Anda di halaman 1dari 8

A.

LATAR BELAKANG Kebijakan nasional yang merubah paradigma penyelengaraan pemerintahan, pembangunan

dan palayanan masyarakat, berupaya mewujudkan sebuah tatanan pemerintahan baik (good governance). Kebijakan ini nampak dalam bentuk implementasi pergeseran kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sebagai lini terdepan dan lini terdekat kepada masyarakat. Lebih jelasnya terlihat dari kebijakan otonomi daerah yang diperluas dengan pola pembagian kewenangan pusat dan propinsi, sedangkan selebihnya (residual authority) menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah (selanjutnya disingkat otoda) di Indonesia. Undangundang no.32 tahun 2004 pasal 1 butir 5 menyatakan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Suatu perwujudan asas desentralisasi dan pemberian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.. Pelaksanaan otoda akan mempengaruhi sektor perbankan di daerah. Peran dan fungsi perbankan sangat penting, dan diharapkan dapat menghidupkan dan memacu perekonomian daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otoda, perbankan di daerah mau tak mau akan mendapatkan efeknya, antara lain semakin banyaknya dana yang berada atau ditanamkan pada sektor perbankan di daerah. Dana ini harus dimanfaatkan, karena suku bunga pinjaman yang harus dibayar perbankan akan cukup besar, dan hanya mungkin bisa menutup biaya overhead apabila perbankan dapat menyalurkan dana tersebut masuk ke sektor riil. Melihat kondisi ini, perbankan harus benar-benar mampu dan mengetahui kondisi makro ekonomi di daerah, sebagai dasar membuat kebijakan pemberian pinjaman, penetapan suku bunga, serta pemasaran produk dan jasa perbankan.

Sehubungn dengan itu, di tingkat lokal atau daerah bermunculan Bank yang langsung menangai pada tingkat tapak atau menyentuh langsung pada masyarakat ditingkat bawah yang di kenal dengan Bank Pengkreditan Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga

keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembagalembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persy-ratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPR bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR ialah untuk melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang kecil, pegawai dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan.

Pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan,dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon). Bank Perkreditan Rakyat sebagai bank untuk daerah-daerah perdesaan atau pengusaha gurem yang sifat usahanya melayani sektor informal di kota-kota kabupaten, kecamatan dan daerah pedesaan. Sesuai dengan kemampuan permodalan yang lemah dari masyarakat umumnya, bentuk Bank Perkreditan Rakyat merupakan bentuk yang tepat untuk didirikan di kabupaten, sekaligus sebagai lembaga keuangan untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah. Di Indonesia setelah melalui pembaharuan undang-undang perbankan yang cukup panjang, maka dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa: bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selanjutnya, kondisi Perbankan Provinsi Bengkulu kebijakan dalam rengka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produk-produk unggulan, sehingga menarik minat perbankan swasta lainnya menanamkan modal di Bengkulu. Mengenai pertumbuhan ekonomi Bengkulu yang mencapai 4,6 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Secara kelembagaan, terjadi penambahan jaringan kantor perbankan di Provinsi Bengkulu yaitu satu ATM. Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu sebanyak 14 bank yang terdiri dari satu Bank Pembangunan Daerah (BPD), empat Bank Pemerintah dan sembilan Bank Swasta dengan dua diantaranya merupakan bank syariah. Jaringan kantor pelayanan bank di Provinsi Bengkulu terdapat satu kantor pusat, 21 kantor cabang, 42 kantor cabang pembantu, 26 kantor kas, 45 kantor unit, enam pusat pelayanan dan 73 anjungan tunai mandiri (ATM). Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Bengkulu juga cukup signifikan. BPR di Provinsi Bengkulu berjumlah lima BPR yang terdiri dari tiga BPR Konvensional dan dua BPR Syariah. Sedangkan jaringan kantor BPR diluar kantor pusat, terdiri dari tiga kantor cabang dan tujuh kantor kas. Jaringan kantor BPR tersebut baru terdapat di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab.

Bengkulu Utara, Kab. Rejang Lebong, dan Kab. Kepahiang dan dapat di simpulkan BPR mengalami perkembangan yang cukup. Aset BPR secara mengalami kenaikan sebesar 4,69 persen. Begitu juga beberapa indikator lainnya seperti Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. DPK meningkat 6,97 persen dari Rp26.706 juta menjadi Rp28.569 juta. Sedangkan kredit meningkat 5,49 persen dari Rp37.661 juta menjadi Rp39.729 juta pada tahun 2011. Salah satu BPR yang relatif kuat secara liquditas adalah PT. BPR Maroba Ite, yang berkedudukan Jln Kol Santoso 101 C Kepahiang. Dalam penge,bangan dan diversifikasi usahanya dalam bidang perbankan PT. Maroba ITE akan membangun cabang-cabang di berbagai daerah salah satunya tentu di Ibukota Provinsi yaitu Kota Bengkulu. Namun disadari dalam pendirian dan pengembangan perlu di kaji kelayakan sehingga pendirian dan pengembangan cabang di Kota bengkulu tersebut layak dan menghasilkan keuntungan baik sedara kelembagaan maupan dalam rangkan peningkataan kesejahteraan masyarakat Kota Bengkulu. Dalam melakukan kelayakan atas pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite ini tentu perlu kajian tentang aspek-aspek kelayakan dari aspek sosial, pasar dan pemasaran sampai kepada aspek investasi dan keuangan. Maka dalam usulan kegiatan ini akan dlakukan kejian kelayakan tersebut dengan memperhatikan kondisi perekonomian Kota bengkulu secara eksternal dan manajemen Pt. Maroba Ite secara Internal.

B.

TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan Sasaran kelayakan pendirin dan pengembangan Bank sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Perbankan dioperasionalkan ke edaran Bank Indonesia Nomor 8/31/DPBPR tanggal 12 Desember 2006 , maka tujuan usulan kegiatan ini adalah : a. Terkendalinya pembangunan dan pengembangan cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu b. Terciptanya arah pengembangan manajerial PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu

c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program keuangan pada PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu dan selalu terintegrasi dengan PT. PT. BPR Maroba Ite di Kepahiang sebagai Induk BPR d. Tedorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha dalam bentuk pengkreditan yang efisie dan efektif e. Menemukan kelayakan dari aspek Kelayakan bisnis perbankan baik kelayakan keuangan, pemasaran dan sosial ekonomi

C.

MANFAAT STUDI KELAYAKAN

Fungsi kelayakan pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu adalah :

1. Manfaat financial artinya, pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu tersebut
dirasa sangat menguntungkan bagi manajemen PT. BPR Maroba Ite sendiri apabila pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu tersebut dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung

2. Manfaat ekonomi financial , artinya, pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu
tersebut jika dijalankan mampu menunjukkan manfaat makro bagi daerah dan negara. Hal ini bisa ditunjukkan dengan semakin banyak tenaga kerja yang terserap, PDRB meningkat dan paramater ekonomi makro lainnya.

3. Manfaat social artinya masyarakat sekitar lokasi tersebut merasa memperoleh manfaat atas
pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu yang dilakukan.

D. RUANG LINGKUP Lingkup kegiatan pekerjaan atau proses Studi Kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu secara garis besar terbagi menjadi 6 (enam) tahapan yaitu : a. Persiapan, yang akan meliputi persiapan teknis dan non-teknis.

b. Pengumpulan data, baik itu berupa data primer maupun data sekunder, yang tersusun dalam bentuk kompilasi data baik data keuangan dan sosial. c. Analisis, yaitu kegiatan menganalisa data sebagai dasar penyusunan rancangan rencana dan dimuat dalam bentuk analisa data. d. Draft naskah studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu yang siap dilakukan untuk dibawa pada diskusi terbuka/seminar. e. Diskusi terbuka/seminar, dengan semua stakeholders untuk membahas draft studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu. f. Laporan studi kelayakan Final, yang merupakan penyempurnaan terhadap studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu

E.

JADWAl KEGIATAN

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Kegiata studi Kelayakan Peembanga dan Penidiran PT. BPR Maroba Ite di Kota Begkulu Minggu 1 NO
1 2 Persiapan Pelaksanaan Survey

Minggu 2 1 2 3 4 1

Minggu 3 2 3 4 1

Minggu 4 2 3 4 1

Minggu 5 2 3 4

URAIAN

1 2 3

- Survey Kepustakaan/
Instansional - Survey Lapangan 3 4 5 Penyusunan LHS Analisis Kelayakan Hasil Analisis, Proyeksi dan Pemetaan Sosial ekonomi Pelaporan - Laporan Pendahuluan - Laporan Draft Akhir - Diskusi / Seminar Draft - Laporan Akhir dan Perbaikan

Usulan Kegiatan :

Kelayakan Pendirian BPR Maroba Ite F. RENCANA BIAYA Dalam melaksankan kegiatan Studi kelayakan pendirian PT. BPR Maroba Ite pembiayaan anggaran adalah sebagai berikut : Uraian Kegiatan Peralatan - Laptop - Ink Jet - Printer Canon - ATK - Komunikasi/Internet Satuan 1 Unit 1 Box 1 Unit Harga Satuan 8.700.00 250.000 1.200.000 500.000 2.500.000 jumlah 8.700.000 250.000 1.200.000 500.000 2.500.000 12.650.000 1.500.000 1.500.000 250.000 9.000.000 9.000.000 2.500.000 20.500.000 5.000.000 1.500.000 6.500.000 7.500.000 20.000.000 5.000.000 24.000.000 6.000.000 2.000.000 10.000.000 47.000.000 100.150.000

Sub Total Survai dan Transportasi - Survay dan analisis Awal 3x2 3x2 - Survay dan analisis Final 10 - Transpor Lokal Sub Total Publikasi - Cetak Laporan Awal 25 Buah 10 Buah - Draft Perbaikan 25 Buah - Cetak Laporan Akhir 1 kali - Seminar dan Lokakarya Sub Total Personal - Honor Ketua Peneliti 1 org 6 org - Honor Anggota Peneliti 3 org - Surveyor 2 org - Staf dan Pengetikan 1 Lemb - Fess Kelembagaan Sub Total

200.000 150.000 250.000 7.500.000

5.000.000 4.000.000 2.000.000 1.000.000 10.000.000 Total

Kelayakan Pendirian BPR Maroba ITE | 8

Anda mungkin juga menyukai