Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI DAN STANDAR AKUNTANSI SERTA

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN YANG DIMILIKI BUM DES


(Makalah Tentang Badan Usaha Milik Desa)

Disusun oleh:
Akbellia Radhwa Budiarto
akbellia@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan beberapa tujuan


negara Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kesejahteraan umum atau kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan jika
kemiskinan dapat dikurangi, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat
dilakukan melalui upaya penanggulangan kemiskinan. Masalah kemiskinan dan
kesenjangan ini secara ekonomi, baik antar golongan maupun antar wilayah
(perdesaan dan perkotaan) sangat menarik untuk dibahas. Mengingat sebagian besar
penduduk Indonesia tinggal di perdesaan, maka perlu diprioritaskan pembangunan
untuk perbaikan perekonomian desa dan yang nantinya dapat meningkatkan
kemandirian masyarakat serta mengentaskan kemiskinan. Dalam pengentasan
kemiskinan, Negara Indonesia memiliki bermacam strategi salah satunya adalah
pemberdayaan masyarakat yaitu dengan memaksimalkan masyarakat lokal.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa


tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian
masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai
dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki. Dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan konsep kebutuhan masyarakat.

Pada era reformasi tahun 1999 diterbitkan UU 22/1999 (pasal 108) – penerbitan
peraturan ini merupakan solusi perubahan dari Pemerintah - yaitu mendorong
pembentukan badan usaha atau lembaga yang digunakan untuk mengelola sumber
dayanya secara efisien. Lalu diperjelas oleh PP 72/2005 (pasal 78 ayat 1) yang
menyatakan bahwa “Dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan desa,
Pemerintahan Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa” karena desa perlu
suatu lembaga untuk mengelola potensinya untuk meningkatkan perekonomian,
kemandirian, dan kesejahteraan masyarakat desa. Pembentukan BUMDes juga
diamanatkan dalam UU 6/2014 tentang Desa.

Secara umum, pendirian BUMDes melalui empat tahapan; Pertama, pemerintah


desa dan masyarakat bersepakat mendirikan BUMDes, lalu diadakan pengelolaan
BUMDes dan penetapan persyaratan pemegang jabatan, diadakan pula monitoring dan
evaluasi, dan yang terakhir diadakan pelaporan pertanggungjawaban pengelola.
Dalam kegiatan harian maka pengelola harus mengacu pada tata aturan yang sudah
disepakati bersama sebagaimana yang telah tertuang dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUMDes, serta sesuai prinsip-prinsip tata
kelola BUMDes.

Ketimpangan dalam pelaksanaannya dan hasil yang tidak merata tidak bisa
lepas dari perkembangan program BUMDes. Banyak BUMDes yang gagal, namun
banyak pula BUMDes yang berhasil dan mandiri. Sebagai contoh, keberhasilan
BUMDes yang tercapai seperti BUMDes Desa Sukamaju, Kecamatan Lunyuk,
Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2012 lalu yang memperoleh
keuntungan sebesar Rp 263,815 juta dengan jumlah deviden sebesar Rp 79,115 juta
untuk desa. Kontribusi dari BUMDes tersebut hampir sama besarnya dengan jumlah
Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan setiap tahun oleh pemerintah melalui
APBD (Nugraha, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini
dilakukan untuk melihat secara umum tentang peran BUMDes dalam mendukung
kemandirian ekonomi desa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, tujuan, dan fungsi BUMDesa?


2. Bagaimana standar akuntansi BUMDesa?
3. Apa saja komponen laporan keuangan BUMDesa?
4. Bagaimana dasar hukum keuangan BUMDesa?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam


permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk megetahui pengertian,tujuan, dan fungsi dari BUMDes


2. Untuk mengetahui standar akuntansi BUMDesa
3. Untuk mengetahui komponen laporan keuangan yang digunakan oleh
BUMDesa
4. Untuk mengetahui dasar hukum keuangan BUMDesa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi BUMDesa

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Tujuan
BUMDes seperti dalam Permendesa PDT dan Transmigrasi No. 4/2015 adalah,
meningkatkan perekonomian desa, meningkatkan usaha masyarakat dalam
pengelolaan potensi ekonomi desa. Selain berfungsi sebagai lembaga  yang mampu
mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagaimana yang termuat dalam
penjelasan Undang-Undang Desa Pasal 87 ayat (1). BUM Desa juga diharapkan
berfungsi sebagai:

- Lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum


masyarakat desa
- Lembaga sosial yang harus berpihak kepada kepentingan masyarakat dengan
melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.
- Lembaga komersil yang membuka ruang lebih luas kepada masyarakat desa
untuk meningkatkan penghasilan, dengan kata lain membuka lapangan
pekerjaan dan mengurangi pengangguran di desa
- Lembaga yang mampu menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi
desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa, dan
- Lembaga yang mampu menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga
perekonomian desa lainnya.
2.2 Standar Akuntansi BUMDesa

Dalam penatausahaan keuangan, BUMDes menerapkan SAK ETAP sebagai


standar yang paling pas untuk BUMDes. SAK ETAP merupakan kepanjangan yang
berasal dari Standar Akuntansi Keuangan guna Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia terhadap perusahaan kecil dan menengah.
SAK ETAP ini dimaksudkan agar seluruh satuan bisnis mengeluarkan informasi
keuangan tepat dengan standar yang sudah ditetapkan. Standar ETAP ini cukup
sederhana dan tentu tidak akan menyulitkan penggunanya. Pada awalnya SAK ETAP
ini menggunakan istilah Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah
(SAK UKM). Hal ini terlihat saat Exposure Draft (ED) SAK tersebut diterbitkan oleh
DSAK IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Dalam perjalanannya, akhirnya DSAK IAI
mengesahkan ED SAK UKM tersebut menjadi SAK ETAP. SAK ETAP ini identik
dengan IFRS for SMEs yang diterbitkan oleh International Accounting Standards
Board (IASB).
SAK ETAP dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
Sedangkan ETAP adalah entitas yang mana tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah
pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga
pemeringkat kredit. SAK ETAP tersebut adalah entitas yang memiliki akuntabilitas
publik signifikan jika di antaranya:

1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan,


pernyataan, dan pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal.
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek dana
pensiun, reksa dana, dan bank investasi.

Yang dimaksud fidusia sesuai Pasal 1 angka 1 UU No. 42 / 1999 tentang


Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda (Undang-Undang No. 42 Tahun
1999).

Penggunaan SAK ETAP bagi entitas yang melakukan kegiatan di pasar modal
atau menghimpun dan atau mengelola dana masyarakat melalui pasar modal,
perusahaan publik, dan lembaga keuangan non-bank telah diatur oleh Bapepam LK
(sekarang OJK) (Surat Edaran Bapepam LK No. SE-06/BL/2010). Di dalam  surat
edaran tersebut, disebutkan bahwa entitas-entitas berikut ini tidak dapat menggunakan
SAK ETAP karena memiliki akuntabilitas publik yang signifikan:

 Entitas yang melakukan kegiatan di Pasar Modal, yaitu Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan
Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perusahaan
Efek yang melakukan kagiatan usaha sebagai Perantara Pedagang Efek yang
menjadi Anggota Bursa Efek, Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Manajer Investasi, Perusahaan Pemeringkat Efek, dan Lembaga Penilaian
Harga Efek.
 Entitas yang menghimpun dana masyarakat melalui Penawaran Umum Efek di
Pasar Modal (Emiten).
 Entitas yang menjadi wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio investasi meliputi
Reksa Dana, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset, dan Kontrak Investasi
Kolektif Dana Investasi Real Estat.
 Entitas yang merupakan Perusahaan Publik; dan
 Entitas Lembaga Keuangan Non-Bank yang merupakan Perusahaan Asuransi /
Reasuransi, Pialang Asuransi / Reasuransi, Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan,
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, Perusahaan Pembiayaan Sekunder
Perumahan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dan Perusahaan Penjaminan.

2.3 Komponen Laporan Keuangan BUMDesa

Menurut PP 11 Tahun 2021 Bab X Pasal 58, penyusunan laporan keuangan


merupakan bentuk pertanggungjawaban BUM Desa baik kepada pemerintah
desa, stakeholder, dan masyarakat. Adapun poin-poin penting terkait laporan
keuangan apa saja yang harus disusun oleh BUM Desa mengacu pada PP 11 Tahun
2021 akan dirincikan sebagai berikut :

1. Laporan Realisasi Anggaran


Pasal 58 ayat (1) menyebutkan bahwa “Pelaksana operasional wajib
menyiapkan laporan berkala yang memuat pelaksanaan rencana program kerja BUM
Desa/BUM Desa bersama”. 
Berdasarkan bunyi pasal 58 ayat (1), maka sebenarnya BUM Desa diarahkan
kepada penyusunan Rencana Program Kerja dan Anggaran BUM Desa yang memuat
detail terkait dengan rencana program kerja yang akan dijalankan selama tahun
mendatang beserta dengan rincian anggarannya. 
Output/Hasil yang diharapkan dari adanya Rencana Program Kerja dan
Anggaran BUM Desa (RPKAB) adalah penyusunan Laporan Realisasi Anggaran. 
Laporan Realisasi Anggaran selanjutnya menyajikan informasi terkait dengan
realisasi dari program kerja yang sudah disusun beserta dengan rincian biaya yang
dikeluarkan dan pendapatan yang dihasilkan. 

2. Laporan Semesteran
Pada pasal 58 ayat (2) menyebutkan bahwa BUM Desa perlu menyusun
laporan berkala berupa laporan semesteran dan laporan tahunan. Laporan semesteran
merupakan laporan yang disusun oleh BUM Desa untuk jangka waktu 6 bulan sekali
atau setengah tahun. 
Adapun laporan semesteran yang harus disusun oleh BUM Desa yaitu Laporan
Posisi Keuangan Semesteran dan Laporan Laba Rugi Semesteran.

3. Laporan Tahunan
Laporan Tahunan memuat laporan yang disusun oleh BUM Desa untuk jangka
waktu satu tahun atau 12 bulan. Laporan tahunan yang harus disusun oleh BUM Desa
diantaranya Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi, Laporan Posisi Keuangan
Konsolidasi, dan Laporan Laba Rugi Konsolidasi. 
Konsolidasi yang dimaksud adalah laporan gabungan antara laporan BUM
Desa dan laporan dari tiap-tiap unit usaha BUM Desa.
2.4 Dasar Hukum Keuangan BUMDesa

Landasan hukum yang memayungi pendirian dari Badan Usaha Milik Desa
disingkat BUM Desa :
- Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang
- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
- Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
dan
- Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Dasar Hukum Keuangan BUMDesa itu sendiri adalah PP 11 Tahun 2021


PP ini mengatur mengenai pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama, Anggaran
Dasar dan anggaran rumah tangga, organisasi dan pegawai, rencana program kerja,
kepemilikan, modal, aset dan pinjaman, unit usaha, pengadaan barang/jasa;
kemudahan perpajakan dan retribusi, kerja sama, pertanggungjawaban, pembagian
hasil usaha, kerugian, penghentian kegiatan usaha, serta pembinaan dan
pengembangan BUM Desa/BUM Desa Bersama, dan Permen Desa PDTT 3 tahun
2021 tentang Pendaftaran, Pendataan dan Pemeringkatan, Pembinaan dan
Pengembangan, dan Pengadaan Barang dan/atau Jasa BUM Desa/BUM Desa Bersama
adalah badan hukum yang didirikan oleh desa dan/atau bersama desa-desa guna
mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan investasi dan produktivitas,
menyediakan jasa pelayanan, dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk
sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat desa.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa, yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa, meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa. Dan berfungsi sebagai lembaga
yang mampu mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian,
serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Dalam penatausahaan keuangan, BUMDes menerapkan SAK ETAP sebagai


standar yang paling pas untuk BUMDes. SAK ETAP merupakan kepanjangan yang
berasal dari Standar Akuntansi Keuangan guna Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia terhadap perusahaan kecil dan menengah.

Laporan Keuangan yang harus dibuat oleh BUMDesa mengacu pada PP 11


Tahun 2021 antara lain adalah Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Semesteran, dan
Laporan Tahunan. Dan Dasar Hukum Keuangan BUMDesa itu sendiri adalah PP 11
Tahun 2021
dan Permendesa No 3 Tahun 2021
Referensi
https://www.ciptadesa.com/2021/03/permendesa-3-tahun-2021.html
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/161841/pp-no-11-tahun-2021
http://eprints.ums.ac.id/57509/3/BAB%20I.pdf
https://blog.bumdes.id/2019/04/standar-akuntansi-yang-diterapkan-bumdes/

Anda mungkin juga menyukai