SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
NURUL HUTAMI HALIFAH
145106067
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
”Pengaruh Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha” studi kasus pada Koperasi
Poly Rama Purwakarta, yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini penyusun banyak menemukan hambatan,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, serta masukan dari
teman-teman maka penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada para dosen Program Studi Akuntansi yang telah mengajarkan dan
membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan penyusun semoga skripsi dengan
judul tersebut dapat di setujui oleh para dosen pembimbing dan dapat disetujui
oleh pihak koperasi tempat penyusun melakukan penelitian. Sehingga Skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 155), Modal kerja yaitu aktiva
lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke
bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau Modal kerja adalah
kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal giro, cek, deposito),
piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun
atau jangka waktu operasi normal perusahaan.
Dari konsep tersebut, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam dua jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang
ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja,
artinya mulai dari kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan
nilai aktiva lancar lainnya.
2. Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen
aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang
jangka pendek).
Berdasarkan konsep dari modal kerja diatas, penulis akan berfokus pada
konsep kuantitatif atau yang disebut dengan modal kerja kotor (gross working
capital), data yang diambil berupa laporan keseluruhan dari total aktiva lancar.
Jadi, aktiva lancar disini merupakan pemakaian modal kerja yang dikumpulkan
oleh koperasi lalu selanjutnya digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional
sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana
diperolehnya modal kerja tersebut, baik yang berasal dari hutang jangka panjang
ataupun hutang jangka pendek.
Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001 : 79), “Semakin tinggi
partisipasi anggota maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima
anggota”. Partisipasi anggota adalah partisipasi modal berupa modal sendiri dan
5
transaksi lainnya yang dilakukan oleh anggota dan berkaitan langsung dengan
asset lancar. Apabila semakin besar modal kerja yang diperoleh, maka akan
semakin besar pada keleluasaan para anggotanya dalam beroperasi untuk
meningkatkan volume usahanya sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan
SHU yang dapat diperoleh pihak koperasi. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya (modal
kerja) dalam memperoleh SHU.
2.1.1 Koperasi
7
8
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 155), Modal kerja yaitu aktiva
lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke
bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau Modal kerja adalah
kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal giro, cek, deposito),
piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun
atau jangka waktu operasi normal perusahaan.
1. Konsep Kuantitatif
Yaitu menggambarkan keseluruhan (jumlah) dari aktiva lancar, dimana
aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula dalam jangka
waktu pendek. Konsep ini disebut modal kerja kotor (Gross Working Capital).
Berdasarkan konsep tersebut diatas dapat disimpulan, bahwa konsep
tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan
tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, baik yang berasal
dari hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek.
Modal yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau
margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek
yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan
likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan
kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar, atau
merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas. Konsep ini disebut
modal kerja bersih (net working capital).
Berdasarkan konsep tersebut diatas dapat disimpulan, bahwa konsep
tersebut menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang
lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek,
serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan
lainnya.
3. Konsep Fungsional
Menitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan
pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan dan menghasilkan pendapatan
13
pada periode akuntansi pada periode masa depan. Jadi menurut konsep ini dana
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan
maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya adalah kas, piutang dagang
sebesar harga pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan pada
periode tersebut.
Dari konsep tersebut, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam dua jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang
ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja,
artinya mulai dari kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan
nilai aktiva lancar lainnya.
2. Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen
aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang
jangka pendek).
Berdasarkan konsep dari modal kerja diatas, penulis akan berfokus pada
konsep kuantitatif atau yang disebut dengan modal kerja kotor (gross working
capital), data yang diambil berupa laporan keseluruhan dari total aktiva lancar.
Jadi, aktiva lancar disini merupakan pemakaian modal kerja yang dikumpulkan
oleh koperasi lalu selanjutnya digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional
sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana
diperolehnya modal kerja tersebut, baik yang berasal dari hutang jangka panjang
ataupun hutang jangka pendek.
Ada dua sumber modal yang dapat dijadikan modal kerja koperasi yaitu
sebagai berikut:
a. Secara Langsung
Dalam mendapatkan modal secara langsung ini ada tiga cara klasik yang
dapat dilakukan oleh para pengurus koperasi, yaitu:
Mengaktifkan simpanan wajib anggota sesuai dengan besar kecil
penggunaan volume penggunaan jasa pelayanan koperasi yang
dimanfaatkan oleh anggota tersebut
Mengaktifkan pengumpulan tabungan para anggota
15
1. Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk
mengakumulasikan potensi keuangan para pendiri dan anggotanya yang meskipun
pada awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.
2. Modal Sendiri
a. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke
dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada
saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik
kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan
masih tercatat menjadi anggota koperasi.
b. Simpanan Wajib
Konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua
anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan
16
Yaitu modal yang bersumber dari pemerintah atau dari masyarakat dalam
bentuk investasi, terutama dalam hubungan ini diatur bahwa para pemilik modal
penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota dan dalam
menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan, namun pemilik modal dapat
diikutkan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi sesuai perjanjian.
Kredit yang berasal dari bank, himpunan anggota dan masyarakat harus
dikelola secara baik dan terpercaya, maka pemberian kredit kepada pihak yang
memerlukan harus pula memenuhi beberapa kriteria yang lazim digunakan dunia
perbankan, yaitu 4P (Personality, purpose, prospect, dan payment). Selain formula
4P ada pula yang biasa digunakan dunia bank dalam menilai calaon peminjam,
18
disimpulkan bahwa ada hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan
koperasinya dalam memperroleh SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha
dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan
diterima.
b. Beban pokok pelayanan yaitu nilai beli yang dikeluarkan ditambah biaya
perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan anggota dalam satu
periode akuntansi.
20
c. Beban pokok penjualan non anggota untuk koperasi produsen yaitu harga
pokok produk yang dikeluarkan ditambah dengan biaya perolehan hingga
barang/jasa siap dijual dengan non anggota dalam satu periode akuntansi.
1) Bahan Langsung :
Adalah penjumlahan dari peredaran usaha neto anggota dan non anggota
dikurangi harga pokok penjualan.
4. Beban Operasional
Adalah biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas operasional
koperasi yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan aktivitas
usaha koperasi.
SHU total koperasi adalah sisa hasil usaha yang terdapat pada neraca atau
laporan laba-rugi koperasi setelah pajak (profit after tax). Informan ini diperoleh
dari neraca atau laporan laba-rugi koperasi.
Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual beli barang atau jasa),
antara anggota dan koperasinya. Dalam hal ini posisi anggota adalah sebagai
pemakai sekaligus pelanggan koperasi. Informasi ini diperoleh dari pembukuan
(buku penjualan dan pembelian) koperasi dari buku transaksi usaha anggota.
Partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam memberi modal pada
koperasi, yaitu dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha,
dan simpanan lainnya. Informasi ini diperoleh dari buku simpanan anggota.
Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan
dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku yang
bersangkutan.
Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang
diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk modal anggota.
Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah SHU
yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa transaksi
anggota.
modal, misalkan 30% dan sisanya sebesar 70% berate untuk jasa usaha.
Sebenarnya belum ada formula yang baku mengenai penentuan proposisi
jasa modal dan jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat dilihat dari
struktur pemodalan koperasi itu sendiri. Apabila total modal sendiri
koperasi sebagian besar bersumber dari simpanan-simpanan anggota
(bukan dari donasi ataupun dana cadangan), maka disarankan agar
proporsinya terhadap pembagian SHU bagian anggota diperbesar, tetapi
tidak akan melebihi dari 50%. Hal ini perlu diperhatikan untuk tetap
menjaga karakter koperasi itu sendiri, dimana partisipasi usaha masih
lebih diutamakan.
3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap
anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa
bartisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga
merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam
membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan
usaha, dan pendidikan dalam proses demokrasi.
4. SHU anggota dibayar secara tunai.
SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yangsehat
kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.
Yulianthi
2355-7249
simpanan anggota
Hasil Penelitian : Secara parsial jumlah anggota dan modal luar tidak
berpengaruh signifikan terhadap SHU, sedangkan total
asset mempunyai pengaruh positif sigifikan terhadap
SHU. Secara simultan jumlah anggota, modal luar dan
total asset berpengaruh terhadap SHU
11. Nama peneliti : Maulana Ardi Dwi Fil Rianto, Kusnadi, Eka
Sariningsih
memerlukan dana sesuai dengan lingkup dan jenis usahanya. Maka faktor modal
sangatlah penting dan merupakan persoalan yang tidak akan berakhir, mengingat
modal sangat erat hubungannya dengan kegiatan operasi sehari-hari. Dalam
struktur modal tidak hanya terbatas pada modal investasi seperti pembiayaan
untuk tanah, bangunan, kebutuhan mesin atau peralatan tetapi juga kebutuhan
modal kerja.
Modal kerja adalah sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar
perusahaan atau yang digunakan untuk membiayai operasional jangka pendek
perusahaan, artinya merupakan kekayaan perusahaan secara fisik yang bentuknya
dapat berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali
pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk tunai kembali dalam jangka pendek
yaitu kurang dari 1 tahun. (Arifin Sitio dan Halomoan Tamba:2001)
(X) (Y)
Alma, Buchari (2008) Pengantar Bisnis Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Alfabeta
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Sektor Riil
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba (2001) Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta:
Penerbit Erlangga
35