Anda di halaman 1dari 12

RUANG LINGKUP KANTOR CABANG BANK LUAR NEGERI (KCBLN)

DAN KANTOR PUSAT BANK LUAR NEGERI (KPBLN)

Haykal Afdhol Bagaskara


haykalbagas903@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Jember

PENDAHULUAN

Bank adalah tempat di mana biasanya uang akan disimpan dengan aman dan
kemudian akan ditarik kembali apabila diperlukan.1Bank merupakan badan usaha
yang berfungsi menghimpun dana dan menyalurkan kembali pada masyarakat baik
dalam bentuk kredit maupun yang lainnya. Sebenarnya istilah perbankan bisa
diterapkan ke berbagai lembaga keuangan, baik dari organisasi simpan pinjam
hingga bank komersial, atau dari lembaga pembangunan terkecil yang dimiliki
bersama hingga bank-bank pemilik saham yang besar.2 Perkembangan teknologi
yang pesat membuat bank juga turut meningkatkan tanggung jawabnya untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik, cepat dan aman kepada masyarakat.Bank
memiliki fungsi sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam
bentuk kredit, dan sebagai lembaga yang melancarkan transasksi perdagangan dan
peredaran uang.3Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
stabilitas perekonomian nasional dan pelaksana kebijakan moneter. Tidak heran
apabila peraturan yang mengatur mengenai pelaksanaan kegiatan perbankan sering
kali mengalami perubahan. Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank
Umum merupakan salah satu peraturan terbaru yang mengatur mengenai
pelaksanaan kegiatan perbankan di Indonesia.

Pasal 1 POJK tentang Bank Umum, pengaturan dalam POJK tersebut


diberlakukan untuk bank umum konvensional yaitu Bank Berbadan Hukum
Indonesia (Bank BHI), Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar

1
Keith Hart. 1999. “The Memory Bank: Money In An Unequal World”. Journal for Interdisciplinary
and Cross-Cultural Studies: Volume 2, hlm. 12.
2
Shelagh Heffernan. 2005. Modern Banking, London: John Wiley & Sons, Ltd., hlm. 1.
3
Wily Julitawati. 2021. Manajemen Perbankan, Medan: Yayasan Kita Menulis, hlm. 2.

1
Negeri (KCBLN), dan terdapat pula pengaturan untuk Kantor Perwakilan dari Bank
yang Berkedudukan di Luar Negeri. Pada paper ini penulis akan fokus membahas
mengenai pengertian dan fungsi dari KCBLN dan KPBLN, pendirian dan perizinan,
permodalan serta hubungan antara CEMA dengan pendirian KCBLN dan KPBLN.

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi KCBLN dan KPBLN

Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri (KCBLN)


adalah suatu kantor cabang yang terletak di Indonesia. Kantor cabang sendiri bisa
diartikan sebagai kantor bank yang bertanggung jawab secara langsung terhadap
kantor pusat bank terkait dan alamat tempat usahanya jelas di mana kantor cabang
itu menjalankan usahanya. 4 Pengertian dari Kantor Cabang dari Bank yang
Berkedudukan di Luar Negeri yang berikutnya disebut KCBLN ialah kantor cabang
yang berlandaskan hukum asing, terletak serta beralamat di Indonesia namun
memiliki kantor pusat di luar negeri dan secara tidak langsung maupun langsung
bertanggung jawab pada kantor pusat di luar negeri tersebut. Artinya KCBLN
sebenarnya adalah Bank asing namun letaknya ada di Indonesia. 5 Aturan mengenai
Kantor Cabang dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri (KCBLN) terdapat
di Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/POJK.03/2021.

Pasal 7 dan 8 POJK Nomor 12/POJK.03/2021, Bab II - Rencana Korporasi,


dijelaskan aturan terkait fungsi dan tugas KCBLN yakni: Bank BHI atau KCBLN
wajib menyusun rencana strategis dalam bentuk rencana korporasi; Rencana
korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disusun oleh Direksi dan
disetujui oleh Dewan Komisaris; Bank BHI atau KCBLN menyelaraskan
penyusunan Rencana Bisnis Bank dengan rencana; Kewajiban penyusunan rencana
strategis dalam bentuk rencana korporasi dikecualikan bagi bank perantara. Pasal 8
dalam peraturan ini turut menjelaskan bahwa: Rencana korporasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 disusun untuk mencapai tujuan Bank BHI atau KCBLN

4
Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Mengelola Bank Komersial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
hlm 7
5
Ahmad Ifham Sholihin. 2013. Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
hlm 384

2
dalam jangka panjang selama 5 (lima) tahun; Rencana korporasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: visi dan misi Bank BHI atau
KCBLN; evaluasi kinerja Bank BHI atau KCBLN periode sebelumnya; analisis
lingkungan internal dan eksternal; dan sasaran dan strategi Bank BHI atau KCBLN.
Bank BHI atau KCBLN wajib menyampaikan rencana korporasi kepada OJK
paling lambat pada akhir bulan November tahun sebelum periode awal dari 5 (lima)
tahun rencana korporasi dimulai.6

KCBLN yang merupakan kantor cabang umumnya memiliki fungsi


melaksanakan kegiatan yang meliputi sistem pembayaran serta penghimpunan
dana.7 Seluruh transaksi perbankan pada dasarnya memang merupakan wewenang
dan tanggung jawab dari kantor cabang seperti KCBLN. Semua produk perbankan
dapat ditawarkan oleh kantor cabang yang mana produk-produk yang ditawarkan
kantor cabang meliputi produk penghimpunan dana, penyaluran dana, dan juga
pelayanan jasa perbankan. Kantor cabang penuh membawahi kantor kas dan kantor
cabang pembantu, maka dari itu dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya,
kantor kas dan kantor cabang bertanggung jawab pada kantor cabangnya. 8 KCBLN
juga bisa berkontribusi dalam upaya konsolidasi industri perbankan di dalam
negeri, karena bank asing yang dalam hal ini KCBLN mempunyai permodalan yang
sangat cukup sehingga bisa menjadi pemegang saham pengendali suatu bank di
Indonesia, serta KCBLN biasanya mempunyai pelayanan dan perlindungan yang
hebat karena kantor pusat dari KCBLN kemungkinan ada di negara maju.

Kantor Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri (KPBLN)


adalah suatu kantor perwakilan yang terletak di Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2021, Kantor Perwakilan dari Bank
yang Berkedudukan di Luar Negeri yang selanjutnya disebut KPBLN adalah kantor
dari bank yang berbadan hukum dan memiliki kantor pusat di luar negeri, yang
bertindak hanya sebagai penghubung antara bank yang berbadan hukum dan

6
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum
7
Ikatan Bankir Indonesia. 2017. Memahami Audit Intern Bank, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
hlm 5
8
Ismail. 2011. Perbankan Syariah, Jakarta: Prenamedia Group, hlm 45

3
memiliki kantor pusat di luar negeri dengan nasabahnya di Indonesia. Sama dengan
KCBLN, KPBLN juga merupakan bank asing.

Fungsi dan kegiatan KPBLN sebagaimana yang tercantum dalam pasal 118
ayat 1 POJK Nomor 12/POJK.03/2021 meliputi: memberikan keterangan kepada
pihak ketiga mengenai syarat dan tata cara dalam melakukan hubungan dengan
kantor pusat atau kantor cabang di luar negeri; membantu kantor pusat atau kantor
cabang di luar negeri dalam mengawasi agunan kredit yang berada di Indonesia;
bertindak sebagai pemegang kuasa dalam menghubungi instansi atau lembaga guna
keperluan kantor pusat atau kantor cabang di luar negeri; bertindak sebagai
pengawas terhadap proyek yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh kantor
pusat atau kantor cabang di luar negeri; melakukan kegiatan promosi dalam rangka
memperkenalkan bank yang berkedudukan di luar negeri; memberikan informasi
mengenai ekonomi, keuangan, dan/atau perdagangan Indonesia kepada pihak luar
negeri atau sebaliknya; membantu para eksportir Indonesia guna memperoleh akses
pasar di luar negeri melalui jaringan internasional yang dimiliki KPBLN atau
sebaliknya; mendorong peningkatan pembiayaan dari luar negeri di Indonesia untuk
membiayai proyek di sektor prioritas dan daerah; dan/atau kegiatan lain sesuai
dengan pertimbangan dan/atau kebijakan OJK.9

Tidak seperti KCBLN yang bisa menghimpun dana serta menangani sistem
pembayaran, KPBLN yang merupakan kantor perwakilan hanya dapat melakukan
kegiatan pemasaran dan tidak bisa melakukan kegiatan usaha bank. 10 Hal ini juga
sesuai pasal 118 ayat 2 dan 3 POJK Nomor 12/POJK.03/2021, yakni: KPBLN
dilarang melakukan kegiatan usaha bank; Pelanggaran terhadap ketentuan
sebelumnya dikenai sanksi administratif berupa: larangan sebagai pihak utama bagi
pemimpin KPBLN sesuai dengan Peraturan OJK mengenai penilaian kembali bagi
pihak utama lembaga jasa keuangan; dan penutupan KPBLN.11

B. Pendirian dan perizinan KCBLN dan KPBLN

9
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum
10
Ikatan Bankir Indonesia. 2017. Memahami Audit Intern Bank, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
hlm 10
11
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum

4
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selain mengizinkan pendirian bank dalam
negeri seperti Bank Milik Pemerintah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Milik
Koperasi, juga mengizinkan berdirinya Bank Asing. Pemberian izin didirikannya
bank asing di Indonesia ini salah satunya diatur dalam pasal 20 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pasal tersebut menyebutkan bahwa
pendirian Bank Asing di Indonesia atau Bank Asing yang akan membuka cabang
di Indonesia adalah diperbolehkan.

Tahun 1997/1998, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak pada


hancurnya dunia perbankan Indonesia. Akibatnya Indonesia sendiri sangatlah
terbuka terhadap kepemilikan dan pendirian bank asing. Hal Ini dilakukan untuk
menambah devisa dan menstabilkan kurs Rupiah. Kala itu banyak bank nasional
dibeli oleh asing. Mereka mengubah dan mencetuskan bank baru berupa cabang
dari bank mereka yang berada di luar negeri, baik milik swasta asing atau
pemerintah asing. Pasal 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
45/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi
Bagi Bank Umum, memberikan pengertian tentang Bank Asing adalah Kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri.

Hukum perizinan yang merupakan bagian dari hukum administrasi berisi


tindakan pemerintah yang berupa penetapan suatu keputusan yang digunakan oleh
pemerintah sebagai sarana pengendalian terhadap tingkah laku warga. Terhadap
hubungan tersebut, maka ketentuan yang berlaku dalam hukum administrasi juga
berlaku dalam hukum perizinan, karena hukum perizinan merupakan bagian dari
hukum administrasi. Membicarakan sistem perizinan selalu harus melihat
pengertian izin sebagai suatu persetujuan dari pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk menyimpang dari ketentuan peraturan perundang-
undangan tersebut. Dengan memberi izin pemerintah memperkenankan orang yang
memohon untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang,
hal ini menyangkut perkenan bagi tindakan yang demi kepentingan umum

5
mengharuskan pengawasan. Dengan demikian pemerintah menggunakan izin
sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga.

Syarat-syarat untuk membuka KCBLN dan KPBLN sudah tertuang dalam


POJK yang mana syarat KCBLN terdapat dalam pasal dan KPBLN terdapat dalam
pasal 116 ayat (1). Berikut ini persamaan dan perbedaan syarat membuka KCBLN
dan KPBLN. Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan
membuka KCBLN dan KPBLN harus: (a) memiliki kinerja dan reputasi yang baik;
(b) memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam perekonomian Indonesia; (c)
KCBLN memiliki total aset termasuk 100 (seratus) besar dunia dalam 3 (tiga) tahun
terakhir, sedangkan KPBLN memiliki total aset termasuk 200 (dua ratus) besar
dunia dalam 3 (tiga) tahun terakhir; (d) KCBLN memenuhi CEMA paling sedikit
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) dan OJK dapat menetapkan
CEMA minimum yang berbeda dari yang ditetapkan; (e) KPBLN menempatkan
deposito atas nama “Dewan Komisioner OJK qq. KPBLN” di Bank BHI paling
sedikit Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan mencantumkan
keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan KPBLN dan dengan
persetujuan tertulis dari OJK.

Pembukaan KCBLN dilakukan dalam 2 (dua) tahap: (a) persetujuan prinsip,


merupakan persetujuan untuk melakukan persiapan pembukaan KCBLN; dan (b)
izin usaha, merupakan izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha
KCBLN setelah persiapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a selesai dilakukan.
Pasal 103 menjelaskan bahwa permohonan untuk memperoleh persetujuan prinsip
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 huruf a diajukan oleh pejabat berwenang
bank yang berkedudukan di luar negeri kepada OJK, disertai dengan: salinan akta
pendirian badan hukum bank yang berkedudukan di luar negeri, termasuk anggaran
dasar yang telah disahkan oleh instansi berwenang di negara setempat, disertai
dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris; salinan dokumen
dan/atau informasi resmi terkait izin usaha bank yang berkedudukan di luar negeri
yang dikeluarkan oleh otoritas negara setempat; salinan dokumen yang menyatakan
bahwa bank yang berkedudukan di luar negeri memiliki kinerja dan reputasi baik;

6
dan memiliki total aset termasuk 100 (seratus) besar dunia dalam 3 (tiga) tahun
terakhir; salinan dokumen dan/atau persetujuan dari otoritas perbankan tempat
kantor pusat bank untuk membuka KCBLN di Indonesia; laporan keuangan
konsolidasi 3 (tiga) tahun terakhir dari bank yang berkedudukan di luar negeri, yang
telah diaudit oleh kantor akuntan publik internasional yang independen; laporan
keuangan terkini dari bank yang berkedudukan di luar negeri; salinan dokumen
yang menyatakan tentang tingkat kesehatan bank yang berkedudukan di luar negeri
selama 3 (tiga) tahun terakhir dari otoritas negara setempat; daftar susunan calon
Direksi KCBLN disertai dengan pemenuhan dokumen persyaratan administratif
sesuai dengan ketentuan OJK mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi
pihak utama lembaga jasa keuangan; rencana susunan dan struktur organisasi serta
sumber daya manusia KCBLN; studi kelayakan pembukaan KCBLN yang disusun
oleh pihak independen, disertai rencana bisnis; rencana korporasi KCBLN; surat
pernyataan dari pejabat berwenang bank yang berkedudukan di luar negeri yang
menyatakan komitmen KCBLN untuk berkontribusi dalam perekonomian
Indonesia; pedoman manajemen risiko, sistem pengendalian intern, sistem
teknologi informasi yang digunakan, dan pedoman mengenai pelaksanaan tata
kelola KCBLN; sistem dan prosedur kerja KCBLN; daftar nama bank koresponden
di Indonesia; bukti setoran awal untuk pemenuhan CEMA paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari persyaratan CEMA sebagaimana dimaksud dalam Pasal
101 ayat (1) huruf d atau Pasal 101 ayat (2) dalam bentuk salinan bilyet deposito
pada Bank BHI di Indonesia dan atas nama "Dewan Komisioner OJK qq. KCBLN
yang bersangkutan”, dengan mencantumkan keterangan bahwa pencairan
dilakukan dengan persetujuan tertulis dari OJK; dan surat pernyataan dari kantor
pusat KCBLN bahwa setoran CEMA sebagaimana dimaksud dalam huruf p tidak
berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang. Permohonan persetujuan prinsip
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.

Perizinan KPBLN diatur pada Pasal 116 ayat (2). Permohonan untuk
memperoleh izin pembukaan KPBLN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh pejabat berwenang bank yang berkedudukan di luar negeri kepada

7
OJK, disertai dengan: tujuan pembukaan KPBLN di Indonesia; salinan akta
pendirian badan hukum bank yang berkedudukan di luar negeri, termasuk anggaran
dasar yang telah disahkan oleh instansi berwenang di negara setempat, disertai
dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris; salinan
dokumen dan/atau informasi resmi terkait izin usaha bank yang berkedudukan di
luar negeri yang dikeluarkan oleh otoritas negara setempat; salinan dokumen yang
menyatakan bahwa bank yang berkedudukan di luar negeri: memiliki kinerja dan
reputasi baik; dan memiliki total aset termasuk 200 (dua ratus) besar dunia dalam 3
(tiga) tahun terakhir; salinan dokumen dan/atau persetujuan dari otoritas perbankan
tempat kantor pusat bank untuk membuka KPBLN di Indonesia; laporan keuangan
konsolidasi 3 (tiga) tahun terakhir dari bank yang berkedudukan di luar negeri, yang
telah diaudit oleh kantor akuntan publik internasional yang independen; laporan
keuangan terkini dari bank yang berkedudukan di luar negeri; calon pemimpin
KPBLN disertai dengan pemenuhan dokumen persyaratan administratif sesuai
dengan ketentuan OJK mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak
utama lembaga jasa keuangan; rencana susunan dan struktur organisasi serta
sumber daya manusia KPBLN; surat pernyataan dari pejabat berwenang bank yang
berkedudukan di luar negeri yang menyatakan komitmen KPBLN untuk
berkontribusi dalam perekonomian Indonesia; rencana kerja KPBLN dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun pertama; daftar nasabah atau calon nasabah bank yang
berkedudukan di luar negeri di Indonesia beserta rincian portofolio kredit; daftar
nama bank koresponden di Indonesia; dan salinan bilyet deposito. Permohonan
untuk memperoleh izin pembukaan KPBLN diajukan dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.

C. Permodalan KCBLN dan KPBLN

Modal merupakan dana yang ditempatkan oleh pihak pemegang saham yang
harus selalu berada dalam bank dan tidak ada kewajiban pengembalian atas
penggunaannya.12 Pada dasarnya modal bank merupakan dana yang diinvestasikan

12
Dahlan Siamat. 2000. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, hlm. 56.

8
oleh pemilik untuk membiayai kegiatan usaha bank yang jumlahnya sudah
ditetapkan. Oleh karena itu, modal menjadi salah satu faktor yang sangat penting
bagi bank dalam rangka pembangunan usaha dan untuk menampung resiko
kerugian. Fungsi adanya modal bank dapat disimpulkan sebagai berikut:
melindungi deposan dengan menyanggah semua kerugian apabila terjadi insolvensi
dan likuidasi, terutama bagi sumber dana yang tidak diasuransikan; digunakan
untuk memenuhi kebutuhan kantor, inventaris guna menunjang kegiatan
operasional dan aktiva tidak produktif lainnya; untuk memenuhi ketentuan
permodalan minimum, yaitu untuk menutupi kemungkinan apabila terjadi kerugian
pada aktiva yang memiliki resiko yang tidak dapat diperkirakan sehingga
operasional bank bisa tetap berjalan tanpa mengalami gangguan yang berarti; untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank dalam
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi keyakinan mengenai
kelanjutan operasional bank meskipun terjadi kerugian.13

Modal pada saaat membuka KCBLN dan KPBLN sudah diatur dalam
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum. Pada Pasal 101 ayat
(1) huruf d menyebutkan bahwa apabila akan membuka KCBLN maka harus
memenuhi CEMA paling sedikit Rp 10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun
rupiah). Selain itu, dalam Pasal 101 ayat (2) menyebutkan bahwa OJK bisa
menetapkan CEMA minimum yang berbeda dari yang telah ditetapkan
sebagaimana pada ayat (1) huruf d dengan pertimbangan tertentu.14Sedangkan pada
Pasal 116 ayat (1) huruf d Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank
Umummenyebutkan bahwa apabila akan membuka KPBLN maka harus
menempatkan deposito atas nama Dewan Komisioner OJK qq. KPBLN di Bank
BHI paling sedikit Rp 3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah), dengan
mencantumkan keterangan bahwa pencairan dilakukan pada saat penutupan
KPBLN dan dengan persetujuan tertulis dari OJK.15

13
Rachmadi Usman. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, hlm. 112-113.
14
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum
15
Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum

9
D. CEMA dan kaitannya dengan pendirian KCBLN, KPBLN

CEMA (Capital Equivalency Maintained Assets) adalah alokasi dana usaha


kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang wajibditempatkan
pada asset keuangan dalam jumlah dan persyaratan tertentu. Keterkaitan CEMA
dengan pendirian KCBLN dan KPBLN sebagai persayaratan bagi Bank yang
berkantor pusat dan berkedudukan di luar negeri yang akan membuka KCBLN.
Dalam pasal 101 ayat (1) POJK NOMOR 12 /POJK.03/2021 TENTANG BANK
UMUM mengatur persyaratan bagi Bank yang berkantor pusat dan berkedudukan
di luar negeri yang akan membuka KCBLN adalah sebagai berikut: memiliki
kinerja dan reputasi yang baik; memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam
perekonomian Indonesia; memiliki total asettermasuk 100 (seratus) besar dunia
dalam 3 (tiga) tahun terakhir; dan memenuhi CEMA paling sedikit
Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah).

Pasal 101 ayat (2) mengatakan bahwa OJK berhak menetapkan CEMA
minimum sebagaimana diatur dalam pasal 101 ayat (1) huruf d. Aset keuangan dari
CEMA harus bebas dari klaim pihak mana saja dengan pembuktiannya bisa
menggunakan surat pernyataan dari kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri. 16 CEMA berfungsi sebagai upaya untuk memperkuat permodalan
dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan secara umum dan sektor
perbankan secara khusus. Selain itu CEMA bertujuan untuk mengantisipasi potensi
kerugian yang antara lain timbul dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
yang telah memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional,
juga untuk mengantisipasi potensi kerugian pada masa mendatang dari risiko-risiko
yang belum sepenuhnya diperhitungkan dalam ATMR.

PENUTUP

Keberadaan KCBLN dan KPBLN dalam sektor perbankan sangatlah


penting, seperti KCBLN sebagai cabang dari kantor bank di luar negeri yang
memiliki fungsi menghimpun dana serta yang terkait sistem pembayaran.

16
Ikatan Bankir Indonesia (IBI), MANAJEMEN RISIKO 3, (Jakarta Pusat: PT. Gramedia Pustaka
Utama,2015), hlm20.

10
Sedangkan KPBLN hanya berfungsi dalam pengawasannya saja. Aturan-aturan
terkait definisi, pendirian, perizinan maupun hal-hal terkait KCBLN dan KPBLN
utamanya diatur dengan sangat jelas dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 12/POJK.3/2021 tentang Bank Umum.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.3/2021 tentang Bank


Umum sebagai dasar hukum KCBLN dan KPBLN dalam menjalankan kegiatannya
sangatlah krusial, karena Peraturan tersebut memuat hal-hal penting seperti fungsi,
definisi, pendirian, perizinan, pendirian hingga yang memiliki kaitan dengan
pendirian KCBLN dan KPBLN. KCBLN maupun KPBLN harus memahami hal-
hal yang mendasarinya seperti cara pendirian, perizinan serta aturannya yang
sebagian besar diatur di Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.3/2021
tentang Bank Umum. Aturan-aturan tersebut harus dipahami dan dijalankan agar
dalam pelaksanaannya KCBLN dan KPBLN bisa melakukan kegiatannya dengan
baik serta tidak terjadi kesalahan maupun pelanggaran hukum yang bisa berakibat
pada sanksi maupun tidak optimalnya kegiatan dan usaha dari KCBLN maupun
KPBLN.

DAFTAR PUSTAKA
Keith Hart. 1999. “The Memory Bank: Money In An Unequal World”. Journal for
Interdisciplinary and Cross-Cultural Studies: Volume 2

Shelagh Heffernan. 2005. Modern Banking, London: John Wiley & Sons, Ltd

Wily Julitawati. 2021. Manajemen Perbankan, Medan: Yayasan Kita Menulis

Dahlan Siamat. 2000. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia,

Rachmadi Usman. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama,

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor12/POJK.03/2021


tentang Bank Umum,

Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Mengelola Bank Komersial, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama,

Ahmad Ifham Sholihin. 2013. Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,

11
Ikatan Bankir Indonesia. 2017. Memahami Audit Intern Bank, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,

Ismail. 2011. Perbankan Syariah, Jakarta: Prenamedia Group,

Ikatan Bankir Indonesia (IBI), 2015, Manajemen Resiko 3, Jakarta Pusat: PT


Gramedia Pustaka Utama.

12

Anda mungkin juga menyukai