Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TATA KELOLA PERUSAHAAN

DISUSUN OLEH:

Andi Nabil Kurniawan Muhammad 2102111150

Angel Agnes Lovina 2102135154

M. Fadillah Zaafa Anaqi 2102124344

Rindu Tesaniya Amanda 2102110028

Tasya Aulia 2102113058

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Susilatri, MM., Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah Tata kelola
Perusahaan ini dengan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai masalah ”TATA KELOLA PERUSAHAAN DI INDONESIA, ASIA, DAN
INTERNASIONAL”.

Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Pekanbaru, September 2022

Penulis

I
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR......................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1. Tata Kelola Perusahaan di Indonesia................................................................2
2.2 Tata Kelola Perusahaan di Asia..........................................................................4
2.2 Tata Kelola Perusahaan di Internasional...........................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

II
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding
dengan jumlah lembar yang dimiliki.Biasanya dividen dibagikan dengan
interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen
tambahan pada waktu yang bukan biasanya.Dividenakan diterima oleh
pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang
untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap
layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak
pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan
dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang
sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih
diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa
Latar Belakang
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding
dengan jumlah lembar yang dimiliki.Biasanya dividen dibagikan dengan
interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen
tambahan pada waktu yang bukan biasanya.Dividenakan diterima oleh
pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang
untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap
layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak
pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan
dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang
sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih
diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa
1.1 Latar Belakang
Tata kelola atau Corporate Governance merupakan struktur yang berkaitan
dengan tanggung jawab yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan
direksi dan komisaris termasuk manajer yang dirancang untuk mendorong
kinerja dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut The Indonesian Institute for
Corporate Governance, corporate governance merupakan struktur maupun
proses yang ditetapkan dalam sebuah perusahaan untuk meningkatkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang namun tetap memperhatikan
kepentingan pemegang saham yang lain. Organisation for Economic Co-
Operation and Development yang merupakan organisasi internasional yang
menerapkan prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar

1
bebas,mengembangkan prinsip tata kelola yang dikenal dengan The OECD
Principles of Corporate Governance yang meliputi transparancy (keterbukaan
informasi), accountability (kejelasan fungsi,struktur,sistem dan tanggung
jawab), responsibility (pertanggungjawaban dalam pengelolaan), independency
(kemandirian), dan fairness (kesetaraan dan kewajaran) (Leipziger, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip tata kelola perusahaan di Indonesia?


2. Apa saja prinsip tata kelola perusahaan di Asia?
3. Apa saja prinsip tata kelola perusahaan di Internasional?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja prinsip tata kelola perusahaan di Indonesia.


2. Untuk mengetahui apa saja prinsip tata kelola perusahaan di Asia.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip tata kelola perusahaan di Internasional.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tata Kelola Perusahaan di Indonesia


Sebagian besar pemimpin perusahaan di Indonesia menganggap keberadaan
tata kelola perusahaan sebagai kendala yang harus diikuti. Tata kelola
perusahaan tidak dilihat sebagai peraturan utama untuk mencegah risiko dan
bencana, tetapi hanya sebagai bentuk yang memerlukan biaya yang signifikan.
Asumsi ini berangkat dari kenyataan bahwa pembentukan dan penerapan tata
kelola perusahaan seringkali menghabiskan banyak uang. Prosesnya cukup
panjang dan implementasinya belum tentu sesuai dengan budaya perusahaan.

2
Hal ini tentu sangat disayangkan, karena corporate governance yang dijalankan
sesuai prosedur merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengukur kinerja suatu organisasi.
Contoh tata kelola perusahaan yang mengikat di dalam negeri adalah Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), regulator perusahaan keuangan terdaftar. Selain regulasi
keuangan yang diawasi oleh OJK, ada aturan hard dan soft corporate governance
lainnya yang berlaku sepanjang tahun. Setiap tahun, organisasi tata kelola
perusahaan di Indonesia akan memberikan penghargaan kepada perusahaan
terpilih. Dari 20 penghargaan yang diberikan, setengahnya milik bank ternama
yang tata kelola perusahaannya diterapkan secara ketat. Bank pemenang adalah
BCA, CIMB Niaga, Mandiri, Danamon, Maybank, BRI, BTN, OCBC NISP,
BNI dan BTPN. Sedangkan sisanya dari perusahaan lain di bidang media,
otomotif dan ritel, juga dinilai berhasil menerapkan tata kelola perusahaan.
Praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Indonesia Penelitian
menunjukkan bahwa praktik tata kelola perusahaan yang efektif berpotensi
mengurangi modal, mengurangi risiko, dan secara positif memengaruhi nilai
operasi perusahaan. Namun, ada juga perusahaan yang mencoba mengurangi
tata kelola perusahaan yang ketat dan melengkapinya dengan peraturan yang
disesuaikan berdasarkan budaya perusahaan. Ini bertujuan untuk menarik
investor asing, seperti yang sering dilakukan perusahaan Korea. Meski tidak
menerapkan tata kelola perusahaan yang ketat, perusahaan Korea telah
menunjukkan kemampuan untuk menarik minat investor secara maksimal.
Efektivitas praktik tata kelola perusahaan sangat bervariasi tergantung pada hak
prerogatif konstitusional dan budaya masing-masing negara. Ruang lingkupnya
meliputi bidang perundang-undangan, sistem pemerintahan, fungsi dewan dan
struktur organisasi yang memainkan peran penting dalam tata kelola perusahaan
di Indonesia. Oleh karena itu, tata kelola perusahaan Indonesia memiliki tujuan
yang berbeda. Salah satunya adalah prinsip ekonomi dinamis yang
meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Penerapan tata kelola perusahaan di tanah air akan mampu meningkatkan
taraf hidup ratusan juta orang dari berbagai perekonomian. Dengan demikian,

3
keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut tidak hanya bermanfaat bagi
pihak-pihak tertentu saja, tetapi juga berperan penting dalam kebahagiaan hidup
banyak pelaku usaha. Tata kelola perusahaan yang buruk dapat ditunjukkan
dengan tingginya tingkat korupsi dan minimnya transparansi dalam pengelolaan
keuangan. Jika mayoritas perusahaan di suatu negara memiliki tanda-tanda
tersebut, kemungkinan besar investor akan ragu untuk bekerja sama dan
berinvestasi. Di sisi lain, proses tata kelola perusahaan yang baik justru akan
mendorong investor untuk mengembangkan usahanya atau sekadar berinvestasi.
Saat ini, perusahaan Indonesia yang dikelola dengan buruk mulai berbenah
untuk menarik investor dan meningkatkan daya saingnya. Pertumbuhan ekonomi
global yang pesat menuntut setiap bisnis untuk terus mengisi kesenjangan
internal dan eksternal. Namun, kepatuhan terhadap variabel tata kelola
perusahaan tertentu saja tidak cukup untuk memastikan lingkungan investasi
yang berkelanjutan. Data yang diperoleh dari Indonesian Journal of Leadership,
Politics and Global Affairs menunjukkan bahwa kepercayaan internasional dapat
dicapai dengan membatasi transaksi secara ketat. Bentuk perdagangan tertentu
harus dibatasi dan dilarang untuk memastikan investasi yang berkelanjutan.
Adanya auditor terpercaya yang dapat bertindak sebagai pihak ketiga perantara
dalam hubungan antara investor dan perusahaan. Sehingga investor benar-benar
percaya bahwa reputasi tata kelola perusahaan berkualitas baik. Auditor akan
bekerja secara independen untuk meninjau dan memberikan laporan keuangan
tentang bisnis. Kualitas tim auditor yang terpercaya dapat berpengaruh positif
terhadap posisi keuangan perusahaan di Indonesia. Tata kelola perusahaan juga
tidak terlepas dari peran kepemimpinan dewan direksi (pengawas dan eksekutif).
Proses kepemimpinan harus disesuaikan dengan waktu dan diuji dari waktu ke
waktu. Kepemimpinan yang bertanggung jawab berdasarkan prinsip tata kelola
perusahaan akan terus membuka peluang investasi. Karena tentunya investor
akan dengan mudah mempercayai perusahaan yang berintegritas dan minim
gangguan manajemen. Konflik internal perlu diminimalkan untuk
memaksimalkan upaya kinerja tata kelola perusahaan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, penerapan tata kelola perusahaan perlu disesuaikan dengan

4
karakteristik lembaga dan organisasi di Indonesia. Sehingga perusahaan-
perusahaan Indonesia dapat meningkatkan keunggulannya dalam menghadapi
persaingan ekonomi global yang ketat. Hingga saat ini, perusahaan-perusahaan
domestik terus meningkatkan praktik tata kelola perusahaan untuk memenuhi
tata kelola perusahaan yang lebih efektif di masa depan.

2.1 Tata Kelola Perusahaan di Asia


Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa tahun
terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang
komprehensif. Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting dalam
Good Corporate Governance. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam
kerangka peraturan di banyak negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk
melumpuhkan manfaat apa yang telah dicapai. Meskipun ada perusahaan yang sadar
melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan terhadap
masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih sedikit. Hal
ini menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good Corporate Governance
yang baik dan keuntungan finansial. Pedoman Good Corporate Governance Di
Malaysia.
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa
efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas
pedoman yang diterbitkan sebelumnya.

1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat comply
and explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan tidak
menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan yang tercatat
di bursa efek Malaysia, prinsip prinsip Good Corporate Governance dan praktik-
praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib diungkapkan dalam laporan
tahunan. Perusahaan juga wajib mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang

5
tidak dilaksanakan disertai alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan
mengadopsi praktek tatakelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.

2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explains
sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh
aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban
untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam laporan tahunan.
Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan mencatatkan sahamnya di
bursa tidak mengungkapkan dalam laporan tahunannya terkait dengan penerapan
tata kelola, Bursa Malaysia dapat mengambil tindakan terhadap perusahaan atau
direksi sebagaimana tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.

3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance Pedoman Good Corporate


Governance terdiri dari tiga bagian yaitu :
a) Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang berlaku di
Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk memungkinkan fleksibilitas
perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip sesuai dengan keadaan masing-
masing perusahaan.
b) Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan untuk
membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola
perusahaan yang baik bagi perusahaannya.
c) Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang bersifat
sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar tetapi untuk
investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam tata kelola
perusahaan. Adapun ruang lingkup dari Pedoman Good Corporate Governance
tersebut adalah :
 The Board Structure, Duties and Effectiveness
 The Audit Committee and its Challenges
 Assessing the Risk and Control Environment

6
 Effective Oversight of Financial Reporting
 Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit Committee
 Conflict of Interest and Related Party Transactions
 Nominating Committee
 Remuneration Committee
 Shareholder Relations

Pedoman Good Corporate Governance Di Rinjapura


1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and
explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek Singapore
mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola mereka
dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat
dalam Pedoman. Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan setiap
perbedaan pelaksanaannya dari Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk
melakukan konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan
mengungkapkan setiap ketidak patuhan terhadap prinsip- prinsip tersebut dalam
laporan tahunan perusahaan.

2. Sanksi atas ketidakpatuhan


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya bersifat
voluntary.
Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak menerapkannya. Akan
tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak
menerapkannya.

3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance Ruang lingkung Tata


Kelola perusahaan
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit

7
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements

Pedoman Good Corporate Governance Di Thailand


1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand bersifat
Comply or Explain. Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand (SET)
mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good Corporate Governance
tersebut. Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsip-prinsip Good Corporate
Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap perusahaan. Bagi perusahaan yang
memilih untuk tidak mematuhi prinsip Good Corporate Governance, diharuskan
menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak menerapkannya. Perusahaan tercatat
telah diminta untuk mulai mengungkapkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan perusahaan. Selain
itu, perusahaan yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham, investor,
stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang disarankan
adalah situs web perusahaan.

2. Sanksi atas ketidakpatuhan


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya bersifat
voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.

3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance


Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate Governance Perusahaan
tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock Exchange of Thailand) mencakup
5 kategori yaitu:
a. Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)

8
b. Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of Shareholders)
c. Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
d. Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
e. Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board

2.1 Tata Kelola Perusahaan di Internasional


Dengan globalisasi ekonomi dunia yang dimulai pada tahun 1970-an,
berlanjut hingga tahun 1980-an dan semakin cepat sejak tahun 1990-an
mencapai puncaknya pada dekade pertama milenium baru, telah terjadi tren
perusahaan global yang memperluas jejak internasional mereka dan beroperasi
di berbagai negara di seluruh dunia. Ini berarti bahwa mereka harus berurusan
dengan labirin peraturan dan hukum dan prosedur, yang berbeda di setiap
negara, serta unik di setiap negara. Selanjutnya, dengan kode tata kelola
perusahaan di Barat (terutama Amerika Serikat dan Eropa) yang mendalam,
terstruktur, dan komprehensif, dibandingkan dengan di tempat lain, yang masih
dalam proses berkembang, situasinya sedemikian rupa sehingga perusahaan
global harus lakukan dengan berurusan dengan tolok ukur yang berbeda dalam
istilah khusus regional dan negara.
Jika ini satu-satunya keharusan, maka investor, aktivis, dan regulator tidak
akan repot karena ini adalah domain perusahaan global dan sesuatu yang bisa
mereka tangani. Namun, mengingat fakta bahwa penyuapan dan korupsi
merajalela di Dunia Ketiga berarti bahwa perusahaan global dapat dengan jujur
menyatakan bahwa mereka tidak melanggar hukum apa pun sejauh menyangkut
negara asal dan aturan mereka . Sebagai gantinya, dapat menggunakan transaksi
curang di seluruh dunia di mana tata kelola perusahaan belum berkembang atau
peraturannya masih longgar. Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa ada banyak
skandal perusahaan dalam dua dekade terakhir yang timbul dari kesalahan tata
kelola perusahaan dan penyimpangan dari perusahaan-perusahaan seperti Enron,
Parmalat, WorldCom, dan contoh-contoh praktik meragukan baru-baru ini yang
terungkap setelahnya. Resesi Hebat tahun 2008.
Ini menempatkan sorotan tepat pada kegiatan perusahaan global di seluruh

9
dunia, yang menyebabkan seruan dari regulator dan aktivis tentang perlunya
perusahaan global dibawa ke bawah standar tata kelola perusahaan yang
seragam dan konsisten di seluruh dunia. Misalnya, merupakan praktik di Jerman
untuk memiliki perwakilan dari serikat pekerja di dewan perusahaan . Selain itu,
di banyak negara Asia, merupakan praktik bagi anggota keluarga dan kerabat
pemilik perusahaan yang dimiliki keluarga untuk mendapatkan tempat di dewan.
Selain itu, di China, adalah undang-undang bahwa pejabat dari Partai Komunis
menjadi anggota dewan. Oleh karena itu, jika digabungkan, contoh-contoh ini
menunjukkan sulitnya memiliki kode tata kelola perusahaan yang seragam yang
dapat diterapkan secara internasional.
Karena itu, harus juga dicatat bahwa kecuali perusahaan global diatur oleh
kode tata kelola perusahaan internasional, mereka lebih mungkin menyerah pada
godaan untuk mengambil jalan pintas di wilayah dunia di mana regulasi lemah.
Selain itu, mereka harus mematuhi aturan dan peraturan lokal murni yang dapat
menghambat kelancaran operasi mereka. Selain itu, meningkatnya insiden
skandal perusahaan berarti bahwa pemegang saham paling dirugikan selain
pemangku kepentingan masyarakat yang lebih luas dan karenanya, memang ada
kebutuhan untuk membuat perusahaan global mematuhi dan menyesuaikan diri
dengan standar yang sama yang mereka ikuti. rumah. Oleh karena itu, seperti
yang disebutkan sebelumnya, artikel ini berpendapat bahwa memang ada alasan
untuk membuat kode tata kelola perusahaan internasional meskipun sulit untuk
mengaktualisasikannya dalam praktik.
Artinya korporasi global sambil berpikir global harus bertindak secara lokal
yang bila disatukan berarti harus Glokal dalam pendekatannya, yang merupakan
tema lain yang berjalan bersamaan dengan tema utama dalam artikel ini. Ini
dapat diterapkan pada kode tata kelola perusahaan internasional di mana
perusahaan global dibuat untuk mematuhi aturan dan peraturan yang bersifat
global, beradaptasi, dan menyesuaikan dengan aturan dan peraturan lokal secara
Glokal sehingga meningkatkan kelangsungan hidup kode internasional.
(Wharton.edu, 2014). Untuk mengambil contoh investasi Fidelity International
atau Vanguard yang semakin terdiversifikasi dari saham AS ke perusahaan

10
internasional, mereka harus diyakinkan bahwa perusahaan tempat mereka
berinvestasi cukup dan relatif diatur dengan baik jika dibandingkan dengan
perusahaan di Amerika Serikat. dan Eropa.
Ini berarti bahwa strategi investasi ekuitas mereka harus fokus pada standar
akuntansi di berbagai negara tempat mereka berinvestasi. Hal ini harus
dikeluhkan dengan ketentuan corporate governance code seperti Sarbanes-
Oxley, Cadbury rules, OECD (Organization of Economic Cooperation and
Development), the ICGN (International Corporate Governance Network) yang
merupakan beberapa dari global regulatory codes yang akan dibahas dalam
artikel ini. Fokus utama tata kelola perusahaan di negara mana pun adalah pada
dewan direksi dan struktur dewan perusahaan. Oleh karena itu, ketika investor
internasional berinvestasi, katakanlah, sebuah perusahaan di Italia atau Lituania,
mereka harus diyakinkan bahwa dewan masing-masing sesuai dengan kode tata
kelola perusahaan global. Hal ini membuat kasus untuk kode tata kelola
internasional menjadi lebih kuat.
Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, aturan khusus yang berlaku di
banyak negara di dunia mempersulit penerapan tata kelola perusahaan yang
seragam yang mengikuti pedoman pelaporan dan pengungkapan Sarbanes-Oxley
yang berarti bahwa langkah menuju kode tata kelola internasional akan
mengalami kesulitan. Dengan kata lain, seperti halnya globalisasi yang
memastikan dialog kreatif antara Timur dan Barat dan mencapai titik temu,
demikian pula, perusahaan di seluruh dunia dapat mengambil langkah menuju
aktualisasi norma-norma global yang disesuaikan dengan kondisi lokal yang
dapat menghasilkan situasi win-win bagi keduanya.
Pada akhirnya, kekuatan pendorong untuk setiap kode internasional harus
datang dari atribut modal global tanpa batas yang mencari pengembalian
maksimum dengan biaya terendah dan menekankan efisiensi dan produktivitas .
Dengan kata lain apa artinya ini adalah bahwa dengan memastikan bahwa pasar
melakukan yang terbaik ketika dihadapkan dengan masalah, kapitalisme dapat
menemukan jalan ke depan yang akan memecahkan masalah standar tata kelola
perusahaan yang berbeda di seluruh dunia. Selanjutnya, dalam beberapa tahun

11
terakhir, investor global juga telah beralih ke pandangan bahwa mereka mungkin
harus mematuhi aturan yang berbeda di negara yang berbeda. Tentu saja, asumsi
implisit di sini adalah bahwa selama aturan tidak berubah secara tiba-tiba,
mereka baik-baik saja dengan pelaporan terpisah, struktur dewan, dan undang-
undang yang terkait dengan kepemilikan saham dan kontrol ekuitas.
Diskusi sejauh ini telah memperdebatkan kedua sisi masalah apakah kode
internasional tata kelola perusahaan dapat dijalankan. Tema-tema kunci dan
wawasan yang menghidupkan diskusi menunjukkan fakta bahwa selama ada
budaya yang berbeda, cenderung ada keragaman dan oleh karena itu, merayakan
perbedaan dan mengaktualisasikan homogenitas memang harus berjalan
beriringan. Oleh karena itu, sedapat mungkin ada konvergensi dalam penerapan
kode pemerintahan yang seragam dan perbedaan dapat hidup berdampingan
dengan kesepakatan. Demikian pula dengan badan-badan multilateral lainnya
seperti WTO (World Trade Organization) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
yang agak berhasil menghormati kedaulatan nasional di tengah kerjasama dan
koordinasi global.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tata kelola perusahaan di Indonesia tidak dilihat sebagai peraturan utama untuk
mencegah risiko dan bencana, tetapi hanya sebagai bentuk yang memerlukan biaya
yang signifikan. Praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Indonesia Penelitian
menunjukkan bahwa praktik tata kelola perusahaan yang efektif berpotensi
mengurangi modal, mengurangi risiko, dan secara positif memengaruhi nilai operasi
perusahaan.
Tata kelola perusahaan di Asia meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam
kerangka peraturan di banyak negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk

12
melumpuhkan manfaat apa yang telah dicapai. Meskipun ada perusahaan yang sadar
melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan terhadap
terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih
sedikit.
Tata kelola perusahaan di Internasional perusahaan global diatur oleh kode tata
kelola perusahaan internasional, mereka lebih mungkin menyerah pada godaan untuk
mengambil jalan pintas di wilayah dunia di mana regulasi lemah. Selain itu, mereka
harus mematuhi aturan dan peraturan lokal murni yang dapat menghambat
kelancaran operasi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai