Anda di halaman 1dari 29

OM SWASTYASTU

LEMBAGA PERKREDITAN
DESA (LPD)
MADE RUDANI INDIRA DEWI
NIM: 1515251021
POKOK BAHASAN

Sejarah
Pengertian LPD Fungsi LPD Tujuan LPD
Terbentuknya LPD

Kegiatan Faktor Yang


Lapangan Usaha Modal LPD Organisasi LPD Mendukung
LPD Keberhasilan LPD

Perbedaan LPD
dengan Lembaga
Keuangan Lainnya
SEJARAH TERBENTUKNYA LPD
Gubernur Bali saat itu Yth, Bapak Prof.Dr. Ida Bagus Mantra, putra
Bali asli yang memang sangat konsen memperhatikan adat dan
budaya Bali, memiliki ide yang sangat cemerlang khususnya untuk
mempertahankan sekaligus melestarikan Kahyangan Tiga
dengan membentukan lembaga keuangan sebagai salah satu
sumber bagi masyarakat Desa Adat yaitu Lembaga Perkreditan
Desa (LPD).

Lembaga ini dibentuk setelah mengikuti seminar yang telah


diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri yang bertajuk Seminar
Kredit Pedesaan di Semarang pada tanggal 20-21 Februari 1984.

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan salah satu lembaga keuangan milik Desa
Pekraman, yang menjalankan salah satu fungsi keuangan Desa Pakraman yaitu
mengelola sumber daya keuangan milik Desa Pakraman, dalam bentuk simpan
pinjam, untuk keperluan pembiayaan kehidupan anggota masyarakat Desa
Pakraman, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dalam rangka
pengembangan fungsi-fungsi sosio-kultural dan keagamaan masyarakat Desa
Pakraman.
Dari landasan tersebut maka Pemerintah Daerah Bali menetapkan
Keputusan Gubernur Nomor: 972 Tahun 1984, tanggal 01 November
1984 tentang Pendirian LPD (Lembaga Perkreditan Desa). Untuk
operasional pertama kalinya LPD dilaksanakan tahun 1985 dengan
Keputusan Gubernur Nomor: 1A Tahun 1985, tanggal 02 Januari 1985
berdasarkan anggaran 1984/1986 sebanyak 8 LPD di seluruh
Kabupaten di Bali yakni:

1. LPD Lukluk Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung,


2. LPD Buahan Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan,
3. LPD Ekasari Kecamatan Melaya Kabupaten Negara,
4. LPD Julah Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng,
5. LPD Selulung Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem,
6. LPD Penasan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung,
7. LPD Kubu Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli, dan
8. LPD Manukaya Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar.
PENGERTIAN, FUNGSI DAN
TUJUAN LPD
PENGERTIAN LPD
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah lembaga ekonomi desa yang
dipergunakan untuk penitipan dan penukaran uang di pedesaan.
Sehingga pada dasarnya LPD berfungsi sebagai pengumpulan dana,
pemberi kredit, dan menjadi perantara didalam lalu lintas pembayaran
pada umumnya dan merupakan sumber pembiayaan pembangunan di
wilayah desa adat yang ada di Bali.

Berdasarkan Pasal 2 angka 1 Perda LPD No. 8/2002,


menyatakan bahwa LPD merupakan badan usaha
keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan usaha di
lingkungan desa dan untuk krama desa.
LANDASAN HUKUM LPD
Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Peraturan Gubernur Nomor 16
Bali (Gubernur) Nomor 972 Tahun Tahun 2008 tentang Pengurus
1984 mencetuskan gagasan dan Pengawas Internal Lembaga
pembentukan Lembaga Perkreditan Perkreditan Desa.
Desa (LPD) pada setiap desa adat.
Keputusan Gubernur Bali Nomor
Peraturan Daerah Propinsi Daerah 11/01-C/HK/2008 tentang
Tingkat I Bali Nomor 02 Tahun 1988 Pembentukan Badan Pembina
tentang Lembaga Perkreditan Desa. Umum LPD Provinsi Bali.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Keputusan Gubernur Bali Nomor
Nomor 04 Tahun 2012 tentang 1499/01-C/HK/2008 tentang
Lembaga Perkreditan Desa. Status dan Tugas-tugas Pembina
Peraturan Daerah Provinsi Bali Lembaga Perkreditan Desa
Nomor 03 Tahun 2007 tentang Provinsi (PLPDP) Bali dan PLPDK.
Perubahan Atas Peraturan Daerah
Provinsi Bali Nomor 08 Tahun 2002
tentang Lembaga Perkreditan Desa.
FUNGSI LPD
Fungsi LPD didirikan sesuai Perda Tingkat I Bali
Nomor 2 Tahun 1988 menyebutkan dalam pasal
3 bahwa:
LPD adalah salah satu lembaga desa yang merupakan unit
operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang
berupa uang atau surat-surat berharga lainnya.

Pendayagunaan LPD diarahkan kepada usaha-usaha peningkatan


taraf hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.
TUJUAN LPD
Menurut Keputusan Kepala Daerah Menurut Peraturan Daerah Propinsi
Tingkat I Bali (Gubernur) Nomor 972 Daerah Tingkat I Bali Nomor 02 Tahun
Tahun 1984 1988

Memberantas ijon, gadai gelap Mendorong pembangunan ekonomi


dan lain-lain. masyarakat desa melalui tabungan
yang terarah serta menyalurkan modal
Meningkatkan daya beli
yang efektif.
masyarakat desa.
Membrantas ijon, gadai gelap, dan
Melancarkan lalu lintas
lain-lain yang dipersamakan dengan
pembayaran dan pertukaran di
itu.
desa.
Menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha bagi warga
desa dan tenaga kerja di pedesaan.
Meningkatkan daya beli dan
melancarkan lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang di desa.
KEGIATAN LAPANGAN USAHA LPD
Menurut Pasal 7 ayat (1) Perda LPD No. 8/2002 berkaitan dengan
lapangan usaha yang dijalankan oleh LPD. Lapangan usaha LPD
mencakup:
1. Menerima dan menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk
keuangan dan deposito;
2. Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa;
3. Menerima pinjaman dari lembagalembaga keuangan maksimum
sebesar 100% dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba
ditahan, kecuali batasan lainnya dalam jumlah pinjaman atau
dukungan/bantuan dana;
4. Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada BPD dengan imbalan
bunga bersaing dan pelayanan yang memadai.
Pada prinsipnya, kegiatan usaha LPD dapat digolongkan
dalam 4 (empat) bagian. Adapun kegiatan usaha dari
LPD, yaitu:

Mengolah pinjaman mulai dari permohonan, persetujuan, sampai pada penyiapan dan
penandatanganan surat perjanjian pinjam meminjam;

Menerima uang baik dari nasabah (penerimaan angsuran pokok, tabungan, bunga
pinjaman, dan simpanan berjangka) maupun dari pihak lain (misalnya pinjaman dari LPD
lain);

Mengeluarkan uang untuk pemberian pinjaman pencairan tabungan dan simpanan


berjangka, pelunasan pinjaman yang diterima, pembayaran biaya (misalnya bunga
simpanan berjangka dan biaya sehari-hari). Pembayaran tabungan dari bunga
simpanan berjangka dapat dilakukan di rumah nasabah oleh petugas keliling;

Memberikan jasa perbankan lain kepada nasabah, misalnya pembayaran tagihan listrik.
LPD dapat menerima dari nasabah secara tunai atau dengan pemindahbukuan
tabungan.
MODAL LPD
Sumber permodalan bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ditentukan
berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984
disebutkan dalam pasal 8 adalah:
1. Modal pertama LPD berjumlah Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) yang
bersumber dari APBD Propinsi Daerah Tingkat I Bali sebagai kredit investasi
dengan jangka waktu 5-10 tahun.
2. Modal LPD dalam perkembangan lebih lanjut terdiri pemupukan modal,
pemanfaatan tabungan, nasabah dan pinjaman.

Lebih lanjut dijelaskan pada Perda Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1988
dalam pasal 6 bahwa modal terdiri dari:
1. Swadaya masyarakat sendiri dan atau iuran krama desa.
2. Bantuan pemerintah.
3. Modal LPD dalam perkembangan lebih lanjut terdiri dari
pemupukan modal, pemanfaatan tabungan nasabah dan
pinjaman.
ORGANISASI LPD
Petugas
Ketua Kasir
Adminitrasi

1. Mengordinasi kegiatan
operasional harian LPD. 1. Petugas administrasi Kasir bertugas
2. Pembuatan perjanjian melakukan tugas- mencatat aliran
kontrak dengan tugas administrasi, dana.
nasabah. baik administasi
3. Bertanggung jawab umum maupun tata
pada desa adat buku.
melalui pemimpinnya 2. Bertanggung jawab
(Dewan Pengawas kepada ketua LPD.
LPD). 3. Menyusun laporan
4. Menyusun rencana neraca dan
kegiatan dan laporan
anggaran. pendapatan.
5. Memformulasikan 4. Serta mengelola
kebijakan LPD. arsip.
PENGAWASAN LPD
A. Kewenangan pengawasan LPD oleh badan pengawas internal
Tingkat efektifitas pengawasan internal sangat menentukan tingkat kesehatan dan
keamanan LPD itu sendiri. Pasal 1 angka 13 Perda LPD No. 4/2012 mengatur
mengenai definisi dari pengawas internal. Pasal 1 angka 13 Perda LPD No. 4/2012,
menyatakan bahwa: Pengawas internal adalah badan pengawas yang dibentuk
oleh desa pakraman bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
LPD.
Tanggung jawab utama untuk pengawasan internal terletak di pundak badan
pengawas internal. Sebelum Perda LPD mengalami perubahan, pengawasan
internal LPD diatur dalam Pasal 12 Perda LPD No. 8/2002. Pasal 12 Perda LPD No.
8/2002, menyatakan bahwa:
1. Pengawas terdiri dari Ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota;
2. Ketua dijabat oleh Bendesa karena jabatannya;
3. Ketua Pengawas dari LPD yang dibentuk berdasarkan Pasal 4, dijabat secara
bergilir diantara Bendesa berdasarkan kesepakatan;
4. Anggota Pengawas dipilih oleh Krama Desa;
5. Ketua dan Anggota Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pengurus.
B. Kewenangan Pengawasan LPD oleh Badan Pengawas Eksternal
Untuk pertama kalinya, pengawasan eksternal LPD diatur dalam Perda
LPD, yaitu Perda LPD No. 8 /2002 yang diundangkan pada tanggal 16
September 2002. Pasal 18 Perda LPD No. 8/2002, menentukan bahwa:
Pengawasan eksternal LPD dilakukan oleh Gubernur.
Ketentuan dalam Perda LPD No. 8/2002 memberikan pemahaman
bahwa pemerintah Provinsi Bali memberikan kewenangan atribusi
kepada Gubernur Bali untuk melakukan kegiatan pengawasan
eksternal LPD. Namun penjelasan dari Pasal 18 Perda LPD No. 8/2002,
menyatakan bahwa: Gubernur melimpahkan tugas pengawasan
kepada BPD.

Keputusan Gubernur Bali No. 95/01-C/HK/2003, mencantumkan 3 (tiga) point penting


sehubungan dengan pelimpahan wewenang pengawasan ekternal. Ketiga point
penting tersebut, antara lain:
1. Melimpahkan wewenang pengawasan LPD di Provinsi Bali kepada BPD Bali;
2. BPD Bali wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud diktum
Pertama kepada Gubernur Bali setiap 6 (enam) bulan;
3. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu 12 Maret 2003.
FAKTOR YANG MENDUKUNG
KEBERHASILAN LPD
Sebagai lembaga perekonomian rakyat yang berbasis
masyarakat hukum adat di Bali. Ada beberapa factor-faktor
pendukung keberhasilan Lembaga Perkreditan Desa (LPD),
antara lain:

Sinergi antara
Produk yang
Sumber Daya
Dikeluarkan oleh
Manusia (SDM) Faktor Pertumbuhan Pembangunan
Suatu LPD Diterima
dengan dasar filosfis Ekonomi Pariwisata
oleh Masyarakat
konsep Tri Hita
Desa Pakraman
Karana
Perbedaan LPD dengan
Lembaga Keuangan Lainnya
LPD BPR

Dalam Pasal 13 huruf A Undang-undang No.7 tentang Perbankan, ditentukan


bahwa BPR dalam usahanya bertugas menghimpun dana masyarakat. LPD dalam
cakupannya hanya melayani masyarakat dari desa pakraman tempat dimana
LPD tersebut berada, dan tidak melayani masyarakat diluar desa pakraman.
LPD sebagai lembaga keuangan yang melayani masyarakat desa pakraman
mengalokasikan keuntungan atau profit dari kegiatannya untuk kepentingan dari
masyarakat desa pakraman yang bersangkutan Sedangkan BPR adalah lembaga
yang dalam berkegiatannya memiliki cangkupan yakni masyarakat umum,
dimana keuntungan yang diperoleh dari kegiatan keuangan yang telah
diselenggarakan menganut unsur profit dalam perbankan.
LPD menggunakan dasar hukum Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 1 angka 12 dan Pasal 2 ayat 9. Sedangkan
BPR menggunakan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai
dasar hukumnya.
LPD BANK

LPD sebagai lembaga keuangan komunitas desa pakraman


menggunakan Pasal 18A dan Pasal 18B Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar konstitusinya, sedangkan
Bank berpedoman Pasal 23D, dan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar konstitusinya.
LPD menggunakan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, sedangkan Bank menggunakan Undang-undang
No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai dasar hukumnya.
Sifat keanggotaan LPD adalah tertutup dan yang boleh menjadi anggota
hanyalah warga masyarakat desa pakraman sedangkan Bank sifat
keanggotaannya adalah umum siapapun berhak menjadi anggota
dengan berdasarkan atas pilihan dari pemegang saham.
LPD LKM

Lembaga Keuangan Mikro selanjutnya disebut LKM, menggunnakan dasar


konstitusional yakni Pasal 33 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Sedangkan LPD menggunakan Pasal 18A dan Pasal 18B Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusionalnya.
LKM didirikan dengan motif untuk menunjang kebutuhan usaha kecil menengah dari
masyarakat dengan memberikan pinjaman dengan transaksi-transaksi kecil dan
jangka pendek agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat, sedangkan motif pendirian LPD adalah memelihara kebudayaan yang
ada di Bali serta sebagai sarana untuk mensejahterakan masyarakat desa
pakraman.
Kepemilikan LKM dapat dimiliki oleh siapapun bagi seluruh warga negara indonesia
dan badan usaha milik desa/kelurahan serta pemerintah daerah kabupaten/kota
dan atau koperasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-undang No.1 Tahun
2013. Berbeda dengan LPD yang berperan sebagai lembaga komunitas desa
pakraman yang kepemilikannya hanya diperuntukan bagi seluruh masyarakat desa
pakraman.
LPD KOPERASI

Koperasi sama seperti lembaga keuangan lainnya menggunakan pasal 33 Undang-


undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstutusionalnya, dan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya sudah jelas
berbeda dengan LPD yang menggunakan Pasal 18A dan Pasal 18B Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstitusionalnya.
Koperasi didirikan dengan tujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya
kemudian masyarakat pada umumnya, sedangkan LPD mengemban tujuan
memelihara kebudayaan yang ada di Bali serta sebagai sarana untuk
mensejahterakan masyarakat desa pakraman.
Keanggotaan Koperasi bersifat umum dan setiap warga negara Indonesia yang
mampu melaksanakan tindakan hukum dan dapat bertanggung jawab dapat
menjadi anggota Koperasi, berbeda dengan LPD yang keanggotaannya
mencakup seluruh masyarakat desa pakraman.
KESIMPULAN
Berdasarkan Pasal 2 angka 1 Perda LPD No. 8/2002, menyatakan
bahwa LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa yang
melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk
krama desa. Ketentuan dalam Pasal 2 angka 1 Perda LPD No.
8/2002 menunjukkan bahwa LPD merupakan suatu bentuk
lembaga ekonomi, yang oleh Perda diakui dan dikukuhkan dalam
status hukum sebagai suatu bentuk badan usaha keuangan.
Bentuk badan usaha keuangan LPD bersifat khusus karena hanya
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam wilayah desa
pakraman.
OM SHANTI SHANTI SHANTI
OM

Anda mungkin juga menyukai