Disusun oleh:
Akbellia Radhwa Budiarto
akbellia@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era reformasi tahun 1999 diterbitkan UU 22/1999 (pasal 108) – penerbitan
peraturan ini merupakan solusi perubahan dari Pemerintah - yaitu mendorong
pembentukan badan usaha atau lembaga yang digunakan untuk mengelola sumber
dayanya secara efisien. Lalu diperjelas oleh PP 72/2005 (pasal 78 ayat 1) yang
menyatakan bahwa “Dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan desa,
Pemerintahan Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa” karena desa perlu
suatu lembaga untuk mengelola potensinya untuk meningkatkan perekonomian,
kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat desa. Pembentukan BUMDes juga
diamanatkan dalam UU 6/2014 tentang Desa.
Ketimpangan dalam pelaksanaannya dan hasil yang tidak merata tidak bisa
lepas dari perkembangan program BUMDes. Banyak BUMDes yang gagal, namun
banyak pula BUMDes yang berhasil dan mandiri. Sebagai contoh, keberhasilan
BUMDes yang tercapai seperti BUMDes Desa Sukamaju, Kecamatan Lunyuk,
Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012 lalu yang memperoleh
keuntungan sebesar Rp 263,815 juta dengan jumlah deviden sebesar Rp 79,115 juta
untuk desa. Kontribusi dari BUMDes tersebut hampir sama besarnya dengan jumlah
Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan setiap tahun oleh pemerintah melalui
APBD (Nugraha, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini
dilakukan untuk melihat secara umum tentang peran BUMDes dalam mendukung
kemandirian ekonomi desa.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Tujuan
BUMDes seperti dalam Permendesa PDT dan Transmigrasi No. 4/2015 adalah,
meningkatkan perekonomian desa, meningkatkan usaha masyarakat dalam
pengelolaan potensi ekonomi desa. Selain berfungsi sebagai lembaga yang mampu
mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagaimana yang termuat dalam
penjelasan Undang-Undang Desa Pasal 87 ayat (1). BUM Desa juga diharapkan
berfungsi sebagai:
Penggunaan SAK ETAP bagi entitas yang melakukan kegiatan di pasar modal
atau menghimpun dan atau mengelola dana masyarakat melalui pasar modal,
perusahaan publik, dan lembaga keuangan non-bank telah diatur oleh Bapepam LK
(sekarang OJK) (Surat Edaran Bapepam LK No. SE-06/BL/2010). Di dalam surat
edaran tersebut, disebutkan bahwa entitas-entitas berikut ini tidak dapat menggunakan
SAK ETAP karena memiliki akuntabilitas publik yang signifikan:
Entitas yang melakukan kegiatan di Pasar Modal, yaitu Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perusahaan
Efek yang melakukan kagiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek yang
menjadi Anggota Bursa Efek, Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Manajer Investasi, Perusahaan Pemeringkat Efek, dan Lembaga Penilaian
Harga Efek.
Entitas yang menghimpun dana masyarakat melalui Penawaran Umum Efek di
Pasar Modal (Emiten).
Entitas yang menjadi wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio investasi meliputi
Reksa Dana, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset, dan Kontrak Investasi
Kolektif Dana Investasi Real Estat.
Entitas yang merupakan Perusahaan Publik; dan
Entitas Lembaga Keuangan Non-Bank yang merupakan Perusahaan Asuransi /
Reasuransi, Pialang Asuransi / Reasuransi, Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan,
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, Perusahaan Pembiayaan Sekunder
Perumahan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dan Perusahaan Penjaminan.
2. Laporan Semesteran
Pada pasal 58 ayat (2) menyebutkan bahwa BUM Desa perlu menyusun
laporan berkala berupa laporan semesteran dan laporan tahunan. Laporan semesteran
merupakan laporan yang disusun oleh BUM Desa untuk jangka waktu 6 bulan sekali
atau setengah tahun.
Adapun laporan semesteran yang harus disusun oleh BUM Desa yaitu Laporan
Posisi Keuangan Semesteran dan Laporan Laba Rugi Semesteran.
3. Laporan Tahunan
Laporan Tahunan memuat laporan yang disusun oleh BUM Desa untuk jangka
waktu satu tahun atau 12 bulan. Laporan tahunan yang harus disusun oleh BUM Desa
diantaranya Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi, Laporan Posisi Keuangan
Konsolidasi, dan Laporan Laba Rugi Konsolidasi.
Konsolidasi yang dimaksud adalah laporan gabungan antara laporan BUM
Desa dan laporan dari tiap-tiap unit usaha BUM Desa.
2.4 Dasar Hukum Keuangan BUMDesa
Landasan hukum yang memayungi pendirian dari Badan Usaha Milik Desa
disingkat BUM Desa :
- Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
- Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
dan
- Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Kesimpulan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa, yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa, meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. Dan berfungsi sebagai lembaga
yang mampu mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian,
serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.