Anda di halaman 1dari 50

1

PENGARUH TABUNGAN DAN DEPOSITO TERHADAP PENYALURAN

KREDIT DI MASA PANDEMI COVID – 19 PADA LEMBAGA

PERKREDITAN DESA SE – KECAMTAN SUKAWATI

PERIODE 2018 – 2020

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dalam bidang perekonomian senantiasa perlu mendapatkan

perhatian dari berbagai pihak. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang

sedang giat - giatnya mengadakan pembangunan di berbagai sektor baik di sektor

pertanian, industri, perdagangan, pariwisata maupun sektor perbankan yang dapat

menunjang pembangunan. Di masa pandemi covid – 19 ini tujuan pembangunan

bagi bangsa Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,

maka dilaksanakan berbagai usaha pemerintah untuk melaksanakan pembangunan

di bidang ekonomi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas sebagaimana

disebutkan dalam pasal 33 UUD 1945, bahwa pelaku kegiatan ekonomi nasional

dibedakan atas tiga sektor yaitu (1) sektor negara (2) sektor swasta, (3) sektor

koperasi, dari tiga pelaku kegiatan, ekonomi tersebut diharapkan dapat berkembang

secara serasi agar kemakmuran dapat terwujud dengan baik. Namun saat ini yang

menonjol dalam pelaksanaan pembangunan adalah sektor negara dan sektor swasta.

Hal ini juga dapat dilihat Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Dimana RPJP yang berisikan

tentang dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 tahun yang memuat

visi, misi dan arah pembangunan nasional, pembangunan daerah yang mengacu

pada rencana pembangunan jangka panjang nasional yang diatur dalam undang-
2

undang No. 17 tahun 2007. Selanjutnya, pemerintah daerah menyusun RPJM yang

merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program pembangunan daerah yang

berpedoman pada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional yang

dinyatakan dalam Pasal 5 (2) Undang-undang No. 25 tahun 2004. bahwasanya

dalam pelaksanaan pembangunan memerlukan perencanaan pembangunan jangka

panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan

dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Perkembangan perekonomian nasional dan internasional senantiasa

bergerak cepat, perkembangan ini disertai dengan tantangan yang semakin berat

dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Dengan semakin berkembangnya

kegiatan perekonomian atau kegiatan usaha dari suatu perusahaan baik yang

bergerak dibidang perdagangan, manufaktur, maupun dibidang pelayanan jasa,

dalam meraih keuntungan atau laba yang maksimum demi kelangsungan hidup

perusahaan diperlukan dana untuk membiayai operasional usaha. Perekonomian

nasional tentunya akan berdampak pada perekonomian daerah terutama pada

perekonomian daerah Bali. Struktur perekonomian Bali sangatlah spesifik dan

mempuntai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Indonesia. Keuangan daerah Bali sangat erat kaitannya dengan perbankan atau

Bank dan lembaga keuangan non bank. Bank dan lembaga keuangan non bank

memegang peranan yang sangat penting sebagai sumber permodalan dan perantara

keuangan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Masyarakat dapat

menggunakan jasa (simpan-pinjam) yang diberikan oleh bank atau lembaga


3

keuangan non bank lainnya baik untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif maupun

modal pembangunan usaha. Sudah banyak bank yang tersebar di daerah Bali seperti

halnya bank umum. Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Selain bank umum, terdapat lembaga keuangan bank yang menerima

simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR dengan

lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan

yang disebut dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sesuai dengan tujuan

pendirian, BPR lebih fokus pada layanan masyarakat dengan jangkauan relatif

terbatas dengan hanya melayani di tingkat kecamatan atau kabupaten. Selanjutnya,

Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank

Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan

Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil

(KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa

(BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang disebut dengan non bank.

Salah satu lembaga keuangan non bank yang terdapat di daerah Bali adalah

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang merupakan Badan Usaha Milik Desa Adat

(BUMDA). Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali No. 2

Tahun 1988 menyatakan bahwa Lembaga Perkreditan Desa adalah suatu badan

usaha simpan pinjam yang dimiliki Desa yang merupakan unit operasional yang

berfungsi sebagai wadah kekayaan yang berupa uang dan surat-surat berharga

lainnya yang mana penggunaan dan pemanfaatan dananya ditujukan untuk usaha-
4

usaha yang menyangkut kepentingan desa dalam meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Lembaga Perkreditan Desa diharapkan dapat mendorong

pembangunan ekonomi masyarakat desa adat melalui tabungan terarah serta

penyaluran modal (kredit) yang efektif.

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari Kabupaten yang ada di

wilayah Provinsi Bali yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan yang sampai saat ini

telah memiliki 270 LPD. Dari ketujuh Kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar,

Kecamatan Sukawati merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat

perekonomian dan daerah di Kabupaten Gianyar, yang memiliki LPD sebanyak 23

LPD dari 12 desa adat yang ada. Berikut daftar nama-nama LPD Se - Kecamatan

Sukawati Kabupaten Gianyar :

Tabel 1.1 Daftar Nama – Nama LPD Se - Kecamatan Sukawati

Daftar Nama – Nama LPD Se - Kecamatan Sukawati

No Nama LPD

1 LPD Batuan

2 LPD Batuan Kaler

3 LPD Batubulan

4 LPD Batubulan Kangin

5 LPD Celuk

6 LPD Guwang

7 LPD Kemenuh

8 LPD Ketewel

9 LPD Singapadu

10 LPD Singapadu Kaler


5

11 LPD Singapadu Tengah

12 LPD Sukawati

13 LPD Jero Kuta Batubulan

14 LPD Batuaji

15 LPD Cemenggaon

16 LPD Tengkulak Kelod

17 LPD Sumampan

18 LPD Ketewel Sari

19 LPD Tengkulak Kaje

20 LPD Kebon Singapadu

21 LPD Dlodtukad Batubulan

22 LPD Rangkan

23 LPD Teges Kanginan

Sumber : LPLPD Kabupaten Gianyar

Tujuan dari pada didirikannya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sesuai

dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor : 2 Tahun 1988

pasal 4, yaitu ; (a) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat Desa melalui

tabungan terarah serta penyaluran modal yang efektif; (b) Memberantas ijon, gadai

gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu di Pedesaan; (c)

Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga Desa dan tenaga

kerja di Pedesaan; (d) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang di Desa.

Untuk mencapai tujuan seperti tersebut, maka Lembaga Perkreditan Desa

dapat menjalankan usaha-usaha sebagaimana diatur dalam pasal 5 Peraturan Daerah


6

Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor : 2 Tahun 1988, yaitu : (a) Menerima

simpanan uang dari warga masyarakat desanya dalam bentuk tabungan dan

simpanan berjangka yang sah menurut ketentuan yang berlaku; (b) Memberikan

pinjaman untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada sektor pertanian,

industri/ kerajinan kecil perdagangan dan usahausaha lain yang dipandang perlu;

(c) Usaha-usaha lainnya yang bersifat pengarahan dana desa; (d) Penyertaan modal

pada usaha-usaha lainnya; (e) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga

keuangan.

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam meningkatkan

kemandirian kehidupan desa, khususnya dalam meningkatkan pembangunan di

bidang perekonomian. Salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan

untuk melakukan aktivitas perekonomian adalah masalah permodalan yang pada

umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala lain seperti kesulitan dalam

hal jaminan dan akses ke dalam lembaga perkreditan yang rendah, sehingga tidak

mengherankan banyak masyarakat di pedesaan berusaha mendapatkan dana melalui

pemilik uang yang menjalankan bisnis peminjaman yang illegal seperti halnya

rentenir tentunya dengan membayar bunga yang jauh lebih tinggi dari suku bunga

lembaga keuangan yang resmi. Kunci keberhasilan bagi masyarakat menyimpan

dana dan mencari kredit (intermediary) tidak semata didukung oleh manajemen.

Dalam hal ini penetapan tingkat suku bunga yang sesuai dengan kondisi ekonomi

secara umum.

LPD memberikan jasa perbankan dalam hal ini melayani masyarakat atau

nasabahnya, seperti jasa simpanan yang berupa tabungan, dan deposito. Juga dalam

memberikan kredit bagi masyarakat atau nasabah yang membutuhkan, sehingga


7

masyarakat selaku nasabah dapat menggunakan produk jasa tersebut sesuai dengan

kebutuhan mereka. Dalam sistem perbankan juga memperhatikan tingkat suku

bunga yang ditetapkan atau yang berlaku oleh Bank Indonesia, merupakan faktor

dominan bagi masyarakat dalam mempergunakan produk-produk jasa bank dimana

nantinya akan menguntungkan kedua belah pihak, misalnya suku bunga deposito

dan kredit (Melayu. Hasibuan, 2008).

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpaan

yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat - syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dana atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu.

Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun

1998, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

tertentu menurut perjanjian antara pihak penyimpan dengan bank yang

bersangkutan artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka

waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu 3

bulan, sehingga uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut

berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo.

Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetjuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Secara teoritis jumlah tabungan, dan deposito berpengaruh positif terhadap

penyaluran kredit pada LPD di Bali. Dijelaskan bahwa semakin banyak nasabah
8

menyimpan uang dalam bentuk tabungan, dan deposito berarti dana yang dimiliki

LPD semakin besar dan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit semakin besar

juga. Dimana dalam hal ini tabungan dan deposito memiliki pengaruh terhadap

minat masyarakat atau sebagai nasabah untuk melakukan kredit pada LPD. Dengan

kata lain, semakin besar jumlah tabungan dan deposito maka semakin besar pula

minat masyarakat untuk melakukan kredit. Dikarenakan masyarakat dapat

melakukan kredit dengan jumlah besar dengan tingkat suku bunga yang relatif

rendah guna untuk memenuhi keperluannya seperti membangun bisnis yang bisa

memajukan dan merubah taraf hidup masyarakat terutama masyarakat pedesaan.

Oleh karena itu, masyarakat akan lebih memilih melakukan kredit pada Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) jika jumlah tabungan dan deposito yang besar

dibandingkan harus melakukan kredit di bank. Hal ini dikarenakan LPD

memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, yaitu prosedur

yang sederhana, proses yang singkat, pendekatan personal, serta kedekatan lokasi

dengan nasabah menjadikan LPD sebagai pilihan dan menumbuhkan kepercayaan

pada masyarakat desa, sehingga masyarakat mempunyai rasa aman dalam

menyimpan dan meminjam uang pada LPD. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil

jumlah tabungan dan deposito suatu LPD, maka semakin kecil pula minat

masyarakat untuk melakukan kredit dikarenakan jumlah uang yang masih sedikit

atau masih terbatas pada simpanan LPD. Sehingga hal ini dapat menghambat

pertumbuhan ekonomi desa dan taraf hidup terutama bagi masyarakat -

masyarakatnya.

Menurut hasil penelitian Renawati dalam Taufiq (2012) menunjukan bahwa

penghimpunan dana (tabungan dan deposito) maka semakin besar juga kredit yang
9

disalurkan. Nurhasniya dalam Tufiq (2012) dalam penelitiannya menunjukan

bahwa tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan jumlah

kredit. Semakin besar jumlah tabungan yang dapat di himpun oleh bank maka

semakin besar pula kredit yang disalurkan. Selanjutnya penelitian Deriman dalam

Taufiq (2012) menemukan bahwa deposito berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah kredit, sehingga semakin besar jumlah deposito yang dapat

dihimpun maka semakin besar juga jumlah kredit yang dapat disalurkan.

Berikut ini adapun data yang telah diperoleh seperti Tabungan, Deposito

dan Kredit pada LPD Sekecamatan Sukawati tahun 2018 sampai dengan 2020 pada

tabel 1.2.

Tabel 1.2 Jumlah Tabungan, Deposito dan Kredit pada LPD Sekecamatan Sukawati

tahun 2018 sampai dengan 2020 (dalam ribuan)

TAHUN BULAN TABUNGAN DEPOSITO KREDIT

Januari 111,452,441 137,682,176 316,240,519

Februari 122,856,705 146,001,513 317,326,646

Maret 125,038,921 150,761,048 325,109,321

April 124,558,929 155,033,348 335,405,267

Mei 115,404,490 156,167,280 342,279,703

2018 Juni 115,774,938 159,149,396 348,714,638

Juli 125,894,149 162,560,315 357,136,802

Agustus 134,015,316 169,235,344 363,750,498

September 135,495,059 176,216,035 367,597,654

Oktober 143,835,891 180,421,961 370,614,149

November 149,635,198 181,214,196 372,451,546


10

Desember 155,771,527 182,465,206 375,574,014

Januari 158,245,714 191,476,713 381,216,526

Februari 155,777,825 200,434,135 396,188,115

Maret 157,801,629 207,660,533 303,483,930

April 158,510,401 209,518,693 414,346,687

Mei 159,381,328 212,856,007 420,085,119

Juni 158,790,121 212,045,095 432,523,930


2019
Juli 163,377,477 219,258,345 433,569,662

Agustus 165,182,739 227,333,423 440,519,122

September 175,578,441 235,556,119 450,316,533

Oktober 184,610,955 244,135,147 459,042,102

November 194,654,022 251,360,318 468,361,156

Desember 203,538,977 255,613,252 473,068,325

Januari 205,152,407 264,368,702 481,599,661

Februari 230,344,799 274,604,342 490,081,636

Maret 169,225,261 283,520,946 404,820,940

April 197,404,695 289,334,978 411,649,581

Mei 198,112,614 293,494,831 426,151,157


2020
Juni 199,260,602 294,747,149 437,422,241

Juli 210,124,995 306,180,837 447,786,574

Agustus 205,795,270 311,087,257 458,483,279

September 213,329,542 320,100,098 571,829,244

Oktober 222,277,902 323,997,841 582,635,318


11

November 233,342,793 338,876,073 595,347,106

Desember 238,883,469 331,003,759 578,356,849

Sumber : LPLPD Kabupaten Gianyar

Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa tabungan dan deposito dari bulan

januari 2018 sampai dengan bulan desember 2020 mengalami fluktuasi sedangkan

kredit dari bulan januari tahun 2018 sampai dengan bulan desember 2020 terus

mengalami peningkatan.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya seperti yang diuraikan diatas

bahwa tabungan dan deposito berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit

sehingga semakin besar jumlah tabungan dan deposito maka jumlah kredit yang

dapat disalurkan juga semakin besar. Namun berdasarkan data pada tabel 2 diatas

tabungan dan deposito mengalami fluktuasi sedangkan kredit terus mengalami

peningkatan setiap bulannya. Hal itu tentunya bertentangan dengan teori yang

diuraikan diatas.

Oleh karena di masa pandemi covid – 19 ini perlu diteliti pengaruh jumlah

tabungan dan deposito terhadap minat masyarakat untuk mengajukan permohonan

kredit, sehingga hal tersebut dapat dipakai sebagai alat pengambil keputusan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan

terkait dengan Penelitian Pengaruh Tabungan Dan Deposito Terhadap Penyaluran

Kredit Di Masa Pandemi Covid – 19 Pada Lembaga Perkreditan Desa Se –

Kecamtan Sukawati Periode 2018 – 2020, antara lain:

1. Bagaimana pengaruh tabungan dan deposito secara simultan terhadap penyaluran

kredit pada LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar 2018 – 2020?


12

2. Bagaimana pengaruh tabungan dan deposito secara parsial terhadap penyaluran

kredit pada LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar 2018 – 2020?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun tujuan

yang didapat yaitu:

a. Untuk menguji secara empiris pengaruh tabungan dan deposito secara simultan

terhadap penyaluran kredit pada LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten

Gianyar 2018 – 2020.

b. Untuk menguji secara empiris pengaruh tabungan dan deposito secara parsial

terhadap penyaluran kredit pada LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten

Gianyar 2018 – 2020.

2. Kegunaan Penelitian

 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan yaitu :

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi LPD yang terus berkembang

sesuai dengan tuntunan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam sistem informasi akuntansi yaitu

memberikan inovasi penggunaan metode sistem informasi akuntansi

dapat di tingkatkan pada LPD

c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi pada LPD serta

menjadi bahan kajian lebih lanjut.


13

 Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut:

a. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama

perkuliahan khususnya mengenai pengaruh tabungan dan deposito terhadap

penyaluran kredit, disamping sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi Program Studi

Akuntansi Universitas Warmadewa Denpasar.

b. Bagi LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan terhadap

operasional dan kebijakan perusahaan megenai pengaruh jumlah tabungan

dan jumlah deposito terhadap kredit pada LPD Se-Kecamatan Sukawati

Kabupaten Gianyar.

c. Bagi Fakultas/Universitas

Hasil penelitian ini merupakan sumbangan atau tambahan

kepustakaan serta referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut

terhadap masalah yang terkait.

D. Tinjauan Pustaka

1. Landasan Teoritis

a. Pengertian Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank

 Pengertian Bank

Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana


14

yang terkumpul tersebut ke masyarakat dalam rangka meningkatkan

taraf hidup masyarakat (Sudirman dalam Ariyoka, 2000 : 9).

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit, dan/atau bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Ikatan Akuntan Indonesia

PSAK. No.3l, 2002 : 1).

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat diartikan bahwa

bank merupakan sebuah badan usaha atau lembaga keuangan yang

fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit guna

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

 Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank

Lembaga Keuangan Non Bank yaitu badan usaha yang

melakukan kegiatan usaha di bidang keuangan yang secara langsung

atau tak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat

berharga dari menyalurkan ke dalam masyarakat guna membiayai

perusahaan. Lembaga Keuangan Non Bank meliputi lembaga

pembiayaan (leasing, modal ventura), dana pensiun, pasar modal,

pegadaian dan usaha perasuransian (Simorangkir 2000 : 21).

Saat diterapkannya UU No. 7 Tahun 1992 banyak terdapat

lembaga-lembaga keuangan terutama dipedesaan yang mempunyai

kegiatan seperti Perkreditan Rakyat, sehingga lembaga-lembaga

keuangan tersebut diberi status BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang


15

tata caranya diterapkan dengan Peraturan Pemerintah. Lembaga-

lembaga keuangan tersebut antara lain : Bank Desa, Lumbung Desa,

Kredit Usaha Rakyat Kecil, Badan Kredit Desa, termasuk Lembaga

Perkreditan Desa (LPD).

b. Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa

Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Propinsi Bali No. 2

Tahun 1988 Bab III pasal 3 dikemukakan pengertian tentang Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) adalah suatu nama bagi badan usaha simpan

pinjam yang dimiliki Desa Adat yang berada di Propinsi Daerah

Tingkat I Bali dan merupakan wadah perekonomian rakyat pedesaan.

Menurut BPD Bali Tahun 1996 mengemukakan pengertian Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) yaitu suatu lembaga keuangan yang dimiliki

oleh desa adat yang merupakan alat desa dan unit operasional serta

berfungsi sebagai wadah kekayaan desa adat yang berupa uang dan

surat-surat berharga lainnya.

Jadi berdasarkan pengertian Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah merupakan

badan usaha simpan pinjam yang dimiliki oleh desa adat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup warga desa untuk menunjang pembangunan

desa khususnya dan pembangunan nasional secara umum.

 Fungsi dan Orientasi Lembaga Perkreditan Desa (LPD)


16

 Adapun fungsi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) menurut

peraturan Daerah Tingkat I Propinsi Bali No. 2 Tahun 1988

yaitu : Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebagai wadah

kekayaan desa yang berupa uang atau surat-surat berharga

lainnya.

 Pendayagunaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) diarahkan

kepada usaha peningkatan taraf hidup karma desa untuk

menunjang pembangunan desa.

Orientasi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang bertumpu

pada desa adat dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

 Desa adat di Bali menunjukkan partisipasinya dalam

pembangunan bangsa terlebih pada pembangunan mental

spiritual.

 Desa adat mempunyai tugas untuk menciptakan kesejahteraan

lahir dan batin maka bidang sosial ekonomi perlu dikembangkan

seperti dalam bidang perkreditan.

 Desa adat dengan awig-awig yang dimiliki sangat dihormati,

ditaati serta dipertahankan oleh semua warganya sehingga

ketaatan dan kedisiplinan dalam pengelolaannya lebih terjamin.

 Dalam rangka melestarikan desa adat sebagai warisan budaya

bangsa yang mampu mengantarkan warganya menuju masyarakat

yang adil dan makmur.

Penggunaan dan pemanfaatan Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) ditunjukkan kepada usaha-usaha yang mengikat dan


17

memberikan keuntungan/kepentingan warga desa maupun

peningkatan taraf hidup warga desa yang menjadi milik Lembaga

Perkreditan Desa (LPD).

 Tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

Sesuai dengan Bab III pasal 4 Perda No. 2 Tahun 1988 yang

menguraikan tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD), dijelaskan

bahwa tujuan didirikannya LPD adalah sebagai berikut:

 Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui

tabungan terarah serta penyaluran modal yang efektif.

 Memberantas ijon, gadai gelap dan sejenisnya.

 Merupakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga

desa dan tenaga kerja di pedesaan.

 Meningkatkan daya beli masyarakat dan melancarkan lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang di desa.

 Kredit

a) Pengertian kredit

Pengertian kredit berasal dari Bahasa Yunani

“Credere” yang artinya kepercayaan, namun pengertian

sehari-hari sebagaimana diketahui mempunyai pengertian

lebih jauh (Budi Untung 2000: 1).

 Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam


18

meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga. (Kasmir 2014: 85).

 Menurut R. Tjitro Adinugroho (1999: 5), intisari dari

pada kredit sebenarnya kepercayaan, suatu unsur

yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi

falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya:

bagaimana pun asalnya dan kepada siapapun

diberikannya.

 Melayu SP Hasibuan (2001: 87), menyatakan kredit

adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar

kembali bersama bunganya oleh pminjam sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat

dikatakan bahwa dalam pengertian kredit terhadap adanya

perbedaan waktu antara prestasi dan kontraprestasi

dimana prestasi diartikan terlebih dahulu dalam kotra baru

diterima dikemudian hari.

Unsur-unsur yang lazim terdapat dalam kepercayaan

pihak pemberian kredit terhadap pihak meliputi 2 unsur :

 Kekuatan finansial atau memiliki harta/modal yang

bias menunjukkan kemampuan akan selalu

memenuhi segala kewajiban-kewajibannya.


19

 Adanya suatu karakter, modal yang baik bahwa si

peminjam tidak mempunyai sifat yang tidak baik/

jujur tetapi mempunyai sifat etika untuk selalu

melunasi segala kewajibannya.

Berdasarkan unsur-unsur di atas dapat dikatakan

bahwa setiap adanya transaksi sementatara, terdapat

elemen-elemen material individual yang yuridis. Selain

hal tersebut di atas dikenali juga analisa kredit yang mana

bertujuan untuk mengetahui apakah kredit yang mana

bertujuan untuk mengetahui apakah kredit yang diberikan

dapat dibyar, seperti pada waktu diberikan pinjaman

sehingga memungkinkan resiko kerugian tidak ada.

Oleh Karen itu menurut Rahmat Firdaus (2003: 83),

untuk menganalisa kredit agar debitur dapat

mengembalikan kredit kepada bank maka diperlukan

suatu penilain kemampuan kredit si calon debitur dengan

memperhatikan ap yang disebut dengan 5C sebagai

berikut:

1) Character (watak)

Merupakan factor penentu yang penting

kesanggupan bagi calon debitur untuk memperoleh

kredit. Dalam perkreditan, watak calon debitur,

berhubungan dengan kiinginan dan ketepatan hati

dari debitur untuk senantiasa memenuhi kewajiban


20

(pokok dan bunga) kepada bank. Dasar-dasar dari

watak seorang debitur yang baik adalah tentang

perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatannya

dalam memenuhi pembayaran transaksi.

2) Capital (modal)

Besar kecilnya modal yang dimiliki oleh

calon debitur menentukan pula besar kecilnya kredit

yang diterima/atau kredit yang diberikan oleh calon

kreditur. Pada hakekatnya seorang debitur harus

mempunyai modal yang cukup untuk mencerminkan

kemampuan membayar kembali pinjamannya.

3) Capacity (kemampuan)

Artinya kemampuan calon debitur untuk

memperoleh dana, sehingga dengan dana tersebut ia

mampu membayar kembali kewajibanya tepat pada

waktunya serta sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

4) Condition (kondisi)

Pengetahuan kondisi eksternal seperti pada

makro ekonomi (inflasi, pertumbuhan ekonomi dan

depresi) pada gilirannya akan turut menentukan

apakah kredit yang diberikan dapat dibayar kembali

atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

yang seksama terhadap usaha calon debitur, antara

lain sebagai berikut:


21

a) Daerah pemasaran usaha calon debitur

b) Faktor persaingan usaha calon debitur

c) Strategi atau sistem pemasaran calon debitur

5) Collateral (jaminan)

Jaminan menjadi salah satu “C” dalam analisa

bank dalam memberikan kredit. Jaminan menjadi

bagian yang penting utuk mempertimbangkan dalam

penelitian kredit, jika suatu skema memiliki

kelemahan. Namun pada hakekatnya jaminan bukan

merupakan prioritas utama untuk pemberian kredit

tetapi lebih sebagai sumber penyelesain keuangan.

Artinya jika debitur tidak mampu membayar

kewajibannya karena hal tertentu, maka masih

sumber kedua (agunan) untuk digunakan sebagai

pembayaran kredit.

Dilihat dari segi penggunaan, kredit dapat dibedakan

menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

1) Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara

pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan

barang atau jasa yang dihasilkan, karena memang

untuk digunakan atau dipakai untuk memenuhi

kebutuhannya.

2) Kredit produktif
22

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau

produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk

menghasilkan barang atau jasa.

b) Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2002: 97), kredit mempunyai

fungsi di dalam kehidupan perekonomian dimana, fungsi

kredit tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat digunakan untuk

meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang

hanya disimpan saja tidak akan menghasilakn sesuatu

yang berguna. Dengan dierikan kredit uang tersebut

menjadi berguna untuk menghasilkan barang atu jasa

oleh si penerima kredit.

2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan

akan beredar dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya

sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan

memperoleh kredit maka daerah tersebut akan

memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3) Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan digunakan oleh

si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna

menjadi berguna dan bermanfaat.


23

4) Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus

arus barang dari satu wilayah lainnya, sehingga jumlah

barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah

lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan

jumlah barang yang beredar.

5) Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai

stablitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang

diberikan akan menambah jumlah barang yang

diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit

membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri

ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat

meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si

nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka kan

semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan

pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk

membangun pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga

kerja sehungga dapat pula mengurangi pengangguran.

Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan


24

dapat meningkatkan pendapatanya seperti membuka

warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa

lainnya.

8) Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat

meningkatka saling membutuhkan antara si penerima

kredit dengan dengan si pemberi kredit pemberian kredit

oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang

lainnya.

 Tabungan

a) Pengertian Tabungan

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang

Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan

cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah

sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara Bank

dengan si penabung. Sebagai contoh dalam hal frekuensi

penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari atau

mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan

perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal sarana atau


25

alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara

keduanya yaitu Bank dengan penabung.

Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini

tergantung berapa bank masing-masing, mau menggunakan

sarana yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan

sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Menurut Kasmir

(2002:74), alat-alat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Buku Tabungan

Yaitu buku dipegang oleh nasabah, dimana berisi catatan

saldo tabungan, penarikan, penyetoran dan pembebanan-

pembebanan yang mungkin terjadi buku ini digunakan

pada setiap penarikan, sehingga langsung dapat

mengurangi saldo yang ada di buku tabungan tersebut.

2) Slip Penarikan

Merupakan formulir penarikan dimana nasabah cukup

menulis nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda

tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang. Slip

penarikan ini biasanya digunakan bersamaan dengan

buku tabungan.

3) Kwitansi.

Merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh Bank

yang fungsinya sama dengan slip penarikan, dimana

tertulis nama penarik, jumlah uang dan tanda tangan


26

penarik. Alat ini juga dapat digunakan secara bersamaan

dengan buku tabungan.

4) Kartu yang terbuat dari plastik

Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang

dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari

tabungan, baik Bank maupun di mesin Automated Teller

Machine (ATM). Mesin ATM ini biasanya tersebar di

tempat-tempat yang strategis.

Dalam praktek perbankan di Indonesia dewasa ini

terdapat beberapa jenis-jenis tabungan. Perbedaan jenis

tabungan ini hanya terletak dari pada fasilitas yang

diberikan kepada si penabung. Dengan demikian si

penabung mempunyai banyak pilihan jenis-jenis dimaksud

adalah sebagai berikut:

1) Tabanas

Ada beberapa jenis bentuk Tabanas seperti:

a) Tabanas Umum

b) Tabanas Pemuda

c) Tabanas Pelajar

d) Tabanas Pramuka

2) Taska

Yaitu tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa

3) Tabungan Lainnya
27

Yaitu selain Tabanas dan Taska tabungan ini

dikeluarkan oleh masing-masing Bank dengan

ketentuan-ketentuan yang diatur oleh BI.

Hal-hal lain yang diatur oleh Bank penyelenggara

dan sesuai dengan ketentuan BI. Pengaturan sendiri oleh

masing-masing Bank agar tabungan dibuat semenarik

mungkin sehingga nasabah Bank tertarik untuk menabung

di Bank yang mereka inginkan.

 Bank Penyelenggara

Setiap Bank dapat menyelenggarakan tabungan, baik

Bank Pemerintah maupun Bank Swasta, dan semua

Bank Umum serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

 Persyaratan Penabung

Untuk syarat-syarat menabung, seperti prosedur-

prosedur yang harus dipenuhi seperti jumlah setoran,

umur menabung maupun kelengkapan dokumen

tergantung Bank yang bersangkutan.

 Jumlah Setoran

Baik untuk setoran minimal waktu pertama sekali

maupun setoran selanjutnya serta jumlah minimal yang

harus tersedia di buku tabungan tersebut serta diserahkan

kepada Bank Penyelenggara.

 Pengambilan Tabungan
28

Merupakan jumlah maksimal yang harus ditarik, yaitu

tidak melebihi saldo frekuensi penarikan dalam setiap

harinya, apakah setiap saat atau hari tergantung Bank

yang bersangkutan.

 Bunga dan Insentif

Besarnya bunga dan cara perhitungan bunga didasarkan

apakah harian, saldo rata-rata atau saldo terendah

diserahkan sepenuhnya kepada Bank-Bank

penyelenggara. Begitu pula dengan insentif, baik berupa

hadiah, cenderamata dan lain sebagainya dengan tujuan

untuk menarik nasabah agar menabung.

 Penutup Tabungan

Syarat-syarat untuk ditutupnya tabungan oleh Bank

dapat dilakukan oleh nasabah sendiri atau ditutup oleh

Bank karena alasan tertentu. Sebagai contoh nasabah

sudah tidak aktif lagi melakukan transaksi selama 3

(tiga) bulan. Kemudian dalam hal perhitungan bunga

tabungan dapat pula dihitung dengan beberapa metode

tergantung dari Bank yang bersangkutan.

 Deposito

a. Pengertian Deposito

Pengertian deposito menurut Undang-

Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 sebagai

berikut, simpanan yang penarikannya hanya dapat


29

dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian

antara pihak penyimpan dengan bank yang

bersangkutan artinya jika nasabah deposan

menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan,

maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah

jangka waktu tiga bulan, sehingga uang tersebut baru

dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut

berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo.

Apabila deposito dicairkan sebelum jatuh tempo,

maka si deposan dikenakan denda (penalty rate) yang

besarnya tergantung dari Bank yang bersangkutan.

Kasmir (2002 : 80) menyebutkan jenis-jenis deposito

sebagai berikut:

 Deposito Berjangka

Merupakan deposito yang diterbitkan menurut

jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito

biasanya mulai dari 1, 3, 6, 12, 18, sampai dengan

24 bulan. Deposito dapat ditarik dengan jangka

waktunya, penarikannya dapat dilakukan secara

tunai maupun non tunai (pemindah bukuan) dan

dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterima.

 Sertifikat Deposito

Merupakan deposito yang diterbitkan dengan

jangka waktu yang sama dengan deposito


30

berjangka, akan tetapi sertifikat deposito ini dapat

diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada

pihak lain. Pencairan bunga sertifikat deposito

dapat dilakukan di muka baik tunai maupun non

tunai. Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah

tercetak bervariasi biasanya dengan jumlah bulat.

Sehingga nasabah membeli dalam jumlah yang

banyak untuk jumlah nominal sama.

 Deposito On Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu 7 hari

dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan

atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar

(tergantung dari Bank yang bersangkutan).

Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan

deposito on call dan sebelum deposito on call

dicairkan terlebih dahulu dalam 3 (tiga) hari

sebelumnya nasabah sudah memberitahukan pihak

bank penerbit. Besarnya bunga biasanya dihitung

perbulan dan biasanya untuk menentukan

bunganya dilakukan negosiasi antara nasabah

dengan pihak Bank.

b. Perhitungan Jasa Deposito Berjangka

Jasa deposito adalah berupa bunga yang dibayar oleh

Bank kepada nasabah atau deposan dengan ketentuan


31

bahwa jasa ditetapkan dengan rate pertahun (% pa)

dengan rumus : Bunga deposito =

Nominal x suku bunga x pajak x jangka waktu


365

Bunga deposito berjangka akan diperhitungkan

setelah deposito mengendap minimal satu tahun sejak

tanggal pembukuan. Untuk deposito yang dibuka

pada tanggal akhir bulan, maka pengambilan

bunga/pencairan nominal deposito dilakukan pada

tanggal/hari akhir bulan walaupun tangganya berbeda

(tanggalnya lebih kecil daripada pembukuannya).

Misalnya deposito berjangka dibuka pada tanggal

31/1, maka jatuh tempo bunga adalah tanggal 28/2

atau 29/2, 31/3, 30/4 dan seterusnya. Tetapi apabila

pada tanggal deposito berjangka dibuka pada

tanggal/hari tidak akhir bulan maka jatuh tempo

bunga pada tanggal yang sama pada bulan berikutnya.

Misalnya deposito berjangka di buka pada tanggal

15/1 untuk 3 bulan, maka jatuh tempo bunga pada

tanggal 15/2, 15/3, dan 15/4. Pada tanggal 15/4

merupakan tanggal jatuh tempo nominal deposito

berjangka.

c. Penarikan Deposito Berjangka yang Belum Jatuh

Tempo
32

Pada prinsipnya deposito berjangka harinya

boleh dicairkan (ditarik) setelah jatuh tempo. Namun

dalam kasus tertentu deposan melakukan penarikan

sebelum jatuh tempo dengan berbagai alasan,

misalnya merasa tidak aman karena Bank tidak sehat

lagi, keperluan mendesak dan lain-lain. Dalam hal

seperti ini Bank jelas dirugikan bila mengacu pada

perjanjian awal. Untuk itu Bank akan membebani

denda/penalty sejumlah dari bunga yang telah

diperhitungkan. Penalty ini dapat dihitung dari bunga

setelah pajak ataupun bunga sebelum pajak,

tergantung kebijakan masing-masing Bank.

2. Publikasi dan Penelitian Sebelumnya

 Pada tahun 2009, Beriman melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Jumlah Kredit Pada PT. Bank

Mandiri, Tbk Periode Januari 2004 - Desember 2008”. Dari penelitian yang

dilakukan didapatkan hasil bahwa Secara parsial tabungan dan deposito

berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah kredit bank, sedangkan giro

tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit.

 Pada tahun 2014, Hendry Yuliawan melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Pengaruh Jumlah Tabungan dan Deposito Terhadap Jumlah Kredit

pada PD. BPR BKK Banjarharjo Kabupaten Brebes”. Dari penelitian yang

dilakukan didapatkan hasil bahwa variabel Tabungan memiliki pengaruh


33

yang signifikan dan positif terhadap Kredit. Sedangkan variabel Deposito

memiliki pengaruh yang cukup kuat dan positif terhadap Kredit yang

dikeluarkan oleh PD. BPR BKK Banjarharjo Kabupaten Brebes.

 Pada tahun 2014, Titi Safitri melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Jumlah Dana Pihak Ketiga (Tabungan dan Deposito) dan Non-Performing

Loan (Npl) Terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan Pt. Bank Perkreditan

Rakyat Jawa Timur Cabang Batu”. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan

hasil bahwa variabel Tabungan, Deposito, dan NPL berpengaruh positif baik

secara simultan maupun parsial terhadap jumlah Kredit yang disalurkan PT

BPR Jatim Cabang Batu, dimana jika variabel Tabungan, Deposito, dan NPL

meningkat maka meningkat pula jumlah kredit yang disalurkan PT BPR Jatim

Cabang Batu. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Deposito

merupakan variabel yang dominan mempengaruhi jumlah Kredit yang

disalurkan PT BPR Jatim Cabang Batu.

 Pada tahun 2017, Syukriah Selvie, Muhammad Arfan, dan Syukriy Abdullah

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Suku

Bunga Kredit, dan Modal Bank Terhadap Penyaluran Kredit pada Bank

Perkreditan Rakyat Konvensional di Indonesia”. Dari penelitian yang

dilakukan didapatkan hasil bahwa (i) DPK, suku bunga kredit dan modal bank

secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada BPR

konvensional, (ii) DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit pada

BPR konvensional, (iii) Suku bunga kredit tidak berpengaruh terhadap

penyaluran kredit pada BPR konvensional, (iv) Modal bank berpengaruh

positif terhadap penyaluran kredit pada BPR konvensional.


34

Tabel 1.3 Mapping Penelitian


No. T Nama Judul Variabel Variabel Independen ( X )
h Peneliti Dependen
. (Y)
Kineja Partisip Kema Dukun Pendidi Kompl Kinerja Keterliba Teknol Kemamp Kompl Efektivita
Sistem asi mpuan gan kan eksi tan ogi uan eksitas s
Informa (Keterl pemak Manaje Dan tas Pengguna inform Teknik Tugas Pengauh
si ibatan) aian men Pelatih Tugas Dalam asi Pengguna Tabunga
Akuntan pemak Puncak an Pengemb (personal n dan
si aian angan ) Deposito
Sistem
1 2 Putu Analisis + X
0 Yoga Pengaruh Dana
1 Artana Pihak Ketiga
9 ya Terhadap
I Ketut Jumlah Kredit
yadnya Pada PT. Bank
na Mandiri, Tbk
Periode Januari
2004 –
Desember 2008
2 2 Hedy Pengaruh Dana + +
0 Kuswa Pihak Ketiga
1 nto dan Terhadap Kredit
2 M pada Bank
Taufiq Perkreditan
Rakyat
Indonesia
3 2 Hendry Analisis + X
0 Yuliaw Pengaruh
1 an Jumlah
4 Tabungan dan
Deposito
Terhadap
Jumlah Kredit
pada PD. BKK
Banjarharjo
Kabupaten
Brebes
4 2 Titi Pengaruh + + +
0 Safitri Jumlah Dana
1 Pihak Ketiga
4 (Tabungan dan
Deposito) dan
Non-Performing
Loan (Npl)
Terhadap
Jumlah Kredit
yang Disalurkan
PT. Bank
Perkreditan
Rakyat Jawa
Timur Cabang
Batu
5 2 Syukri Pengaruh Dana +
0 ah Pihak Ketiga,
1 Selvie, Suku Bunga
7 Muha Kredit, dan
mmad Modal Bank
Arfan, Terhadap
dan Penyaluran
Syukri Kredit pada
y Bank
Abdull Perkreditan
ah Rakyat
Konvensional di
Indonesia
35

E. Kerangka Berpikir

Pengaruh tabungan dan deposito terhadap jumlah penyaluran kredit pada

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) baik secara parsial dan simultan. Jumlah

tabungan dan deposito dapat menentukan seberapa besar minat masyarakat

atau nasabah untuk melakukan kredit. Semakin banyak nasabah menyimpan

uang dalam bentuk tabungan, dan deposito berarti dana yang dimiliki LPD

semakin besar dan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit semakin besar

juga. Dimana dalam hal ini tabungan dan deposito memiliki pengaruh terhadap

minat masyarakat atau sebagai nasabah untuk melakukan kredit pada LPD.

Dengan kata lain, semakin besar jumlah tabungan dan deposito maka semakin

besar pula minat masyarakat untuk melakukan kredit. Dikarenakan masyarakat

dapat melakukan kredit dengan jumlah besar dengan tingkat suku bunga yang

relatif rendah

Deposito dan tabungan merupakan simpanan dana pihak ketiga yang

berasal dari masyarakat. Menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi

yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

masyarakat dalam bentuk kredit.

Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari deposito dan tabungan

terhadap kredit, dibuatkan kerangka pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk

gambaran sederhana yaitu deposito dan tabungan terhadap penyaluran kredit

pada Lembaga Pengkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Sukawati, Kabupaten

Gianyar.
36

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap

Penyaluran Kredit pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Sukawati

F. Kerangka Konseptual

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual


37

G. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka pada penelitian

ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Bahwa tabungan memiliki pengaruh dan signifikan terhadap jumlah

penyaluran kredit pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar periode tahun 2018 – 2020

2. Bahwa deposito memiliki pengaruh dan signifikan terhadap jumlah

penyaluran kredit pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan

Sukawati, Kabupaten Gianyar periode tahun 2018 – 2020

H. Metodelogi Penelitian

1. Tempat dan Objek Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.

b. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek penelitian ini adalah jumlah tabungan, dan

jumlah deposito dan jumlah kredit pada Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar pada Tahun 2018 –

2020.

2. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah jumlah

tabungan (X1), dan jumlah deposito (X2).


38

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lain. Dalam penlitian ini yang termasuk variabel terikat adalah jumlah

kredit (Y) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan

Sukawati Kabupaten Gianyar tahun 2018 – 2020.

3. Definisi Operasional Variabel

Agar variabel yang telah didefinisikan tersebut bisa diaplikasikan dalam

menjawab permasalahan yang diajukan dalm penelitian ini maka setiap

variabel perlu diberikan definisi dengan jelas terlebih dahulu. Adapun definisi

operasional dari masing-masing variabel yang digunakan sebagai berikut:

1. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,

tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang

dipersamakan dengan itu, pada LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten

Gianyar tahun 2018 – 2020.

2. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan pihak LPD

Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar tahun 2018 – 2020.

3. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, yang dalam

penelitian ini dilakukan pada LPD Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten

Gianyar.
39

4. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Data menurut sifatnya

a. Data kuantitatif, adalah data yang berupa angka-angka dan dapat

dihitung secara statistik (Sugiyono 2010: 13). Adapun data kuantitatif

yang digunakan adalah tabungan, dan deposito, dan jumlah

penyaluran kredit pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-

Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar tahun 2018 – 2020.

2. Menurut sumbernya

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data yang

diperoleh dengan cara mengumpulkan berbagai sumber yang mempunyai

relevansi terhadap masalah yang dianalisis seperti buku-buku, literature,

yang menunjang analisis data, laporan rugi/laba dan neraca.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

Sampel merupakan bagian populasi penelitian yang digunakan untuk

memperkirakan hasil dari suatu penelitian. Populasi dan sampel dalam

penelitian ini adalah LPD Sekecamatan Sukawati dari tahun 2018 – 2020.

6. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode studi dokumentasi yaitu

pengumpulan data dengan melihat catatan-catatan atau dokumen yang ada di


40

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan Sukawati Kabupaten

Gianyar yang erat kaitanya dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik yang dilakukan dalam analisis data ini yaitu menggunakan teknik

analisis sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan

antara tabungan dan deposito terhadap penyaluran kredit yaitu berubahnya

posisi kredit akibat perubahan tabungan dan deposito secara serempak.

Model persamaan regresi yang digunakan (Sugiyono 2004 : 217) :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana :

Y = Penyaluran kredit

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi dari tabungan

b2 = Koefisien regresi dari biaya deposito

X1 = Tabungan

X2 = Deposito

e = Eror term (variabel pengangguran)

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ekonometrika untuk mengetahui hasil estimasi regresi

yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala normalitas,

multikonolinieritas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas. Model regresi in

digunakan agar dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah
41

memenuhi persyaratan BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yakni

tidak terdapat normalitas, multikonolinieritas, autokolerasi, dan

heteroskedastisitas. Apabila model yang digunakan terjadi normalitas,

multikonolinieritas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas maka penaksir

tidak efisien, peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji

baku yang umum untuk koefisien regresi menjadi tidak valid (Gujarati

2012). Dengan mengunakan hasil analisis computer dengan SPSS maka

dapat digunakan untuk menguji model ada tidaknya normalitas,

multikonolinieritas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas.

Uji asumsi klasik meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

dipergunakan telah berdistribusi secara normal atau tidak. Uji

normalitas yang digunakan adalah plot grafik dimana asumsi

normalitas terpenuhi jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu

diagonalnya.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujun untuk menguji apakah model

regresi berganda secara implisit bergantung pada asumsi bahwa

variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling

berkolerasi.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas akan dilihat

dari variante inflancition factor (VIF), Tolerance mengukur

varibialitas variabel bebas yang dipilih yang tidak dapat dijelaskan


42

oleh variabel lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan

VIF lebih besar dari 10 maka model regresi ada indikasi terjadi

multikolinieritas begitu juga sebaliknya menurut Ghozali (2011).

c. Autokolerasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model

regresi ada kolerasi antara kesalahan pada periode sebelumnya.

Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang

waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainnya (Ghozali 2011). Adapun cara yang digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokolerasi adalah dengan

menggunakan Uji Durbin-Watson (DW Test ) dari SPSS.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model

dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Apabila pola residual

menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi

terdapat heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, cara yang digunakan

untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan metode grafik

(scatter gram).

3. Uji F

Pengujian secara simultan atau menyeluruh bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel terikat yaitu
43

jumlah kredit (Y) pada LPD se-Kecamatan Abiansemal Kabupaten

Badung dengan variabel bebas yaitu tabungan (X1), dan deposito (X2)

dengan taraf nyata pada α = 5 persen. Uji ini dipergunakan untuk

mengetahui secara simultan apakah variabel terikat atau tidak (Ghozali,

2011).

Langkah-langkah pengujian hipotesis diatas sebagai berikut:

a. Menentukan formulasi hipotesis

Ho : bi = 0 ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara

tabungan(X1), dan deposito(X2) secara simultan terhadap

penyaluran kredit (Y) pada LPD Se-Kecamatan Abiansemal

Kabupaten Badung.

Hi : bi ≠ 0 ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara tabungan(X1),

dan deposito(X2) secara simultan terhadap penyaluran kredit

(Y) pada LPD Se-Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

b. Tingkat Kepercayaan

Dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% atau (α = 5%), maka

F-tabelnya F 0,005 ; (k-1;n-k-l).

c. Perhitungan

R 2 /( k  1)
Fhitung =
(1  R 2 ) /( n  k )

Dimana:

F= =Statistik F

R2 = Koefisien determinasi

N = Jumlah Sampel
44

K = Jumlah Variabel (terikat dan bebas)

d. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

Gambar 1.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (F-test)

e. Kriteria Pengujian

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel

4. Uji T

Uji t merupakan suatu pengujian secara parsial atau individual yang

bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi berpengaruh

signifikan atau tidak berpengaruh signifikan. Pengujian nilai “t” dapat

dilakukan dengan membangkan nilai t-hitung dengan t-tabel atau melihat

signifikan “t”nya dengan derajat kepercayaan 95%.

Langkah-langkah pengujian hipotesis diatas adalah sebagai berikut:

a. Menentukan formulasi hipotesis

Ho: bi = 0 ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah

tabungan(X1), dan jumlah deposito(X2) secara parsial

terhadap penyaluran kredit (Y) pada LPD se-Kecamatan

Sukawati Kabupaten Gianyar.


45

Hi: bi ≠ 0 ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara jumlah

tabungan(X1), dan jumlah deposito(X2) secara parsial

terhadap penyaluran kredit (Y) pada LPD se-Kecamatan

Sukawati Kabupaten Gianyar.

b. Tingkat Kepercayaan

Dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% atau (α = 5%

maka t-tabelnya: t 0,005(n-k-l)

c. Perhitungan

Pada jangka ini perhitungan nilai uji aktual dan meletakan

rumus pengujian yang sesuai yaitu:

𝑏𝑖
th = 𝑠𝑏𝑖

Keterangan :

th = t-hitung

bi = koefisien regresi

Sbi = standar error b

Daerah penerimaan dan penolakan H0 dengan t-test

Gambar 1.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (t-test)


46

d. Kriteria pengujian

H0 diterima apabila -thitung≤ ttabel.

H0 ditolak apabila thitung atau ≥ thitung < -ttabel.

5. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan

pernyataan tersebut, diketahui seberapa besar pengaruh antara tabungan

dan deposito dengan penyaluran kredit yang dinyatakan dalam presentase.

Rumus (Nata Wirawan 2002:299):

D = R2 x l00%

Dimana:

D = Koefisien determinasi

R = Koefisien korelasi berganda

Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang penting

dalam regresi. Karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model

regresi yang terestimasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat

mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data

sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan

seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat diterangkan oleh

variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0(R2

=0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali.

Sementara bila R2 =1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat

diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 =1, maka semua titik

pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau
47

buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang

mempunyai nilai antara nol dan satu.

I. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini terdiri dari beberapa Bab yang disusun berurutan secara

sistematis dari bab I sampai bab VI sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah,

Tujuan dan Kegunaan Penelitian, serta Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini akan menguraikan tentang beberapaTeori guna

mendukung penelitian dalam menganalisa data antara lain

pengertian tentang system, pengertian tentang Informasi, pengertian

tentang Akuntansi, pengertian tentang system informasi akuntansi,

pengertian tentang kinerja system informasi akuntansi serta

penjelasan Sistenm Infomasi akuntansi berbasi computer, perangkat

pengolahan data.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang tempat dan obyek penelitian,

metode penentuan sampel, identifikasi variable, definisi operasional,

jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknis analis

data

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum tempat penelitian

dan struktur organisasi


48

BAB V PEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas tentang deskripsi data, analisis data dan

pembahasan penelitian

BAB VI PENUTUP

Dalam bab ini akan memuat tentang Kesimpulan dan saran- saran
49

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Untung. 2000. Kredit Perbankan Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Ghozali, Imam. 2011. Dasar-Dasar Perbankan. Cetakan Kesembilan. Jakarta:

Penerbit Rajawali Pers.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi

5. Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Gujarati, D.N. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Terjemahan

Mangunsong, R. C. Salemba Empat, Edisi 5.

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2002. Jakarta:

PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Melayu SP, Hasibuan. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: Penerbit PT. Gunung

Agung.

Malayu Hasibuan. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Ketujuh. Jakarta : PT.

BUMI AKSARA.

Rahmat, Firdaus. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Penerbit

Alfabeta Anggota IKAPI.

Abdullah, Rachmat. 2014. Pengaruh Jumlah Giro, Tabungan dan Deposito

Masyarakat Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Perusahaan

Perbankan Swasta Devisa Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2008-2012. Universitas Negeri Gorontalo, Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis.


50

Adnyana, Sila I Wayan.2015. Pengaruh Kebijakan Tingkat Suku Bunga SBI, Suku

Bunga Tabungan, Dan Suku Bunga Deposito Terhadap Jumlah Kredit Pada

PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun 2009-2014.Universitas

Warmadewa. Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Ariyoka, Pande Putu.2009. Pengaruh Tabungan Dan Deposito Terhadap Posisi

Kredit Pada LPD Desa Adat Mas Kecamatan Ubud, Kabupaten

Gianyar.Universitas Warmadewa. Jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan

Tjitro Adinugroho, R. 1999. Perbankan Masalah Perkreditan. Jakarta: Penerbit

Pradnya Paramita.

Wirawan, Nata. 2002. Statistik 2. Edisi 2. Denpasar: Penerbit Keraras Emas.

Anda mungkin juga menyukai