Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Lembaga Mikro
Syariah

Dosen Pengampu :
Irfan Harmoko, SEI. MM.

Disusun oleh :
Tiara Nur Anggraini (934223219)
Dewi Roudlotus Saidah (934223419)
Ike Dyah Ayu Agustin (934222119)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PRODI PERBANKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (IAIN KEDIRI)
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)”.
Penulis Makalah ini banyak mendapatkan bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung dari berbagai pihak, karena itu penulis menyadari akan keterbatasan pada diri penulis.
Oleh sebab itu sudah sewajarnya penulis menghaturkan hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Irfan Harmoko, SEI. MM.
2. Teman-teman yang turut membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
3. Keluarga atas dukungan dan doa yang telah diberikan.
4. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun selama penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kata
sempurna.Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya,
semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam.

Kediri, 5 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
A. Tujuan Pembahasan ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2

A. Definisi Lembaga Keuangan Mikro Syariah ...................................... 2


B. Sejarah Perkembangan Lembaga Mikro Syariah ............................... 5
C. Perbedaan Dengan Lembaga Keuangan Mikro Lainnya .................... 9
BAB III PENUTUP ...............................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah lembaga keuangan yang
khsusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat sesuai dengan sistem syariah, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelola simpanan, maupun
pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari
keuntungan.
Eksistensi lembaga keungan mikro syariah jelas memiliki arti penting bagi
pembangunan ekonomi berwaawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi
pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan ekonomi yang
berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi penyangga utama sistem perekonomian
nasional. Hal ini menunjukkan bahwa peran LKMS sangat berarti bagi masyarakat
karena ini merupakan suatu lembaga mikro syariah yang mampu memecahkan
permasalahan fundamental yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah
khususnya di bidang permodalan. LKMS tidak hanya berfungsi dalam penyaluran
modal tetapi juga berfungsi untuk menangani kegiatan sosial.
Untuk itu perlunya kita mengetahui bagaimana eksistensi Lembaga Keuangan
Mikro Syariah dari sisi sejarahnya di Indonesia. Pada makalah ini akan dibahas definisi,
sejarah, dan perbedaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi lembaga keuangan mikro syariah?
2. Bagaimana sejarah perkembangan lembaga keuanagan mikro syariah?
3. Bagaimana perbedaan lembaga keuangan mikro syariah dengan lembaga keuangan
mikro yang lainnya?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi lembaga keuangan mikro syariah.
2. Mengetahui Sejarah perkembangan lembaga keuanagan mikro syariah.

1
3. Mengetahui Perbedaan lembaga keuangan mikro syariah dengan lembaga
keuangan mikro yang lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lembaga Keuangan Mikro Syariah


Bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 UU no. 1 Tahun 2013, disebutkan bahwa
LKM atau lembaga keuangan mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk
memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat baik melalui
pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,
pengelolaan simpanan, maupu pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak
semata – mata mencari keuntungan. Dalam operasionalnya LKM dapat dijalankan secara
konvensional atau dengan prinsip syariah. Secara definitif memang tidak ada pengertian
LKM Syariah dalam UU LKM maupun dalam serangkaian ketentuan yang dikeluarkan
oleh OJK, akan tetapi secara tersirat dapat disimpulkan bahwa pengertian LKM Syariah
adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala
mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa
konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata- mata mencari keuntungan yang di
dalam operasionalnya menerapkan prinsip syariah.1
Dari pengertian tentang LKM Syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa LKM
Syariah memiliki unsur sebagai berikut:
1. Lembaga Keuangan
Sebagai lembaga keuangan, LKM Syariah berfungsi seagai sistem intermediasi
atau perantara, dimana dalam konteks ini LKM Syariah berfungsi sebagai perantara
atau penghubung antara orang yang mempunyai surplus dana (dana berlebih) dengan
orang yang difisit dana (membutuhkan dana), dan sebagai perantara maka LKM
Syariah mempunyai tiga fungsi yaitu menghimpun dana dalam bentuk tabungan dan
simpanan, mengadministrasikan dana dan menyalurkan dananya dalam bentuk
pembiayaan/ piutang/ pinjaman, dari proses inilah kemudian LKM Syariah menerima

1
Lembaga Diklat Profesi Pinbuk LAZNAZ BSM Umat, bahan Bacaan Manajemen Lembaga Keuangan Mikro
Syariah, Bogor, 2017, 133-134.

3
dan membagikan bagi hasil dari dan untuk nasabah atau pihak lain yang menyimpan
atau menabung pada LKM Syariah.
2. Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha menjadi tujuan utama LKM Syariah sehingga pengembangan
usaha nasabah menjadi tolak ukur keberhasilan LKM Syariah baik dari segi
peningkatan skala ekonomi maupun cakupan usaha.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memeperkuat unsur – unsur keberdayaan
itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam
kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memapukan dan
memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menjadi tujuan utama sehingga
berdayanya masyarakat yang merupakan nasabah LKM Syariah menjadi salah satu
tolak ukur keberhasilan sebuah LKM yang dalam implementasinya bisa terkait dengan
konsep kemandirian (self help), partisipasi (participation), jaringan kerja (networking),
dan pemerataan (equity).
4. Simpanan
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada LKM Syariah
dalam bentuk tabungan dan/atau deposito berdasarkan perjanjian penyimpanan dana,
dalam konteks LKM Syariah simpanan adalah sarana yang digunakan LKM Syariah
untuk pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat.
5. Pinjaman atau Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh LKM Syariah kepada masyarakat yang
harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan dengan prinsip syariah. Dalam
konteks LKM Syariah simpanan adalah sarana yang digunakan LKM untuk
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat.
6. Skala Mikro
Skala mikro memiliki pengertian bahwa LKM Syariah harus beroperasi pada
tingkat mikro. Ini artinya yang menjadi nasabah untuk pembiayaan LKM Syariah
adalah mereka yang membutuhkan pembiayaan dibawah kecil yang pada kenyataannya
tidak bisa dijangkau oleh sistem perbankan. Maka dalam konteks ini LKM Syariah

4
harus mengutamakan kelompok usaha yang layak dan tidak bankable. Ketika LKM
Syariah beroperasi di wilayah ini menjadi mutlak perlunya proses pendampingan yang
dilakukan oleh LKM Syariah untuk anggotanya. Jadi, kalau dilihat dari sistem
operasionalnya maka LKM Syariah tidak dapat disamakan dengan sistem bank
(perbankan) tetapi lebih menyerupai ventura dimana fungsi pendampingan dan
pembinaan terhadap nasabahnya menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan oleh
LKM Syariah.
7. Jasa Konsultasi Pengembangan Usaha
Jasa konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir. Dalam
konteks LKM Syariah adalah produk pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha
untuk nasabah dalam rangka pembangunan usaha dan pemberdayaan, yang dalam
praktiknya dapat menggunakan akad ijarah maupun ju’alah.
8. Prinsip Syariah
LKM Syariah dalam segala aspek operasional harus tunduk dan tidak boleh keluar
dari tatanan syariah. Maka dalam konteks ini menjadi suatu kewajiban bagi para
pengurus atau direksi dan pengelola LKM Syariah mengetahui dan memahami
ekonomi syariah dan fiqih muamalah dan setidaknya dalam LKM Syariah wajib adanya
dewan pengawas syariah yang berfungsi sebagai pengawas dan pengendali operasi
LKM Syariah agar tidak keluar dan melakukan penyimpangan dari konsep syariah.

B. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah


1. Sejarah Perkembangan Keuangan Mikro pada Zaman Penjajahan
Perkembangan lembaga keuangan mikro di Indonesia dimulai sejak lebih dari satu
abad yang lalu, yaknii diawali dengan pendirian Hulp en Spaar Bank Der Inlandsche
Bestuurs Amtenaren (Bank Priyayi Purwokerto) pada bulan Desember tahun 1895 oleh
Raden Aria Wirjaarmadja. Tujuan didirikannya bank tersebut adalah untuk memenuhi
kebutuhan pegawai pemerintahan daerah di Purwokerto, Jawa Tengah. Modal awal
bersumber dari orang-orang pribumi dan eropa oleh pemerintah Belanda. Bank tersebut
memberikan pinjaman kepada anggota-anggotanya dan memobilisasi dana melaui
simpanan dan iuran. Pada tahun 1897 pemerintah belanda Sienurgh digantikan oleh De

5
Wolffvan Westerrode ia merupakan seorang pendukung setiap kredit pertanian. Dia
juga telah mengembangkan dan mengorganisasikan kembali bank tersebut terutama
dari sektor pertanian yang baru dan diberi nama yaitu Poerwokertosche Hulp, Spaar en
Landbouweredietbank. Bank ini memberikan kredit konsumtif bukan hanya untuk
pegawai pemerintah tetapi juga untuk orang-orang di Purwokerto. Pendirian kedua
bank ini pada abad ke-19 sudah banyak melahirkan ribuan bank desa kecil lainnya
beserta jutaan peminjam mikro di Jawa, Madura, Sumatra, Bali, Lombok dan Manado
hingga awal dekade abad 20. Pada tahun 1929 pemerintah kolonial belanda telah secara
resmi mengakui keberadaan bank-bank tersebut melalui Staatsblad No. 357 Undang-
Undang Lembaga Perkreditan Desa yang sekarang dikenal dengan nama Badan Kredit
Desa (BKD). Puncak dari perkembangan lembaga tersebut adalah dengan didirikannya
Bank AVB pada tahun 1934 berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda pada
tanggal 19 Februari 1934 No.20 yang kemudian menjadi BRI.2
2. Sejarah Lembaga Keuangan Mikro pada Zaman Kemerdekaan
Perkembangan LKM pada saat penjajahan telah memberi inspirasi dan mendorong
pendirian serta perkembangan LKM pada zama kemerdekaan.
• Masa Orde Lama
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1966), sistem keuangan
begitu formal sangat dikekang dan hampir mengalami kehancuran akibat dari
kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Soekarno. Kebijakan-
kebijakan tersebut berhasil menghapuskan semua kepemilikan atau keterlibatan
orang asing dalam sistem perbankan dan nasionalisasi bank-bank yang dahulu milik
belanda. Hal tersebut diikuti dengan adanya konsolidasi bank-bank hasil
nasionaisasi menjadi sebuah lembaga yang menggabungkan fungsi bank snetral
dan komersial. Pada tahun 1966, terjadi krisis ekonomi yang diperparah oleh krisis
politik yang menyedihkan sehingga mendorong terjadinya transisi keras lalu
membawa Jenderal Soeharto memperoleh kekuasaannya.
• Masa Orde Baru-Sekarang
Presiden Soeharto telah berhasil dalam pendirian sistem keuangan formal,
terutama lembaga keuangan mikro, elemen yang membuat pelayanan tabungan dan

2
Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), 1.

6
kredit dapat diakses secara berkelanjutan oleh kelompok besar dipedesaan. Awal
pemerintahan Soeharto dimulai pada tahun 1997 yaitu cenderung menekankan
pemulihan ekonomi Indonesia melalui sektor moneter dan keuangan, terutama
dengan memerangi inflasi. Tujuannya untuk memfasilitasi tumbuhnya layanan
keuangan terutama sektor perbankan khususnya melalui pendirian Bank
Pembangunan Daerah (BPD). Bank ini didirikan akhir tahun 1960 oleh
pemerintahan Soeharto, BPD beroperasi sebagai bank komersial yang dikelola
pemerintah provinsi (yang menyediakan dana untuk modal awal) dan membantu
membiayai kebijakan-kebijakan ekonomi daerah. Dengan adanya kebijakan
keuangan saat orde baru, Lembaga Dana Kredit Pedesaan(LKDP) didirikan selama
periode 1940 (awal periode pemulihan ekonomi) sampai tahun 1988, ketika
reformasi keuangan mencabut larangan bank baru. LKDP (kebangkitan gerakan
bank pedesaan paska penjajahan) merupakan istilah secara umum untuk beberapa
jenis lembaga kredit dan simpanan kecil yang ada, sesuai dengan daerah masing-
masing. Lembaga-lembaga ini diperlakukan sebagai lembaga keuangan non bank.
Pada tahun 1972 pemerintah provinsi Jawa Barat dan Sumatera Barat
mendirikan beberapa lembaga keuangan nonbank yang mereka sebut Lembaga
Prekreditan Kecamatan (LPK) berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat
No.171 tahun 1972 dan Lumbung Pitih Ngarsi (LPN) organisasi kredit desa
berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Barat No.085 tahun 1972. Pada era
Soeharto pemerintahan RI meluncurkan sebuah program untuk mencapai
kemandirian dalam produksi beras pada tahun 1969. Pemerintah menggunakan BRI
untuk menjalankan kebijakan kreditnya yang disebut dengan Program Kredit
Bimbingan Masyarakat (BIMAS). BRI dibagi menjadi dua jaringan utama yaitu
Sistem Unit Desa BRI dan KUD. Pada tahun 1984 BRI mulai menjalankan program
baru seperti Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES). Pada tahun 1985 meluncurkan
sebuah paket instrument simpanan SIMPEDES dan SIMASKOT. Pada Oktober
1988 pemerintah RI meluncurkan Keputusan Pemerintah tentang Reformasi
Perbankan dan Sektor Keuangan yang disebut PAKTO 88. Salah satu efek penting
reformasi pakto 88 yaitu munculnya salah satu jenis LKM, yaitu Bank Pengkreditan
Rakyat (BPR). Indonesia telah mengembangkan keuangan mikro Islam yang

7
melayani masyarakat, baik berupa simpanan atau pembiayaan. Lembaga keuangan
mikro Islam dalam badan hukum koperasi pertama kai didirikan adalah BMT
“Ridho Gusti” pada Tahun 1990 di Bandung.
Bayt al mal wa al tamwil (BMT) yang lebih di kenal di Indonesia dengan
istilah Baitul Mal wa tamwil merupakan lembaga ekonomi tingkat mkro dan kecil,
bukan termasuk koperasi dan bukan pula bank, tetapi berada di tengah-tengah
antara kedua lembaga tersebut, yang melayani tabungan maupun pembiayaan,
dengan sistem syariah.3 Namun saat ini telah di akomodir oleh pemerintah melalui
Departemen Koperasi, yang secara kelembagaan dapat terdaftar sebagai Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS). BMT secara konseptual memiliki dua fungsi yaitu
sebagai bayt al tamwil dan bayt al mal. Beberapa lembaga keuangan mikro Islam
terdapat pelopor lainnya antar lain BMT Bina Insan Kamil (BIK) yang berdiri di
Jakarta pada tahun 1992 dan BMT Ibnama yang berdiri di Semarang pada tahun
yang sama. Pada masa itu kegiatan keuangan mikro konvesional juga telah banyak
berdiri yang di selenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bawah
naungan PHBK (Program Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat)
Bank Indonesia. Perkembangan LKMS di indonesia tidak bisa terlepas dari peran
dua lembaga sosial ekonomi yang sampai saat ini masih eksis dan kredibel di
masyarakat yaitu Dompet Dhuafa (DD) dan Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil
(PINBUK). Kedua lembaga ini yang melahirkan banyak Bayt al-mal wa tamwil
(BMT) diIndonesia.4
Evolusi keuangan mikro Islam di Indonesia, dibagi dalam beberapa tahap
yaitu :
a. Tahap Pertama, Perkenalan: Pendirian Koperasi Syariah pada tahun 1990.
b. Tahap Kedua, Pertumbuhan yang sangat cepat : Berdirinya PINBUK
tahun1995 yang mensponsori dan mensosialisasikan koperasi syariah di
Indonesiatahun 1997 s/d 19983.
c. Tahap Ketiga, pertumbuhan melambat :pasca krisis moneter , tahun 2000.
d. Tahap Keempat, Stagnan, dan menurun, tahun 2003

3
Seibel, Islamic Microfinance in Indonesia, (GTZ.2005), 18.
4
M. Amin Aziz, Kegigihan Sang Perintis, (Jakarta: Embun Publishing, 2007), 55.

8
Perkembangan lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dan juga berperan secara strategis dalam
perekonomian di Indonesia.
C. Perbedaan Dengan Lembaga Keuangan Mikro Lainnya
Lembaga Keuangan Mikro diartikan sebagai lembaga keuangan yang dibentuk
dengan tujuan khusus untuk memberikan jasa dalam hal pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala
mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan maupun pemberian jasa
konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata- mata mencari keuntungan (Baskara,
2013).5
Analisis mengenai manajemen keuangan dapat dilihat dari empat hal utama, yaitu
(1) Perencanaan Keuangan adalah bagaimana para pengelola keuangan menemukan cara
terbaik dan sebagai dasar untuk mencapai tujuan perusahaan. (2) Pencatatan Keuangan
adalah bentuk pencatatan transaksi keuangan dengan melakukan rekam keuangan sehingga
pemasukan dan pengeluaran keuangan akan semakin jelas. (3) Pelaporan Keuangan adalah
memberikan penilaian dari pelaksanaan kegiatan keuangan kepada pihak yang
berkepentingan untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan keuangan dan (4)
Pengendalian Keuangan adalah bagaimana mengendalikan keuangan untuk mampu
membiayai semua keperluan usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan (Wardi,
Liviawati & Wiyati, 2018).6
Lembaga Keuangan syariah menggunakan prinsip syariah dalam setiap
operasionalnya. Lembaga keuangan syariah yang menguntungkan prinsip syariah
contohnya ada BTM, BMT, dan koperasi syariah. Negara Indonesia yaitu salah satu negara
yang penduduk nya mayoritas beragama islam, sehingga tidak heran jika negara Indonesia
banyak lembaga keuangan syariah dengan menggunakan prinsip syariah sesuai dengan
ajaran islam. Lembaga keuangan syariah yaitu lembaga yang menyediakan jasa keuangan
bagi masyarakat yang membutuhkan dana untuk mendirikan usaha baru dan juga sebagai

5
Maria Agape dkk, “Analisi Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Ketimpangan Pendapatan di Indonesia” ,(Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Flores, Vol. 12, No. 01, Maret
2022, halaman 60-74), 65.
6
Synta Dewi, Laela Susdiani, “Pengaruh Praktek Manajemen Keuangan dan Inovasi Terhadap Kinerja Keuangan
Usaha Mikro Kecil Menengah Selama Masa Pandemi Covid-19 di Kota Depok”, (Jurnal Manajemen Strategi dan
Simulasi Bisnis (JMASSBI) Vol 2. No. 1 2021, halaman 1-21), 8.

9
jasa pinjaman atau tabungan agar masyarakat sekitar dapat mengembangkan usaha karena
lembaga keuangan syariah sendiri tidak semata-mata mencari keuntungan melainkan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang kurang mampu agar dapat
mengentaskan kemiskinan di negara Indonesia (Sudarsono, 2003).7
Adanya kehadiran lembaga yang berpijak pada syariah diharapkan dapat
meminimalisir praktik riba, membantu perekonomian umat, serta menarik minat
masyarakat untuk giat menabung atau berinvestasi. Sehingga dapat dijadikan solusi utama
dalam mengedepankan perekonomian dan mengurangi angka kemiskinan. Sama hal nya
yang dikatakan oleh (Muheramtohadi, 2017), bahwa semakin berkembangnya lembaga
syariah akan semakin berkurangnya pula praktik rentenir yang beredar dimasyarakat.
Masih dalam cakupan LKS, LKS ini memiliki lembaga yang sama namun untuk sasaran
lebih sempit, yaitu Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Sama hal nya dengan LKS, LKMS
merupakan suatu lembaga berprinsip syariah yang memberdayakan pelaku usaha UMKM
dan UMK dengan memberikan dana dalam bentuk pinjaman maupun pembiayaan. Dengan
kata lain LKMS hanya berfokus pada UMKM dan UMK. Lembaga yang menaungi pelaku
usaha mikro dapat meminimalisir kemiskinan (N. Dewi, 2017). Menurut (Mujiono, 2017)
pendirian lembaga mikro atas dasar pemberdayaan ekonomi umat dengan mengalokasikan
simpanan, pinjaman, dan pembiayaan berbasis non profit oriented untuk membantu pelaku
usaha dalam mengembangkan bisnisnya.
Peran lembaga keuangan mikro syariah sangat diperlukan oleh usaha kecil
menengah terutama dalam hal pemodalan yang dapat digunakan untuk memperluas pasar
dan mengembangkan usahanya sehingga berkontribusi besar dalam perekonomian
nasional. 8

7
Afnan Solekha dkk, “Baitul Maal Wa Tamwil Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah Pemberdaya Ekonomi
Umat”, (Jurnal of Sharia Finance and Banking, Vol. 1, No. 1, 2021, halaman 44-58), 47.
8
Jenita, Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kecil Menengah.
(Padang: Al Masraf. 2017), 189.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk
memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat baik melalui
pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,
pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang
tidak semata – mata mencari keuntungan. Dalam operasionalnya LKM dapat dijalankan
secara konvensional atau dengan prinsip syariah. Secara definitif memang tidak ada
pengertian LKM Syariah dalam UU LKM maupun dalam serangkaian ketentuan yang
dikeluarkan oleh OJK, akan tetapi secara tersirat dapat disimpulkan bahwa pengertian
LKM Syariah adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan,
maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata- mata
mencari keuntungan yang di dalam operasionalnya menerapkan prinsip syariah
Adanya kehadiran lembaga yang berpijak pada syariah diharapkan dapat
meminimalisir praktik riba, membantu perekonomian umat, serta menarik minat
masyarakat untuk giat menabung atau berinvestasi. Sehingga dapat dijadikan solusi
utama dalam mengedepankan perekonomian dan mengurangi angka kemiskinan.
semakin berkembangnya lembaga syariah akan semakin berkurangnya pula praktik
rentenir yang beredar dimasyarakat. Masih dalam cakupan LKS, LKS ini memiliki
lembaga yang sama namun untuk sasaran lebih sempit, yaitu Lembaga Keuangan Mikro
Syariah. Sama hal nya dengan LKS, LKMS merupakan suatu lembaga berprinsip
syariah yang memberdayakan pelaku usaha UMKM dan UMK dengan memberikan
dana dalam bentuk pinjaman maupun pembiayaan. Dengan kata lain LKMS hanya
berfokus pada UMKM dan UMK. Lembaga yang menaungi pelaku usaha mikro dapat
meminimalisir kemiskinan. pendirian lembaga mikro atas dasar pemberdayaan ekonomi
umat dengan mengalokasikan simpanan, pinjaman, dan pembiayaan berbasis non profit
oriented untuk membantu pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya.
B. Saran

11
Setelah menyusun makalah terkait dengan manajemen lembaga keuangan mikro
syariah, penulis berharap agar dapat dikembangkan dan dipraktekan dalam kampus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afnan Solekha, dkk. 2021. Baitul Maal Wa Tamwil Sebagai Lembaga Keuangan
Mikro Syariah Pemberdaya Ekonomi Umat. Jurnal of Sharia Finance and Banking,
Vol. 1, No. 1.

Aziz, M. Amin. Kegigihan Sang Perintis. Jakarta: Embun Publishing.

Jenita. 2017. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Pemberdayaan


Ekonomi Masyarakat Kecil Menengah. Padang: Al Masraf.

Lembaga Diklat Profesi Pinbuk LAZNAZ BSM Umat. 2017. Bahan Bacaan
Manajemen Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Bogor.

Maria Agape, dkk. 2022. Analisi Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro dan Indeks
Pembangunan Manusia terhadap Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, (Jurnal
Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Flores, Vol.12, No.01.

Subagyo, Ahmad. 2015. Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah.


Jakarta: Mitra Wacana Media.

Seibel. 2005. Islamic Microfinance in Indonesia. GTZ.

Synta Dewi, Laela Susdiani. 2021. Pengaruh Praktek Manajemen Keuangan dan
Inovasi Terhadap Kinerja Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah Selama Masa
Pandemi Covid-19 di Kota Depok. Jurnal Manajemen Strategi dan Simulasi Bisnis
(JMASSBI) Vol 2. No. 1.

13

Anda mungkin juga menyukai