengawasan internal auditor LPD di Bali dikarenakan agar LPD di

Bali dapat dikatakan sebagai LPD yang dapat dipercaya keberadaannya sebagai

keuangan mikro yang berbasis adat serta mampu memiliki sistem pengendalian

internal yang baik yang berkaitan dengan prinsip Good Corporate Governance pada

LPD yang mampu mengoptimalkan kepercayaan masyarakat sebagai satu-satunya

keuangan mikro yang tetap mampu berdiri walaupun dapat adanya serangan dari

keuangan yang lain. Bentuk eksitensi lembaga keuangan yang ada di desa diharapkan

dapat memperkuat baik ekonomi masyarakat dan sosial yang berada padakomunitas

desa adat tersebut. (Sulistyowati,2011).

Ayu (2017) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud

disebabkan oleh moralitas individu yang menunjukan bahwa level penalaran moral

individu dapat mempengaruhi seseorang akan melakukan kecurangan. Selain

moralitas individu, ketaatan aturan akuntansi juga mempengaruhi terjadinya fraud

karena adanya aturan akuntansi tersebut menghindari akan adanya kejadian yang

menyipang yang dapat merugikan organisasi. Jika suatu laporan keuangan yang

dibuat tidak sesuai dengan aturan akuntansi maka akan memunculkan tindakan yang

tidak etis dan dapat memicu terjadinya kecurangan akuntansi. Efektivitas

pengendalian internal juga mempengaruhi terjadinya fraud. Jika pengendalian

internal yang lemah atau kurangnya suatu pengawasan maka dapat memungkinkan

terjadinya penyalahgunaan wewenang dengan menyetujui pinjaman yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku yang dapat menjadikan aset Lembaga Perkreditan Desa

4
(LPD) sebagai agunan pada LPD lain yang tidak sesuai dengan badan pengawas

sehingga LPD tersebut akan mengalami kebangkrutan.

Salah satu kasus yang terjadi di Kabupaten Buleleng adalah kasus kecurangan

pada Desa Adat Gerogak, yang dilaporkan 2 miliaran uang nasabah digunakan atau

digelapkan oleh pengurusnya. Kasus kecurangan ini terjadi sudah bertahun-tahun

hingga sampai 2018 kasus ini tidak ada titik terang. Salah satu nasabah yang ingin

mengambil uang sebesar Rp 7.279.200 namun pihak LPD mengatakan bahwa kas di

LPD tersebut kosong, sehingga nasabah tersebut tidak dapat mengambilnya.

Diindikasikan Rp 1,8 miliar uang nasabah dipinjam oleh oknum yang namanya tidak

diketahui dan juga telah ditemukan indikasi jika pengelola dan pengurus LPD ikut

serta dalam menggunakan dana nasabah tersebut. Berdasarkan paruman yang

dilakukan oleh Desa Adat Gerokgak kerugian yang dialami pada LPD Desa Adat

Gerokgak akan diselesaikan secara kekeluargaan dan uang milik nasabah tersebut

akan dikembalikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Berdasarkan surat

kesepakatan , jika oknum pegawai tidak mampu untuk mengganti uang nasabah yang

digelapkan maka, oknum yang melakukan penggelapan uang nasabah siap untuk

diberikan sanksi (tribunnews.com).

Berbagai kasus fraud yang terkait dengan LPD, baru-baru ini terjadi di Desa

Adat Sangsit pada tahun 2019. Sebelumnya Kecurangan ini terjadi juga pada tahun

1994 yang mengakibatkan LPD Desa Adat Sangsit ditutup selama 6 tahun dan dibuka

kembali pada tahun 31 maret 2000. Namun tidak berselang lama LPD Desa Adat

Sangsit kembali mengalami kecurangan tahun 2019 yang dilakukan oleh 3 oknum

pegawai LPD. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh 3 oknum pegawai LPD, seperti

5
: tidak memasukan dana ke sistem komputer yang dimiliki LPD, pihak yang

menangani nasabah atau pengurus melakukan penyelewengan modal financial

dengan memungut tabungan uang nasabah dan angsuran tanpa adanya pencatatan di

sistem komputer yang telah disediakan pada LPD tersebut dan karyawan hanya

memasukan di list tabungan milik nasabah secara manual tetapi tidak di data ulang

atau dimasukan ke dalam sistem yang telah ada pada LPD, sehingga banyak nasabah

yang mengalami kerugian dari dana yang digelapkan oleh pegawai LPD. Untuk

mengembalikan uang nasabah. Jro Wayan Wisara selaku Kelian Adat Desa Sangsit

tidak melanjutkan keranah hukum tetapi dilakukan dengan cara kekeluargaan karena

peran awig-awig di desa tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian

yang berjudul “Memahami Tabir Fraud Pada Lembaga Perkreditan Desa Adat

Sangsit.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

diidentifikasi adanya masalah kecurangan (fraud) pada Lembaga Perkreditan Desa di

karenakan adanya oknum pegawai yang menggelapkan uang nasabah dengan tidak

memasukan tabungan nasabah ke dalam sistem yang telah ada pada LPD, sehingga

banyak nasabah yang mengalami kerugian dari dana yang digelapkan oleh pegawai

LPD. Lembaga Perkreditan Desa merupakan lembaga non bank yang hanya

dsiproteksi dengan awig-awig atau pararam untuk mengatur tentang tata kelola LPD

sebagai milik Desa Adat, maka awig-awig atau pararam ini sangat berpengaruh

terhadap peraturan Desa Adat Sangsit.

6
C. Pembatasan Masalah

Fokus penelitian untuk memahami tabir fraud pada Lembaga Perkreditan

Desa (LPD) Adat Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang yang telah dikemukakan diatas maka, yang

menjadi pokok permasalahaan dalam penelitian ini adalah: Mengapa terjadi

fraud/kecurangan di LPD Adat Sangsit?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk memahami penyebab terjadinya

fraud/kecurangan di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Adat Sangsit?

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang

sangat bermanfaat bagi pengembangan bidang ilmu akuntansi keuangan

khususnya mengenai kecururangan (fraud) Pada Lembaga Perkreditan

Desa serta memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Lembaga Perkreditan Desa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

dapat meminimalisir terjadinya kecurangan (fraud) pada LPD.

7
Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan pedoman kepada

LPD agar dikemudian hari masalah kecurangan dapat diminimalisir

serta diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi

instasi yang bersangkutan .

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang

berkaitan dengan kecurangan ( fraud) pada Lembaga Perkreditan Desa

(LPD).

c. Bagi Universitas Pendidikan Ganesha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan

mendorong dilakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan

kecurangan (fraud) pada Lembaga Perkreditan desa (LPD).

8
G. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Fraud

Menurut Tuannakotta (2013:28) fraud didefinisikan:

“Any illegal act characterized by deceit, concealment or violation of trust.

These acts are not dependent upon the application of threats of violence or physical

force. Fraud are perpetrated by individuals, and organization to obtain money,

property or service; to avoid payment or loss of services; or to secure personal o

business advantage.”

Sedangkan menurut Karyono (2013) fraud adalah penyimpangan dan perbuatan

melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu

misalnya menipu dan memberikan gambaran yang keliru (mislead) kepada pihak-

pihak lain, dilakukan oleh orang baik dari dalam organisasi maupun dari luar

organisasi. Wells, 2011 dalam (Sihombing, 2014) kecurangan laporan keuangan

mencangkup beberapa modus, antara lain:

a. Pengubahan atau memanipulasi data keuangan (financial record),

dokumen pendukung atau transasi bisnis.

b. Menghilangkan data yang disengaja atas informasi yang signifikan

sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

c. Penerapan yang salah dan disengaja dilakukan terhadap prinsip akuntansi,

kebijakan, prosedur yang digunakan untuk mengukur dan melaporkan

peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

9
d. Menghilangkan informasi yang harus disajikan dan diungkapkan yang

menyangkut prinsip dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam

pembuatan laporan kuangan secara sengaja.

2. Perkembangan fraud

Pada perkembangannya kecurangan dapat dijelaskan beberapa theory fraud

seperti Fraud Triangle Theory, Fraud Diamond Theory, dan Fraud Pentagon

Theory. Fraud Diamond Theory adalah pandangan baru terhadap fenomena fraud

yang diusulkan oleh Wolfe & Hermanson (2004). Teori ini adalah bentukan

pembaruan dari Teori Fraud Triangle oleh Cressy (1950) yang menambahkan

elemen qualitative yang diyakini memiliki hubungan signifikan dengan tindakan

fraud. Sedangkan Fraud Pentagon Theory dikemukakan oleh Crowe Howarth

(2011) Theory fraud Pentagon merupakan perluasan dari teori fraud triangle

pressure/tekanan, opportunity/kesempatan, dan rasionalization/rasionalisasi yang

sebelumnya dikemukakan oleh Cressey, dalam teori ini menambahkan dua

penyebab fraud yaitu Kompetensi dan arogansi. Kompetensi yang dipaparkan

(competence) yang dipaparkan dalam teori fraud Pentagon memiliki makna yang

serupa dengan kapabilitas (capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teori

fraud diamond (dorongan, kesempatan, Rasional, dan kapasitas).

Seseorang yang melakukan suatu tindakan kecurangan karena dapat dikatakan

adanya suatu tekanan (presuare), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi

(rationalization) dan Kemampuan (capability). Dorminey (2011) menyatakan bahwa

faktor rasionalisasi dan tekanan merupakan karateristik pelaku kecurangan akuntansi

yang tidak dapat diobservasi karena mustahil untuk mengetahui apa yang dipikirkan

10
oleh pelaku ketika akan melakukan kecurangan akuntansi. Dari ketiga faktor tersebut,

kesempatan adalah yang paling diminimalisir dengan pengendalian internal yang

baik.

3. Faktor-faktor penyebab fraud

Amin Widjaja Tunggal (2012:10) menyatakan bahwa terdapat beberapa kondisi

penyebab fraud , diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Insentif atau tekanan, manajemen atau pegawai lain merasakan insetif atau

tekanan untuk melakukan fraud.

b. Kesempatan, situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau

pegawai untuk melakukan fraud

c. Sikap atau rasionalisasi, ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai

etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan

tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang

cukup menekan yang mmbuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak

jujur.

1. Fraud triangle Theory

Fraud triangle Theory adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh

Donald R. Cressy setelah melakukan penelitian untuk tensis doktornya pada

tahun 1953. Cressy mengemukakan hipotesis hipotesis mengenai fraud

triangle untuk menjelaskan alasan mengapa orang melakukan fraud .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cressey 1953 menemukan bahwa

orang melakukan fraud ketika mereka memiliki masalah keuangan yang tidak

bias diselesaikan bersama. Cressey juga menambahkan bahwa banyak dari

11
pelanggar kepercayaan ini mengetahui bahwa tindakan yang mereka lakukan

merupakan tindakan yang tidak baik atau illegal, akan tetapi mereka berusaha

untuk memunculkan pikirannya bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah

hal yang wajar. Cressy mengemukakan ada tiga elemen penting pada fraud

triangle yaitu pressure (dorongan), opportunity (peluang), dan rationalization

(rasionalisasi).

Pressure

Opportunity Rasionalization

Gambar:1 Fraud Triangle Theory


Sumber : Cressey(1953) dalam Norbani (2012)

Fraud Triangle Theory terdiri dari tiga elemen yang umumnya hadir pada saat fraud

incentive/pressure, opportunity dan rasionalization (Fuad 2015).

a. Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan

kecurangan (fraud). Tekanan ini biasanya dapat mencangkup semua hal

termasuk gaya hidup, tuntunan ekonomi dan keuangan dan non keuangan.

Melakukan fraud dapat dibagi menjadi lebih spesifik:

1) Tekanan keuangan (financial stability) merupakan hal umum yang

mendorong seseorang melakukan fraud

12
2) Personal financial need merupakan motivasi melakukan fraud dapat

disebabkan karena kegemaran berjudi, obat-obatan terlarang, kecanduan

alkohol, serta biaya hidup keluarga yang mahal.

3) Financial target meruapakan seseorang dapat melakukan fraud karena

merasa hasil pekerjaannya kurang dihargai oleh perusahaan, takut

kehilangan pekerjaan, tidak puas dengan pekerjaan, takut tidak dapat

promosi jabatan, dan merasa kurang dihargai secara ekonomi. .

b. Peluang (Opportunity), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk

memjungkinkan suatu kecurangan terjadi. Misalnya, terjadi karena pengendalian

internal perusahaan yang lemah, penyalahgunaan wewenang serta kurangnya

pengawasan. Peluang ini merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk

diminimalisir yang dapat dilakukan dengan proses, prosedur dan upaya deteksi

sejak dini terhadap fraud. fraud tidak hanya terjadi jika ada tekanan, tetapi juga

ketika calon pelaku

c. Rasionalization, rasionalisasi adalah karakter atau serangkaian nilai-nilai etis

yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan,

atau orang yang berada dalam lingkungan cukup menekan yang dapat

mengakibatkan terjadinya tindakan fraud. Rasionalisasi (attitude) yang paling

banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) menvuri aset dengan

alasan untuk membahagiakan orng yang dicintai atau disayangi.

2. Fraud Diamond Theory

Fraud Diamond Theory adalah pandangan baru terhadap fenomena

fraud yang diusulkan oleh Wolfe & Hermanson (2004). Teori ini adalah

13
bentukan pembaruan dari Teori Fraud Triangle oleh Cressy (1950) yang

menambahkan elemen qualitative yang diyakini memiliki hubungan

signifikan dengan tindakan fraud. Jika dalam teori Fraud Triangle

Cressy.1950) Tuanakotta (2010:207) menjelaskan bahwa terdapat elemen

yang Incentive/pressure opportunity,rasionalization, tiga elemen tersebut

dalam Fraud Diamond Theory mengalami penambahan elemen yaitu

capability (kemampuan).

Incetive/pressure

Opportunity Ralization

Capacity

Gambar 2: Fraud Diamond theory


Sumber: Wolfe & Hermanson, 2004

Fraud Diamond Theory merupakan sebuah pandangan baru tentang

fenomena fraud. Adapun elemen-elemen dari fraud diamond Theory yaitu

tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization),

dan kemampuan (capability).

a. Tekanan (pressure)

Rahmanti (2013) mengatakan bahwa (pressure) adalah dorongan

orang untuk melakukan Fraud. Sebuah tekanan yang umum bagi

perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan adalah adanya

penurunan dalam prospek keuangan perusahaan. Dalam Statement on

14
Auditing Standards (SAS) Nomor. 99, terdapat empat jenis kondisi

umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan.

Kondisi tersebut adalah stabilitas keuangan, tekanan eksternal,

kebutuhan keuangan individu, dan target keuangan.

b. Peluang (opportunit)

Elder et al (2011) peluang adalah kondisi yang memberikan

kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk menyalahsajikan

laporan keuangan. Peluang dapat terjadi karena pengendalian internal

yang lemah, pengawasan manajemen yang kurang baik atau melalui

penggunaan posisi. Dalam Statement on Auditing Standards (SAS)

Nomor. 99 menyebutkan bahwa peluang pada kecurangan dapat terjadi

pada tiga kategori. Kondisi tersebut adalah kondisi industri, ketidak

efektifan pengawas, dan struktur

organisasional.

c. Rasionalisasi (rationalization)

Konsep rasionalisasi menunjukkan bahwa pelaku harus bisa

merumuskan beberapa bentuk rasionalisasi yang dapat diterima secara

moral sebelum terlibat dalam perilaku yang tidak etis (Abdullahi,

Mansor & Nuhu, 2015). Rasionalisasi memungkinkan penipu

memandang tindakan ilegalnya sebagai suatu tindakan yang dapat

diterima.

d. Kemampuan (capability)

15
Berdasarkan Kamus Umum Bahas Indonesia, kemampuan diartikan

sebagai kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Dapat disimpulkan

bahwa kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia melakukan sesuatu

yang harus ia lakukan.

3. Fraud Pentagon Theory

Fraud Pentagon Theory ini dikemukakan oleh Crowe Howarth (2011).

Theory Fraud Pentagon merupakan pembaharuan dari Fraud Triangle

(pressure/tekanan), opportunity/kesempatan, dan rasionalization/rasionalisasi

yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey pada tahun 1953. Dalam teori ini

menambahkan dua penyebab fraud yaitu Kompetensi (competence) dan

arogansi (arrogance). Kompetensi (competence) yang dijelaskan dalam teori

fraud Pentagon memiliki makna yang sama dengan kapabilitas (capability)

yang sebelumnya dijelaskan dalam teori fraud diamond. berikut gambaran

terkait fraud diamond theory :

Opportunity Rationalization
Fraud
Pentagon
Pressure Capability

Arrogance

Gambar 3: Theory farud Pentagon


Sumber : Crowe, 2011

16
a. Pressure/tekanan adalah adanya motivasi untuk melakukan dan

menyembunyikan tindakan fraud. Tuanakotta (2012) menerangkan

bawa seseorang yan gmelakukan penipuan dan melakukan

penggelapan uang perusahaan karena adanya suatu tekanan yang

menghimpitnya, tekanan itu biasanya berupa kebutuhan yang

sangat mendesak dan harus diselesaikannya.

b. Opportunity/Peluang, Sukirman dan Sari (2013), menjelaskan

bahwa terburuknya kesempatan dikarenakan pelaku percaya bahwa

suatu aktivitas yang dilakukan tidak akan terdeteksi.

c. Rationalization/rasionalisasi yang merupakan suatu sikap

pembenaran terhadap tindakan fraud yang dilakukan.

d. Capability/competence (Kompetensi), merupakan suatu keahlian

karyawan untuk mengabaikan control internal, mengembangkan

strategi penyembunyian, dan mengamati kondisi sosial untuk

memenuhi kepentingan pribadinya (Crowe, 2011)

e. Arrogance/arrogansi, Crowe, 2011 mengatakan bahwa arogansi

meruapakan sifat superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa

bahwa pengendalian internal dan kebijakan perusahaan tidak

berlaku untuk dirinya.

4. Jenis-jenis fraud

Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan menjadi lima

jenis, yaitu:

17
a. Employee embezzlement atau occupational fraud merupakan pencurian yang

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh karyawan kepada

perusahaan.

b. Management fraud yang meruapkan manajemen puncak memberikan

informasi yang bias dalam laporan keuangan.

c. Investment scams yang mengatakan bahwa melakukan kebohongan investasi

dengan menanam modal.

d. Vendor fraud merupakan perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal dalam

hal pengiriman barang.

e. Customer fraud merupakan pelanggan menipu penjual agar mereka

mendapatkan sesuatu yang lebih dari seharusnya

5. Tipe-tipe Kecurangan

Menurut Widjaja (2013) dalam Ananda (2014:11) terdapat dua tipe

kecuranganyaitu :

a. Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar

terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan

pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintah.

b. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal yang dilakukan oleh

karyawan, manager dan eksekutif terhadap perusahaan tempat mereka

bekerja. Kecurangan tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar bagi

perusahaan itu sendiri.

18
6. Sistem Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2013:163), sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam bukunya “Standar

Profesional Akuntan Publik” (2011:319) “Pengendalian Intern adalah suatu proses

yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang

didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan

tujuan berikut ini :

a. Keandalan pelaporan keuangan.

Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan

kreditor dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung

jawab hukum maupun profesionalisme untuk meyakinkan bahwa informasi

disajikan dengan wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan.

Tujuan pengendalian yang efektif terhadap laporan keuangan adalah

untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.

b. Efektivitas dan efisiensi operasi

Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan

sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk

mengoptimalkan sasaran yang dituju perusahaan.

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

19
Perusahaan publik, non-publik maupun organisasi nirlaba diharuskan

untuk memenuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa

peraturan ada yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung,

misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil.

Sedangkan yang terkait erat dengan akuntansi, misalnya peraturan pajak

penghasilan dan kecurangan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian

Internal adalah suatu proses yang integral yang mencangkup suatu kegiatan-

kegiatan entitas yang dapat dilaksanakan oleh manajemen dan karyawan untuk

mendapatklan keyakinan memadai atas pencapaian tujuan-tujuan entitas dari

fektifitas dan efesiensi operasional dan keandalan pelaporan keuangan dalam

pengamanan asset Negara pada peraturan perundang-undangan dan kepatuhan

hukum.

7. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai perbandingan dan acuan

dalam penelitian Fraud pada LPD disajikan pada lampiran 2.

H. METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, data merupakan faktor pendukung untuk mengkaji suatu

permasalahan yang akan diteliti. Data-data yang akan digunakan dapat diperoleh

dengan metode penelitian sebagai berikut:

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi model Husserl. Penelitian kualitatif dengan pendekatan

20
fenomenologi merupakan suatu pendekatan dengan pandangan berpikir yang

menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan

interpretasi dunia (Moleong. 2016:15). Fenomenologi adalah metode falsafat dari

Edmund Husser. Berdasarkan metode ini kita tidak melihat benda melainkan

gejala-gejala, sebagai sintesis dari obyek dan subyek. Fenomenologi ini

dikembangkan Edmund Husserl berdasarkan tesis mengenai intensionalitas dari

Brentano yang menyatakan bahwa mengalami tidak bisa dipisahkan dari dialami,

subyek dan obyek bersatu, sehingga tak ada hal menyadari tanpa ada hal yang

disadari.

Penelitian kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi dipilih karena peneliti

menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan dinamis sehingga

data yang diperoleh dari narasumber dijaring dengan metode yang lebiah alamiah

yaitu interview langsung dengan narasumber sehingga menemukan jawaban yang

alamiah. Penelitian inu dirancang ditemukannya kecurangan LPD yang terjadi di

Desa Adat Sangsit, kemudian dengan menyusun latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta menelaah kajian pustaka yang

kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data, menganalisis dan

menarik kesimpulan. Adapun rancangan penelitian ini disajikan pada gambar:

21
Rancangan Penelitian
Gambar :

Fraud Pada Lembaga


Perkreditan Desa Adat
Sangsit

Merumuskan Masalah

Mengkaji Teori

Mengumpulkan Data

Sumber Data Teknik Pengumpulan


1. Data Primer Data
2. Data Sekunder 1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Penyajian Data Hasil
Penelitian

Penarikan
Kesimpulan

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu bapak Jro Wayan Wisara selaku Ketua Adat

Desa Adat Sangsit dan Bapak Ketut Swastama selaku Pengurus Tata Usaha Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) Adat Sangsit.

3. Variabel dan Definisi Operasional dan Variabel penelitian

22
a. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI (2017) fraud didefinisikan sebagai

suatu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja

untuk memperoleh suatu dengan cara menipu. Kecurangan merupakan

suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang

secara sengaja yang dapat memberikan dampak pada laporangan keuangan

dan dapat mengakibatkan suatu kerugian bagi suatu entitas ataupun bagi

pihak lain yang berkepentingan. Kecurangan dapat dijelaskan dengan

fraud triangle teori. Seseorang yang melaukan suatu tindakan kecurangan

karena dapat dikatakan adanya suatu tekanan (presuare), kesempatan

(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Menurut Skousen (2009)

dalam Norbarani (2012) komponen penting dalam banyak kecurangan

adalah rasionalisasi. Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan

mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian

dari fraud Triangle yang paling sulit diukur.

b. Lembaga Perkreditan Desa (LPD ) adalah suatu lembaga desa yang

didirikan untuk kepentingan masyarakat dalam perekonomian di desa

yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa itu sendiri.

Lembaga Perkreditan Desa memiliki tanggung jawab yang sangat besar

kepada masyarakat desa karena LPD bertugas untuk mengelola keuangan

yang dimiliki oleh setiap banjar atau dusun yang terdapat pada Desa

tersebut sehingga pengelolaan LPD harus baik dan sesuai dengan aturan

yang berlaku. Peran LPD sangat penting mensejahterakan masayarakat

Desa.

23
4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014:401) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian ini adalah

mendapatkan data. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:

1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui tatap muka dan Tanya jawab langsung antara pengumpul data

maupun penelitian terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara

yang dilakukan dalam penelitian ini dengan memberikan beberapa

pertanyaan kepada Bapak Jro Wayan Wisara Selaku Ketua Adat Desa

Sangsit dan Bapak Ketut Swastama selaku tata usaha LPD Desa Adat

Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi tentang

memahami terjadinya fraud pada Lembaga Perkreditan Desa Adat

Sangsit. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat daftar

pertanyaan yang nantinya akan ditanyakan kepada informan (Lihat

Lampiran 1).

2. Teknik Pengamatan / Observasi

Menurut Sugiyono (2012) peneliti dalam pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang

melakukan penelitian. Observasi dilakukan untuk mendekatkan

peneliti dengan orang-orang yang akan ditelitinya dan mengetahui

gambara umum situasi dan kondisi permasalahan yang terjadi dalam

mengungkap tabir fraud pada lembaga perkreditan desa (LPD) Adat

24
Sangsit. Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi terhadap

pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas LPD Adat

Sangsit serta melakukan transkip wawancara.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012) dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen ini biasanya berbentuk tulisan, gambaran, dan

karya dari seseorang. Dokumentasi yang dimaksudkan untuk

menambah dan memeperkuat apa yang terjadi dan sebagai bahan

untuk melakukan komparasi dengan hasil wawancara. Dokumentasi

dilakukan pada SOP penerimaan dan pengeluaran kas. Kemudian

peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen baik struktur organisasi,

sejarah organisasi serta laporan audit LPD Adat Sangsit yang

diabadikan dengan gambar melalui kamera sehingga apa yang terjadi

dan dilihat dapat terdokumentasi dan ketepatannya bisa diandalkan.

Aspek-aspek yang diobservasi memerlukan penjelasan yang dicatat

pada buku catatan melalui prosese wawancara mendalam dengan

informan.

5. Metode dan Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012; 89) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun data yang dilakukan secara sistematis yang dapat diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan maupun dokumentasi. Miles and Huberman (Sugiyono,

2011: 91) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu reduksi data,

display data dan verifikasi data.

25
1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2012:92) mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang diresuksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data.

2. Display Data

Setalah data di reduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data

ini yaitu penyajian data. Miles and Huberman (Sugiyono. 2012:95)

menyatakan bahwa yang paling sering digunakan dalam menyajikan

data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka dapat memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi berdasarkan dengan apa yang telah dipahami.

3. Verifikasi Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan

kesimpulan atau disebut dengan verifikasi data yang merupakan suatu

proses yang dilakukan untuk melihat dan mengecek kembali data

mentah agar suatu kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa untuk

dipertanggungjawabkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, R., Mansor, N., & Nuhu, M. S. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud
Diamond Theory: Understanding The Convergent and Divergent for Future
Resarch. European Journal of Business and Management.

Albrecht, W. Steve. 2012. Fraud Examination. South Western: Cengage Learning.


Astuti, Ni Ketut Ayu Tri Astuti, Edy Sujana, Gusti Ayu Purnamawati. 2017.
Pengaruh Moralitas, Ketaatan Aturan Akuntansi, Da Efektifitas Pengendalian
Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi Pada
Lembaga Perkreditan Desa di Kabupaten Buleleng. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No. 2
Balipost.2018.Penyebab Puluhan Lpd di Bululeleng Macet. Tersedia pada
(http://www.balipost.com) diakses pada 9 November 2018.
Fuad, Haris. 2015. Pengaruh Pengalaman, Otonomi, Profesionalisme, ambiguitas
peran, dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor. Surakarta: Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Good Governance dan Good Corporate Governance di Indonesia, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 04 No 01, 13-24.
Gunawan, Ketut. 2009. Faktor Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa Di
Bali. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11 No. 2.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Definisi Kemampuan
Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: ANDI.
Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Norbani, Listiana.2012. Pendektesian Kecurangan Laporan Keuangan dengan
Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS NO. 99. Skripsi. Jurusan
Akuntansi, FEB Universitas Diponegoro Semarang.
Peraturan Baliprov. 2017. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Lembaga
Perkreditan Desa. Diakses di https://jdih.baliprov.go.id/produk-
hukum.peraturan/24744

27
Peraturan Baliprov.2019.Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 tentang Lembaga
Perkreditan Rakyat Provinsi Bali. Diakses di
https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum.peraturan/24744
Saputra, Gede Krisna Saputra, Nyoman Ari Surya Darmawan, Gusti Ayu
purnamawati. 2015. Pengaruh Pengendalian Intern Kas, Implementasi Good
Governance, Dan Moralitas Indivitu Terhadap Kecurangan Fraud (Studi
Empiris Pada LPD Kabupaten Buleleng Bagian Timur). E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3 No. 1
Sihombing, K. S. 2014. Analisis fraud diamond dalam mendeteksi financial statement
fraud : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012. Universitas Dipenogoro, Semarang.
Suaslioni, Atmadja dan Wahyuni. 2017. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Fraud Pada LPD Desa Pakraman Bontihing. E-Journal S1 AK.
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No. 2
Sulistyowati, A.2011. “Keuangan Pedesaan Dari Untuk masyarakat Adat”. Kompas,
28 Januari 2011. Halaman:35.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryandari, Ni Putu Emy Suryandari, Made Arie Wahyuni, I Putu Julianto. 2019.
Pengaruh Tekanan, Kesempatan, Rasionalisasi (Triangle) dan Efektifitad
Penerapan Pengendalian Internal Terhadap Tindak Kecurangan Fraud (Studi
Pada Se-Kecamatan Negara). -Journal S1 AK. Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 10 No.1
Tunggal, Amin Widjaja. 2012. Pedoman Pokok Audit Internal. Jakarta: Harvarindo.
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.
TribunBali.2018.Pengurus LPD Gerokgak Terindikasi Tilep Dana Nasabah Hingga.
Tersedia pada (http://www.bali.tribunnews.com) diakses pada pada 1 mei
2018.
Utari, Ni Made Ayu Diah Utari, Edy Sujana, Adi Yuniarta. 2019. Pengaruh
Efektifitas Pengedalian Internal, Moralitas Individu Dan Whistleblowing
Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Pada Lembaga Perkreditan

28
Desa di Kecamatan Buleleng. E-Journal S1 AK. Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 10 No.2
Wells, J. T. 2011. Principles of fraud examination. 3 edition. Wiley & Sons, Inc.
Widyaswari, I Dewa Ayu Nanda Widyaswari, Gede Adi Yuniarta, Edy Sujana. 2017.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Kesesuaian Kompensasi, dan
Budaya Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (fraud) pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) SeKecamatan Susut. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No.2
Wolfe, David T., dan Hermanson, Dana R. 2004. The Fraud Diamond: Considering
the Four Elements of Fraud. CPA Journal, Dec 2004, Vol. 74, Issue 12

29
LAMPIRAN-LAMPIRAN

30
Tabel 1
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Nama/Ta Judul Penelitian Metode Penelitian Masalah Penelitian Hasil Pene
Ni Luh Ayu Faktor-Faktor Yang 1. Pendekatan yang digunakan Apa Penyebab terjadinya Menunjukan bah
Suaslioni Mempengaruhi dalam penelitian ini adalah Fraud dan bagaimana cara bentuk fraud yan
(2017 Terjadinya Fraud pendekatan kualitatif. penanggulangannya. LPD Desa
Pada LPD Desa 2. Subyek dalam penelitian ini Bontihing yait
Pakraman Bontihing. adalah Kepala LPD Desa penggandaan
Pakraman bontihing dan tabungan
karyawan LPD Desa penyelewengan
Pakraman Bontihing, dan penyebab terjad
yang dianggap pahan dan diklasifikasikan
mengetahui tindakan fraud empat yaitu
yang terjadi. lemahnya
organisasi dan
wewenang, kon
yang belum
moralitas yan
akibat adanya
(opportunity), d
efektifnya kine
internal LPD da
terhadap terjad
yaitu diselesaik
kekeluargaan
memperbaiki
pengendalian
menjadi terko
dalam penginp
pembuatan
keuangan,
mengoptimalkan
pengawasan
menerapkan prin
hatian dalam m
LPD.
Ni Ketut Ayu Pengaruh Moralitas 1. Pada penelitian ini Mengetahui pengaruh Moralitas indiv
Tri Astuti, individu, Ketaatan mengunakan pendekatan moralitas individu, berpengaruh
(2017). Aturan Akuntansi, dan Kuantitatif. ketaatan aturan akuntansi, kecendrungan
Efektivitas 2. Subyek pada penelitian ini dan efektivitas (fraud) akuntan
Pengendalian Internal yaitu Seluruh Kepala dan pengendalian internal aturan
Terhadap Bendahara LPD di terhadap kecendrungan berpengaruh
Kecendrungan Kabupaten Buleleng. kecurangan (Fraud) signifikan

31
Kecurangan (Fraud) akuntansi pada Lembaga kecendrungan
Akuntansi Pada Perkreditan Desa (LPD) di (fraud)
Lembaga Perkreditan Kabupaten Buleleng. efektivitas p
desa di Kabupaten internal berpeng
Buleleng dan signifikan
kecendrungan
(fraud) akuntan
aturan akuntansi
Ni Putu Mas Menelaah Faktor- 1. Pendekatan yang digunakan faktor-faktor penyebab Hasil
Agustin Faktor Penyebab dalam penelitian ini yaitu terjadinya menunjukan bah
Frasilia Terjadinya Fraud kualitatif. Fraud /kecurangan Studi faktor penyebab
(2015) (Studi Kasus pada PT. 2. Subyek pada penelitian ini kasus pada PT.BPR Kapal Fraud pada PT.
BPR Kapal Basak yaitu Pimpinan Cabang Pursada Cabang Singaraja. Basak Pursad
Pursada Kantor PT.BPR Kapal Basak Singaraja
Cabang Singaraja). Pursada, Staf dalam bank, diklasifikasikan
dan pihak terkait yang empat yaitu
dianggap paham dan lemahnya
mengetahui tentang kasus pengendalian
Fraud. perusahaan, kon
yang belum
moralitas kolek
akibat adanya
(opportunity), d
efektifnya kine
internal perusaha
I Nyoman Menelaah Faktor- 1. Pendekatan yang digunakan Faktor-faktor penyebab Hasil Peneli
Wisnu Aditya Faktor Terjadinya dalam penelitian ini yaitu terjadinya menunjukan bah
Raharja. Fraud Dalam kualitatif. farud/kecurangan dalam faktor terjadin
(2016) Pengelolaan Dana 2. Subyek yang digunakan pengelolaan dana Gerbang dalam pengelo
Gerbang Sadu dalam penelitian ini yaitu Sadu Mandara (GSM) Gerbang Sadu
Mandara (Studi Pada Kepala Desa Julah, Ketua pada BUMDes Julah. pada Badan U
Badan Usaha Milik BUMDes Desa Julah, Desa Kertha Sa
Desa Julah, Mantan Bendahara Desa Julah,
Kecamatan Tejakula, BUMDes Desa Julah, Tejakula,
Buleleng. Mantan Bendahara Desa Buleleng
Julah, Mantan Staf diklasifikasikan
Pendamping GSM Desa lima yaitu
Julah dan pihak terkait yang pengendalian
dianggap paham dan belum
mengetahui penyalahgunaan
fraud/kecurangan yang tidak adanya
terjadi pada BUMDes Desa dan akuntabilita
Julah. pencairan dana
Sadu Mandara,

32
kepedulian
kerja, moralita
menyebabkan
kesempatan dan
I Putu Aditya Pengaruh 1. Pendekatan yang digunakan Mengetahui pengaruh Hasil
Prastika Eka Pengendalian Internal, dalam penelitian ini yaitu pengendalian internal, pengendalian
putra dan Budaya Organisasi kuantitatif. budaya organisasi dan budaya organ
Made Yenni dan moralitas pada 2. Subyek dalam penelitian ini Moralitas pada moralitas b
Latrini. Kecendrungan (fraud) yaitu Kepala Lembaga Kecendrungan (fraud) di negatif pada ke
(2018) di LPD Se-Kabupaten Perkreditan desa (LPD). LPD Se-Kabupaten kecurangan (fra
Gianyar Gianyar. Se-Kabupaten G
Kennedy Analisis Fraud 1. Pendekatan yang Mengetahui bagaimana Hasil
Samuel Diamond Dalam digunakan dalam pengaruh fraud diamond menunjukkan
Sihombing Mendeteksi Financial penelitian ini yaitu dalam mendekteksi variabel stabilita
(2014) Statement Fraud: Kuantitatif. statement fraud pada yang diproksikan
Studi Empiris Pada 2. Subyek dalam penelitian perusahan manufaktur oleh perubahan
perusahaan ini yaitu Perusahaan hyang terdaftar di Bursa aset, variabel
Manufaktur Yang manufaktur yang sudah Efek (BEI). eksternal yang
terdaftar di Bursa Efek go public atau terdaftar oleh
Indonesia (BEI) di Bursa Efek Indonesia rasio leverage, s
Tahun 2010-2012 (BEI) selama periode yang diproks
2010-2012 perubahan dalam
rasio piutang d
rasionalisasi yan
dengan perubaha
rasio akrual to
mempengaruhi
laporan keuanga

Ayu Nanda Pengaruh Keefektifan 1. Pendekatan yang Untuk mengetahui Hasil peneli
Widayasari Pengendalian Internal, digunakan dalam pengaruh variabel membuktikan ba
(2017) Kesesuaian penelitian ini adalah keefektifan pengendalian parsial variabel
Kompensasi, dan kuantitatif dengan internal, kesesuaian pengendalian in
Budaya Organisasi mengunakan skala likert kompensasi, dan budaya kesesuaian
terhadap 2. Subyek dalam penelitian organisasi terhadap (X2), budaya
Kecenderungan ini yaitu seluruh LPD kecenderungan (X3) berpengaru
Kecurangan (fraud) kecamatan sukasada kecurangan (fraud) pada kecenderungan
pada Lembaga dengan 39 responden. Lembaga Perkreditan (fraud) pada
Perkreditan Desa Desa (LPD) SeKecamatan Perkreditan De
(LPD) SeKecamatan Susut. SeKecamatan Su
Susut. hasil thitung mas
sebesar 4,357
tingkat signifik
2,331 dengan

33
signifikansi 0
2,525 dengan
signifikansi 0,01
Krisna Pengaruh 1. Pendekatan yang untuk mengetahui Hasil dari pen
Saputra Pengendalian intern digunakan dalam pengaruh pengendalian menunjukan b
(2015). Kas, implementasi penelitian ini yaitu intern kas, implementasi pengendalian
Good Governance dan kuantitatif dengan good governance dan berpengaruh
Moralitas Individu menggunakan skala moralitas individu negatif terhadap
terhadap fraud. likert. terhadap fraud. implementasi
( (Studi Empiris pada 2. Subyek dalam penelitian governance b
LPD di Kabupaten ini yaitu pegawai bagian signifikan negat
Buleleng Bagian keuangan pada LPD di fraud. (3) morali
Timur) Kabupaten Buleleng berpengaruh
Bagian Timur, di mana negatif terhadap
jumlah responden
sebanyak 40 orang.
Ayu Diah Pengaruh Efektifitas 1. Pendekatan yang Untuk mengetahui Hasil Peneli
Utari (2019) Pengedalian Internal, digunakan dalam pengaruh efektifitas menunjukan b
Moralitas Individu penelitian ini adalah pengedalian internal, efektifitas p
Dan Whistleblowing kuantitatif moralitas individu dan internal berpeng
Terhadap 2. Subyek dalam penelitian whistleblowing terhadap terhadap kec
Kecenderungan ini yaitu 21 Lembaga kecenderungan kecurangan, (2)
Kecurangan (Fraud) Perkreditan Desa di kecurangan individu b
Pada Lembaga Kecamatan Buleleng positif
Perkreditan Desa di kecenderungan
Kecamatan Buleleng. (3) whi
berpengaruh
terhadap kec
kecurangan pad
Perkreditan
Kecamatan Bule
0. Emy Pengaruh Tekanan, 1. Pendekatan yang Untuk membuktikan Hasil
Suryandari Kesempatan, digunakan dalam pengaruh variabel menunjukkan b
(2019) Rasionalisasi penelitian ini yaitu tekanan, kesempatan, Tekanan b
(Triangle) dan kuantitatif. rasionalisasi dan positif terhada
Efektifitad Penerapan 2. Subyek dalam penelitian efektivitas penerapan kecurangan, 2) K
Pengendalian Internal ini yaitu para karyawan pengendalian internal berpengaruh
Terhadap Tindak yang bekerja pada 8 terhadap tindak terhadap tindak k
Kecurangan Fraud LPD Di Kecamatan kecurangan di LPD Se- 3) R
(Studi Pada Se- Negara Kecamatan Negara. berpengaruh
Kecamatan Negara). terhadap tindak k
4) Efektivitas
pengendalian
berpengaruh

34
terhadap tindak k

35
LAMPIRAN 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah

pada penelitian yang berjudul “Mengungkap Tabir Fraud Pada Lembaga

Perkreditan Desa Adat Sangsit”. Berikut daftar pertanyaan wawancara untuk

menjawab rumusan masalah mengapa terjadinya fraud/kecurangan di Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) Adat Sangsit.

Daftar Pertanyaan:

1. Selamat pagi bapak/ibuk mohon maaf mengganggu waku bapak/ibu sebentar.

Saya mau bertanyak Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja di LPD Adat

Sangsit?

2. Siapa yang melakukan kecurangan di LPD Adat Sangsit?

3. Kapan kecurangan ini terjadi bapak/ibu?

4. Mengapa kecurangan ini bisa terjadi di LPD Adat Sangsit?

5. Berapa kerugian yang dialami pada LPD Adat Sangsit?

6. Apakah ada suatu tindakan untuk orang-orang yang melakukan kecurangan?

7. Apakah ada faktor penyebab sehingga pegawai LPD melakukan tindakan

kecurangan?

8. Bagaimana proses pemberian gaji pada karyawan LPD Adat Sangsit?

9. Apakah gaji karyawan sebagai faktor penyebab terjadinya kecurangan?

10. Berapa jumlah karyawan/pegawai pada LPD Adat Sangsit?

36
11. Bagaimana dengan pendidikan sumber daya manusia (pegawai) di LPD Adat

Sangsit?

12. Apakah ada dampak dalam korupsi ini terhadap LPD dan Pegawai?

13. Bagaimana dengan sistem komputer yang ada di LPD Adat Sangsit? apakah

masih menggunakan manual sehingga bisa terjadinya kasus korupsi?

14. Bagaimana cara menerapkan sistem pengendalian internal agar tidak terjadi

kesalahan pada LPD Adat Sangsit?

15. Apakah tugas dan fungsi bagian keuangan dan kasir sudah berjalan dengan

baik?

16. Bagaimana tindakan bapak/ibu terkait dengan adanya kecurangan yang

dilakukan oleh pegawai LPD?

17. Solusi apa yang bapak/ibu akan lakukan agar LPD Desa Adat Sangsit tidak

lagi mengalami kecurangan untuk kesekian kalinya?

37

Anda mungkin juga menyukai