Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK: STUDI PARTAI POLITIK DI

INDONESIA DAN AKUNTANSI UNTUK ORGANISASI NON PEMERINTAH: STUDI


LSM DI INDONESIA

I. AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK: STUDI PARTAI POLITIK


DI INDONESIA

A. PARTAI POLITIK SEBAGAI SEBUAH ENTITAS: PENGERTIAN,


KARAKTERISTIK, DAN LINGKUNGANNYA
 Definisi Partai Politik
Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI Nomor 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik, partai pilitik adalah organisasi yang bersifat nasional
dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaan
aktivitas organisasinya, partai politik terikat dengan peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia. Tata cara pembentukan partai politik termasuk
syarat-syarat pembentukannya dapat dilihat dalam UU RI Nomor 2 Tahun 2008
tentang partai politik, di mana terdapat ketentuan mengenai kepengurusan partai
politik, larangan, dan sanksi yang harus diikuti oleh partai politik.
 Tujuan Partai Politik
Pendirian partai politik, sesuai dengan aturan perundang-undangan, pada dasarnya
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum partai politik adalah
sebagai berikut (Bastian 2007; Hafild, 2008):
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para
anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diwujudkan secara konstitusional.
 Fungsi dan Peran Partai Politik
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi sebagai berikut:
1. Partai politik berfungsi untuk mengembangkan kesadaran atas hak dan
kewajiban politik rakyat. Dalam hal ini partai politik berperan sebagai
sarana sosialisasi politik masyarakat dalam rangka melakukan pendidikan
politik bagi rakyat.
2. Partai politik berfungsi menyalurkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara. Dalam hal ini partai politik berperan sebagai
sarana komunikasi politik yang partai politik menyalurkan aneka ragam
pendapat, aspirasi, dan kepentingan masyarakat dalam pembuatan
kebijjakan negara.
3. Partai politik berfungsi untuk membina dan mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme
demokrasi. Partai politik merupakan juga sebagai sarana untuk melakukan
rekrutmen politik dengan mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk
turut aktif dalam kegiatan politik dalam rangka memperluas partisipasi
politik masyarakat.
4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik dengan mengatasi persaingan
dan perbedaan pendapat dalam masyarakat.
 Karakteristik Aktivitas Partai Politik
Pada dasarnya aktivitas politik adalah aktivitas untuk memperoleh, mengelola, dan
mengatur kekuasaan sebagai amanat dan mandat dari konstituennya dengan cara-
cara yang demokratis. Untuk itu partai politik memiliki karakteristik utama yaitu
faktor kekuasaan yang dimilikinya dan perannya dalam mewakili rakyat. Tujuan
akhir dari partai politik adalah mendapatkarn mandat dari konstituennya untuk
memegang kekuasaan lewat cara-cara demokratis, yaitu lewat pemilihan umum.
Dengan demikian, partai politik dapat menempackan anggota maupun kadernya di
parlemen (legislatif) atau di pemerintahan (eksekutif), dan mercka melaksanakan
kekuasaan yang dipegangnya sesuai dengan ideologi yang dianutnya serta
program-program yang telah dibuatnya. Setiap keputusan yang dibuat oleh partai
politik akan memiliki dampak yang sangat luas terhadap harkat hidup orang
banyak. Dengan demikian partai politik harus sangat berhati-hati dalam setiap
gerak langkahnya dan harus memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan
adalah demi masyarakat banyak, bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok
kepentingan (vested interest group).
Keberhasilan suaru partai politik diukur dengan banyaknya jumlah suara
yang direbutnya lewat pemilihan umum. Hal ini menjadikan salah satu karakteristik
partai politik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya, yaitu bahwa
partai politik memperjuangkan kepentingan baik anggota, bangsa, dan negara
melalui keglatan pemilu. Kegiatan berpartisipasi dalam pemilu merupakan kegiatan
paling besar yang dilakukan oleh partai politik, sehingga pertanggungjawaban
keuangan atas kegiatan ini perlu dilakuka tersendiri, terpisah dari laporan keuangan
yang disajikan secara periodic.
 Struktur dan Mekanisme dalam Organisasi Partai Politik
Setiap partai politik memiliki kepengurusan yang tersebar di berbagai tingkat di
daerah. Pada umumnya, partai politik membentuk kepengurusan tingkat pusat yang
disebut dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) yang berkedudukan di ibukota negara
Republik Indonesia. Begitu juga dibentuk untuk tingkat provinsi yang disebut
dengan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) yang berkedudukan di ibukota provinsi,
dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) yang berkedudukan di kabupaten atau kota.
Sedangkan kepengurusan tingkat kecamatan disebut dengan pengurus ranting, dan
tingkat desa atau kelurahan disebut anak ranting. Struktur organisasi partai politik
yang meliputi beberapa tingkat di daerah ini menyebabkan perlunya ditentukan
entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi
pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan partai politik. Oleh karena itu, dari sisi
konsep entitas, mungkin perlu dipertimbangkan mengatur sistem akuntansi untuk
entitas partai politik ini seperti halnya pada sistem akuntansi pemerintahan. Entitas
pelaporan dapat diperlakukan pada DPP, kecuali untuk laporan dana kampanye
harus dilakukan pada tingkat DPP, DPW, dan DPC secara terpisah, karena sesuai
dengan pembagian pemilu legeslatif yaitu, pemilihan anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Sedangkan, entitas akuntansi yang
berwenang menyusun laporan keuangan adalah untuk tingkat bidang pada DPP,
DPW, dan DPC.
Seperti halnya organisasi-organisasi nirlaba, maka partai politik
mempunyai mekanisme keorganisasian yang memerlukan mekanisme dan
manajemen seperti halnya organisasi nirlaba lainnya. Perangkat organisasi umum
pasti ada dalam partai politik. Perangkat-petangkat organisasi dan kegiatan-
kegiatannya ini antara lain:
1. Sekretariat. Sekretariat ini ada di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa. Biaya-biaya yang keluar untuk menjalankan
sekretariat ini dapat digolongkan kepada biaya rutin.
2. Rapat-rapat yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam partai.
Kongres yang menentukan kepemipinan biasanya diadakan dalam jangka
waktu tertentu. Juga ada rapat kerja baik di tingkat nasional, daerah, cabang
atau ranting. Ada pula rapat rutin di sekretariat.
3. Kegiatan pencarian dana. Karena partai politik tidak boleh memilika badan
usaha dan tidak boleh memiliki saham, maka cara-cara pencarian dana
politik adalah lewat sumbangan-sumbangan pribadi dari anggota,
sumbangan yang sah menurut hukum seperti dari perusahaan atau kegiatan-
keglatan khusus yang dikoordinasi untuk pencarian dana.
4. Kegiatan kampanye. Kegiatan-kegiatan dalam kampanye ini antara lain
perjalanan kampanye oleh calon legislatif atau calon presiden, rapat akbar,
iklan di media massa (televisi, radio, koran, majalah), pembuatan poster,
pembuatan bendera, rally, dan kegiatan karetatif.
5. Kegiatan pendidikan politik. Partai juga melakukan seminar, lokakarya,
diskusi-diskusi atau pelatihan-pelatihan untuk anggota, pengurus, dan
simpatisannya.
6. Kegiatan-kegiatan partai politik di luar kampanye banyak yang spontan
dilakulan, baik oleh calon legislatif dan / atau calon presiden ataupun olch
angota dan fungsionaris di tingkat dacrah.
7. Partai membentuk yayasan-yayassn atau think-tank untuk menyebarluaskan
ideologi maupun pengaruhnya. Sebenarnya yayasan-yayasan ini dibuat olch
petinggi-petinggi partai untuk memengaruhi opini publik.
8. Kekayaan partai. Kekayaan partai bisa berbentuk gedung, kantor,
kendaraan, alat-alat kantor, dan lain-lain. Kekayan ini bisa didapat dari
hibah, membeli sendiri dari dana partai atau membeli dengan dana dari
sumbangan donatur.
 Keungan Partai Politik
Kegiatan manajemen keuangan adalah terkait dengan cara memperoleh dana dan
menggunakan dana. Sumber pendanaan partai politik berasal dari:
1. Iuran anggota
2. sumbangan dari pihak lain yang sah menurut hokum
3. bantuan keuangan dari anggaran negara atau daerah.
Aktifitas pencarian dana yang dilarang, antara lain:
1. menerima sumbangan dari pihak asing dalam bentuk apa pun, yang
bertentangan dengan hokum dan aturan perundang-undangan.
2. menerima sumbangan, berupa barang maupun uang, dari pihak orang tanpa
mencantumkan identitas yang jelas.
3. Menerima sumbangan dari perseorangan dan / atau perusahaan / badan
usaha melebihi batas yang ditetapkan.
4. Meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD, BUMDes atau dengan
sebutan lainnya, koperasi, yayasan, LSM, Ormas, dan organisasi
kemanusiaan
5. Memperoleh hasil dari aktivitas bisnis, misalnya dengan mendirikan badan
usaha yang dapat menghasilkan laba, atau menanamkan modal berupa
saham pada suatu badan usaha.
Sementara penggunaan dana terkait dengan aktivitas-aktivita yang dilakukan olch
partai politik, baik yang bersifat rutin maupun insidental. Pada dasarnya semua
aktivitas, yang berkenaan dengan aktivitas politik secara langsung maupun tidak
langsung, boleh dilakukan oleh partai politik selama tidak dilarang oleh hukum atau
aturan perundang-undangan. Akivitas yang dilarang bagi partai politik adalah
sebagai berikut:
1. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945 atau
peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan RI
3. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kcbijakan pemerintah dalam
memelihara persahabatan dengan negara lain, dalam rangka ikut
memelihara ketertiban dan perdamaian dunia.
4. Mendirikan badan usaha atau memiliki saham suatu badan usaha
5. melakukan aktivias untuk menganut, mengembangkan, dan menyebarkan
ajaran atau paham komunisme / marxisme-leninisme.

B. AKUNTABILITAS KEUANGAN PARTAI POLITIK


Aspek keuangan pada partai politik dapat dikatakan sebagai aspek yang palin penting
karena dapat menentukan kelangsungan hidup dan kredibilitas partai, dan secara
keseluruhan dapat mempengaruhi kualitas proses politik pada suatu negara. Partai politik
dapat melaksanakan fungsinya apabila memiliki pendanaan yang besar dan berlaujut,
sementara di sisi lain partai politik dituntut untuk menjaga independensi, kemandirian dan
bersih dari praktik-praktik terlarang. Untuk itu diperlukan mekanisme akuntabilitas publik
pada partai politik.
Misalnya, pada kegiatan kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan
opini publik pada momen Pemilu sudah pasti memerlukan dana yang besar. Oleh karena
itu, segala sesuatu yang barkaitan dengan penggunaan dana publik yang besar pasti akan
menimbulkan kerawanan, mulai dari rawan kolusi, rawan korupsi, dan rawan konflik.
Kemungkinan terdapat pihak yang secara mudah menyumbangkan sejumlah uang kepada
partai politik kontestan pemilu yang mengharapkan akan mampu memberikan keuntungan
besar buat donator, bila saja kandidat yang dijagokan terpilih menjadi anggota dewan
legislative. Selain itu, berbagai kekhawatiran yang juga muncul bahwa dana publik (APBN
/ APBD) akan digunakan untuk membiayai kampanye pemilu kontestan tertentu. Perbuatan
tersebut sangat tidak etis dan melanggar hukum (Syaputra, 2011b). Oleh karena itu, aturan
yang ada disetujui untuk membangun sistem pertanggungjawaban publik (akuntabilitas).
Seacara filosofi, pembentukan partai politik merupakan perwujudan kedaulatan
rakyat, bukan perwujudan kekuatan ekonomi. Oleh karena itu, perlu pembatasan sumber
keuangan partai politik untuk mencegah penyalahgunaan uang demi kepentingan politik
(money politic). Keterbukaan partai politik dalam hal keuangan merupakan informasi yang
penting bagi warga negara untuk menilai dan memutuskan dukungannya terhadap partai
politik.
Akuntabilitas yang tinggi dapat meminimalisasi kecurigaan penyalahgunaan dana
dan mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk menciptakan good political party
governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilihan
umum. Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan system pelaporan dana
kampanye secara transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang
perwujudan pelaksanaan pemilu yang bersih dalam rangka membangun demokrasi
berkredibilitas di mana dapat menciptakan kepercayaan publik untuk pemerintah dan
pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.
Dalam kenyataannya sulit sekali untuk melepaskan pengaruh kelompok
kepentingan dari partai politik karena justru sifat dari partai politik itu yang hidup dari
dukungan masyarakat. Kelangsungan hidup partai politik sangat tergantung pada
sumbangan yang diterimanya, baik dari anggotanya sendiri maupun dari simpatisannya.
Sangat mudah bagi kelompok kepentingan untuk mempengaruhi partai politik melalui
"sumbangan” yang diberikannya. Dengan demikian, cara terbaik untuk memastikan bahwa
sebuah partai politik tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu
adalah dengan membatasi sumber dana yang boleh diterimanya, menciptakan system yang
transparan dan bertanggung gugat dalam hal pencatatan mengenai sumber dana tersebut.
Seluruh dana harus tercatat lengkap dengan identitas penyumbang. Sumbangan-
sumbangan ini termasuk yang berbentuk natura, nilai setara kasnya harus di laporkan dalam
laporan keuangan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam partai politik adalah cara partai
tersebut mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Pada dasarmya pemilih akan memilih
partai politik tertentu dengan melihat apa yang dapat mewakili aspirasinya. Namun, sering
kali menjadi "virus mematikan" bagi kelangsungan demokrasi yang sehat, jujur dan adil
adanya praktik politik uang. Politik uang dengan memberikan uang kepada pemilih atau
tokoh-tokoh masyarakat untuk memilih atau mengarahkan pilihannya kepada salah satu
partai politik karena uang yang diberikan bukan karena aspirasinya dapat terwakili oleh
partai politik tersebut. Praktik ini juga tidak hanya terjadi pada saat pemilu, melaikan juga
dapat terjadi pasca-pemilu, yaitu saat proses politik di dalam gedung Dewan Legislatif.
Untuk memengaruhi keputusan politik dari anggota dewan agar mendukung suatu
keputusan tertentu melalui "transaksi-transaksi politik” berupa pemberian sejumlah uang
maupun jabatan politik di pemerintahan. Praktik ini disebut dengan" politik dagang sapi".
Contoh kasus nyata, adalah adanya dugaan praktik suap pada pemilihan Deputi Gubernur
Bank Indonesia yang melibatkan puluhan anggota dewan periode 2004-2009, yang kini
kasusnya tengah ditangani oleh KPK. Praktik politik ini harus dilarang dan dicegah. Untuk
itu, maka pengeluaran keuangan partai politik harus dicatat serinci mungkin dan harus
dilaporkan dalam laporan keuangan.
Partai politik juga sering memanfaatkan fasilitas public untuk keuntungan
partainya. Hal ini kemungkinan besar terjadi pada partai politik yang memegang kekuasaan
pemerintahan. Fasilitas-fasilitas pemerintah misalnya kendaraan, biaya transportasi, biaya
komunikasi, biaya perjalanan , dan lain-lain, yang seharusnya untuk melakukan pelayanan
publik, sering kali dipakai juga oleh partai politik untuk urusan-urusan partai. Hal ini harus
dilarang, dan untuk itu maka laporan keuangan partai politik harus memisahkan dengan
jelas mana dana-dana yang didapat dari fasilitas publik dan mana yang berasal dari dirinya
sendiri.
Berdasarkan gambaran diatas, jelas bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang
demokratis salah satunya adalah dengan menerapkan mekanisme akuntabilitas publik pada
partai politik. Akuntabilitas publik tersebut dilakukan melalui kewajiban partai politik
untuk mampu menyusun laporan keuangan partai politik dan laporan dana kampanye
sesuai dangan standar akuntansi dan aturan perundang-undangan yang berlaku, serta
mudah diakses oleh publik. Untuk dapat menyusun laporan keuangan yang andal dan
relevan diperlukan sistem dan prosedur akuntansi yang baik. Sistem dan prosedur
akuntansi yang baik memerlukan standar akuntansi yang sesuai dengan karakteristik
organisasi politik.

C. PERAN DAN FUNGSI AKUNTANSI DALAM LINGKUNGAN PARTAI POLITIK


Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu peranan dan fungi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak eksternal
partai politik. Pembagian dalam kedua kelompok tersebut juga menggambarkan pengguna
dari informasi akuntansi.
 Pihak Internal
1. Ketua Partai Politik. Ketua partai politik menggunakan akuntansi untuk menyusun
perencanaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha memenuhi tujuan,
dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan. Keputusan yang
diambil harus herdasarkan informasi akuntansi, seperti menentukan peralatan apa
yang sebaiknya dibeli, berapa persediaan ATK yang harus ada di bagian
perlengkapan, dan lain-lain.
2. Staf. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan
kegiatan dan pelaporan keuangan partai politik. Staf juga tertarik dengan informasi
yang memungkinkan untuk menilai kemampuan organisasinya dalam
melaksanakan administrasi keungan ditingkat partai politik sebagai cermin
akuntabilitas public dan miniature pelaksanaan administrasi public di tingkat lokal
atau nasional.
3. Anggota. Perbedaan anggota dengan staf adalah sifat keaktifannya dalam partai
politik. Staf merupakan anggota partai politik yang ikut mengurusi operasionalisasi
partai politik. Staf merupakan bagian dari struktur pengurus partai politik.
Sedangkan, anggota adalah orang yang menjadi bagian dan pendukung partai
politik, tetapi belum tentu masuk menjadi pengurus partai politik. Jadi, staf sudah
pasti menjadi anggota partai politik, sementara anggota belum tentu menjadi staf
partai politik
 Pihak Eksternal
1. Donatur. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusan dan
kredibilitas partai politik untuk menjalankan program-program pencerdasan
masyarakat secara politik. Para donatur juga ingin mengetahui laporan keuangan
atas dana yang telah diberikan untuk partai politik.
2. Supplier / Pemasok /Kerditur. Supplier atau kreditur tertarik dengan informasi
akuntansi yang memungkinkannya untuk memutuskan apakah jumlah yang
terhutang akan dapat dibayar oleh partai politik pada saat jatuh tempo.
3. Konstituen / Basis Massa. Adanya laporan keuangan partai Politik yang transparan
dan akuntabel akan mengundang simpati masyarakt, dan akan dapat menepis isu
miring bahwa partai politik hanya aktif sewaktu pemilu dan setelah pemilu kembali
melupakan rakyat.
4. Badan Pemeriksan Keuangan ( BPK). BPK berkepentingan untuk memeriksa
(mengaudit laporan pertanggung jawaban partai politik atas penggunaan dana
bantuan keunangan dari pemerintah (pusat dan daerah) sebagaimana amanat dari
PP Nomor 05 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2).
5. Pemerintah (Pusat dan Daerah). Pemerintah pusat dan daerah berkepentingan untu
menerima laporan pertanggungjiawaban partai politik yang telah diaudit oleh BPK
atas penggunaan dana bantuan keuangan dari APBN dan APBD
D. TINJAUAN TERHADAP PSAK NOMOR 45 DAN KEBUTUHAN STANDAR
AKUNTANSI UNTUK PARTAI POLITIK
Standarisasi Akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai politik, akan
memberikan informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana,
kecakapannya mengelola dana, dan tertib pembelanjaannya. Pencatatan keuangan yang
transparan akan memberikan gambaran kepada publik tentang kualitas dan komitmen
partai tersebut dalam upaya bersama mencegah terjadinya taktik poitik uang (money
politik). Laporan keuangan juga akan memberikan gambaran apakah partai tersebut telah
menjalankan mandat rakyat (konstituen) yang memilihnya, atau lebih oleh orang atau
kelompok kepentingan yang memberikan sumbangan besar kepada partai tersebut.
Organisasi partai politik merupakan organisasi yang tidak bermotif untuk mencari
laba dan bertujuan untuk memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan secara konstitusional, maka
partai politik termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Kebanyakan organisasi nirlaba
menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai ukuran keberhasilannya, seperti jumlah
dana sumbangan yang diperoleh, pertumbuhan jumlah anggota, jumlah pengunjung,
jumlah orang yang tersembunyi, dan biaya overhead yang mampu diminimalisasikannya
(Bastian, 2007). Untuk itu perlakuan akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu
pada PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. Laporan keuangan
yang dihasilkan oleh PSAK Nomor 45 antara lain sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Kegiatan
3. Laporan Perubahan dalam Aset Neto / Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Namun, berdasarkan PP Nomor 05 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Partai
Poltik Pasal 14 mensyaratkan kepada partai politik untuk menyusun dan menyerahkan
laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana bantuan keuangan tersebut dan telah
diaudit oleh BPK. Begitu juga menurut Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Partai Politik Peserta Pemilu Anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten / Kota, serta Calon Anggota DPD Tahun 2009 Pasal 3 ayat
(1) menyatakan bahwa "Laporan dana kampanye partai politik tahun 2009 merupakan
bagian dari laporan keuangan partai politik ...”. Sebenarnya, kedua laporan tersebut
merupakan bagian dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan partai politik.
Namun, kedua laporan tersebut merupakan amanat aturan perundang-undangan yang
bersifat mengikat dan harus dilaksanakan oleh partai politk. Jika tidak dilaksanakan partai
politik akan terkena sanksi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa PSAK Nomor 45 belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan partai politik.
Selama ini ada tiga pendapat terkait enerapan PSAK No. 45 masih bisa dipakai
sebagai tandar akuntansi keuangan partai politik (Hafild, 2008).
1. PSAK Nomor 45 masih bias dipakai sebagai standar akuntansi keungan partai
politik, karena karakter partai politik mirip dengan karakter organisasi nirlaaba.
Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan lapora keuangan atau pedoman audit
keungan partai politik untuk melengkapi PSAK No. 45 tersebut.
2. Standar akuntansi keuangan khusus partai politik tidak perlu dibuat tetapi dapat
melakukan modifikasi PSAK Nomor 45, sehingga memenuhi kebutuhan
transparabsi dan akuntabilitas keuangan partai politik. Modifikasi kelengkapan
dengan pedoman pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.
3. Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini karena
karena karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba.
Partai politik memerlukan suatu standar akuntansi khusus partai politik. Perbedaan
karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan bentuk laporan
keuangan dan pengukuran- pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan
keuangan.
Ketiga pendapat diatas pada umumnya sepakat bahwa terdapat perbedaan antara
ppartai politik dengan organisasi nirlaba. Perbedaan tersebut memerlukan adanya
upaya untuk melengkapi atau memodifikasi atau membuat baru standar akuntansi yang
selama ini dijadikan acuan. Tentu, pendapat mana yang akan dipilih bukanlah perkara
mudah dan cepat, karena banyak pihak yang berkepentingan di dalamnya. IAI selaku
otoritas yang berwenang menyusun dan menerbitkan standar akuntansi di Indonesia
perlu segera menkaji dan menentukan solusi terbaik terkait permasalahan ini.
Perbedaan karakteristik antara organisasi nirlaba dengan partai politik.
Organisasi Nirlaba Partai Politik
UU yayasan UU partai politik dan UU pemilu
Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang
Tidak ada batasan maksimal jumlah Ada batasan maksimum jumlah
sumbangan sumbangan
Tidak ada kewajiban melaporkan daftar Daftar penyumbang wajib dilaporkan
penyumbang (terutama individu)
Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan Hasil kegiatan berupa kekuasaan politik
untuk kepentingan umum
Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai Akuntabilitas berupa bersih dari politik
dengan tujuan organisasi dan uang, kepatuhan pada hokum dan posisi
manajemen yang baik politik sesuai janji kepada rakyat
Kinerjanya dinilai dari rasio biaya Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan
terhadap kualitas jasa dan jasa atau jumlah suara yang didapatkanya dalam
produk social yang dihasilkan pemilu
Kecuali untuk ormas, pada umumnya Merupakan organisasi public sehingga
organisasi nirlaba bukan merupakan kebutuhan public untuk menilai kinerja
organisasi public sehingga kebutuhan partai politik lebih besar disbanding
public untuk menilai kinerjanya lebih organisasi nirlaba lainnya
kecil disbanding partai politik
II. AKUNTANSI UNTUK ORGANISASI NON PEMERINTAH: STUDI LSM DI
INDONESIA

Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. LSM
termasuk dalam Organisasi Non Pemerintah (ORNOP) atau Non-Governmental Organization
(NGO).Contoh LSM yang sudah besar di Indonesia: Indonesia Corruption Watch (ICW), Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), YLKI (Yayasan Layanan Konsumen Indonesia),
dll.

Topik tentang masalah akuntabilitas LSM kalah populer dan sepertinya kurang bermakna
dibanding dengan pembicaraan tentang masalah hak asasi manusia, hak perempuan, hak anak,
demokrasi, lingkungan, korupsi dan advokasi kebijakan publik lainnya. Diasumsikan ada sejumlah
faktor yang mendasariya, antara lain:

1. LSM belum melihat urgensi tuntutan terhadap akuntabilitas keberadaan mereka;


2. Keyakinan bahwa issu akuntabilitas adalah kepentingan pihak luar yang merasa terancam
oleh gerakan LSM (pemerintah atau kekuatan politik lainnya);
3. Pandangan bahwa akuntabilitas merupakan pesanan lembaga donor atau kepentingan
institusi global lainnya yang patut dicurigai;
4. Penolakan terhadap segala upaya regulasi dan kooptasi dari pihak luar terhadap LSM;
5. Kekhawatiran akan mengganggu independensi/kebebasan dan kemandirian LSM sehingga
berdampak terhadap gerakan sosial yang diperjuangkan dan
6. Kemungkinan hanya semata ketidakpedulian atau tidak mau terganggu kenyamanan
perilaku atau budaya organisasi yang telah institusionalized. Pembicaraan tentang
akuntabilitas selama ini kurang bergema dikalangan LSM, mungkin karena adanya sikap
defensif terhadap ancaman politis langsung atau sedang memenuhi kebutuhan yang
mendesak.

FUNGSI LSM :
1. Motivator : memberi motivasi, menggali potensi, mengembangkan kesadaran masyarakat
pada masalah di lingkungan
2. Komunikator : mengamati, merekam, menyalurkan aspirasi, mengawasi program
pembangunan msy, memberi penyuluhan, melancarkan kerjasama antar LSM yg memiliki
tujuan sama dlm msy
3. Dinamisator : LSM bertugas merilis strategi, program, inovasi2
4. Fasilitator : Memberi bantuan teknis

Faktor-Faktor Penunjang Peran LSM

1. Sumber daya manusia (SDM)


SDM yang dimiliki oleh sebuah LSM tidak lain adalah staf atau relawan. Factor SDM
sangat penting karena SDM merupakan unsur inti dari suatu organisasi.
2. Material/bahan
Material sangat krusial bagi terselenggaranya implementasi program LSM.
3. Dana
Suatu organisasi tidak mungkin mencapai tujuannya jika tidak mempunyai sumber daya
berupa dana yang sangat diperlukan untuk membelanjai operasi-operasinya.
4. Peralatan/teknologi
Teknologi yang semakin canggih ditandai dengan konsumsi energy yang besar dan
merusak ekologi.

Pengelolaan Keuangan LSM

Setelah mendirikan LSM, perlu juga dipikirkan tentang pendanaan. Pendanaan LSM bisa berasal
dari beberapa sumber, yaitu sumbangan masyarakat (filantropi), APBD/APBN, lembaga donor
lokal (seperti Yayasan Tifa), lembaga donor internasional (seperti Ford Foundation, dll), lembaga
pembangunan internasional (seperti agen-agen PBB, ADB, World Bank, DFID, dll), pemerintah
luar negeri (seperti USAID, NORAD, GTZ, AUSAID, dll), LSM/NGO internasional melalui
kerjasama program/proyek (seperti Green Peace, Care, Save the Children, OXFAM, dll), atau
melalui sayap usaha/ekonomi LSM itu sendiri (namun bagi LSM yang baru berdiri jarang yang
memiliki unit fundrising ini).
Catatan untuk sumber dana LSM diatas adalah; LSM-LSM memiliki prinsip tersendiri dalam
memilih sumber dana ini. Ada yang sangat menolak namun ada juga yang bisa menerima. Ada
yang anti dengan World Bank atau lembaga sejenis dengan alasan penyebab ketimpangan
pembangunan global karena hutang yang dipinjamkannya, tapi ada juga yang menerima jika dana
yang akan digunakan adalah dana hibah. Ada yang menolak dana dari APBN/APBD karena
khawatir independensi dalam mengkritik pemerintah menjadi terpengaruh, namun ada juga yang
menerima karena menganggap APBD/APBN adalah uang rakyat sehingga sah-sah saja digunakan
untuk pembangunan masyarakat oleh LSM.

Ada yang menolak LSM memiliki unit usaha sendiri karena LSM bukanlah organisasi profit,
namun ada juga yang menerima sepanjang keuntungan dari unit usaha itu bukan untuk dibagi-
bagikan sebagai penghasilan pendiri atau pengurusnya namun untuk membiayai program dan
operasional LSM itu sendiri. Ada yang menolak dana dari pihak asing (NGO atau pemerintah
asing) karena khawatir intervensi dan menjual kepentingan nasional, namun juga ada yang
menerima karena isu menjual kepentingan nasional itu sengaja dihembuskan oleh pemerintah atau
pihak-pihak yang diawasi atau disorot oleh LSM yang menerima dana asing itu. Dan masih banyak
alasan-alasan lainnya yang lebih spesifik, tergantung persepsi dan pendapat yang dipegang LSM
itu sendiri.

SISTEM AKUNTANSI LSM

Perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan LSM mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang
Standar Akuntansi untuk Entitas Nirlaba seperti halnya pada Akuntansi Partai Politik. LSM
menyelenggarakan pembukuan terpadu berdasarkan peraturan tata buku yang berlaku. Pembukuan
keuangan LSM diperiksa oleh peninjau organisasi dan pemberi dana. Sementara itu, kewenangan
penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan dana serta pembukuan keuangan LSM
diselenggarakan oleh pelaku oganisasi LSM ditentukan oleh badan penyandang dana berdasarkan
status LSM yang dimaksud. Rencana anggaran LSM, setelah disepakati oleh personel LSM,
siusulkan kepada lembaga donor untuk disetujui menjadi sebuah program atau proyek LSM.

Pada umumnya, siklus akuntansi organisasi nirlaba termasuk LSM, dikelompokkan dalam tiga
tahap yaitu:
1. Tahap pencatatan, terdiri dari kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk
transaksi dan buku pencatatan, kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku jurnal,
dan memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok ke dalam buku besar.
2. Tahap pengikhtisaran, terdiri dari penyusunan neraca saldo berdasarkan akun-akun buku
besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian, penyusunan kertas kerja, pembuatan ayat
jurnal penutup, membuat neraca saldo setelah penutupan, membuat ayat jurnal pembalik.
3. Tahap pelaporan, yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (Laporan Aktivitas).

Tahap Pencatatan Tahap Pengikhtisaran

Tahap Pelaporan

Sedangkan Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna
untuk pengambil keputusan, disamping untuk menunjukkan akuntabilitas organisasi terhadap
sumber daya terpercaya dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya


kauangan.
2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM mendanai aktivitasnya dan
memenuhi persyaratan kasnya.
3. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM
untuk mendanai aktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban serta komitmennya.
4. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan
di dalamnya.
5. Menyediakan informasi yang menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
organisasi LSM dari segi biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
LAPORAN KEUANGAN LSM

Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis laporan keuangan sebagai
berikut:

1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan

2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan

3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan

4. Catatan atas laporan keuangan

Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba
mirip dengan organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal utama, yaitu:

1. Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa keunikan bila
dibandingkan dengan komponen laporan keuangan organisasi bisnis. Hal ini akan
dijelaskan pada bagian berikutnya.
2. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat dianalogikan
dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi umumnya terletak
pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis dalam satu periode.
Sementara itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak pada perubahan aset neto
yang dikelola oleh organisasi nirlaba.
3. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana layaknya
organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki oleh entitas
manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan aset neto yang akan
disajikan pada laporan aktivitas.

JENIS DAN KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA

Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi (1) laporan posisi keuangan pada akhir periode
laporan, (2) laporan aktivitas serta (3) laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan (4)
catatan atas laporan keuangan.
1. Laporan Posisi Keuangan / Neraca

Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset, kewajiban, dan aset bersih dan
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini
dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk
menilai:

a. kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan

b. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, serta kebutuhan


pendanaan eksternal.

Aset Bersih Pada Laporan Posisi Keuangan LSM

Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan
barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aset bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat
organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, serta
dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan
organisasi.

Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu maupun penggunaan,
ataupun keduanya. Contoh pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap (1) sumbangan berupa
aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode
tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan ini
dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat temporer atau disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan.

Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan terhadap (1) aset seperti tanah atau
karya seni yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau
(2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen.
Kedua jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih
yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan.
2. Laporan Aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan
peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa
lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1)
pendapatan, (2) beban, (3) gains and losses, dan (4) reklasifikasi aset bersih. Seluruh perubahan
aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan.

Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu para stakeholders untuk:

a. mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode,


b. menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa, dan
c. menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Secara umum, ketentuan dalam Laporan Aktivitas adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
b. Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat.
c. Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat, terikat permanen,
atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
d. Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode
yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat
sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
e. Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain diakui sebagai
penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
f. Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah klasifikasi aset bersih sekiranya
diperlukan. Klasifikasi ini bisa dilakukan menurut kelompok operasi atau non-operasi,
dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi,
berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain yang sesuai dengan aktivitas organisasi.

3. Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi penerimaan dan pengeluaran kas pada
laporan arus kas organisasi nirlaba, sama dengan yang ada pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas
dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan laporan arus
kas pun bisa menggunakan metode langsung (direct method) maupun metode tidak langsung
(indirect method).

Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa, sumbangan, dan dari
perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar yang berdampak pada kas. Sementara itu, arus
kas dari aktivitas investasi biasanya mencatat dampak perubahan aset tetap terhadap kas, misal
karena pembelian peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan
berasal dari penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang;
penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk
perolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment),
atau dari hasil investasi yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.

Semetara itu, ada kalanya organisasi nirlaba melakukan transaksi yang mengakibatkan perubahan
pada komponen posisi keuangan, namun perubahan tersebut tidak mengakibatkan kas. Misalnya,
adanya pembelian kendaraan operasional dengan utang, sumbangan berupa bangunan atau aset
investasi lainnya. Transaksi sejenis ini (yang tidak mengakibatkan adanya perubahan kas) harus
diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai