Anda di halaman 1dari 10

PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)

Kabupaten Mojokerto

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Badan usaha Milik Daerah


Dalam era otonomi daerah, pemerintah telah memberikan kesempatan
yang luas bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Pemerintah daerah dapat mengatur sendiri beberapa aspek kehidupan di
daerahnya baik aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, maupun budaya.
Dalam hubungan ini, sebagai sumber-sumber penerimaan daerah
keseluruhannya dalam pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini adalah
pendapatan asli daerah,dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain
penerimaan yang sah. Dimana sumber PAD tersebut meliputi,hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan dan, lainlain PAD yang sah.

Sehubungan dengan itu dalam aspek ekonomi, pemerintah daerah


memiliki kewenangan untuk membentuk suatu BUMD. BUMD menurut UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Terdapat dua bentuk
BUMD, yaitu: 1) Perusahaan Umum Daerah adalah BUMD yang seluruh
modalnya dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham, dan 2)
Perusahaan Perseroan Daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan
terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling
sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah. Dari
pengamatan terhadap peraturan perundang-undangan ditemukan belum adanya
Undang-undang tentang Badan Usaha Milik Daerah pengganti UU Nomor 5
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah sebagai payung hukum BUMD.
Kondisi ini sangat berbeda dengan Badan Usaha Milik Negara dimana telah
memiliki payung hukum yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara.

Konsep pengelolaan BUMD non persero (Perusahaan


Daerah/Perusahaan Umum Daerah) dimungkinkan dengan model pengelolaan
BUMD dengan sistem swakelola mandiri. Konsep pengelolaan ini menggunakan
sistem pengawasan ataupun pembinaan secara bertanggungjawab dan intensif.

5
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

Pengelolaan BUMD dilakukan dengan pengawasan dan pembinaan secara


langsung oleh pemangku kebijakan yang dilakukan oleh kepala daerah selaku
pemegang otoritas tertinggi di pemerintah daerah. UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa dalam pengelolaan BUMD
salah satunya harus mengandung unsur tata kelola perusahaan yang baik.
Namun demikian, peraturan pemerintah maupun peraturan lain yang mengatur
lebih lanjut ketentuan mengenai tata kelola perusahaan yang baik dalam
pengelolaan BUMD tersebut belum dikeluarkan. Sementara konsep pengelolaan
BUMD persero (Perseroan Terbatas/Perusahan Perseroan Daerah), berdasarkan
Permendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Badan Hukum BUMD, menyatakan
bahwa BUMD berbentuk perseroan terbatas tunduk pada UU Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya.

2.2 Bank Perkredetian Rakyat (BPR)


2.2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah lembaga
keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Berdasarkan Undang-Undang
No.10 Tahun 1998 Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya. Kegiatan
usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan
masyarakat di daerah pedesaan.

Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan


Daerah, atau Koperasi. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank desa
yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan
(Kasmir,2002:8)

2.2.2 Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa


deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.

6
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),


deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR
apabila BPR mengalami over likuiditas.

Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

1. Menerima simpanan berupa giro.


2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan
concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksud dalam usaha BPR.

Bank umum dan BPR memiliki tugas yang hampir serupa karena sama-
sama memberikan kredit pada masyarakat. Namun jika dilihat dari definisinya,
bank umum dan BPR memiliki perbedaan. Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas
pembayaran. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui perbedaan antara
keduanya terletak pada kegiatan memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Bank umum memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran sedangkan BPR
tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

2.3 Perusahaan Daerah Air Minum


PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit
usaha milik daerah, yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi
masyarakat umum. PDAM terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya
di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai sarana
penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparataparat eksekutif
maupun legislatif daerah. Pemerintah Daerah sebagai pemilik perusahaan
daerah yang mewarisi PDAM dari Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas
pengarahan kebijakan dan monitoring pengelolaan PDAM. Fungsi ini selama ini

7
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

terlihat belum dijalankan secara maksimal. Sebagai perusahaan daerah, PDAM


berkewajiban menyetorkan 55% dari keuntungan bersihnya kepada kas daerah.
Tergantung pada kebijakan masing-masing daerah, setoran tersebut ada yang
ditanamkan kembali untuk investasi sarana air minum tetapi ada juga yang tidak.
Pemerintah Daerah terkesan masih tidak peduli dengan kondisi PDAM meskipun
secara berkesinambungan menikmati setoran PDAM tersebut. Seharusnya
fungsi pemilik sebagai pengarah kebijakan dan pengawas dijalankan dengan
baik dan ada keinginan politik untuk membantu PDAM mengingat fungsi PDAM
yang strategis sebagai penyedia air bersih. Dari kasus-kasus yang diteliti oleh
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), hanya sedikit daerah yang
menjalankan fungsi ini dengan baik termasuk dalam bidang keuangan dengan
adanya inisiatif untuk membayar hutang PDAM.

Bentuk usaha PDAM masih belum seragam, pada daerah-daerah tertentu


masih berbentuk unit kerja dibawah unit pekerjaan umum, dengan konsekwensi
bahwa kemampuan mereka untuk memperoleh pendanaan menjadi terbatas
kecuali pinjaman diberikan pemerintah daerah. Untuk PDAM yang berbentuk
perusahaan daerah maka kemampuannya untuk mendapatkan pinjaman juga
terbatas karena harus dijamin langsung oleh pemerintah daerah yang
bersangkutan dan tidak dapat menjaminkan asetnya.

2.4 Kinerja Keuangan Perusahaan


Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini
sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi
perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Alat untuk menilai kinerja suatu
perusahaan ialah laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada


waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam
periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari

8
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-


transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti,
misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara


yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai
akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan
yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi
dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai
tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Jadi dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok ukur tertentu. Biasanya
ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data
keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam analisis rasio keuangan meliputi
dua bentuk yaitu membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun masa yang
akan datang untuk perusahaan yang sama. Dan bentuk yang lain yaitu dengan
perbandingan rasio antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis.

2.5 Pengukuran Kinerja Keuangan


Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis ki kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap
review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja Keuangan
dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis
keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan
(2006:242):

a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis


dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih

9
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun


dalam persentase (relatif).
b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan
atau penurunan.
c. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui
dua periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada
suatu periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun
laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2.6 Analisis Laporan Keuangan Perbankan


Analisis laporan keuangan perbankan bertujuan antara lain untuk
mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, untuk mengetahui
perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai
bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan
operasional dan penyususnan rencana kerja anggaran bank, untuk memonitor
pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah diterapkan, sehingga
dapat diadakan perbaikan/penyempurnaan dimasa yang akan datang dan
sebagainya. (Indra Bastian dan Suhardjono, 2006:284)

Metode analisis laporan keuangan yang lazim dipergunakan dalam


praktik perbankan anatara lain:

1. Analisis varians (variance analysis), yaitu metode analisis yang


dipergunakan untuk mengetahui pencapaian kinerja dibandingkan

10
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

dengan rencana kerja yang telah ditetapkan, serta


mengidentifikasikan terjadinya deviasi.
2. Analisis komparatif (comparative analysis), yaitu metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan keragaman usaha bank pada
suatu periode dengan periode lainnya, baik secara absolut maupun
relatif atas total/bagian tertentu.
3. Analisis lingkungan (environment analysis), yaitu metode analisis
yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil usaha yang telah
dicapai suatu unit kerja terhadap industri usaha yang sama di wilayah
kerjanya.
4. Analisis rasio (ratio analysis), yaitu metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan pos-pos tertentu dalam neraca maupun
laba rugi.

2.7 Analisis Rasio Keuangan


Dalam penyajian laporan keuangan terdapat banyak sekali analisis rasio
keuangan yang dapat dikembangkan dari data yang tersedia. Masingmasing
rasio tersebut mempunyai kegunaanya tergantung posisi keuangan yang akan
dilihat. Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi suatu
usaha yang telah dilakukan oleh sebuah perusahaan ataupun sebuah usaha
perbankan, terutama bagi manajemen dalam penyususnan kebijakan strategi
bank. Analisis rasio tersebut diharapkan sangat membantu dalam mengadakan
analisis kondisi intern bank pada umumnya dan kondisi keuangan bank pada
khususnya

a. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio) Merupakan ratio yang digunakan


untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajian
financial jangka pendek yang berupa hutang – hutang jangka pendek
(short time debt). Rasio keuangan yang biasa digunakan untuk
mengukur kondisi likuiditas bank adalah:
1. Current ratio Current ratio adalah kemampuan untuk membayar
hutang yang harus segera dipenuhi oleh Aktiva Lancar. Semakin
besar rasio tersebut semakin besar pula jaminan yang diberikan
oleh bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current
ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu

11
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana


menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009). Current ratio dapat
dihitung dengan formula:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Hutang Lancar

2. Quick (Acid Test) Ratio Quick (Acid Test) Ratio adalah


kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi
dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets. Semakin
besar rasio ini semakin besar pula jaminan bank untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Hutang Lancar

3. Analisis Leverage Rasio ini disebut juga rasio solvabilitas yaitu


mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya
dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan
indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman 25 25
(Bank). Analisis ini berguna untuk melihat dua aspek penting dari
sisi modal, yaitu:
a) Melihat modal yang dimiliki oleh sebuah bank apakah
jumlahnya sebanding dengan jumlah hutangnya. Dengan
melihatnya maka akan dapat diketahui risiko usaha
perbankan. Bila ternyata jumlah modal ini lebih kecil dari
jumlah hutangnya (dan ini memang umum terjadi dalam usaha
perbankan), maka risiko usaha perbankan lebih banyak
ditanggung oleh para penyimpan dana.
b) Lebih banyaknya dana yang berasal dari pihak ketiga
menunjukkan bahwa bank memperoleh manfaat untuk

12
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

memutarkan dana tersebut hanya dengan modal yang relatif


kecil.

Beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk menilai tingkat


leverage adalah:

a) Debt Ratio Debt ratio adalah kemampuan setiap modal sendiri


dari bank yang dapat dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang. Semakin kecil rasio ini maka semakin banyak modal
sendiri yang dijadikan jaminan terhadap utang-utang bank
tersebut.
b) Debt to Net Worth Ratio Debt to net worth ratio adalah rasio
yang menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan
dana yang dibelanjai dengan utang, atau berapa bagian dari
aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin kecil
rasio ini semakin kecil utang yang harus ditanggung oleh bank
tersebut sehingga bank akan semakin baik dalam
memutarkan aktivanya untuk memperoleh keuntungan.
4. Analisis Aktivitas Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur
sampai seberapa jauh tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan
sumber yang dimilikinya.
a) Fixed Assets Turnover
Fixed assets turnover merupakan kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank di dalam suatu
periode tertentu dengan jumlah aktiva keseluruhan. Besarnya
rasio diperoleh dengan membagi jumlah aktiva tetap yang
dimiliki oleh bank dengan jumlah aktiva keseluruhan bank
tersebut. Semakin besar rasio perbandingan ini semakin
besar pula kemampuan bank tersebut untuk menghasilkan
asset melalui harga tetap perusahaan.
b) Total Assets Turnover Total
Assets turnover yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
revenue. Semakin besar rasio tersebut semakin baik
manajemen pengelolaan aktiva bank yang bersangkutan.

13
PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
Kabupaten Mojokerto

5. Analisis Keuntungan (Profitabilitas) Rasio ini disebut juga sebagai


ratio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Analisis profitabilitas mencerminkan
tingkat efektivitas yang dicapai oleh usaha operasional bank.
a) Profit Margin (PM) Profit margin adalah rasio yang
menggambarkan efisiensi sebuah bank, wujud dari upaya
bank untuk bisa menekan biaya sekecil mungkin guna
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Semakin
besar nilai rasiotersebut semakin tepat manajemen
penempatan dana dari bank yang bersangkutan, berarti bank
tersebut semakin efisiensi dalam pengelolaan dananya.
b) Return on Assets (ROA)
ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan. Semakin besar nilai rasio ini
menunjukkan bahwa bank semakin produktif.
c) Return on Equity (ROE)
ROE adalah rasio yang menggambarkan besarnya kembalian
atas modal yang ditanamkan atau kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang
saham preferen dan saham biasa. Semakin besar nilai ROE
suatu bank berarti semakin baik bank tersebut karena dalam
menunjang pertumbuhan bisnisnya bank itu memiliki cukup
modal.

14

Anda mungkin juga menyukai