Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA

Pada tahun Februari 1984, Departemen Dalam Negeri RI mengadakan seminar mengenai
Kredit Pedesaan di Semarang, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil seminar tersebut, Pemerintah
Provinsi Bali kemudian mendirikan Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD yang pertama,
sebagai proyek percontohan, didirikan tahun 1984 yang kemudian diikuti oleh yang lain pada
tahun-tahun berikutnya.

Beberapa pengertian dan pendapat tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dapat
disampaikan berikut: LPD sebagai lembaga keuangan komunitas masyarakat hukum adat Bali,
LPD sebagai lembaga keuangan mikro, LPD sebagai lembaga keuangan yang bersifat sangat
khas/khusus, hanya ada satu jenis lembaga keuangan, yaitu lembaga keuangan komunitas yang
berbentuk dan diselenggarakan oleh dan untuk komunitas Desa Pakraman. LPD merupakan
Badan Usaha Milik Desa Adat/Pakraman yang beroperasi atau bergerak dibidang perkreditan dan
tidak semata-mata bergerak diranah ekonomi/sosial ekonomi, akan tetapi ada misi yang sangat
penting yaitu menjaga kehidupan berbudaya. Dihubungkan dengan persoalan dimensi hubungan
manusia dengan Tuhan atau juga disebut dengan Tri Hitakarana, yaitu hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungan. Dari
beberapa pengertian dan pendapat yang dikemukakan tentang LPD tersebut agar tidak
menimbulkan kontra produktif, maka dengan demikian pemahaman tentang keberdaan LPD itu
dikembalikan pada gagasan awal dan Perda yang menaungi keberadaan lembaga tersebut agar
tidak terjadi salah persepsi di masyarakat. Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 972
Tahun 1984, di sana disebutkan LPD adalah alat desa dan merupakan unit operasional serta
berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, dan
selanjutnya Perda Tingkat I Bali Nomor 8 Tahun 2002, LPD merupakan badan usaha keuangan
milik desa Pakraman yang melaksanakan kegiatan usaha dilingkungan desa untuk Krama desa,
LPD sebagai lembaga keuangan memiliki lapangan usaha sebagai berikut:

a) Menerima /menghimpun dana dari Krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito.

b) Memberikan pinjaman hanya kepada Krama desa.

c) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100% dari


jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lain dalam jumlah
pinjaman atau dukungan/bantuan modal.

d) Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada BPD Bali dengan imbalan bunga bersaing dan
pelayanan yang memadai.

Menyimak pendapat dan pengertian di atas dan Perda yang secara konstitusi mengatur
tentang keberadaan LPD serta lapangan usaha LPD tersebut, maka LPD merupakan badan usaha
yang bergerak dibidang ekonomi mempunyai tujuan memperoleh keuntungan, dimana dari
keuntungan tersebut dialokasikan untuk : Cadangan modal 60%, dana pembangunan desa adat
1
20%, jasa produksi 10%, dana pembinaan, pengawasan dan perlindungan 5%, dan dana sosial
sebanyak 5 %. Oleh karena itu LPD hampir sama dengan lembaga bisnis lainnya dalam
oprasionalnya menghadapi persaingan, agar mampu bersaing dan mampu mencapai tujuan secara
efektif dan efesien harus menggunakan prinsip-prinsip manajemen dan memilih strategi yang
tepat. Ilmu yang mempelajari tentang penentuan strategi ini dikenal dengan nama Manajemen
Strategi.

LPD merupakan lembaga ekonomi pedesaan yang berbasis kebudayaan, dan lembaga
keuangan milik masyarakat pedesaan yang bergerak dalam usaha menghimpun dana dari krama
desa dalam bentuk tabungan dan deposito dan menyalurkan dana/memberikan pinjaman hanya
kepada krama desa, mempunyai tujuan yang sama dengan perusahaan lainnya yaitu memproleh
laba atau keuntungan atas dana yang dikelolanya. Dalam upaya mencapai keberhasilan LPD
untuk mewujudkan tujuan, LPD harus dikelola secara profesional dengan menggunakan prinsip-
prinsip manajemen dan menggunakan strategi yang tepat serta memperhatikan lingkungan yang
penuh dengan persaingan, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal perusahaan.
Dalam merumuskan strategi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1). Tahap pertama pemahaman lingkungan LPD

2). Tahap kedua merumuskan formulasi strategi LPD

3). Implementasi strategi LPD, dan 4). Pengendalian strategi LPD.

Permodalan LPD sesuai dengan Perda terdiri dari :

1). Swadaya masyarakat dan atau urunan dari krama desa.

2). Bantuan dari pemerintah atau sumber dana lain yang tidak mengikat.

3). Laba yang ditahan setiap tahun. Pembagian keuntungan bersih setiap tahun LPD pada akhir
tahun pembukuan sebagai berikut : Cadangan modal 60 %, Dana pembangunan desa 20 %,
Jasa produksi 10 %,

4). Dana pengawasan, pembinaan dan perlindungan 5 %,

5). Dana sosial 5 %.

Berdasarkan permodalan dan distribusi keuntungan bersih tersebut keberadaan keuangan


LPD secara struktur adalah sangat kuat, selanjutnya untuk membangun struktur keuangan yang
lebih kuat memiliki keandalan di masa yang akan datang, perlu dirumuskan strategi yang tepat
dan sesuai dengan norma yang ada yaitu Strategi Manajemen Keuangan Berkebudayaan, dalam
arti pemenuhan kebutuhan dana dari berbagai sumber dan penggunaan/pengalokasian dana,
termasuk pembagian keuntungan berkaitan dengan norma budaya yang diarahkan untuk
membangun ekonomi masyarakat pedesaan yang berkebudayaan hindu.

2
Tujuan pendirian sebuah LPD pada setiap desa adat berdasarkan penjelasan peraturan
Daerah No.2/ 1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai lembaga peerkreditan desa (LPD) adalah
untuk mendukung pembangunan ekonomi pedesaan melalui peningkatan kebiasaan menabung
masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi usaha skala kecil, untuk menghapuskan bentuk –
bentuk eksploitasi dalam hubungan kredit, untuk menciptakan kesempatan yang setara bagi
kegiatan usaha pada tingkat desa, dan unttuk meningkatkan tingkat monetisasi didaerah pedesaan
(Government of Balyi, 1988, Government of Bali, 2002).

Ada empat faktor saling terkait yang dapat menjelaskan pertumbuhan LPD yang sangat
cepat sebagai lembaga perantara keuangan di provinsi Bali. Pertama, pertumbuhan LPD yang
cepat tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa pemerintah provinsi Bali memiliki
keinginan politis yang kuat untuk menyediakan akses kredit bagi masyarakatnya melalui
pendirian LPD. Kedua, pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio nasabah dan pinjaman
LPD mengindikasikan bahwa LPD – baik sebagai lembaga keuangan maupun mekanisme tata-
kelolanya sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali, terutama didaerah
pedesaan. Ketiga, karena masing – masing LPD beroperasi hanya disebuah desa adat yang
wilayahnya relatih kecil, anggota komunitas memiliki informasi yang cukup mengenai LPD dan
dapat dengan mudah mengaksesnya. Keempat, jumlah tabungan menunjukan bahwa LPD bukan
hanya merupakan lembaga pemberi pinjaman (lending institution) tetapi juga sebagai lembaga
tabungan (saving institution) yang berarti LPD telah mampu berperan sebagai lembaga perantara
keuangan seperti halnya Bank umum.

PENGATURAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA

Pada awalnya pendirian LPD diputuskan oleh gubernur pada tahun 1984 (government of
Bali,1984) dan selanjutnya diperkuat oleh peraturan daerah provinsi Bali No.2/ 1988
(government of Bali, 2002).

Selain persyaratan untuk memiliki peraturan desa adat tertulis, pendirian LPD juga bergantung
anggaran tahunan pemerintah provinsi untuk menyediakan modal awal dan menyiapkan para
pelaksana manajemen (Bank BPD Bali, 1986).

SISTEM PENGAWASAN DAN BIMBINGAN LPD

LPD berbeda dari lembaga keuangan Mikro lain yang dikendalikan oleh pemerintah
provinsi seperti badan kredit kecamatan (BKK) di jawa tengah atau Kredit Usaha Rakyat Kecil
(KURK) di jawa timur karena kepemilikan dan pengorganisasiannya dipengaruhi oleh adat
istiadat masyarakat Bali. Keputusan Gubernur No.344/1993 juga menyebutkan fungsi Bank BPD
Bali. Dalam pasal 2 keputusan tersebut (pemerintah Bali, 1993b) dinyatakan bahwa Bank BPD
Bali memiliki 3 fungsi berkenaan dengan LPD.pertama, memberikan bimbingan teknis dalam
dua cara yaitu melalui bimbingan pasif, dan melalui bimbingan aktif yang dilakukan dengan
kunjungan langsung ke lokasi LPD. Kedua, Bank BPD Bali memiliki tugas untuk mengelola
3
koordinasi dengan organisasi lain yang terlibat di dalam proses bimbingan dan pengawasan LPD.
Ketiga, Bank BPD Bali harus menyiapkan laporan evaluasi triwulan tentang kinerja keuangan
dan kesehatan LPD kepada gubernur.

TATA KELOLA LEMBAGA PERKREDITAN DESA

Organisasi dan Perencanaan

Berdasarkan PERDA Provinsi Bali No.8/2002, setiap LPD dikelola oleh sebuah komite
(ketua, kasir dan petugas administrasi). Deskripsi manajemen inti dapat dijelaskan bahwa ketua
bertugas mengordinasi kegiatan operasional harian LPD, pembuatan perjanjian kontrak dengan
nasabah, bertanggung jawab pada desa adat melalui pemimpinnya (Dewan Pengawas LPD),
menyusun rencana kegiatan dan anggaran, dan memformulasikan kebijakan LPD. Petugas
administrasi melakukan tugas-tugas administrasi, baik administasi umum maupun tata buku,
bertanggung jawab kepada ketua LPD, menyusun laporan neraca dan laporan pendapatan, serta
mengelola arsip. Sedangkan kasir adalah mencatat aliran dana. Staf LPD membantu ketua
melaksanakan tugasnya dan terlibat dalam pembuatan kegiatan dan rencana anggaran dalam
keputusan pemberian kredit.

Dalam mengelola LPD, tim manajemen juga memantau perubahan situasi makro-
ekonomi, melakukan rapat formal triwulanan untuk evaluasi internal yang melibatkan semua
staf. Staf pengumpul kredit diberi pengarahan harian mengenai tugas mereka oleh ketua LPD
sebelum mereka mulai bekerja Evaluasi internal LPD dilakukan oleh Dewan pengawas.

Hal ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu


mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya. Kemampuan
manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan bimbingan yang diberikan
pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD Bali.

Hal ini membenarkan pendapat bahwa struktur organisasi LPD mampu


mengimplementasikan kebijakan dan strategi LPD untuk mencapai tujuannya. Kemampuan
manajemen internal LPD memperoleh dukungan dari pengawasan dan bimbingan yang diberikan
pemerintah local pada tiap tingkatan dan oleh bank BPD Bali.

Prosedur Rekruitmen

Tim manejemen inti direkrut dari desa adat local. Mereka dipilih dari anggota komunitas
desa dan ditetapkan dalam rapat desa untuk periode empat tahun. Namun mereka dapat dipilih
kembali apabila mampu bekerja dengan baik (GovernmentofBali,2002,Articli11). Komite
manajemen biasanya dibantu oleh dua atau tiga staf yang bertanggung jawab untuk
mengumpulkan tabungan dan pinjaman.

Menurut pasal 11(4) Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8/2002 bahwa salah satu tugas
penting komite inti adalah menjalankan kewenangan untuk menunjuk staf baru atau untuk
4
memberhentikan staf manajemen operasional LPD. Rekruitmen staf tambahan dilakukan
berdasarkan perkembangan skala usaha LPD. Pemilihan staf baru oleh Dewan Pengawas juga
didasarkan atas tes kemampuan dan sifat atau karakter pelamar, dan masing-masing dusun di
desa adat harus terwakili oleh anggota staf. Kemudian para pelamar mengikuti tes kemampuan
(motivasi, kemauan untuk mengabdi di LPD, dan pengetahuan umum) yang diadakan oleh
PLPDK. Persyaratan umum untuk pelamar ialah memiliki minimal ijazah tingkat SMU.

Singkatnya, prosedur rekruitmen ini menggambarkan pentingnya peran institusi informal


dalam tata kelola LPD, dan menunjukkan kuatnya keterikatan LPD dengan lingkungan sosio-
kulturalnya. Prinsip pengaturan operasional prinsip ini mencakup peraturan mengenai kecakupan
modal (capital adequacy), batas jumlah peminjaman (legal lending limit), cadangan untuk
kerugian pinjaman manajemen likuiditas, dan sistem pemeringkatan LPD. LPD harus
menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dari lembaga keuangan agar dapat
menjadi lembaga keuangan yang sehat.

Berdasarkan kriteria CAMEL BPR yang diterapkan BI berdasarkan surat edaran No.
30/UUPB, 30 April 1997 (Bank BPD Bali,2000) bahwa pengaturan ini mengatur CAR, kualitas
aset produktif, aspek manajemen, pendapatan dan likuiditas.

Mekanisme Penyaluran Pinjaman

Dalam kaitannya dengan tingkat bunga, pada tahun 2002 tingkat bunga pinjaman untk
pinjaman berkisar antara 27 hingga 33 persen, lebih tinggi dari pada rata – rata tingkat bunga
bank umum yang hanya 22 persen pertahun pada saat itu.peraturan desa adat juga berlaku bagi
staf LPD (Oka, 1999) yang melanggar peraturan dan salah dalam mengelola operasional harian
LPD, seperti kolusi, korupsi atau manipulasi.Sanksi sosial dapat dikenakan pada mereka.selain
itu, berdasarkan peraturan legal formal,pasal 24 peraturan Daerah No. 8 / 2002 yang menyatakan
bahwa staf LPD yang melanggar peratturan dan menyebabkan LPD menderita kerugian
keuangan haruslah mengganti kerugian tersebut.pasal 26 yang menerangkan pasal 24 peraturan
tersebut menekankan bahwa staf terpidana dapat memperoleh hukuman maksimum 6 bulan
penjara atau maksimum denda Rp 5 juta. Singkatnya, gambaran ini menunjukan bahwa institusi
informal ( seperti norma – norma dan sanksi sosial ) dan institusi formal ( peraturan legal
formal ) digunakan bersama- sama dalam tata – kelola LPD.

Sistem Penggajian

Sistem penggajian pada LPD secara umum dimaksudkan untuk menstimulasi kinerja
yang lebih baik dari stafnya, terutama dalam mengumpulkan pinjaman dan mempromosikan dan
melayani tabungan. Diantara manjemen inti LPD, ketua memperoleh gaji paling tinggi, diikuti
oleh petugas kasir dan tenaga administrasi. Prinsip penentuan gaji pokok yang didasarkan biaya

5
hidup di desa di mana LPD berada juga tercermin pada kuatnya hubungan antara LPD dan
lingkungan sosio-ekonominya.

Kondisi makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil disertai dengan liberalisasi pasar
keuangan pada tingkat nasional, stabilitas politik di Bali, dukungan dari pemerintah pada semua
tingkat administrative, tingkat kohesi sosial masyarakat Bali yang tinggi dan struktur sosial
tradisional yang penting telah mendukung pertumbuhan LPD. Tidak ada keraguan bahwa kondisi
makro-ekonomi yang terus tumbuh dan stabil dan lingkugan sosio-kultural merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan LPD di Bali.

Strategi Sumber Daya Manusia

Perencanaan strategi pengembangan sumber daya manusia yang melibatkan diri pada
pengelolaan LPD tidak bisa diabaikan atau dinomor duakan, namun merupakan komponen yang
sangat penting dan utama bagi kemajuan, kemandirian serta masa depan LPD. Untuk
mendapatkan tenaga kerja yang tangguh, profesional dan berbudaya dalam arti tenaga kerja yang
kompeten dan berkinerja tinggi, serta mampu mempertahankan kinerja tinggi dalam jangka
waktu panjang dapat dilakukan dengan proses perekrutan dan seleksi karyawan secara baik, yang
dilandasi oleh kebutuhan tenaga sesuai dengan bidangnya. Melalui proses perencanaan tersebut
dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut: 1). Menilai sumber daya manusia yang ada
sekarang. 2). Menilai kebutuhan sumber daya manusia di masa yang akan datang. 3).
Mengembangkan suatu program untuk memenuhi kebutuhan sumber daya masa depan.

LPD merupakan lembaga keuangan komunitas masyarakat pedesaan dalam menjalankan


usahanya tidak semata-mata bergerak diranah ekonomi saja atau sosial ekonomi, tapi ada misi
menjaga kehidupan budaya, dihubungkan lagi dengan persoalan dimensi hubungan manusia
dengan tuhan ( Tri Hita Karana ), sehingga perumusan strategi dalam memanajemen sumber
daya manusia adalah Strategi Sumber Manusia Berkebudayaan, dalam arti pengelolaan sumber
daya manusia yang melibatkan diri pada LPD harus direncanakan dan dikelola dengan
memenuhi unsur kemanusiaan yang dilandasi oleh kejujuran dan moral melalui kemasan
kebudayaan Hindu Bali.

Daftar Pustaka

http://locusfisipunipas.blogspot.com/2013/12/strategi-dan-manajemen-dalam-memajukan.html?
m=1

http://soepayam.blogspot.com/2008/12/lembaga-perkreditan-desa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai