Anda di halaman 1dari 10

LPD

A. PENGERTIAN LPD
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah sebuah lembaga keuangan
tradisional yang dicetuskan dan didirikan oleh Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus
Mantra pada tahun 1978-1988 yang bersifat otonom yang pendiriannya didasarkan
kepada kebijakan lokal, yakni peraturan daerah dan awig-awig desa setempat, yang
bertujuan untuk membantu Desa Pakraman dalam menjalankan fungsi kultur dan
dapat mensejahterahkan masyarakat di desa.
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah jaringan lembaga keuangan di
bawah hukum provinsi di Bali yang dimiliki , dibiayai dan diatur oleh desa adat.
Mereka berfungsi sebagai bank desa otonom, tetapi tidak berwenang menyebut
dirinya bank karena tidak memiliki izin dan diatur oleh Bank Indonesia. Karakter unik
mereka dalam lanskap keuangan Indonesia dibentuk oleh kombinasi beberapa faktor:
kerangka peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Bali pada tahun 1984, direvisi
pada tahun 1988 dan diubah seiring dengan perkembangan jaringan; sistem swakelola
dan sendiri yang pemerintahan terintegrasi ke dalam desa adat; swadana melalui
mobilisasi simpanan dan laba ditahan; dan saling ketergantungan tiga jenis ekonomi
dalam komunitas lokal: rumah tangga dengan pertanian padi, peternakan, dan usaha
mikro; desa adat; dan LPD. Ikatan bersama yang menyatukan semua bidang ini
melampaui dunia keuangan dan ekonomi: kepercayaan religius dalam esensi budaya
Bali yang unik yang menyatukan kehidupan masa lalu, sekarang, dan masa depan dan
menembus semua aspek kehidupan. LPD dirancang sebagai bagian integral dari
budaya Bali.

B. KARAKTERISTIK LPD
- Sebagai institusi yang dimiliki dan diatur oleh desa adat atau desa pekraman yang
sepenuhnya terintegrasi ke dalam budaya Bali
- Tidak seperti lembaga keuangan yang lain, lembaga ini termasuk dalam
penjangkauan yang mencakup hampir semua desa adat Bali dan sebagian besar
masyarakatnya

C. FUNGSI LPD
Fungsi Lembaga Perkreditan Desa menurut Peraturan Daerah Tingkat 1 Propinsi Bali
No.2 tahun 1988 yaitu:
1. Lembaga Perkreditan Desa LPD sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang
atau surat-surat berharga lainnya
2. Pendayagunaan Lembaga Perkreditan Desa LPD diarahkan kepada usaha
peningkatan taraf hidup krama desa untuk menunjang pembangunan desa

D. TUJUAN LPD
1. Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan
menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa.
2. Memberantas ijon, gadai gelap, dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha sekaligus perluasan kesempatan
kerja bagi krama desa.
4. Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang di desa.
E. LAPANGAN USAHA
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang Lembaga
Perkreditan Desa Bab IV tentang Lapangan Usaha pada pasal 7 menyatakan bahwa
LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa Pakraman yang melaksanakan
kegiatan usaha dilingkungan desa untuk Krama desa, LPD sebagai lembaga keuangan
memiliki lapangan usaha sebagai berikut yaitu:
1. Menerima /menghimpun dana dari Krama desa dalam bentuk tabungan dan
deposito.
2. Memberikan pinjaman hanya kepada Krama desa.
3. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100%
dari Jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lain
dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan modal.
4. Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada BPD Bali dengan imbalan bunga
bersaing dan pelayanan yang memadai.

F. MODAL/SUMBER DANA LPD


Berdasarkan BAB V Pada pasal 9 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun
2017 tentang Lembaga Perkreditan Desa disebutkan bahwa :

1. LPD dapat didirikan dengan modal awal paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
2. Modal LPD terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
3. Modal inti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari :
a. modal disetor;
b. modal donasi;
c. modal cadangan: dan
d. laba/rugi tahun berjalan.
4. Modal pelengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari :
a. cadangan pinjaman ragu-ragu (CPRR); dan
b. akumulasi penyusutan aktiva tetap.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai modal LPD diatur dalam Peraturan Gubernur
yaitu pada bab V pasal 33 sampai pasal 35 yang berbunyi:
- Pasal 33
(1) Desa dapat mengajukan permohonan modal kepada Gubernur pada saat
pendirian LPD.
(2) Gubernur dapat memfasilitasi permohonan modal LPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Pencairan permohonan modal LPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
- Pasal 34
(1) Desa dapat menyetor dana milik desa untuk modal awal LPD.
(2) Dana milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber
dari dana milik Desa dan iuran krama Desa.
(3) Setoran dana milik Desa untuk modal awal LPD ditetapkan dengan
keputusan Paruman Desa.
- Pasal 35
(1) LPD harus berupaya untuk meningkatkan modal LPD.
(2) LPD dapat mencari bantuan modal donasi dalam bentuk uang dan
barang yang bersumber dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
(3) LPD harus menambah modal cadangan yang bersumber dari pembagian
laba bersih LPD dalam setahun.
(4) LPD harus menambah modal pelengkap yang bersumber dari akumulasi
penyusutan aktiva tetap dan inventaris serta membentuk dana CPRR.
(5) Besarnya dana CPRR sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang
diperhitungkan sebagai modal pelengkap setinggi-tingginya 1,25% dari
ATMR.

G. ORGANISASI LPD
Berdasarkan BAB VI pasal 10 tentang organisasi yang tertuang pada peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2017 tentang Lembaga Perkreditan Desa, yang
menjelaskan bahwa Organisasi LPD terdiri dari yaitu:

1. Prajuru LPD adalah pelaksana operasional LPD


a. Pamucuk adalah kepala atau ketua LPD
b. Panyarikan adalah Sekretaris yang mengurus Surat dan Domuken milik LPD
c. Patengen adalah Bendahara yang menangani tentang keuangan LPD
d. Panureksa adalah badan pengawas internal yang dibentuk oleh Desa
Pakraman bertugas melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan LPD
e. Anggota adalah seluruh masyarakat desa
Penjelasan lebih lanjut disajikan pada BAB VI tentang prajuru dan panureksa
lpd yang tertuang pada pada peraturan gubernur Peraturan gubernur bali nomor
44 tahun 2017 yaitu dari pasal 37 sampai dengan 46 yang berbunyi:
BAB VI
PRAJURU DAN PANUREKSA LPD
Pasal 37
(1) Prajuru dan anggota panureksa berasal dari krama desa, dipilih, diangkat
dan diberhentikan melalui Paruman Desa.
(2) Prajuru dan panureksa dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada Paruman Desa.
(3) Struktur organisasi LPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur
ini.
Bagian Kesatu
Prajuru LPD
Pasal 38
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Prajuru LPD:
a. sudah menjadi Krama Desa yang bersangkutan sekurangkurangnya 5 (lima) tahun;
b. berpendidikan paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau
yang sederajat;
c. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun; dan
d. sanggup bekerja dengan jujur, disiplin untuk memajukan dan
mengembangkan LPD, serta bersedia medewa saksi sebelum
melaksanakan tugas.
(2) LPD yang memiliki kekayaan diatas Rp. 1.000.000.000 (satu milyar
rupiah) selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), memiliki sertifikat kompetensi sebagai prajuru LPD atau bersedia
mengikuti program pelatihan yang berbasis kompetensi bagi prajuru LPD.
(3) Program pelatihan berbasis kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diselenggarakan oleh LPLPD.
Pasal 39
(1) LPD membuat kaderisasi prajuru LPD.
(2) Kaderisasi prajuru sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakan oleh
prajuru LPD atas persetujuan panureksa LPD dan disampaikan dalam
Paruman Desa.
Pasal 40
(1) Pamucuk LPD mempunyai tugas:
a. mengkoordinir pengelolaan LPD;
b. bertanggung jawab kedalam dan keluar, yakni kedalam bertanggung
jawab atas perkembangan pengelolaan LPD dan keluar bertanggung
jawab mewakili LPD baik di dalam maupun di luar pengadilan ;
c. mengadakan perjanjian - perjanjian kepada nasabah/kepada pihak
ketiga;
d. menyusun RK-RAPB tahunan LPD;
e. menentukan kebijakan manajemen dan operasional LPD;dan
f. menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan LPD termasuk
laporan pertanggung jawaban tahunan LPD.
(2) Panyarikan LPD mempunyai tugas:
a. menyelenggarakan administrasi umum dan administrasi keuangan
LPD;
b. membuat laporan kegiatan dan keuangan LPD;
c. membantu Pamucuk dalam penyusunan RK-RAPB tahunan LPD;
d. memberikan bahan pertimbangan administrasi kepada Pamucuk; dan
e. melaksanakan tugas-tugas lainnya yang dibebankan oleh Pamucuk
(3) Patengen mempunyai tugas:
a. melaksanakan transaksi keuangan;
b. membuat berita acara uang kas;
c. menyimpan dan menarik dana likuiditas LPD;
d. membantu Pamucuk dalam penyusunan RK-RAPB tahunan LPD; dan
e. melaksanakan tugas-tugas lainnya yang dibebankan oleh Pamucuk.

Pasal 41
(1) Prajuru berwenang mengangkat dan memberhentikan karyawan.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian karyawan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) setelah mendapatkan persetujuan dari Panureksa.
Pasal 42
(1) Prajuru dan karyawan berhak atas penghasilan sesuai kemampuan LPD.
(2) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. gaji;
b. tunjangan-tunjangan;
c. jasa produksi; dan
d. penghasilan lainnya yang sah.
(3) Tunjangan-tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi antara lain tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, tunjangan
kesehatan.
(4) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam RKRAPB
Tahunan LPD.
Pasal 43
(1) LPD harus melaksanakan evaluasi terhadap kinerja Prajuru.
(2) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
setiap tahun oleh Panureksa.
(3) Hasil evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dalam paruman Desa.
(4) Prajuru dengan hasil evaluasi kinerja baik dapat dipilih kembali.
Bagian Kedua
Panureksa
Pasal 44
(1) Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi anggota Panureksa:
a. sudah menjadi Krama Desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya
5 (lima) tahun;
b. berpendidikan paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau yang
sederajat;
c. berusia paling rendah 25 ( dua puluh lima) tahun; dan
(2) LPD yang memiliki kekayaan diatas Rp. 1.000.000.000 (satu milyar
rupiah) selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), memiliki kecakapan dalam pengelolaan keuangan dan audit serta
bersedia mengikuti program pelatihan yang berbasis kompetensi bagi
panureksa LPD.
(3) Pamucuk dan anggota Panureksa tidak merangkap sebagai Prajuru dan
Karyawan LPD.
Pasal 45
Panureksa mempunyai tugas:
a. melakukan monitoring dan pengawasan LPD;
b. melakukan audit LPD;
c. memberikan petunjuk dan/atau arah kebijakan kepada Prajuru;
d. memberikan saran dan pertimbangan berkenaan dengan penguatan
kelembagaan LPD, manajemen, operasional dan kegiatan LPD;
e. membantu Prajuru dalam menyelesaikan permasalahan;
f. mensosialisasikan keberadaan LPD;
g. mengevaluasi kinerja Prajuru secara berkala;dan
h. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban
panureksa akhir tahun kepada Paruman Desa.
Pasal 46
Panureksa berhak mendapat imbalan sesuai dengan kemampuan keuangan
LPD yang dituangkan dalam RK-RAPB tahunan LPD.
H. STUDY KASUS
Studi kasus yang dilaporkan di bawah ini berfokus pada tiga aspek yang menunjukkan
kekuatan komparatif LPD. Aspek pertama berkaitan dengan pentingnya tata kelola
yang baik dan peran yang dimainkan oleh dewan pengawas, pertama tentang jatuhnya
LPD karena diabaikan oleh pengurus, dan kemudian munculnya LPD yang
direvitalisasi oleh pengurus yang dihidupkan kembali. Aspek kedua berkaitan dengan
keunggulan komparatif LPD yang terkelola dengan baik dalam menghadapi
persaingan perbankan yang ketat. Aspek ketiga berkaitan dengan dampak ekonomi
dan sosial LPD di desa pakraman.
1. Jika tata kelola gagal: peran pengurus dalam jatuhnya dan kebangkitan LPD
Pentingnya tata kelola yang baik terlihat paling jelas dalam kasus-kasus di mana
kerja sama antara pengurus, manajemen, dan desa adat terputus; dan dimana
terjalinnya kembali kerjasama yang baik kemudian merevitalisasi LPD. Tiga dari
studi kasus yang disajikan di bawah ini berhubungan dengan pengalaman masa
lalu dan keberhasilan
Pengalaman LPD yang masih berjalan yang belum diselamatkan:
a. Yang pertama adalah LPD Kayu Kapas, LPD yang sangat kecil di mana
pengurus yang tidak berpengalaman hanya mengetahui kewajibannya setelah
krisis; dan yang kini berjalan lancar meski ukurannya minim dan lokasinya
terpencil.
b. Yang kedua adalah LPD Kapal Mengui, salah satu LPD besar, yang
dijatuhkan oleh penipuan dan kenakalan setelah beberapa tahun berkinerja
baik, tetapi dihidupkan kembali oleh dewan baru dengan kompetensi dan
motivasi tingkat tinggi.
c. Yang ketiga adalah LPD Gelgel, salah satu LPD besar, yang berantakan
setelah sepuluh tahun dan diubah menjadi LPD model oleh tim tata kelola baru
yang berkomitmen termasuk manajer profesional.
d. Keempat adalah LPD Satra, LPD kecil yang telah sakit selama bertahun-tahun
sementara semua orang memperhatikan kejatuhannya tanpa mengambil
tindakan, termasuk pengurus, pengurus lama dan baru serta berbagai lembaga
pembina, menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas sistem
pembinaan dan pengawasan.

2. Keunggulan komparatif LPD dalam lingkungan yang kompetitif


Bali memiliki lanskap keuangan yang berbeda, yang terdiri dari berbagai
lembaga keuangan formal, semiformal, dan informal. Bank Umum dan BPR
merupakan pesaing utama LPD. Di semua desa yang dikunjungi, yang paling
sering adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan unit bank mikro BRI, tetapi
juga cabang bank umum atau kantor kas. Di antara bank-bank tersebut adalah
BPD bank pembangunan provinsi dengan cabang-cabangnya, di mana semua
pegawai pemerintah memegang rekening dan menerima gaji mereka. Di hilir LPD
bersaing dengan banyak lembaga keuangan semiformal, seperti koperasi simpan
pinjam (KSP) dan lembaga informal, seperti asosiasibergilir (risan, atau selisian,
dan arisan PKK) dandulu ada di mana-mana simpan pinjamseka simpan pinjam
yang, atau pecingkreman, yang kini sebagian besar digantikan oleh LPD. Bagi
banyak dari mereka, LPD bertindak sebagai bankir lokal, menerima simpanan
mereka dan memberikan pinjaman. Berikut enam studi kasus yang
menggambarkan situasi kompetitif LPD
a. Di dekat Padang Luwih terdapat dua cabang bank umum yang
memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar untuk jangka waktu
yang lebih lama dari LPD; ada cabang BPD, dengan prosedur sederhana
untuk pegawai pemerintahan; ada cabang BPR di kejauhan, dengan lebih
banyak prosedur rumit dan tidak ada layanan pembayaran; ada empat
simpan pinjam koperasi di desa, dengan tambahan daya tarik bagi hasil;
dan ada enam arisan PKK. LPD Padang Luwih memperkirakan bahwa
mereka memegang sekitar 60% dari deposito dan rekening pinjaman
penghuninya; pangsa pasarnya dari jumlah simpanan diperkirakan 20%,
dan bagian kreditnya 40%
b. Di Cemagis terdapat BPR di lingkungannya, dengan istilah yang sangat
mirip, tetapi nasabah lebih sedikit karena LPD jauh lebih cepat dalam
pelayanannya. Unit BRI terdekat berada di Kapal, 6 km dari Cemagis.
Stafnya lebih profesional, tetapi layanannya lebih lambat. Ada tiga
koperasi simpan pinjam yang bersaing, dengan istilah yang mirip dengan
LPD. LPD Cemagis memegang mayoritas rekening simpanan di desa,
tetapi hanya sekitar 40% dari jumlah tersebut. Bagian dari akun kredit
diperkirakan 60%, jumlah yang terhutang pada 40% atau kurang.
c. Di Kapal ada dua kantor bank di dekatnya, salah satunya dengan ATM;
cabang BPD yang prosedur kreditnya lambat, tetapi menerima simpanan
dari pengumpul LPD setelah jam kerja; unit BRI yang tidak online; dan
dua BPR yang menggunakan jasa pembayaran LPD. Ada juga sepuluh
koperasi simpan pinjam, yang merupakan nasabah LPD yang baik. Pangsa
rekening tabungan di LPD diperkirakan mencapai 90%; perkiraan lain
tidak tersedia
d. LPD Bedha tidak melaporkan kantor perbankan di sekitarnya, kecuali
kantor cabang BPD tempat rekening pegawai pemerintah. Mungkin karena
ketiadaan bank ada 18 koperasi simpan pinjam, 40 arisan PKK, dan 15
arisan lainnya yang memiliki rekening simpanan di LPD.
e. LPD Pecatu menghadapi persaingan ketat dari bank umum dan BPR.
Namun dengan total aset Rp80miliar, portofolio Rp61miliar, simpanan
sebesar Rp63miliar, ROA sebesar 5,4%, ROE sebesar 26,1%, dan
penghapusan piutang tak tertagih sebesar 0,05% pada tahun 2007 (data
MIX) berjalan sangat baik. Berkenaan dengan tabungan, LPD tidak
memenangkan persaingan harga secara keseluruhan di Pecatu, hanya
membayar 5% untuk tabungan dan 6% untuk deposito berjangka,
mendekati jumlah yang dibayarkan unit BRI; Sebaliknya, BPR membayar
14% dan KSP membayar 12%. Bersama BRI unit memenangkan
kompetisi kepercayaan; dan terkait dengan ketiganya, ia memenangkan
persaingan kenyamanan dan biaya transaksi deposan yang rendah.
Berkenaan dengan pinjaman, LPD kompetitif, mengenakan sekitar 15%
(16% untuk komersial, 15% untuk konsumsi dan 12% untuk pinjaman
yang dijamin oleh simpanan). Sebagai perbandingan, BPR dan KSP
dilaporkan mengenakan biaya 24% -30%, BRI unit sekitar 26%
f. LPD Kayu Kapas menghadapi persaingan dari BRI unit dan BPR yang
jaraknya hanya dua kilometer. Namun, meskipun kesulitan baru-baru ini
dan ukurannya yang sangat kecil, hampir semua orang di desa memiliki
rekening tabungan di LPD, yang mengembangkan usahanya dan
menghasilkan keuntungan sejak revitalisasi pada Mei 2007. Orang
mungkin sangat meragukan apakah LPD sekecil itu layak . Tetapi mereka
ternyata memiliki fungsi dalam mengambil simpanan dan memberikan
pinjaman kecil, dan dapat memperoleh keuntungan - asalkan mereka
memiliki kepercayaan dari desa dan dewan yang berfungsi.
Secara keseluruhan, LPD memiliki sejumlah kekuatan inti: dapat dibiayai
sendiri, dikelola sendiri, dan diatur sendiri; itu merupakan bagian integral dari desa
pakraman sebagai pusat kehidupan; dan mampu mengandalkan karma sebagai
pengganti agunan yang efektif. Dari pengalaman anggota dewan dan manajemennya,
LPD memiliki sejumlah keunggulan kompetitif:
a. Kedekatan, akses langsung dan mudah untuk semua orang
b. Kontak pribadi dan rasa memiliki
c. Layanan yang nyaman, pengumpulan simpanan & pembayaran di depan
pintu
d. Prosedur sederhana dan Layanan cepat
e. Layanan pembayaran tagihan listrik, air dan telepon (hanya oleh LPD yang
lebih besar)
f. Deposito bebas pajak
g. Biaya transaksi peminjam dan hemat yang rendah
h. Keuntungan menguntungkan bagi masyarakat
i. Perkumpulan desa pakraman, banjar dan banjar memiliki rekening
tabungan dan kredit di LPD.
Namun dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, ia juga memiliki
kelemahan kompetitif: Tidak ada pemeriksaan kelayakan saat mendirikan LPD baru;
LPD dibatasi pada satu desa, yang membatasi pemilihan staf dan pertumbuhan bisnis;
dibatasi pada investasi surplus likuiditas di BPD, dengan margin bunga bersih negatif
dari deposito; dan kontrol eksternal lemah.

Anda mungkin juga menyukai