Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Lembaga Keuangan Syariah Non Bank

“Lembaga Keuangan Mikro (BMT dan Koperasi)”

Oleh:
Refaldi R. Ihsan Nim: 2130401114

Dosen Pengampu:
Dr. H. Syuksi Iska, M Ag.
Ifelda Nengsih, SEI., MA., CRP.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PEMBAHASAN ................................................................................................................. 1

A. Pengertian dan Prosedur Pendirian BMT dan Koperasi ...................................................... 1

B. Manajemen operasional :Kepengurusan, Sumber dan alokasi dana BMT dan Koperasi ... 2

C. Jenis-Jenis Koperasi ............................................................................................................. 5

BAB II PENUTUP .......................................................................................................................... 7

A. Kesimpulan....................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Prosedur Pendirian BMT dan Koperasi


1. Pengertian BMT dan Koperasi
1.1.BMT
Baitul Maal wa Tamwil yang lebih dikenal dengan BMT adalah sebuah lembaga
keuangan mikro syariah yang biasanya berbadan hukum koperasi, yang lebih dikenal
dengan Koperasi Jasa Keuangan Sayriah (KJKS). Dalam opersionalnya telah
dijabarkan dalam Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor, 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Menurut Kepmen No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, Koperasi Jasa Keuangan
Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). BMT adalah lembaga
keuangan mikro syariah yang mempunyai ciri khas melakukan kegiatan profit oriented
dengan Baitultamwilnya, dan social oriented dengan Baitulmaalnya.1
Baitul maal wa tamwil merupakan entitas bisnis yang mempunyai badan hukum
sebagai koperasi, oleh karenanya tunduk dan patuh pada aturan-aturan tentang
perkoperasian. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 bahwa yang dimaksud
dengan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Perbedaan yang mendasar disini adalah bahwa baitul maal wa tamwil beroperasi
dengan menggunakan pola syariah dimana profit dan loss sharing dijadikan dasar
dalam setiap usahanya.2
1.2. Koperasi

1
Tho’in, M. (2011). Pengaruh Faktor-faktor Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Nasabah di Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT) Tekun Karanggede Boyolali. Muqtasid: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 2(1), 82.
2
Fathoni, Abdullah. (2018). Etika Bisnis Syariah: Bank, Koperasi, dan BMT. Jakarta Timur: Yayasan
Pendidikan Nur Azza Lestari. hlm 412.

1
Menurut Subandi (2013) pengertian koperasi berdasarkan UUD Nomor 25 tahun
1992 tentang perkoperasian bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. Pengertian koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation
yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala pekerjaan yang dilakukan
secara bersamasama sebenarnya dapat disebut koperasi.3
Dalam UU 25/1992 mengisyaratkan dua hal pokok yang sangat besar, yaitu:4
1.2.1. Pengertian koperasi yang lebih dipertegas sebagai bentuk badan usaha,
sehingga kaidah-kaidah perusahaan yang efisiensi secara tegas berlaku dalam
organisasi koperasi.
1.2.2. Dimasukkannya kerja sama sebagai salah satu prinsip dasar koperasi
indonesia. Hal ini secara langsung akan memungkinkan koperasi untuk
mengembangkan jaringan usaha bukan saja kerja sama sesama koperasi
melainkan juga kerja sama antara koperasi dan badan usaha lainnya, baik
dalam skala lokal, nasional, regional maupun internasional.

B. Manajemen operasional :Kepengurusan, Sumber dan alokasi dana BMT dan Koperasi
1. BMT
Baitul Maal Wat Tamwil menjalankan fungsi-fungsi operasionalnya meliput
penghimpunan, penyaluran, dan jasa. Islam dalam memberikan dasar-dasar pedoman
operasional lembaga keuangan syariah dapat menjalankan prinsip-prinsip, sebagai
berikut:5
1.1. Produk pembiayaan (financing)
1.2. Equity financing (pembiayaan ekuitas)
1.3. Kontrak musyarakah (joint venture proft sharing)
1.4. Kontrak mudharabah (trustee proft sharing)
1.5. Debt financing (cost plus financing)

3
Ramdhani, Y., & Lantin, R. (2016). Sistem Informasi Simpan Pinjam Berbasis Website Koperasi “Rikrik
Gemi” Smkn 15 Bandung. Jurnal Informatika, 3(2), 184.
4
Suhartono, I. (2012). Strategi Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis. Among Makarti, 4(1), 41.
5
Istiqomah, B. M. T. Skripsi dengan judul “Implementasi Manajemen Operasional Dalam. Hlm 16-17

2
1.6. Kontrak murabahah
1.7. Kontrak bai’ as salam
1.8. Kontrak bai’ al istishna’
1.9. Kontrak al ijarah
1.10. Kontrak qardh
1.11. Produk penghimpunan dana (funding)
1.12. Rekening koran (current account atau demand deposit) dengan prinsip wadi’ah.
1.13. Rekening tabungan prinsip wadi’ah atau mudharabah (saving account)
1.14. Rekening mudharabah mutlaqah untuk investasi umum (investment account)
1.15. Rekening mudharabah muqayyadah untuk investasi khusus (special investment
acoount)
1.2. Produk jasa
1.2.1. Letter of credit (jaminan peminjaman) dengan prinsip wakalah,
musyarakah, atau mudharabah.
1.2.2. Garansi bank prinsip kafalah.
1.2.3. Transfer and prinsip wakalah
1.2.4. Jual beli valuta asing atau valas (sharf).
2. Koperasi
Koperasi menjalankan 4 fungsi manajemen yang di rumuskan George R Terry,
yaitu:6
2.1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan biasanya dilaksanakan pada permulaan atau merupakan langkah
awal dari sebuah perusahaan ataupun organisasi, sehingga waktu perencanaan
dilakukan awal sebelum dibentuknya sebuah organisasi (koperasi). Perencanaan
berperan dalam menentukan tujuan dan prosedur mencapai tujuan, memungkinkan
perusahaan mendapat sumber daya untuk mencapai tujuan, memperjelas bagi
anggota perusahaan melakukan berbagai kegiatan sesuai tujuan dan prosedur dan
memungkinkan untuk memantau dan mengukur keberhasilan organisasi serta
mengatasi bila ada kekeliruan.

6
Oktavia, Reza. (2021). Skripsi:Manajemen Operasional Koperasi Simpan Pinjam Bawakaraeng
Sejahtera Kota Makassar
(Analisis Manajemen Syariah). Parepare: Iain Parepare. hlm 35-43.

3
2.2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian yang dimaksud ialah mengelompokkan kegiatan yang
diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari
setiap unit yang ada dalam organisasi serta menetapkan kedudukan dan sifat
hubungan antara masing-masing unit tersebut. Tujuan dari pengorganisasian dalam
koperasi adalah untuk mengelompokkan kegiatan, sumber daya manusia, dan sumber
daya lainnya yang dimiliki koperasi agar pelaksanaan dari perencanaan dilakukan
secara efektif dan efisien. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam
pengorganisasian koperasi yakni jenis struktur organisasi koperasi yang akan
diselenggarakan
2.3. Actuating (Pengarahan)
Fungsi pengarahan sangat bergantung pada pimpinan perusahaan. Pimpinan
perusahaan harus mengadakan komunikasi kepada para bawahannya dengan
menjelaskan rencana perusahaan, tugas-tugas yang harus dilaksanakan, serta
memberikan motivasi pada karyawan agar para karyawan memiliki semangat yang
besar dalam bekerja dan mencapai tujuan perusahaan. Pengarahan dalam koperasi
merupakan penerapan rencana-rencana koperasi oleh masing-masing fungsi dan
unsur dalam koperasi. Secara keseluruhan, tanggung jawab fungsi pengarahan ialah
tanggung jawab seluruh pengurus koperasi.
2.4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan harus dilakukan, sehingga jika terjadi sesuatu di luar dari rencana
yang telah ditetapkan atau sesuatu yang tidak diinginkan, perusahaan dapat bertindak
dengan segera sehingga resiko atau hal buruk tidak terjadi pada perusahaan, karena
fungsi ini mengukur pelaksanaan operasional perusahaan. Fungsi manajemen ini
dapat dilakukan oleh intern perusahaan itu sendiri atau dari ekstern perusahaan.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan koperasi dilakukan oleh
pengurus.

4
C. Jenis-Jenis Koperasi
UUD Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian Pasal 82, jenis koperasi didasarkan
pada kesamaan kegiatan usaha dan/atau kepentingan ekonomi. Jenis koperasi terdiri dari
empat jenis, yaitu:7

1. Koperasi konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan dibidang penyediaan barang kebutuhan anggota dan non anggota.
2. Koperasi Produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha
pelayanan dibidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang
dihasilkan anggota kepada anggota dan non anggota.
3. Koperasi Jasa
Koperasi Jasa adalah koperasi yang menyelenggaran kegiatan usaha pelayanan
jasa non simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan non anggota.
4. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan
pinjam sebagai salah satu usaha yang melayani anggota.
UUD Nomor 17 tentang Perkoperasian dibatalkan pada hari rabu tanggal 28
mei 2014 oleh MK dan kembali ke UUD no 25 than 1992 tentang perkoperasian.
Dalam UUD nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian jenis koperasi dibedakan
menjadi lima yaitu:8
1. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalam koperasi yang bergerak dibidang simpanan dan
pinjaman sebagai salah satu usaha yang melayani anggotanya.
2. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan
menjalankan kegiatan jual beli menjual barang konsumsi.
3. Koperasi Produsen

7
Priliandani, N. M. I., Juniariani, N. M. R., & Mariyatni, N. P. S. (2018). Pengaruh Ukuran Koperasi, Jenis
Koperasi Serta Pengalaman Kepengurusan Manajemen terhadap Kualitas Sistem Pengendalian Intern
pada Koperasi di Kabupaten Tabanan. Jurnal Aplikasi Akuntansi, 3(1), 152-154.
8
Ibid.

5
Koperasi produsen adalah koperasi yang beranggotakan para pengusaha kecil
dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya.
4. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran adalah koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan
produk/jasa koperasi atau anggotanya.
5. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang bergerak dibidang usaha jasa lainnya dan
koperasi yang menyelengggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non sismpan pinjam
yang diperlukan oleh anggota dan non anggota.

6
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
BMT adalah sebuah lembaga keuangan mikro syariah yang biasanya berbadan hukum
koperasi, yang lebih dikenal dengan Koperasi Jasa Keuangan Sayriah (KJKS).Baitul maal wa
tamwil merupakan entitas bisnis yang mempunyai badan hukum sebagai koperasi, oleh
karenanya tunduk dan patuh pada aturan-aturan tentang perkoperasian. Dalam Undang-
undang Nomor 25 Tahun 1992 bahwa yang dimaksud dengan Koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.

Pengertian koperasi berdasarkan UUD Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian


bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.Dalam UU 25/1992
mengisyaratkan dua hal pokok yang sangat besar yaitu Pengertian koperasi yang lebih
dipertegas sebagai bentuk badan usaha dan dimasukkannya kerja sama sebagai salah satu
prinsip dasar koperasi indonesia.

Baitul Maal Wat Tamwil menjalankan fungsi-fungsi operasionalnya meliput


penghimpunan, penyaluran, dan jasa. Koperasi menjalankan 4 fungsi manajemen, yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pengarahan), dan
Controlling (Pengawasan).

Terdapat 5 jenis koperasi yaitu, Koperasi konsumen , Koperasi Produsen , Koperasi Jasa,
Koperasi Simpan Pinjam , dan Koperasi Pemasaran. Kelima jenis ini didasari pada UUD
Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian Pasal 82, jenis koperasi didasarkan pada
kesamaan kegiatan usaha dan/atau kepentingan ekonomi dan UUD Nomor 17 tentang
Perkoperasian dibatalkan pada hari rabu tanggal 28 mei 2014 oleh MK dan kembali ke UUD
no 25 than 1992 tentang perkoperasian.

7
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, Abdullah. (2018). Etika Bisnis Syariah: Bank, Koperasi, Dan BMT. Jakarta Timur:
Yayasan Pendidikan Nur Azza Lestari.

Istiqomah, B. M. T. Skripsi Dengan Judul “Implementasi Manajemen Operasional Dalam.

Oktavia, Reza. (2021). Skripsi:Manajemen Operasional Koperasi Simpan Pinjam Bawakaraeng


Sejahtera Kota Makassar (Analisis Manajemen Syariah). Parepare: Iain Parepare.

Priliandani, N. M. I., Juniariani, N. M. R., & Mariyatni, N. P. S. (2018). Pengaruh Ukuran


Koperasi, Jenis Koperasi Serta Pengalaman Kepengurusan Manajemen Terhadap
Kualitas Sistem Pengendalian Intern Pada Koperasi Di Kabupaten Tabanan. Jurnal
Aplikasi Akuntansi, 3(1).

Ramdhani, Y., & Lantin, R. (2016). Sistem Informasi Simpan Pinjam Berbasis Website Koperasi
“Rikrik Gemi” Smkn 15 Bandung. Jurnal Informatika, 3(2).

Suhartono, I. (2012). Strategi Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis. Among Makarti,


4(1).

Tho’in, M. (2011). Pengaruh Faktor-Faktor Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Nasabah Di


Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Tekun Karanggede Boyolali. Muqtasid: Jurnal Ekonomi
Dan Perbankan Syariah, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai