Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP SISA HASIL USAHA

(Studi Kasus Pada Koperasi Poly Rama Purwakarta)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:
NURUL HUTAMI HALIFAH
145106067

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS
PERDANA MANDIRI PURWAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
”Pengaruh Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha” studi kasus pada Koperasi
Poly Rama Purwakarta, yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di STIEB Perdana Mandiri Purwakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini penyusun banyak menemukan hambatan,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, serta masukan dari
teman-teman maka penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada para dosen Program Studi Akuntansi yang telah mengajarkan dan
membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan penyusun semoga skripsi dengan
judul tersebut dapat di setujui oleh para dosen pembimbing dan dapat disetujui
oleh pihak koperasi tempat penyusun melakukan penelitian. Sehingga Skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Purwakarta, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II................................................................................................................................. 7
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 7
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................................... 7
2.1.1 Koperasi ...................................................................................................... 7
2.1.1.1 Jenis Koperasi ......................................................................................... 8
2.1.2 Modal Kerja .............................................................................................. 11
2.1.2.1 Jenis Modal Kerja ................................................................................. 13
2.1.2.1 Sumber Modal Kerja ............................................................................. 14
2.1.2.2 Modal Koperasi ..................................................................................... 15
2.1.3 Sisa Hasil Usaha........................................................................................ 18
2.1.3.1 Komponen Sisa Hasil Usaha ................................................................. 19
2.1.3.2 Informasi Dasar Sisa Hasil Usaha ......................................................... 23
2.1.3.3 Prinsip – Prinsip Pembagian SHU Koperasi ......................................... 24
2.2 Resume Hasil Penelitian ................................................................................... 26
2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 32
2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Koperasi merupakan salah satu pilar pembangun ekonomi Indonesia


yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi merupakan soko
guru perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan dan peran sangat
strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi. Koperasi
tumbuh dari kalangan rakyat ketika penderitaan dalam bidang ekonomi dan sosial
yang di timbulkan oleh sistem kapitalisme sedang memuncak. Beberapa orang
yang hidupnya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh
penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara sepontan mempersatukan diri
untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya dalam suatu wadah yang
disebut koperasi.
Menurut UU No 17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang
didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, untuk dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Nilai yang terkandung dalam koperasi
adalah kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi,
persamaan, keadilan, dan kemandirian. Dengan prinsip koperasi sebagai berikut:
 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
 Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis
 Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi
 Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen
 Koperasi harus mengadakan pelatihan kepada anggota, pengawas dan
karyawan serta memberikan jati diri kegiatan dan pemanfaatan koperasi

1
2

 Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan


koperasi dengan kerjasama melalui jaringan kegiatan pada tingkat local,
nasional, regional, dan internasional
 Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan
masyarakatnya melalui kebijakan dengan di sepakati oleh anggota.

Koperasi merupakan sebuah perkumpulan dari orang-orang yang


mempunyai tujuan untuk bekerja sama dalam memperbaiki dan meningkatkan
taraf kemampuan mereka di bidang ekonomi dan kesejahteraan perekonomian.
Sejak awal sebuah koperasi menjalankan usahanya, para pengurus dan anggotanya
secara sadar dan wajib memanfaatkan jasa atau produk yang dihasilkan oleh
koperasi mereka sendiri, sebagai cara utama untuk ikut memajukan koperasi
dalam memupuk modal kerja.

Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001:82) Modal kerja


adalah sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan atau yang
digunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 155), Modal kerja yaitu aktiva
lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke
bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau Modal kerja adalah
kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal giro, cek, deposito),
piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun
atau jangka waktu operasi normal perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:57) modal kerja dapat dibagi ke dalam


beberapa elemen-elemen modal kerja yang dikenal dengan tiga konsep modal
kerja yaitu:

1. Konsep Kuantitatif yaitu menggambarkan keseluruhan (jumlah) dari


aktiva lancar, dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali
ke bentuk semula dalam jangka waktu pendek. Konsep ini disebut modal
kerja kotor (Gross Working Capital).
3

2. Konsep Kualitatif yaitu merupakan selisih antara aktiva lancar diatas


hutang lancar, atau merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-
benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
menunggu likuiditas. Konsep ini disebut modal kerja bersih (net working
capital).
3. Konsep Fungsional yaitu menitik beratkan pada fungsi dari pada dana
dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan
dan menghasilkan pendapatan pada periode akuntansi pada periode masa
depan.

Dari konsep tersebut, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam dua jenis
yaitu sebagai berikut:

1. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang
ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja,
artinya mulai dari kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan
nilai aktiva lancar lainnya.
2. Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen
aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang
jangka pendek).

Berdasarkan konsep dari modal kerja diatas, penulis akan berfokus pada
konsep kuantitatif atau yang disebut dengan modal kerja kotor (gross working
capital), data yang diambil berupa laporan keseluruhan dari total aktiva lancar.
Jadi, aktiva lancar disini merupakan pemakaian modal kerja yang dikumpulkan
oleh koperasi lalu selanjutnya digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional
sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana
diperolehnya modal kerja tersebut, baik yang berasal dari hutang jangka panjang
ataupun hutang jangka pendek.

Sedikitnya ada tiga alasan koperasi membutuhkan modal, antara lain:


Pertama, untuk membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya
pra-organisasi untuk keperluan pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar,
4

membayar biaya administrasi pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat


bekerja, ongkos transportasi, dan lain-lain. Kedua, untuk membeli barang-barang
modal. Barang-barang modal ini dalam perhitungan perusahaan digolongkan
menjadi harta tetap atau barang modal jangka panjang. Ketiga, untuk modal kerja.
Modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai operasional koperasi dalam
menjalankan usahanya.

Koperasi tidak menggunakan istilah keuntungan untuk menunjuk selisih


antara penghasilan yang diterima dalam satu periode tertentu. Selisih antara
penghasilan yang diterima dalam koperasi dikenal dengan Sisa Hasil Usaha
(SHU) setelah dikurangi biaya-biaya tertentu. SHU akan dibagikan kepada para
anggotanya sesuai dengan pertimbangan jasa masing-masing. Perlu diketahui
bahwa penetapan besarnya pembagian SHU kepada para anggota dan jenis serta
jumlahnya untuk keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan
Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

Menurut UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang koperasi, Sisa Hasil Usaha


adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang diperoleh dari hasil
usaha atau pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan
pengeluaran atas berbagai beban usaha.

Modal berperan sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu


koperasi, juga sebagai penentu SHU yang akan diterima oleh para anggotanya.
Besar kecilnya modal yang dibutuhkan pada dasarnya harus bisa ditentukan dalam
proses pengorganisasian dan pendirian, baik berupa modal dasar ataupun modal
sendiri yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan
hibah, maupun berupa modal pinjaman yang berasal dari anggota, koperasi lain,
lembaga keuangan, obligasi dan surat utang serta sumber keuangan lainnya guna
mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001 : 79), “Semakin tinggi
partisipasi anggota maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima
anggota”. Partisipasi anggota adalah partisipasi modal berupa modal sendiri dan
5

transaksi lainnya yang dilakukan oleh anggota dan berkaitan langsung dengan
asset lancar. Apabila semakin besar modal kerja yang diperoleh, maka akan
semakin besar pada keleluasaan para anggotanya dalam beroperasi untuk
meningkatkan volume usahanya sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan
SHU yang dapat diperoleh pihak koperasi. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya (modal
kerja) dalam memperoleh SHU.

Koperasi Poly Rama merupakan…………………………………

Dari latar belakang yang di kemukakan diatas maka penulis melakukan


penelitian dengan judul “PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP SISA
HASIL USAHA Studi Kasus Pada Koperasi Poly Rama”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum mengenai modal kerja pada Koperasi Poly
Rama?
2. Bagaimana gambaran umum mengenai sisa hasil usaha pada Koperasi
Poly Rama?
3. Bagaimana pengaruh Modal Kerja terhadap Sisa Hasil Usaha pada
Koperasi Poly Rama?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah


sebagai berikut:
6

1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai Modal Kerja pada


Koperasi Poly Rama
2. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai Sisa Hasil Usaha pada
Koperasi Poly Rama
3. Untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja terhadap Sisa Hasil Usaha
pada Koperasi Poly Rama

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak lain


yaitu sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penulisan skripsi ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ekonomi dan sebagai sarana untuk menambah pemahaman dan
pengetahuan penulis mengenai masalah-masalah yang diteliti
2. Bagi perusahaan atau objek
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen dalam
pengelolaan modal kerja secara efektif dan efisien sebagai bahan untuk
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan aktivitas operasional
koperasi tersebut
3. Bagi akademisi
Memberikan informasi tambahan bagi pembaca dan sebagai salah satu
sumber referensi bagi kepentingan keilmuan dalam hal perkoperasian
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Koperasi

Menurut UU No 17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang


didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, untuk dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Nilai yang terkandung dalam koperasi
adalah kekeluargaan, menolong diri sendiri, bertanggung jawab, demokrasi,
persamaan, keadilan, dan kemandirian. Dengan prinsip koperasi sebagai berikut:

 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


 Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis
 Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi
 Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan independen
 Koperasi harus mengadakan pelatihan kepada anggota, pengawas dan
karyawan serta memberikan jati diri kegiatan dan pemanfaatan koperasi
 Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan
koperasi dengan kerjasama melalui jaringan kegiatan pada tingkat local,
nasional, regional, dan internasional
 Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan
masyarakatnya melalui kebijakan dengan di sepakati oleh anggota

7
8

2.1.1.1 Jenis Koperasi

Dalam praktiknya, usaha koperasi disesuaikan dengan kondisi organisasi


dan kepentingan anggotanya. Berdasar kondisi dan kepentingan inilah muncul
jenis-jenis koperasi.

A. Jenis koperasi berdasarkan fungsinya:


1. Koperasi Konsumsi: Koperasi ini didirikan untuk memenuhi
kebutuhan umum sehari-hari para anggotanya. Yang pasti barang
kebutuhan yang dijual di koperasi harus lebih murah dibantingkan
di tempat lain, karena koperasi bertujuan untuk mensejahterakan
anggotanya.
2. Koperasi Jasa: Fungsinya adalah untuk memberikan jasa keuangan
dalam bentuk pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang
dipatok harus lebih renda dari tempat meminjam uang yang lain.
3. Koperasi Produksi: Bidang usahanya adalah membantu penyediaan
bahan baku, penyediaan peralatan produksi, membantu
memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan
memasarkannya hasil produksi tersebut. Sebaiknya anggotanya
terdiri atas unit produksi yang sejenis. Semakin banyak jumlah
penyediaan barang maupun penjualan barang maka semakin kuat
daya tawar terhadap suplier dan pembeli.
B. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja
1. Koperasi Primer: Koperasi yang yang minimal memiliki anggota
sebanyak 20 orang perseorangan.
2. Koperasi Sekunder: Koperasi yang terdiri dari gabungan badan-
badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas
dibandingkan dengan koperasi primer seperti koperasi pusat,
gabungan koperasi, induk koperasi.
C. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya
1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP): Koperasi yang memiliki usaha
tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani
9

peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan


mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa.
Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui
rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat
dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota”.
2. Koperasi Serba Usaha (KSU): Koperasi yang bidang usahanya
bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit
pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga
masyarakat, unit produksi, unit wartel.
3. Koperasi Konsumsi: Koperasi yang bidang usahanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud
misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah
tangga. Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya
beli sehingga pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini,
angggota memiliki identitas sebagai pemilik (owner) dan sebagai
pelanggan (customer). Dalam kedudukan anggota sebagai
konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh
produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa yang
disediakan oleh pasar. Adapun fungsi pokok koperasi konsumen
adalah menyelenggarakan pembelian atau pengadaan barang/jasa
kebutuhan anggota yang dilakukan secara efisien, seperti membeli
dalam jumlah yang lebih besar serta inovasi pengadaan, seperti
sumber dana kredit dengan bunga yang lebih rendah, diantaranya
pemanfaatan dana bergulir, pembelian dengan diskon, pembelian
dengan kredit.
4. Koperasi Produsen: Koperasi produsen adalah koperasi yang
anggotanya-anggotanya adalah para produsen. Anggota koperasi
ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user), dimana
dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen
mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga
menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh
10

sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan


kesempatan pasar yang dapat diperjualbelikan, memperoleh
sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan
kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam
pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi yang
menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat
keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas
usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi ini menjalankan
beberapa fungsi, diantarannya pembelian ataupun pengadaan input
yang diperlukan anggota, pemasaran hasil produksi (output) yang
dihasilkan dari usaha anggota, proses produksi bersama atau
pemanfaatan sarana produksi secara bersama, menanggung resiko
bersama atau menyediakan kantor pemasaran bersama.
5. Koperasi Produksi: Koperasi yang bidang usahanya membuat
barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota
koperasi ini pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui
koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.
D. Koperasi berdasarkan keanggotaannya
1. Koperasi Unit Desa (KUD): Koperasi yang beranggotakan
masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha
ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk itu, kegiatan yang
dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat pemberantas
hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan
teknis pertanian.
2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI): Koperasi ini
beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini
bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan
terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri
(anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau
instansi.
11

2.1.2 Modal Kerja

Modal kerja menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland adalah


selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja
merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan
dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.

Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba (2001:82) Modal kerja


adalah sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan atau yang
digunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002 : 155), Modal kerja yaitu aktiva
lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke
bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau Modal kerja adalah
kas/bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal giro, cek, deposito),
piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun
atau jangka waktu operasi normal perusahaan.

Menurut Sawir (2005 : 129), Modal kerja adalah keseluruhan aktiva


lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang
harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.

Menurut Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah


Republik Indonesia Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pedoman Umum
Akuntansi Koperasi Sektor Riil, Ekuitas adalah modal yang mempunyai ciri
berasal dari anggota, seperti simpanan pokok dan simpanan wajib, hibah/donasi
dan atau berasal dari sumber dalam koperasi seperti cadangan, SHU tahun
berjalan, menanggung resiko dan berpendapatan tidak tetap, dan tidak dapat
dipindahtangankan, namun dapat diambil kembali pada saat anggota keluar dari
keanggotaannya, atau koperasi bubar, setelah kewajiban-kewajiban koperasi
diselesaikan. Ekuitas koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib,
hibah, cadangan dan sisa hasil usaha (SHU) tahun berjalan.
12

Menurut Bambang Riyanto (2001:57) modal kerja dapat dibagi menurut


konsep, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep Kuantitatif
Yaitu menggambarkan keseluruhan (jumlah) dari aktiva lancar, dimana
aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula dalam jangka
waktu pendek. Konsep ini disebut modal kerja kotor (Gross Working Capital).
Berdasarkan konsep tersebut diatas dapat disimpulan, bahwa konsep
tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan
tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, baik yang berasal
dari hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek.
Modal yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau
margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek
yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan
likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan
kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar, atau
merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditas. Konsep ini disebut
modal kerja bersih (net working capital).
Berdasarkan konsep tersebut diatas dapat disimpulan, bahwa konsep
tersebut menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang
lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek,
serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan
lainnya.
3. Konsep Fungsional
Menitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan
pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan dan menghasilkan pendapatan
13

pada periode akuntansi pada periode masa depan. Jadi menurut konsep ini dana
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan
maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya adalah kas, piutang dagang
sebesar harga pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan pada
periode tersebut.

Dari konsep tersebut, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam dua jenis
yaitu sebagai berikut:

1. Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen yang
ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja,
artinya mulai dari kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan
nilai aktiva lancar lainnya.
2. Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen
aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang
jangka pendek).

Berdasarkan konsep dari modal kerja diatas, penulis akan berfokus pada
konsep kuantitatif atau yang disebut dengan modal kerja kotor (gross working
capital), data yang diambil berupa laporan keseluruhan dari total aktiva lancar.
Jadi, aktiva lancar disini merupakan pemakaian modal kerja yang dikumpulkan
oleh koperasi lalu selanjutnya digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional
sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana
diperolehnya modal kerja tersebut, baik yang berasal dari hutang jangka panjang
ataupun hutang jangka pendek.

2.1.2.1 Jenis Modal Kerja

Menurut WB. Taylor dan Bambang Riyanto (1990:54-55) Modal Kerja


digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:
14

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja


yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, modal
kerja ini terdiri dari:
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital): jumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga
kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal (Normal Working Capital): modal kerja yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal
kerja ini dibagi:
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital): modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital): modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital): modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.

2.1.2.1 Sumber Modal Kerja

Ada dua sumber modal yang dapat dijadikan modal kerja koperasi yaitu
sebagai berikut:

a. Secara Langsung
Dalam mendapatkan modal secara langsung ini ada tiga cara klasik yang
dapat dilakukan oleh para pengurus koperasi, yaitu:
 Mengaktifkan simpanan wajib anggota sesuai dengan besar kecil
penggunaan volume penggunaan jasa pelayanan koperasi yang
dimanfaatkan oleh anggota tersebut
 Mengaktifkan pengumpulan tabungan para anggota
15

 Mencari pinjaman dari pihak bank atau non-bank dalam menunjang


elancaran operasional koperasi.

b. Secara Tidak Langsung


Modal yang didapat dari cara ini bukan merupakan modal yang langsung
digunakan oleh koperasi tetapi mengambil manfaat dari kemampuan operasi itu
sendiri dalam rangka menekan biaya, caranya antara lain:
 Menunda pembayaran yang seharusnya dikeluarkan
 Memupuk dana cadangan
 Melakukan Kerja Sama-Usaha
 Mendirikan Badan-Badan Bersubsidi

2.1.2.2 Modal Koperasi

Menurut UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang koperasi, modal koperasi


terdiri dari sebagai berikut, yaitu:

1. Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk
mengakumulasikan potensi keuangan para pendiri dan anggotanya yang meskipun
pada awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.
2. Modal Sendiri
a. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke
dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada
saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik
kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan
masih tercatat menjadi anggota koperasi.
b. Simpanan Wajib
Konsekuensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua
anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan
16

tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak


dikumpulkan, arena itu akumulasi simpanan wajib para anggota
harus diarahkan mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang
kebutuhan dana yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.
c. Dana Cadangan
Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian
hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggota tujuannya adalah
untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-
waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau
menutup kerugian dalam usaha.
d. Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma
yang tida mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam
bentuk apapun. Siapa pun dapat memberikan hibah kepada
koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki pengertian
seperti itu untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung
dengan pemberi hibah sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip
dan asas koperasi.
3. Modal Pinjaman
a. Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan
dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan
sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari
kerelaan anggota. sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam
senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari
anggota.
b. Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh
sesama badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang
kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa
17

dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit


tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha
koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut
diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen
pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha
koperasi.
d. Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau
surat utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar
dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai
persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur
dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
e. Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal
dari dana yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam
modal.
4. Modal Penyertaan

Yaitu modal yang bersumber dari pemerintah atau dari masyarakat dalam
bentuk investasi, terutama dalam hubungan ini diatur bahwa para pemilik modal
penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota dan dalam
menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan, namun pemilik modal dapat
diikutkan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi sesuai perjanjian.

Kredit yang berasal dari bank, himpunan anggota dan masyarakat harus
dikelola secara baik dan terpercaya, maka pemberian kredit kepada pihak yang
memerlukan harus pula memenuhi beberapa kriteria yang lazim digunakan dunia
perbankan, yaitu 4P (Personality, purpose, prospect, dan payment). Selain formula
4P ada pula yang biasa digunakan dunia bank dalam menilai calaon peminjam,
18

yaitu 5C (character, capacity, capital, collateral, condition). Dengan adanya


penelitian dan evaluasi yang ketat yang dilakukan dana perbankan terhadap calon-
calon peminjam dana, maka koperasi wajib berusaha untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut dan selalu mengadakan pendekatan dengan pihak
bank bersangkutan.

2.1.3 Sisa Hasil Usaha

Menurut UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang koperasi, Sisa Hasil Usaha


adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang diperoleh dari hasil
usaha atau pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan
pengeluaran atas berbagai beban usaha. Mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar
dan keputusan Rapat Anggota, Sisa Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk
Dana Cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:

a. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-


masing anggota dengan koperasi
b. Anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi yang dimiliki
c. Pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus, dan karyawan koperasi
d. Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan koperasi dan
kewajiban lainnya dan/atau
e. Penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Koperasi dilarang membagikan kepada anggota Sisa Hasil Usaha yang


berasal dari transaksi dengan non-Anggota. SHU akan dibagikan kepada para
anggotanya sesuai dengan pertimbangan jasa masing-masing. Perlu diketahui
bahwa penetapan besarnya pembagian SHU kepada para anggota dan jenis serta
jumlahnya untuk keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan
Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga Koperasi. SHU yang diterima
oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan
transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Maka dapat
19

disimpulkan bahwa ada hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan
koperasinya dalam memperroleh SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha
dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan
diterima.

Menurut Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah


Republik Indonesia Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pedoman Umum
Akuntansi Koperasi Sektor Riil, perhitungan Sisa Hasil Usaha adalah laporan
yang menggambarkan hasil usaha koperasi dalam satu periode akuntansi.
Penyajian akhir dari perhitungan hasil usaha disebut SHU (Sisa Hasil Usaha).
SHU bukan semata-mata mengukur besaran laba tetapi juga menggambarkan
pelayanan kepada anggota dan transaksi bisnis dengan non anggota.

2.1.3.1 Komponen Sisa Hasil Usaha

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas


entitas yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
imbalan, bunga, royalty dan pendapatan sewa.

1. Pendapatan dari Pelayanan Anggota

Adalah pendapatan atau penghasilan yang bersumber dari aktivitas utama


usaha koperasi dengan anggota. Total pelayanan anggota dikurangi dengan beban
pokok pelayanan merupakan pelayanan neto anggota (cost of goods sold).
Pelayanan ini terdiri dari:

a. Pelayanan bruto anggota yaitu pendapatan koperasi yang timbul dari


transaksi pelayanan ekonomi kepada anggota;

b. Beban pokok pelayanan yaitu nilai beli yang dikeluarkan ditambah biaya
perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan anggota dalam satu
periode akuntansi.
20

2. Pendapatan dari Bisnis dengan Non Anggota

Adalah pendapatan yang bersumber dari aktivitas usaha koperasi dengan


non anggota, terdiri dari :

a. Penjualan barang/jasa kepada non anggota, yaitu pendapatan koperasi


yang timbul dari transaksi bisnis dengan pihak non anggota.

b. Harga pokok penjualan dengan non anggota untuk koperasi konsumen


atau koperasi pemasaran yaitu nilai beli yang dikeluarkan ditambah biaya
perolehan hingga barang/jasa siap dijual dengan non anggota dalam
periode akuntansi. Sedangkan perhitungannya sebagai berikut:
persediaan awal ditambah pembelian dan dikurangi persediaan akhir.

c. Beban pokok penjualan non anggota untuk koperasi produsen yaitu harga
pokok produk yang dikeluarkan ditambah dengan biaya perolehan hingga
barang/jasa siap dijual dengan non anggota dalam satu periode akuntansi.

Total penjualan barang/jasa kepada non anggota dikurangi beban pokok


penjualan pada non anggota merupakan SHU kotor (gross profit) non anggota.

Ilustrasi komponen perhitungan beban pokok penjualan bagi koperasi


konsumen/pemasaran :

- Persediaan barang awal periode Rp.xxx

- Pembelian barang periode yang bersangkutan Rp.xxx

- Retur Pembelian barang (Rp.xxx)

- Persediaan barang tersedia untuk dijual Rp.xxx

- Persediaan barang akhir periode (Rp.xxx)

- Beban Pokok/Harga Pokok Penjualan Rp.xxx


21

Ilustrasi komponen perhitungan beban pokok penjualan bagi kegiatan


produksi barang/jasa :

1) Bahan Langsung :

- Persediaan bahan baku awal periode Rp.xxx

- Pembelian bahan baku periode yg bersangkutan Rp.xxx

- Persediaan bahan baku tersedia untuk digunakan Rp.xxx

- Persediaan bahan baku akhir periode (Rp.xxx)

- Biaya pemakaian bahan baku dalam produksi Rp.xxx

2) Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx

3) Biaya overhead pabrik Rp.xxx

Total Biaya Produksi Rp.xxx

(+) Persediaan barang dalam proses awal periode Rp.xxx

Jumlah bahan dalam proses Rp.xxx

(-) Persediaan barang dalam proses akhir periode (Rp.xxx)

Beban Pokok Produksi Rp.xxx

(+) Persediaan barang jadi awal periode Rp.xxx

(-) Persediaan barang jadi akhir periode (Rp.xxx)

Beban Pokok Penjualan Rp.xxx

3. Sisa Hasil Usaha Kotor


22

Adalah penjumlahan dari peredaran usaha neto anggota dan non anggota
dikurangi harga pokok penjualan.

4. Beban Operasional
Adalah biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas operasional
koperasi yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan aktivitas
usaha koperasi.

Komponen Beban Operasional meliputi :

a. Beban Usaha, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang


berkaitan langsung dengan aktivitas usaha koperasi, meliputi beban
penjualan diantaranya:
- Beban penjualan
- Beban promosi
- Beban distribusi
- Beban penjualan lainnya
b. Beban Administrasi dan Umum, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh koperasi yang berkaitan dukungan administrasi dan umum untuk
mendukung aktivitas operasional koperasi, meliputi :
- Beban gaji karyawan
- Beban alat tulis kantor
- Beban sewa
- Beban premi asuransi
- Beban transport
- Beban perawatan dan perbaikan aset tetap
- Biaya penyusutan dan amortisasi
- Biaya listrik, telephone air
- Biaya administrasi umum lainnya
- Beban pendidikan karyawan
- Beban serba-serbi
23

c. Beban Perkoperasian, adalah biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang


tidak berkaitan pengembangan organisasi koperasi diantaranya:
- Beban gaji pengurus/pengawas dan biaya lain yang berkaitan
dengan perkoperasian
- Beban rapat organisasi
- Beban pendidikan dan latihan anggota koperasi
- Beban rapat anggota
- Beban perkoperasian
5. Pendapatan dan atau Beban Lainnya
Pendapatan Lainnya, adalah pendapatan yang diterima sehubungan
dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas utama usaha
koperasi. Diantaranya: pendapatan bunga bank dari simpanan koperasi di bank,
pendapatan deviden, keuntungan penjualan aset dan pendapatan diluar usaha
lainnya.
Beban Lainnya, adalah beban yang dikeluarkan oleh koperasi
sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas
utama usaha koperasi. Diantaranya berupa : beban pajak atas bunga, beban
administrasi bank, provisi kerugian penjualan aset dan beban diluar usaha lainnya.
6. Beban Pajak Badan
Adalah beban pajak penghasilan badan yang dikeluarkan koperasi
berkaitan dengan ketentuan perpajakan.
7. Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak
Pos ini mencantumkan besaran sisa hasil usaha bersih setelah pajak
penghasilan badan.

2.1.3.2 Informasi Dasar Sisa Hasil Usaha

Perhitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan bila beberapa


informasi dasar diketahui sebagai berikut :

1. SHU Total Koperasi pada satu tahun buku


24

2. Bagian (persentase) SHU anggota


3. Total simpanan seluruh anggota
4. Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber
dari anggota
5. Jumlah simpanan per anggota
6. Omzet atau volume usaha per anggota
7. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota

SHU total koperasi adalah sisa hasil usaha yang terdapat pada neraca atau
laporan laba-rugi koperasi setelah pajak (profit after tax). Informan ini diperoleh
dari neraca atau laporan laba-rugi koperasi.
Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual beli barang atau jasa),
antara anggota dan koperasinya. Dalam hal ini posisi anggota adalah sebagai
pemakai sekaligus pelanggan koperasi. Informasi ini diperoleh dari pembukuan
(buku penjualan dan pembelian) koperasi dari buku transaksi usaha anggota.
Partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam memberi modal pada
koperasi, yaitu dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan usaha,
dan simpanan lainnya. Informasi ini diperoleh dari buku simpanan anggota.
Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan
dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku yang
bersangkutan.
Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang
diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk modal anggota.
Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah SHU
yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa transaksi
anggota.

2.1.3.3 Prinsip – Prinsip Pembagian SHU Koperasi

Anggota koperasi memiliki dua fungsi ganda, yaitu:


25

a. Sebagai pemilik (Owner)


b. Sebagai pelanggan (Costomer)

Sebagai pemilik, seorang anggota berkewajiban melakukan investasi.


Dengan demikian, sebagai investor anggota berhak menerima hasil investasinya.
Disisi lain, sebagai pelanggan, seorang anggota berkewajiban berpartisipasi dalam
setiap transaksi bisnis di koperasinya.

Agar tercermin azaz keadilan, demokrasi, trasparansi ,dan sesuai dengan


prinsip-prinsip koperasi,maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU
sebagai berikut:

1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota


Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal
dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak bibagi kepada
anggota, melainkan dijadikan sebagai cadang koperasi. Dalam kasus
koperasi tertentu, bila SHU yang bersumber dari non anggota cukup
besar, maka rapat anggota dapat menetapkannya untuk bibagi secara
merata sepanjang tidak membebani Likuiditas koperasi. Pada koperasi
yang pengelolaan pembukuannya sudah baik, biasanya terdapat
pemisahan sumber SHU yang berasal dari anggota yang berasal dari non-
anggota. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah
memilahkan yang bersumber dari hasil transaksi usaha dengan anggota
dan yang bersumber dari nonanggota.
2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari
modal yang di investasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukan
anggotakoperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk
jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota. Dari
SHU bagian anggota, harus ditetapkan beberapa persentase untuk jasa
26

modal, misalkan 30% dan sisanya sebesar 70% berate untuk jasa usaha.
Sebenarnya belum ada formula yang baku mengenai penentuan proposisi
jasa modal dan jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat dilihat dari
struktur pemodalan koperasi itu sendiri. Apabila total modal sendiri
koperasi sebagian besar bersumber dari simpanan-simpanan anggota
(bukan dari donasi ataupun dana cadangan), maka disarankan agar
proporsinya terhadap pembagian SHU bagian anggota diperbesar, tetapi
tidak akan melebihi dari 50%. Hal ini perlu diperhatikan untuk tetap
menjaga karakter koperasi itu sendiri, dimana partisipasi usaha masih
lebih diutamakan.
3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap
anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa
bartisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga
merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam
membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan
usaha, dan pendidikan dalam proses demokrasi.
4. SHU anggota dibayar secara tunai.
SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yangsehat
kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

2.2 Resume Hasil Penelitian

Hasil penelitian terdahulu akan di uraikan secara ringkas karena


penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan. Adapun berbagai penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Nama peneliti : Putu Trisna Ganitri, I Wayan Suwendra, Ni Nyoman


27

Yulianthi

Sumber : E-Journal Bisma, Univ. Pend. Ganesha Singaraja, Vol.


2, Tahun 2014

Judul : Pengaruh modal sendiri, modal pinjaman & volume


usaha terhadap selisih hasil usaha (SHU) di Koperasi
simpan pinjam di Kab. Klungkung, Bali

Hasil Penelitian : Ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan


antara modal sendiri, modal pinjaman & volume usaha
terhadap SHU, ada pengaruh positif dan signifikan
secara parsial modal sendiri terhadap SHU, ada
pengaruh positif dan signifikan secara parsial modal
pinjaman terhadap SHU, ada pengaruh positif dan
signifikan secara parsial volume usaha terhadap SHU

2. Nama peneliti : Dwinta Mulyanti, Rina

Sumber : Jurnal Ecodemica, Univ. BSI Bandung, Vol. 1, No. 1,


Hal: 81-88, April 2017, ISSN: 2355-0295, E-ISSN:
2549-8932

Judul : Meningkatkan sisa hasil usaha melalui modal dan


pemberian pinjaman di Koperasi simpan pinjam
Rukun Mekar Bandung

Hasil Penelitian : Tidak terdapat pengatuh yang signifikan secara


simultan

3. Nama peneliti : Sigit Puji Winarko

Sumber : Nusantara of Research, Univ. Nusantara PGRI Kediri,


Vol. 1, No. 2, Hal: 151-167, Oktober 2014, ISSN:
28

2355-7249

Judul : Pengaruh modal sendiri, jumlah anggota & asset


terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri

Hasil Penelitian : Modal sendiri berpengaruh secara parsial terhadap


SHU, jumlah anggota berpengaruh secara parsial
terhadap SHU, asset berpengaruh secara parsial
terhadap SHU. Sedangkan variable yang paling
dominan mempengaruhi SHU adalah asset.

4. Nama peneliti : Anna Nurfarkhana

Sumber : SOSIO-E-KONS, Univ. Indraprasta PGRI Jakarta,


Vol. 7, No. 3, Hal: 181-186, Desember 2015

Judul : Pengaruh modal kerja terhadap laba usaha pada


Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta

Hasil Penelitian : Modal kerja signifikan mempengaruhi laba usaha,


dimana 77% modal kerja mempengaruhi laba usaha

5. Nama peneliti : Hayatinufus Siatan, Lita Mulyati, Khaeriyatun Nisa

Sumber : Jurnal E-Journal Studia Manajemen, STIE La Tansa


Mashiro Rangkasbitung, Vol. 3, No. 1, Tahun 2014,
ISSN: 2337-912X

Judul : Analisis simpanan terhadap SHU anggota koperasi


Tekad Waras Dinas Pendidikan di Kab. Lebak,
Rangkasbitung

Hasil Penelitian : Dari hasil analisis dengan menggunakan product


moment menunjukkan terdapat pengaruh dan
hubungan yang sangat kuat antara simpanan anggota
29

dengan sisa hasil usaha

6. Nama peneliti : Km Bayu Pariyasa, Anjuman Zukhri, Luh Indriyani

Sumber : E-Journal Univ. Pend Ganesha Singaraja, Vol. 4, No.


1, Tahun 2014

Judul : Pengaruh modal, volume dan anggota terhadap sisa


hasil usaha pada Koperasi serbausaha kec. Buleleng
Bali

Hasil Penelitian : Modal berpengaruh positif terhadap SHU, volume


usaha berpengaruh positif terhadap SHU, jumlah
anggota tidak berpengaruh terhadap SHU. Modal,
volue usaha dan jumlah anggota secra simultan
berpengaruh terhadap SHU

7. Nama peneliti : Ferline Ariesta, Yolamalinta

Sumber : ECONOMIC, STKIP-PGRI Padang Sumbar, Vol. 2,


No. 2, Hal: 116-125, April 2014, ISSN: 2302-1590, E-
ISSN: 2460-190X

Judul : Pengaruh jumlah anggota dan simpanan anggota


terhadap peningkatan sisa hasil usaha (SHU) pada
PKP-RI Pov. Sumatera Barat

Hasil Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU PKP-RI yaitu


jumlah anggota dan simpanan anggota. Jumlah
anggota, simpanan anggota dan penjualan berpengaruh
secara bersama-sama terhadap peningkatan SHU PKP-
RI Prov. Sumbar. Diantara jumlah anggota, simpanan
anggota dan penjualan yang mempuniyai pengaruh
signifikan terhadap SHU PKP-RI Prov. Sumbar adalah
30

simpanan anggota

8. Nama peneliti : Ni Kadek Sumita Dewik, I Made Jember

Sumber : E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Univ. Udayana Bali,


Vol. 5, No. 7, Juli 2016, Hal: 729-753, ISSN: 2303-
0178

Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi isa hasil usahas


(SHU) koperasi simpan pinjam di Kec. Kuta Utara,
Kab. Bandung

Hasil Penelitian : Jumlah anggota, jumlah pinjaman dan modal kerja


berpengaruh signifikan secara simultan terhadap sisa
hasil usaha. Secara parsial variable hasil jumlah
anggota, jumlah simpanan dan modal kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil
usaha. Sedangkan variable jumlah simpanan
berpengaruh negtif dan signifikan terhadap sisa hasil
usaha

9. Nama peneliti : Sri Wulandari Haidir, Djayani Nurdin, Husnah

Sumber : Jurnal Ilmu Manajemen Univ. Tadulako, Vol. 3, No. 1,


Januari 2017, Hal: 070-080, ISSNONLINE: 2443-
3578, ISSN PRINTED: 2443-1850

Judul : Pengaruh modal sendiri dan modal pinjaman terhadap


sisa hasil usaha pada koperasi di Kota Palu

Hasil Penelitian : Ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan


modal sendiri dan modal pinjaman terhadap SHU, ada
pengaruh positif dan signifikan secara parsial modal
sendiri terhadap SHU, ada pengaruh positif dan
31

signifikan secara parsial modal pinjaman terhadap


SHU

10. Nama peneliti : Dedeh Sri Sundaryanti, Nana Sahroni

Sumber : Ekspektra: Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No.


2, Hal: 156-172, Agustus 2017, e-ISSN: 2549-3604, p-
ISSN: 2549-6972

Judul : Pengaruh jumlah anggota, modal luar dan total asset


terhadap sisa hasil usaha pada koperasi simpan pinjam
di Kota Tasikmalaya

Hasil Penelitian : Secara parsial jumlah anggota dan modal luar tidak
berpengaruh signifikan terhadap SHU, sedangkan total
asset mempunyai pengaruh positif sigifikan terhadap
SHU. Secara simultan jumlah anggota, modal luar dan
total asset berpengaruh terhadap SHU

11. Nama peneliti : Maulana Ardi Dwi Fil Rianto, Kusnadi, Eka
Sariningsih

Sumber : Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen, Univ.


Malahayati Bandar Lampung, Vol. 1, No. 1, Hal: 10-
18, Desember 2012

Judul : Pengaruh modal, jumlah anggota dan volume usaha


terhadap perolehan sisa hasil usaha pada koperasi
Gunung Madu di Lampung Tengah

Hasil Penelitian : Terdapat pengaruh positif modal secara signifikan


terhadap SHU, terdapat pengaruh negative dan tidak
terdapat pengaruh signifikan dari jumlah anggota
terhadap SHU, dan tidak terdapat pengaruh signifikan
32

volume usaha terhadap SHU

12. Nama peneliti : Yayan Rustiana

Sumber : Jurnal Studia Akuntansi dan Bisnis, STIE La Tansa


Mashiro Rangkasbitung, Vol. 1, No. 1, Hal: 99-1-8,
Tahun 2013, ISSN: 2337-6112

Judul : Hubungan simpanan wajib dengan sisa hasil usaha di


Koperasi Pegawai Republik Indonesia BANGKIT
Rangkasbitung

Hasil Penelitian : Simpanan wajib secara langsung berhubungan dengan


SHU

13. Nama peneliti : Isna Farah Albana, Kusumantoro

Sumber : Economic Education Analysis Journal, Univ. Negeri


Semarang, Vol. 4, No. 3, Hal: 942-955, Tahun 2015,
ISSN: 2252-6544

Judul : Pengaruh modal sendiri dan current ratio terhadap sisa


hasil usaha (SHU) di KPRI kota Semarang

Hasil Penelitian : Modal sendiri dan current ratio secara simultan


berpengaruh signifikan terhadap SHU. Hasil analisis
secara parsial, modal sendiri berpengaruh positif
terhadap SHU, dan current ratio tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap SHU

2.3 Kerangka Pemikiran

Setiap perkumpulan atau organisasi dalam melakukan kegiatan untuk


mencapai tujuannya memerlukan sejumlah dana. Sebagai badan usaha, koperasi
33

memerlukan dana sesuai dengan lingkup dan jenis usahanya. Maka faktor modal
sangatlah penting dan merupakan persoalan yang tidak akan berakhir, mengingat
modal sangat erat hubungannya dengan kegiatan operasi sehari-hari. Dalam
struktur modal tidak hanya terbatas pada modal investasi seperti pembiayaan
untuk tanah, bangunan, kebutuhan mesin atau peralatan tetapi juga kebutuhan
modal kerja.

Modal kerja adalah sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar
perusahaan atau yang digunakan untuk membiayai operasional jangka pendek
perusahaan, artinya merupakan kekayaan perusahaan secara fisik yang bentuknya
dapat berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali
pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk tunai kembali dalam jangka pendek
yaitu kurang dari 1 tahun. (Arifin Sitio dan Halomoan Tamba:2001)

Koperasi tidak menggunakan istilah keuntungan untuk menunjuk selisih


antara penghasilan yang diterima dalam satu periode tertentu. Selisih antara
penghasilan yang diterima dalam koperasi dikenal dengan Sisa Hasil Usaha
(SHU). Sisa Hasil Usaha adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha
yang diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan koperasi dalam satu tahun buku
setelah dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha. (UU No
17:2012)

Semakin tinggi partisipasi anggota maka idealnya semakin tinggi


manfaat yang diterima anggota. Partisipasi anggota adalah partisipasi modal
berupa modal sendiri dan transaksi lainnya yang dilakukan oleh anggota dan
berkaitan langsung dengan asset lancar. Apabila semakin besar modal kerja yang
diperoleh, maka akan semakin besar pada keleluasaan para anggotanya dalam
beroperasi untuk meningkatkan volume usahanya sehingga hal ini tentunya akan
meningkatkan SHU yang dapat diperoleh pihak koperasi. (Arifin Sitio dan
Halomoan Tamba:2001)
34

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear antara transaksi


usaha anggota dan koperasinya (modal kerja) dalam memperoleh SHU. Berikut
ini skema kerangka pemikiran dalam penelitian:

Modal Kerja Sisa Hasil Usaha

(X) (Y)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Ha: Terdapat pengaruh modal kerja terhadap sisa hasi usaha


Ho: Tidak terdapat pengaruh modal kerja terhadap sisa hasil usaha
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari (2008) Pengantar Bisnis Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Alfabeta

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Sektor Riil

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba (2001) Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Koperasi

Van Horne, James C dan John M. Wachowicz Jr (2012) Prinsip-Prinsip


Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

35

Anda mungkin juga menyukai