Bab 2-3
Bab 2-3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Anom Surya Putra (2015), menyatakan beberapa pengertian dari Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) diantaranya yaitu:
1) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi
negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).
2) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari
pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
3) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia di Desa.
4) BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.
Permendesa Nomor 4 tahun 2015: Pasal 1 menjelaskan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa Landasan Hukum Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes)
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
BUMDes adalah sebuah badan usaha yang yang terbentuk untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat desa melalui pengembangan potensi milik desa.
2. Landasan Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes dibentuk dan dikelola berdasarkan pada Permendesa Nomor 4
tahun 2015 tentang Pendirian, Pegurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa. Dalam Permendesa Nomor 4 tahun 2015 terdapat beberapa
pasal terkait diantarnya adalah sebagai berikut :
1) Pasal 1 ayat 2, pengertian Badan Usaha Milik Desa.
2) Pasal 3, tujuan pemberian Badan Usaha Milik Desa.
Pendirian BUM Desa bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perekonomian Desa.
b. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa.
c. Mengembangkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
Desa.
d. Mengembangkan rencana kerja sama antar usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga.
e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga.
f. Membuka lapangan pekerjaan.
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa.
h. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
3) Pasal 7, bentuk organisasi Badan Usaha Milik Desa.
(1)BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
(2)Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa
dan masyarakat.
4) Pasal 8, unit usaha yang dapat dibentuk oleh Badan Usaha Milik Desa.
(1)Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan
perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian
besar dimiliki oleh BUMDesa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tetang Perseroan Terbatas.
(2) Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUMDesa sebesar 60 (enam
puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
lembaga keuangan mikro.
5) Pasal 24, unit usaha keuangan Badan Usaha Milik Desa.
(1)BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai
induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa
baik dalam skala local maupun kawasan perdesaan.
(2)Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri
sendiri yangdiatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa
agar tumbuh menjadi usaha bersama.
(3)Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan usaha bersama meliputi:
a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan
kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif
b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat;dan, kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis
usaha lokal lainnya.
2.1.2 Sistem
1. Pengertian Sistem
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart (2014), sistem adalah
serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan, sebagian besar sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil
yang mendukung sistem yang lebih besar.
Mulyadi (2016), mendefinisikan sistem adalah jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Dan Menurut Susanto (2017:22) sistem ialah kumpulan/grup dari sub
sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk tujuan
tertentu.
Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
adalah jaringan prosedur yang saling terkait untuk mencapai satu tujuan yang
dimana subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.
2. Kriteria Sistem
Menurut Jogiyanto (2010), sebuah sistem memiliki karakteristik yaitu :
A. Komponen (components).
Bagian-bagian atau elemen-elemen, yang dapat berupa benda atau manusia,
berbentuk nyata atau abstrak, dan disebut subsistem.
B. Penghubung antarbagian (interface).
Sesuatu yang bertugas menjembatani satu bagian dengan bagian lain, dan
memungkinkan terjadinya interaksi/komunikasi antarbagian.
C. Batas (boundary).
Sesuatu yang membedakan antara sistem dengan sistem atau sistem-sistem lain.
D. Lingkungan (environment).
Segala sesuatu yang berada di luar sistem dan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan sistem yang bersangkutan.
E. Masukan (input).
Sesuatu yang merupakan bahan untuk diolah atau diproses oleh sistem.
F. Mekanisme pengolahan (processing).
Perangkat dan prosedur untuk mengubah masukan menjadi keluaran dan
menampilkannya.
G. Keluaran (output).
Berbagai macam bentuk hasil atau produk yang dikeluarkan dari pengolahan.
H. Tujuan (goal/objective).
Sesuatu atau keadaan yang ingin dicapai oleh sistem, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
I. Sensor dan kendali (sensor & control).
Sesuatu yang bertugas memantau dan menginformasikan perubahan-perubahan di
dalam lingkungan dan dalam diri sistem kepada sistem.
J. Umpan-balik (feedback).
Informasi tentang perubahan-perubahan lingkungan dan perubahan-perubahan
(penyimpangan) dalam diri sistem.
2.1.3 Akuntansi
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Sujarweni (2015:3), akuntansi adalah proses dari transaksi yang
dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur,
kemudian akan menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang
digunakan untuk pihak-pihak tertentu.
Kartikahadi (2016:3) mendefinisikan akuntansi adalah suatu sistem informasi
keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang
relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sebuah catatan tentang
keuangan yang kemudian digunakan untuk melaporkan informasi tentang
keuangan bagi pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.
2.1.4 Sistem Akuntansi
1. Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Warren, dkk, (2015:228) sistem akuntansi adalah sekumpulan
metode dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk
mengumpulkan data, mengelompokkan transaksi, merangkumnya ke dalam jurnal,
serta melaporkannya kedalam laporan keuangan.
Mulyadi (2016) mendefinisikan Sistem akuntansi adalah organisasi, formulir,
catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi
adalah organisasi, formulir, catatan, dan laporan yang digunakan untuk melaporkan
informasi kegiatan usaha dan keuangan sebuah perusahaan sebagai salah satu cara
untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.
Menurut Soemarso S.R (2009), pengeluaran kas adalah suatu transaksi yang
menimbulkan berkurangnya saldo kas dan bank milik perusahaan yang
mengakibatkan adanya pembelian tunai, pembayaran utang maupun hasil transaksi
yang menyebabkan berkurangnya kas.
Pengeluaran kas pada perusahaan atau instansi pemerintahan dilakukan
melalui dua sistem, yaitu: pengeluaran kas dengn cek dan pengeluaran kas dengan
uang tunai (Mulyadi 2016).
A. Fungsi Terkait
Menurut Mulyadi (2016), Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas yaitu:
1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas atau dana
Fungsi ini ketika memerlukan adanya pengeluaran kas atau dana, fungsi yang
bersangkutan mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi (bagian utang).
Permintaan cek ini harus mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi yang
bersangkutan.
2. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek
dan mengirimkan cek kepada kreditor.
3. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggungjawab atas:
a) Pencatatan pengeluaran kas kecil yang menyangkut beban dan persediaan.
b) Pencatatan transaksi pembentukan dana kas kecil.
c) Pencatatan pengisian kembali dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran kas
atau register cek.
d) Pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran dana kas
kecil (dalam fluctuating-fund-balance system).
e) Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas
dalam mengeluarkan cek sebesar dokumen tersebut. Fungsi ini juga
bertanggungjawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan dan kesahihan
dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas
keluar.
4. Fungsi Pemegang Dana Kas Kecil
Fungsi ini bertanggungjawab atas penyimpanandana kas kecil, pengeluaran dana
kas kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk, dan
permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
5. Fungsi yang memerlukan pembayaran tunai
6. Fungsi Pemeriksa Internal
Fungsi ini bertanggung jawab atas perhitungan kas secara periodik dan
mencocokan hasil penghitungannya dengan saldo kas menurut catatan akuntansi.
Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan secara
mendadak terhadap saldo kas yang ada ditangan, dan membuat rekonsiliasi bank
secara periodik.