Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Anom Surya Putra (2015), menyatakan beberapa pengertian dari Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) diantaranya yaitu:
1) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi
negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).
2) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari
pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
3) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia di Desa.
4) BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.
Permendesa Nomor 4 tahun 2015: Pasal 1 menjelaskan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa Landasan Hukum Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes)
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
BUMDes adalah sebuah badan usaha yang yang terbentuk untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat desa melalui pengembangan potensi milik desa.
2. Landasan Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes dibentuk dan dikelola berdasarkan pada Permendesa Nomor 4
tahun 2015 tentang Pendirian, Pegurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa. Dalam Permendesa Nomor 4 tahun 2015 terdapat beberapa
pasal terkait diantarnya adalah sebagai berikut :
1) Pasal 1 ayat 2, pengertian Badan Usaha Milik Desa.
2) Pasal 3, tujuan pemberian Badan Usaha Milik Desa.
Pendirian BUM Desa bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perekonomian Desa.
b. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa.
c. Mengembangkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
Desa.
d. Mengembangkan rencana kerja sama antar usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga.
e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga.
f. Membuka lapangan pekerjaan.
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa.
h. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
3) Pasal 7, bentuk organisasi Badan Usaha Milik Desa.
(1)BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
(2)Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa
dan masyarakat.
4) Pasal 8, unit usaha yang dapat dibentuk oleh Badan Usaha Milik Desa.
(1)Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan
perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian
besar dimiliki oleh BUMDesa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tetang Perseroan Terbatas.
(2) Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUMDesa sebesar 60 (enam
puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
lembaga keuangan mikro.
5) Pasal 24, unit usaha keuangan Badan Usaha Milik Desa.
(1)BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai
induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa
baik dalam skala local maupun kawasan perdesaan.
(2)Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri
sendiri yangdiatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa
agar tumbuh menjadi usaha bersama.
(3)Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan usaha bersama meliputi:
a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan
kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif
b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat;dan, kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis
usaha lokal lainnya.
2.1.2 Sistem
1. Pengertian Sistem
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart (2014), sistem adalah
serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan, sebagian besar sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil
yang mendukung sistem yang lebih besar.
Mulyadi (2016), mendefinisikan sistem adalah jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Dan Menurut Susanto (2017:22) sistem ialah kumpulan/grup dari sub
sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk tujuan
tertentu.
Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
adalah jaringan prosedur yang saling terkait untuk mencapai satu tujuan yang
dimana subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.
2. Kriteria Sistem
Menurut Jogiyanto (2010), sebuah sistem memiliki karakteristik yaitu :
A. Komponen (components).
Bagian-bagian atau elemen-elemen, yang dapat berupa benda atau manusia,
berbentuk nyata atau abstrak, dan disebut subsistem.
B. Penghubung antarbagian (interface).
Sesuatu yang bertugas menjembatani satu bagian dengan bagian lain, dan
memungkinkan terjadinya interaksi/komunikasi antarbagian.
C. Batas (boundary).
Sesuatu yang membedakan antara sistem dengan sistem atau sistem-sistem lain.
D. Lingkungan (environment).
Segala sesuatu yang berada di luar sistem dan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan sistem yang bersangkutan.
E. Masukan (input).
Sesuatu yang merupakan bahan untuk diolah atau diproses oleh sistem.
F. Mekanisme pengolahan (processing).
Perangkat dan prosedur untuk mengubah masukan menjadi keluaran dan
menampilkannya.
G. Keluaran (output).
Berbagai macam bentuk hasil atau produk yang dikeluarkan dari pengolahan.
H. Tujuan (goal/objective).
Sesuatu atau keadaan yang ingin dicapai oleh sistem, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
I. Sensor dan kendali (sensor & control).
Sesuatu yang bertugas memantau dan menginformasikan perubahan-perubahan di
dalam lingkungan dan dalam diri sistem kepada sistem.
J. Umpan-balik (feedback).
Informasi tentang perubahan-perubahan lingkungan dan perubahan-perubahan
(penyimpangan) dalam diri sistem.
2.1.3 Akuntansi
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Sujarweni (2015:3), akuntansi adalah proses dari transaksi yang
dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur,
kemudian akan menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang
digunakan untuk pihak-pihak tertentu.
Kartikahadi (2016:3) mendefinisikan akuntansi adalah suatu sistem informasi
keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang
relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sebuah catatan tentang
keuangan yang kemudian digunakan untuk melaporkan informasi tentang
keuangan bagi pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
2.1.4 Sistem Akuntansi
1. Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Warren, dkk, (2015:228) sistem akuntansi adalah sekumpulan
metode dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk
mengumpulkan data, mengelompokkan transaksi, merangkumnya ke dalam jurnal,
serta melaporkannya kedalam laporan keuangan.
Mulyadi (2016) mendefinisikan Sistem akuntansi adalah organisasi, formulir,
catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi
adalah organisasi, formulir, catatan, dan laporan yang digunakan untuk melaporkan
informasi kegiatan usaha dan keuangan sebuah perusahaan sebagai salah satu cara
untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.

2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi


Mulyadi (2016) menyatakan bahwa unsur-unsur pokok suatu
sistem akuntansi adalah:
A.Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi, formulir juga sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan
formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi didokumentasikan diatas
secarik kertas. Formulir juga sering pula disebut dengan istilah media, karena
formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi
ke dalam catatan.
B. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya.
Sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir.
C. Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari akun-akun yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal, akun-akun
dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan.
D. Buku Pembantu
Data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih
lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari
akun-akun pembantu yang merinci keuangan yang tercantum dalam akun tertentu dalam
buku besar.
E. Laporan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan berupa laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, laporan harga pokok produksi,
laporan beban pemasaran, laporan beban pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar
utang yang akan dibayar , daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya, laporan
berisi informasi yang merupakan keluaran (output) sistem akuntansi, laporan dapat
berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.
2.1.5 Sistem Pengendalian Internal
1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati(2011), menyatakan pengendalian internal
adalah semua rencana organisasional, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu
kegiatan usaha untuk mengamankan harta kekayannya, mengecek keakuratan dan
keandalan data akuntansi usha tersebut, meningkatkan efisiensi operasional, dan
mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang telah ditetapkan
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart(2014), pengendalian internal
(internal control) adalah proses dan prosedur yang dijalankan untuk menyediakan jaminan
bahwa tujuan pengendalian
Hery (2014:188) pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur
untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan
penyalagunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta
memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) seluruh karyawan perusahaan. Yang
dimaksud dengan ketentuan disini bias saja meliputi peraturan dibidang perpajakan, pasar
modal, hokum bisnis, undang-undang anti korupsi dan sebagainya.
Mulyadi (2016), mendefinisikan Sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manjemen. Definisi tersebut menekanknn tentang
tujuan yang ingin dicapai.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengendalian
intern adalah seperangkat prosedur dan kebijakan untuk melindungi aktiva atau kekayaan
perusahaan dari segala bentuk tindakan pernyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi
akuntansi perusahaan yang akurat dan tepat juga dapat memastikan bahwa semua
ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi
atau dijalankan dengan benar oleh seluruh karyawan perusahaan.

2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal


Menurut Sujarweni (2015:69), tujuan utama perusahaan membuat sistem
pengendalian internal adalah sebagai berikut:
A. Untuk menjaga kekayaan perusahaan.
B. Untuk menjaga keakuratan laporan keuangan perusahaan.
C. Untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan.
D. Untuk menjaga kedisiplinan dipatuhinya kebijakan manajemen.
E. Agar semua lapisan yang ada di perushaan tunduk pada hukum dan aturan yang
sudah ditetapkan di perusahaan.
Tujuan sistem pengendalian interal menurut Mulyadi (2016) sebagai berikut:
1) Menjaga aset organisasi
2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3) Mendorong efisiensi
4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut Hermawan (2018:1) tujuan system pengendalian internal adalah
meberikan jaminan bahwa :
1. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha
2. Informasi bisnis akurat
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
4. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan
Menurut Commite of Sponsoring Organizations of Treadway Commission
(COSO) (2013), Pengendalian Internal mempunyai tiga kategori tujuan yaitu:
1. Tujuan Operasi
Tujuan ini berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi entitas, termasuk
tujuan kinerja operasional dan keuangan, dan menjaga aset terhadap kerugian.
2. Tujuan Pelaporan
Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan pelaporan non- keuangan,
untuk internal maupun eksternal, yang mencakup keandalan, ketepatan waktu,
transparansi, atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan
yang diakui pembuat standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.
3. Tujuan Kepatuhan
Tujuan ini berhubungan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
mana entitas tunduk.

3. Unsur Sistem Pengendalian Internal


Menurut Mulyadi (2014:164), unsur pengendalian internal meliputi hal-hal
berikut :
1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang meliputi kekayaan, utang,
biaya dan pendapatan
3) Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit
4) Karyawan yang mutunya yang sesuai dengan tanggung jawabnya.
Menurut COSO dikutip oleh Sujarweni (2015:71), pengendalian internal
memiliki lima komponen antara lain :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan sarana dan prasarana yang ada di dalam
organisasi atau perusahaan untuk menjalankan struktur pengendalian intern yang
baik.
2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Penilaian Risiko merupakan kegiatan dimana manajemen perushaan harus dapat
mengidentifikasi berbagai risiko yang dihadapi oleh perushaan. Dengan
memahami risiko, manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan, sehingga
perusahaan dapat menghindari kerugian yang besar.
3. Pengendalian Aktivitas (Control Activities)
Pengendalian aktivitas adalah berbagai proses dan usaha yang dilakukan
manajemen perusahaan untuk menegakkan pengawasan atau pengendalian operasi
perusahaan. kebijakan dan prosedur yang dimiliki manajemen untuk memberikan
jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah dijalankan sebagaimana
mestinya.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Komunikasi mencakup penyampaian semua informasi kepada semua personil
yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka
berkaitan dengan pekerjaan orang lain baik yang ada di dalam maupun yang ada
di luar perusahaan.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah kegiatan untuk megikuti jalannya sistem informasi akuntansi,
sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat segera
diambil tindakan.

2.1. 6 Pengertian Sistem Akuntansi Penerimaan Kas


Menurut Soemarso (2009), penerimaan kas adalah suatu transaksi yang
menimbulkan bertambahnya saldo dan bank pemilik perusahaan yang di akibatkan
penjualan produksi, penerimaan piutang, maupun hasil transaksi lainnya yang
menyebabkan bertambahnya kas. Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua
sumber utama, yakni penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari
penjualan kredit.
Menurut Hery (2016:173), sistem akuntansi penerimaan kas ialah berasal
dari hasil kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualan tunai baik untuk
perusahaan dagang maupun perusahaan jasa, ataupun sebagai hasil penagihan
piutang usaha dari pelanggan dalam hal penjualan kredit.
Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama, yakni penerimaan kas
dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari penjualan kredit.
A. Fungsi Terkait
Menurut Mulyadi (2016), fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
penerimaan kas yaitu :
1. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur
penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk
kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas. Dalam struktur organisasi
fungsi ini berada di tangan Bagian Order Penjualan.
2. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan kas dari pembeli. Dalam struktur
organisasi fungsi ini berada di tangan Bagian Kasa.
3. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh
pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman. Dalam struktur
organisasi fungsi ini berada di tangan Bagian Gudang.
4. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan
barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli. Dalam struktur organisasi
fungsi ini berada di tangan Bagian Pengiriman.
5. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan
penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan. Dalam struktur organisasi fungsi
ini berada di tangan Bagian Jurnal.
B. Catatan Akuntasi Yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2016), Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem
akuntansi penerimaan kas yaitu :
1. Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas
data penjualan. Di jurnal ini pihak manajemen akan mendapatkan informasi
mengenai penjualan setiap jenis produk yang dijualnya selamajangka waktu
tertentu.
2. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat
penerimaan kas dari berbagai sumber, di antaranya dari penjualan tunai.
3. Jurnal Umum
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
4. Kartu Persediaan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan
oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang
dijual. Kartu persediaan ini diselenggarakan di fungsi akuntansi untuk mengawasi
mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang.
5. Kartu Gudang
Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karena hanya berisi data
kuantitas persediaan yang disimpan di gudang.

C. Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem


Menurut Mulyadi (2016), jaringan prosedur yang membentuk system penerimaan
kas yaitu:
1. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan
membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan
pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi
gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan
kepada pembeli.
2. Prosedur Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari
pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan
cap“lunas” pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan
pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi
pengiriman.
3. Prosedur Penyerahan Barang
Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
4. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan
tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Fungsi akuntansi juga
mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.
5. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank
Sistem pengendalian internal terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan
segera ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini
fungsi kas menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam
jumlah penuh.
6. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal
penerimaan kas berdasar bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi
kas.
7. Prosedur Pencatatan Beban Pokok Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi beban pokok
penjualan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan
rekapitulasi beban pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial
sebagai dokumen sumber untuk pencatatan beban pokok penjualan ke dalam
jurnal umum.
D. Unsur Pengendalian Internal
Menurut Sujarweni (2015:76-77), pengawasan pengendalian internal terbagi
menjadi tiga bagian yaitu:
1. Berdasarkan tujuannya.
2. Berdasarkan sebuah lingkungan.
3. Berdasarkan kegiatannya.
Menurut Hery (2016: 173-179), secara garis besar beberapa penerapan prinsip
pengendalian internal atas penerimaan kas yaitu sebagai berikut:
1. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk menangani
penerimaan kas.
2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang
menerima kas, mencatat/membukukan penerimaan, dan peyimpanan kas.
3. Setiap transaksi penerimaan kas harus didukung oleh dokumen seperti slip
berita pembayaran uang dalam kasus penerimaan uang lewat pos, struk dalam
kasus penerimaan uang lewat konter penjualan, dan salinan bukti setor uang
tunai ke bank.
4. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari
pelanggan harus disetor ke bank setiap hari oleh departemen kasir. Kepala kasir
akan mengisi formulir setoran bank dan kemudian menyetorkan uang kas tadi
ke bank.
5. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal. Mengikat
karyawan yang menangani penerimaan kas dengan uang pertanggungan.

Menurut mulyadi (2016) untuk merancang organisasi yang berkaitan


dengan sistem penerimaan kas dari penjualan tunai, unsur pokok pengendalian
intern diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas
Fungsi penjualan yang merupakan fungsi operasi harus dipisahkan dari fungsi kas
yang merupakan fungsi penyimpanan.
2. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
Berdasar unsur sistem pengendalian iternal yang baik, fungsi akuntansi harus
dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain.
3. Fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.
Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas,
fungsi pengiriman dan fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi penjualan tunai yang
dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu fungsi tersebut.

2.1.7 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Menurut Soemarso S.R (2009), pengeluaran kas adalah suatu transaksi yang
menimbulkan berkurangnya saldo kas dan bank milik perusahaan yang
mengakibatkan adanya pembelian tunai, pembayaran utang maupun hasil transaksi
yang menyebabkan berkurangnya kas.
Pengeluaran kas pada perusahaan atau instansi pemerintahan dilakukan
melalui dua sistem, yaitu: pengeluaran kas dengn cek dan pengeluaran kas dengan
uang tunai (Mulyadi 2016).
A. Fungsi Terkait
Menurut Mulyadi (2016), Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas yaitu:
1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas atau dana
Fungsi ini ketika memerlukan adanya pengeluaran kas atau dana, fungsi yang
bersangkutan mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi (bagian utang).
Permintaan cek ini harus mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi yang
bersangkutan.
2. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek
dan mengirimkan cek kepada kreditor.
3. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggungjawab atas:
a) Pencatatan pengeluaran kas kecil yang menyangkut beban dan persediaan.
b) Pencatatan transaksi pembentukan dana kas kecil.
c) Pencatatan pengisian kembali dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran kas
atau register cek.
d) Pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran dana kas
kecil (dalam fluctuating-fund-balance system).
e) Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas
dalam mengeluarkan cek sebesar dokumen tersebut. Fungsi ini juga
bertanggungjawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan dan kesahihan
dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas
keluar.
4. Fungsi Pemegang Dana Kas Kecil
Fungsi ini bertanggungjawab atas penyimpanandana kas kecil, pengeluaran dana
kas kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk, dan
permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
5. Fungsi yang memerlukan pembayaran tunai
6. Fungsi Pemeriksa Internal
Fungsi ini bertanggung jawab atas perhitungan kas secara periodik dan
mencocokan hasil penghitungannya dengan saldo kas menurut catatan akuntansi.
Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan secara
mendadak terhadap saldo kas yang ada ditangan, dan membuat rekonsiliasi bank
secara periodik.

B. Catatan Akuntansi yang digunakan


Menurut Mulyadi (2016) catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem
akuntansi pengeluaran kas yaitu:
1. Jurnal Pengeluaran Kas Tunai
Dalam sistem dana kas kecil, digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam
pembentukan dana kas kecil dan pengisian kembali dana kas kecil.Dokumen
sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas
adalah bukti kas keluar yang telah dicap “lunas” oleh fungsi kas.
2. Register Cek
Catatan ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang dikelarkan untuk
pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil.
3. Jurnal Pengeluaran Dana Kas Kecil
Jika mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnal khusus.
Jurnal ini sekligus berfungsi sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul
sebagai akibat pengeluaran dana kas kecil. Jurnal ini hanya digunakan dalam
sistem dana kas kecil dengan fluctuating fund-balance system.

C. Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem


Menurut Mulyadi (2010), Jaringan prosedur yang membentuk sistem pengeluaran
dana kas kecil (tunai) yaitu :
1. Prosedur pembentukan dana kas kecil
Prosedur dalam sistem saldo tetap dan berfluktuasi tidak berbeda jauh. Bagian
utang mencatat pembentukan dana kas kecil dengan mendebet Dana Kas Kecil
dan mengkredit bukti kas keluar yang akan dibayar. Bukti kas keluar tersebut
dilampiri dengan Seurut keputusan pembentukan dana kas kecil yang diserahkan
oleh bagian utang ke bagian kasa. Selanjutnya bagian kasa membuat cek atas
nama dan memintakan otorisasi. Cek tersebut kemudian diserahkan kepada
pemegang dana kas kecil dan bukti kas keluar diserahkan kepada bagian jurnal
stelah dibubuhi cap “lunas” oleh bagian kasa. Bagian jurnal selanjutnya mencatat
pengeluaran kas dalam register cek.
2. Prosedur Permintaan dan Pertanggungjawaban Pengeluaran Dana Kas Kecil.
Prosedur dana kas kecil yang menggunakan sistem saldo tetap sedikit berbeda
dengan sistem saldo yang berfluktuasi. Pada sistem saldo tetap, pengeluaran dana
kas kecil tidak dicatat dalam catatan akuntansi, pemegang dana kas kecil hanya
mengarsipkan dokumen permintaan pengeluaran kas kecil berdasarkan abjad
nama pemakai dana kas kecil. Pada sistem saldo berfluktuasi, saldo rekening dana
kas kecil dalam buku besar dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian
dan pemakaian dana kas kecil.
3. Prosedur Pengisian Kembali Kas Kecil
Prosedur pengisian kembali dana kas kecil dalam sistem saldo tetap berbeda
dengan sistem saldo berfluktuasi. Perbedaannya adalah dalam saldo tetap
didasarkan atas jumlah uang tunai yang telah dikeluarkan menurut bukti
pengeluaran kas kecil sedangkan dalam saldo berfluktuasi didasarkan atas taksiran
jumlah uang tunai yang diperlukan oleh pemegang dana kas kecil.
2.1.6 Bagan Alir Dokumen (Flowchart)
Menurut Mulyadi (2008) Flowchart merupakan gambar yang digunakan
untuk menggambarkan proses kegiatan dalam suatu organisasi secara manual.
Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan-kegiatan
manual dan aliran atau arus dokumen yang dipergunakan dalam suatu sistem.
Dibawah ini adalah simbol-simbol standar yang biasa digunakan dalam menyusun
flowchart :
Arsip permanen, menggambarkan tempt
penyimpanan dokumen yang tidak akan
diproses lagi dalam sistem akuntansi yang
bersangkutan.
On-line computer process, menggambarkan
pengolahan data menggunakan komputer
secara on-line.
Keying, menggambarkan pemasukan data ke
dalam komputer melalui on-line terminal.
On-line storage, arsip komputer yag berbentuk
on-line ( di dalam memory komputer)
Keputusan, menggambarkan keputusann yang
harus dibuat dalam proses pengolahan data
(garis bawah “ya” garis samping “tidak”)
Mulai atau berakhir, menggambarkan awal
atau akhir suatu sistem akuntansi

Garis alir, menggambarkan arah proses


pengolahan data.
Anak panah digambarkan jika arus dokumen
mengalir ke atas atau ke kiri, namun jika arus
dokumen mengarah ke bawah atau ke kanan
maka anak panah tidak digambarkan.
Dokumen, menggambarkan semua jenis
dokumen yang merupakan formulir yang
digunakan untuk merekam formulir yang
digunakan untuk merekam data terjadinya
suatu transaksi.
Catatan, menggambarkan catatan akuntansi yang
digunkan untuk mencatat data yang
direkam sebelumnya di dalam dokumen atau
formulir
Penghubung pada halaman yang sama,
digunakan untuk menghubungkan yang
memungkinkan aliran dokumen berhenti di
suatu lokasi pada halaman tertentu dan kembali
berjalan di lokasi lain pada halaman
yang sama.
Penghubung pada halaman yang berbeda,
digunakan untuk menunjukan bagaimana bagan
alir yang tercantum pada halaman tertentu
terkait dengan bagan alir yang
tercaantum pada halamn lain.
Keterangan atau komentar, untuk
menambahkan keterangan untuk memperjelas
pesan yang disampaikan dalam bagan alir.
Kegiatan maanual, menggambarkan kegiatan
manual yang dilakukan seperti
misalnya
mengisi formulir, menerima
order dari pembeli, dan
sebagainya.
Arsip sementara, menggambarkan tempat
penyimpanan dokumen yang dokumennya akan
diambil kembali dari arsip tersebut di
masa yang akan datang.
Tabel 2. 1. Flowchart

2.2 Tinjauan Empiris


Berikut ini adalah ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
No Nama Judul Tujuan Hasil Penelitian
/Tahun Penelitian Penelitian
1. Hedrik Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian
Frengky Penerapan Sistem bertujuan untuk menunjukan bahwa
dkk/2019 Pengendalian mengevaluasi penerapan sistem
Internal penerapan sistem pengendalian internal
Penerimaan Kas pengendalian penerimaan kas pada
pada Hotel Yuta internal hotel Yuta Manado
Manado penerimaan kas belum memadai, maka
pada hotel Yuta perlu adanya perputaran
Manado jabatan, peningkatan
sumber daya
manusiamengenai hal
teknologi dan
penambahan alat berupa
komputer di bagian
kasir.
2. Hardi Bahar Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian ini
dan David Pengendalian bertujuan untuk menunjukan bahwa
Ginting / Internal Dalam melihat elemen-elemen pada
2017 Pengelolaan bagaimana pengendalian Internal
Sistem evaluasi dan yang dilakukan oleh
Penerimaan dan mengidentifikasi para pemilik UMKM
Pengeluaran Kas kelemahan Cukup efektif akan
pada Pelaku Internal Control tetapi ada beberapa
UMKM di Kota dalam aspek kelemahan pada
Batam pengelolaan 1) Lingkungan
sistem pengendalian yaitu
penerimaan dan integritas dan nilai
pengeluaran kas etika, struktur
pada UMKM di organisasi, kebijakan.
Kota Batam 2) Penaksiran resiko
dan 3) Informasi dan
komunikasi
3. Kadek Arya Analisis Sistem Penelitian ini 1. Pengendalian internal
Pradana Pengendalian bertujuan untuk yang diterapkan sudah
dkk/ 2017 Intern Penerimaan menganalisis berjalan cukup baik
dan Pengeluaran sistem karena sudah sebagian
Kas Pada pengendalian besar sesuai dengan
Koperasi Unit intern penerimaan unsur-unsur
Desa (KUD) dan pengeluaran pengendalian internal
Seririt kas pada Koperasi namun ada beberapa
Unit Desa Seririt. unsur yang masih
menyimpang
diantaranya, unsur
lingkungan
pengendalian yakni
pada faktor kebijakan
dan praktik sumber
daya manusia yang
belum adanya
kompensasi lebih
kepada karyawan serta
unsur aktivitas
pengendalian tepatnya
pada pemisahan tugas
yang masih adanya
rangkap jabatan
2. Hampir semua
bagian terkait dengan
penerimaan dan
pengeluaran kas namun
yang paling berperan
penting yakni bagian
kasir
3. Sistem penerimaan
dan pengeluaran kas
sudah cukup
terorganisir
dikarenakan prosedur
penerimaan dan
pengeluaran kas sudah
jelas
4. Sistem pengendalian
intern penerimaan dan
pengeluaran kas sudah
berjalan cukup baik
dilihat dari segi bukti
tiap transaksi dan dari
segi pemantauan.
4. Greivy Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian adalah
Panambuna Pengendalian bertujuan untuk pengendalian internal
n dan Jantje Internal Dalam mengevaluasi dalam penerapan sistem
J. Tinagon/ Pelaksanaan pengendalian dan prosedur
2016 Sistem dan internal dalam pengeluaran kas di
Prosedur pelaksanaan Dinas Koperasi dan
Pengeluaran Kas sistem dan UMKM Sulawesi Utara
pada Dinas prosedur telah sesuai dengan
Koperasi dan pengeluaran kas aturan.
UMKM Sulawesi pada Dinas
Utara Koperasi dan
UMKM Sulawesi
Utara.
5. Fitri Evaluasi Sistem Penelitian ini Hasil penelitian
Hartono/20 Pengendalian bertujuan untuk menunjukkan bahwa
16 Intern Penerimaan mengevaluasisiste sistem pengendalian
dan Pengeluaran m pengendalian intern telah sesuai
Kas pada PT. intern padaPT. dengan unsur-unsur
Nasmoco Nasmoco pengendalian intern
Bengawan Motor Bengawan Motor sebesar 91,67%. Dalam
Solobaru Solobaru dan prakteknya Achieved
pentingnya untuk Upper Precision
memiliki Limit(AUPL) untuk kas
pengendalian masuk sebesar 3 % dan
intern yang kas keluar sebesar 4%.
efektif. Desired Upper
Precision Limit(DUPL)
yang ditetapkan peneliti
sebesar 5%. AUPL kas
masuk 3% < 5%
(DUPL) dan AUPL kas
keluar 4% < 5%
(DUPL). Maka
pengendalian intern
penerimaan dan
pengeluaran kas telah
efektif.

Penelitian terdahulu terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten, dan


hanya menggunakan satu dan dua variabel hal ini yang mendasari peneliti kembali
mengangkat variabel-variabel penelitian terdahulu dengan perbedaan objek atau
tempat penelitian agar hasil dari peneliti saat ini dapat dipertimbangkan
konsistensinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus, yang dimana
penelitian ini hanya difokuskan pada objek tertentu secara terperinci, sehingga
kesimpulan yang akan diambil hanya terbatas pada objek yang diteliti.
Menurut Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat (2011), Studi kasus adalah
penelitian tentang status subyek yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau
khas dari keseluruhan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada salah satu BUMDes yang ada di Desa
Pujon Kidul Malang yaitu BUMDes Cafe Sawah Pujon, Pujon Kidul, Kec.
Krajan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan
sebagaimana fenomena yang terjadi yaitu BUMDes Cafe Sawah ini cukup
terkenal oleh khalayak banyak dan menimbulkan transaksi penerimaan kas yang
cukup banyak dan transaksi pengeluaran kas yang rutin sehingga penelitian saat
ini akan mengevaluasi efektivitas pengendalian internal dari penerimaan dan
pengeluaran kas BUMDes Cafe Sawah Pujon.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang diperoleh merupakan data primer data yang diperoleh
peneliti secara langsung yaitu berupa hasil wawancara peneliti dengan narasumber,
dan jenis data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan atau dokumentasi
objek penelitian
Sumber data berasal dari wawancara langsung dengan narasumber tentang
sistem penerimaan kas BUMDes, dan sistem pengeluaran kas pada BUMDes
sejarah BUMDes, struktur organisasi BUMDes, Deskripsi tugas dan tanggung
jawab tenaga ahli.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Metode Wawancara
Sugiyono(2013) mengatakan teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
Peneliti akan melakukan metode wawancara dengan tatap muka langsung
dengan narasumber yang akan dilakukan di tempat kerja yaitu di BUMDes Cafe
Sawah Pujon Kidul. Sasaran peneliti dalam metode ini adalah bagian administrasi
dan keuangan unit cafe sawah Pujon Kidul dan kepala unit cafe sawah Pujon
Kidul. Menurut Esterberg dalan Sugiyono(2013), mengatakan bahwa wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu.
2) Metode Observasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti berikutnya adalah teknik
observasi menurut Sugiyono(2013), observasi merupakan kegiatan pemuatan
penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan.
Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi non-partisipan
Peneliti akan menggunakan metode observasi secara langsung, teknik ini
dipilih peneliti dengan pertimbangan tentang objek yang diteliti yaitu tentang
sistem akuntansi penerimaan kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas, sehingga
memerlukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti.
3) Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti berikutnya adalah teknik
dokumentasi. Menurut Sugiyono(2013), mengatakan dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang
Peneliti akan menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data-
data yang berkaitan dengan objek penelitian dengan mendokumentasikan data-data
yang dibutuhkan untuk penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk memberikan jawaban akan
rumusan masalah yang ada adalah menggunakan uji kepatuhan dengan komponen
yang ada dalam COSO dan Mulyadi akan ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Sebagai langkah pertama, peneliti akan melakukan identifikasi tentang sistem
akuntansi penerimaan kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas yang ada di
dalam BUMDes Cafe Sawah Pujon Kidul.
2) Membuat tabel yang berisi tentang komponen pengendalian internal menurut
COSO dan Mulyadi, teori terkait komponen pengendalian internal COSO dan
Mulyadi, dan keadaan yang terjadi di dalam BUMDes Cafe Sawah Pujon Kidul,
dengan komponen tabel meliputi: Dapat dilihat pada Tabel 3.1 Komponen
Penilaian Teori COSO dan tabel 3.2 Komponen Penilaian Teori Mulyadi
Setelah melakukan tahap satu dan dua, peneliti menarik kesimpulan dengan
menganalisis hasil dari data yang diperoleh dan menentukan hasil yang dominan
dari data yang sudah dianalisis

Anda mungkin juga menyukai