Anda di halaman 1dari 25

ETIKA BISNIS & PEDOMAN PERILAKU SERTA MEKANISME GOOD

CORPORATE GOVERNANCE

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II :

 YOGIE MA’DIKA : 219200083


 HASRUL : 219200048
 NURUL ARIZKA : 219200016
 AINUN MARDIA : 219200069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat, anugerah dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Tata Kelolah Perushaan. Makalah
ini akan memberikan informasi penjelasan mengenai Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku serta
Mekanisme Good Corporate Governance.

Isi dari makalah ini diharapkan dapat berguna dan dapat memberikan informasi
bagi para pembaca. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saya menerima saran dan kritik untuk
penyempurnaan makalah ini.

Dalam kesempatan ini, kami juga tidak lupa menyampaikan terima kasih sebesar-
besanya kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan kepada kami untuk menyelesaikan
malakah ini.

Parepare, 21 November 2021

Penyusun

Kelompo II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan...................................................................................................................... 3

A. Etika Bisnis Dan Pedoman Perilaku................................................................................. 3


B. Mekanisme Good Corporate Governance.........................................................................14

BAB III PENUTUP......................................................................................................................21

A. Kesimpulan.......................................................................................................................22
B. Saran..................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mewujudkan GCG secara konsisten, diperlukan sikap INTEGRITAS dari
seluruh karyawan dan Perusahaan. INTEGRITAS terwujud bila adanya PEDOMAN
PERILAKU dan ETIKA USAHA yang disusun berlandaskan NILAI-NILAI
PERUSAHAAN dalam melaksanakan misi dan mewujudkan visi Perusahaan. Pedoman
Perilaku dan Etika Usaha ada agar tersedianya petunjuk praktis bagi Perusahaan dan
seluruh insannya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang memenuhi prinsip-prinsip
GCG, tersedianya panduan untuk mewujudkan nilai-nilai Perusahaan, dan tersedianya
acuan bagi insan perusahaan untuk menghindari benturan kepentingan dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawab di lingkungan kerja.
Pedoman Perilaku merupakan bagian dari pelaksanaan GCG berisi tentang
kewajiban yang harus dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai oleh
seluruh karyawan Perusahaan sebagai penjabaran pelaksanaan prinsip-prinsip GCG, yang
terdiri dari; Transaparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness
(Keadilan). Mengingat lingkungan bisnis yang sangat dinamis, maka perlu dikaji
Pedoman Perilaku secara berkesinambungan dalam rangka mendapatkan standar kerja
yang terbaik bagi Perusahaan.
Etika Usaha merupakan standar perilaku yang diharapkan dari Perusahaan dalam
berinteraksi dan berhubungan dengan pemangku kepentingan, seperti karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah, pemegang saham, media, pesaing, dan
masyarakat sekitar. Untuk menjamin kelangsungan usaha dan keberhasilan sebagai
sebuah Perusahaan yang kompetitif, Perusahaan seyognyanya bertanggung jawab untuk;
menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang etis dan mematuhi peraturan perundangan
yang berlaku, berkomitmen penuh terhadap standar etika dan pelaksanaan peraturan
perundangan yang berlaku, memahami dan mendukung pengembangan masyarakat
mengembangkan, dan mendukung pelestarian lingkungan di wilayah operasi Perusahaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan pedoman perilaku?
2. Apa saja mekanisme good corporate governance?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai etika bisnis dan pedoman perilaku
2. Untuk mengetahui apa saja mekanisme good corporate governance

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis Dan Pedoman Perilaku


1. Prinsip Dasar Perusahaan
Untuk membentuk sebuah perusahaan yang solid, setiap perusahaan harus
mempunyai landasan yang berupa prinsip-prinsip dasar yang akan membimbing arah
perusahaan di masa depan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk lebih
lengkapnya, berikut ini adalah 14 prinsip dasar perusahaan yang perlu Anda ketahui
(Budiman, 2008):
a. Dewan pendiri berhak dan bertanggung jawab penuh
Dewan pendiri memiliki hak penuh untuk menentukan arah, bentuk perusahaan,
memilih pengelola, serta bertanggung jawab penuh atas perusahaan. Tanggung
jawab dewan pendiri adalah otentik. Hal ini dibuktikan dengan tindakan yang riil
terhadap perusahaan, artinya tidak sekedar tanda tangan di atas akte pendirian
perusahaan semata.
b. Dewan pendiri menentukan pengembangan perusahaan
Pengembangan perusahaan dan penanaman modal (investasi) dalam bentuk saham
dimungkinkan dengan persetujuan dan ketentuan yang ditetapkan oleh dewan
pendiri setelah perusahaan dianggap mandiri dan kokoh berdiri di atas platform-nya.
Kerjasama investasi ditentukan oleh policy dewan pendiri sesuai dengan persentase
kepemilikannya di perusahaan yang berupa saham.
c. Didukung hanya oleh SDM yang handal
Perusahaan yang hebat adalah perusahaan yang didukung oleh SDM yang
qualified dan capable. Untuk mewujudkan itu, setiap perusahaan harus megadakan
seleksi yang ketat dalam recruitment dan penentuan posisi.
d. Stake holder berhak menikmati keuntungan perusahaan
Stake holder (pihak yang berkepentingan pada perusahaan), dalam hal ini
dikerucutkan menjadi tiga bagian terpenting, yaitu pemegang saham, tim manajerial,
dan staf. Pemegang saham mendapatkan dividen tahunan atas persentase jumlah

3
saham yang dimilikinya. Tim manajerial mendapatkan bonus tahunan jika berhasil
mencapai target perusahaan yang ditentukan pemegang saham. Staf perusahaan
mendapatkan bonus dalam rentang waktu yang ditentukan (triwulan) jika berhasil
mencapai target perusahaan yang ditetapkan tim manajerial.
e. Menetapkan standar gaji di atas rata-rata
Sebagai imbangan atas tuntutan kemampuan yang tinggi, salary sebagai hak
setiap pekerja ditetapkan sesuai dengan kapasitas pekerjaan. Ini merupakan hal yang
wajar saja jika semakin keras seseorang bekerja, ia memperoleh imbalan yang
makin besar juga. Penentuan gaji pokok lebih baik tidak terlalu besar, sementara
kompensasi yang lebih besar akan disalurkan dalam bentuk bonus. Pekerja yang
kinerjanya baik dalam jangka waktu tertentu akan mendapatkan opsi pembelian
saham, sehingga para staf tidak bekerja buat orang lain melainkan buat dirinya
sendiri.
f. Manajer adalah pelayan, bukan penguasa
Manajerial bertugas mengatur hal-hal tentang kelangsungan perusahaan, prosedur
dan sebagainya. Manajerial bukan pihak yang berkuasa alias atasan dalam
perusahaan, melainkan pemimpin sekaligus pelayan yang menyalurkan aspirasi
seluruh elemen perusahaan ke arah yang benar.
g. Team work, bukan one man show
Perusahaan tidak mungkin berkembang jika terus bergantung pada kemampuan
perorangan. Ketergantungan akan menciptakan sikap sok kuasa dan otoriter. Setiap
perusahaan harus menyiapkan aturan main yang mengutamakan teamwork dan
network yang efektif untuk meminimalisir keterbatasan-keterbatasan kemampuan
individu, wilayah operasional, dan target perusahaan ke depan.
h. Prosedur untuk mempermudah, bukan mempersulit
Seluruh komponen perusahaan menjalankan prosedur tertentu sebagai alur kerja
untuk menciptakan efektifitas, efisiensi, dan sistem kontrol. Perbaikan prosedur
akan terus dilaksanakan dengan mempertimbangkan situasi riil dan masukan dari
stake holder.
i. Manajemen terbuka dan bottom up

4
Manajemen mengelola perusahaan dengan cara terbuka (open management),
seperti membuka akses informasi perusahaan kepada staf sesuai level dan
kewenangannya sebagai proses empowerment. Manajemen wajib memperhatikan
setiap saran dari seluruh komponen dan mempertimbangkan segala keputusan serta
mempergunakan kewenangan yang dimilikinya untuk memperjuangkan kepentingan
mayoritas stake holder.
j. Staf creative digaji lebih tinggi
Ketentuan gaji untuk staf kreatif sedikit lebih tinggi dari departemen lainnya.
Departemen lain adalah support bagi departemen kreatif. Jika sebuah perusahaan
memiliki selling point pada bidang tertentu, maka SDM dengan special abilities di
bidang tersebut akan dihargai lebih tinggi untuk mendorong munculnya kapabilitas
maksimal mereka.
k. Manajerial teknis untuk mewadahi staf ahli kreatif
Untuk mempertahankan SDM yang expert di bidang kreatif, perusahaan yang
bersangkutan harus mengatur jenjang karier manajerial teknis. Penempatan para
spesialis yang terus meningkat kemampuannya di bidang teknis sangat penting
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas output.
l. Penentuan jenjang karier yang objektif
Sistem jenjang karier ditetapkan secara objektif berdasarkan kinerja,
profesionalisme, dan loyalitas. Bukan sekadar atas pertimbangan gelar akademis,
senioritas, atau periode waktu semata. Jika kinerja dan kapabilitas seseorang terus
meningkat, maka sewajarnya ia mendapatkan kenaikan jenjang kariernya.
m. Menerapkan sistem demokratis, transparan, dan visioner

Dalam pengelolaan dan kelangsungan proses perusahaan, pendekatan yang


dikedepankan adalah demokratisasi, keadilan, transparansi, tanggung jawab, dan visi
yang jauh ke depan. Untuk meningkatkan akselerasi, perusahaan diarahkan untuk
selalu ekspansif dan menciptakan peluang baru terus-menerus dengan pertimbangan
yang rasional dan matang.

n. Menciptakan fokus dalam bidang usaha

5
Sejak awal ditentukan bahwa bidang usaha yang dilaksanakan (misalnya) adalah
bisnis yang berbasis ide atau kreativitas. Pengembangan di luar bidang tersebut
(apalagi atas dasar pertimbangan keuntungan jangka pendek semata), sejauh
mungkin harus dihindari. Katakanlah suatu perusahaan memiliki brand yang kuat di
bidang kreatif dan ini tidak boleh digunakan di tempat yang salah, misalnya
berkembang menjadi perusahaan real estate, mebel, dan semacamnya. Brand yang
kuat merupakan hal yang penting, tapi pengelolaan brand untuk menciptakan
kepercayaan publik dan perkembangan perusahaan ke depan jauh lebih penting.
2. Kode Etik
a. Kode Etik di Tempat Kerja
1) Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource)
Dilihat dari sejarah perkembangannya, A.M. Lilik Agung (2007) mencatat
setidaknya ada empat peran yang melekat pada Departemen SDM, yaitu:
a) Peran administratif, yaitu peran awal/tradisional dimana peran Departemen
SDM hanya seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji,
upah, serta data karyawan
b) Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan
produktivitas, loyalitas, dan lingkungan kerja karyawan
c) Peran agen perubahan, yaitu suatu peran dimana Departemen SDM
berfungsi sebagai agen perubahan
d) Peran mitra strategis, pada peran ini Departemen SDM dilibatkan dalam
merumuskan berbagai kebijakan bisnis yang bersifat strategis, terutama
agar Departemen SDM dapat segera melaksanakan program penyelarasan
antara kepentingan bisnis dan kepentingan individual karyawan

Berdasarkan studi oleh Weaver, Trevino, dan Cochran (dalam Brooks,


2003: 149), diperlukan program paket implementasi dengan memperhatikan
sedikitnya enam dimensi program etika agar kode etik dapat terpenuhi. Enam
dimensi trsebut adalah sebagai berikut:

6
a) Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan
secara resmi oleh suatu asosiasi, organisasi profesi, atau suatu lembaga
tertentu.
b) Komite etika, yaitu entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi
tindakan, menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran
etika.
c) Sistem komunikasi etika, yaitu suatu media untuk menyosialisasikan kode
etik dan perubahannya termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang
bersifat dua arah antara pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait
dalam sebuah entitas.
d) Pejabat etika, yaitu pihak yang mengkoordinasikan kebijakan, memberikan
pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika
e) Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah
etika
f) Proses penetapan disiplin, dalam hal terjadi perilaku tidak etis
b. Kode Etik Pemasaran
Efektivitas fungsi pemasaran akan terlihat dari pencapaian target penjualan
serta loyalitas dan kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan perusahaan.
Pekerjaan dibidang pemasaran dan penjualan dianggap sebagai suatu profesi karena
memerlukan 3 persyaratan sebagai suatu profesi yaitu:
 Pengetahuan tentang produk dan bisnis pada umumnya (knowledge)
 Keterampilan menjual (skill)
 Sikap dan prilaku (attitude) dalam berhubungan dengan pelanggan atau calon
pelanggan untuk memperoleh kepercayaan, loyalitas dan kepuasan pelanggan.
c. Kode Etik Akuntansi
Efektifitas fungsi akuntansi dlm perusahaan ditentukan oleh karakteristik
kualitatif yang harus dipenuhi oleh laporan akuntansi yang dihasilkan. Oleh karena
itu akuntan manajemen harus menguasai ilmu akuntansi dan disiplin lain yang
relevan, memiliki keterampilan dlm mengolah data dengan teknologi informasi, dan
integritas yang tinggi. Pekerjaan dibidang akuntansi disebut profesi karena:

7
 Memerlukan pengetahuan akuntansi dari pendidikan formal (knowledge)
 Memerlukan keterampilan dlm mengolah data dan menyajikan laporan dngan
memanfaatkan teknologi komputer dan sistem informasi (skill)
 Harus memiliki sikap dan prilaku etis (attitude)
d. Kode Etik Keuangan
Fungsi akuntansi dan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai keterkaitan
kerja yang sangat erat. Fungsi pokok akuntansi menghasilkan laporan keuangan,
sedangkan fungsi keuangan adalah mengelola arus kas, termasuk menetapkan
struktur permodalan dan mencari sumber-sumber dan jenis pembiayaan untuk
membiayai kegiatan operasi maupun untuk rencana investasi.
e. Kode Etik Teknologi Informasi
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi informasi serta
komunikasi telah mendongkrak kegiatan bisnis yang terkait dengan sistem informasi
dan komunikasi untuk tumbuh dan berkembang pesat. Bisnis di bidang sistem
informasi dan komunikasi telah menjadi ciri utama kegiatan bisnis menjelang akhir
abad ke-20 dan memasuki abad ke-21.
f. Kode Etik Fungsi Lainnya
Organisasi perusahaan adalah suatu sistem. Ciri pokok suatu sistem adalah
bahwa setiap elemen didalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan lainnya
yang akan mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun peran
yang dimainkan elemen tersebut.
3. Tujuan Etika Bisnis
Ada banyak sekali tujuan penerapan dan keuntungan yang bisa didapatkan dari sikap
itu, sebagaimana ulasan berikut.
a) Mendorong Kesadaran Moral Pebisnis
Tujuan dari adanya etika bisnis yang pertama adalah mendorong kesadaran
moral bagi pebisnis itu sendiri. Di dalam jalannya sebuah kegiatan berbisnis yang
baik adalah tidak hanya berorientasi pada keuntungan, produksi barang dan
kegiatan operasional. Tetapi juga harus memperhatikan tingkat moralitas yang baik
dari seorang pebisnis dan perusahaan pengelola itu sendiri.
b) Menjaga Tata Sikap dan Perilaku Dalam Berbisnis

8
Dalam bisnis sendiri tentu saja ada aturan dan standar operasional kerja yang
berlaku dimana salah satunya memiliki etika bisnis. Hal ini dibuktikan dengan
adanya penjagaan tata sikap dan perilaku ketika menjalankan bisnis. Misalnya
sama-sama menghargai privacy klien dan perusahaan pengelola atau memberikan
transparansi data sesuai kenyataan.
c) Memberikan Batasan Untuk Tetap Menjalankan Bisnis yang Baik
Selanjutnya tujuan dari diadakannya sebuah etika yang baik dalam berbisnis
adalah agar adanya batasan kerja yang profesional di antara kedua pihak.
Kemudian adanya pembatasan untuk tetap menjalankan bisnis yang baik sesuai
standar tanpa mengurangi banyak hal. Maksudnya disini adalah apabila sebuah
perusahaan memiliki sebuah moralitas yang baik dalam berbisnis maka pasti
enggan untuk berbuat curang.
d) Memberikan Citra Perusahaan yang Baik
Tujuan lainnya dari adanya kemampuan menjaga moralitas dan etika ini
adalah mampu memberikan citra perusahaan yang baik. Citra ini jelas mampu
terbentuk dengan adanya pembuktian komitmen dari sebuah perusahaan yang
memiliki etos kerja ini. Dengan kerja sesuai peraturan tentu saja akan terhindar
dari yang namanya kecurangan, KKN atau praktik merugikan lainnya.
e) Dapat Menghindari Citra Buruk yang Merugikan
Jika adanya sebuah pembentukan citra yang baik maka tentu saja citra buruk
bisa terhindar bukan. Dengan tetap menerapkan sebuah kinerja yang mumpuni,
professional dan baik tentu citra buruk tidak akan mampir ke perusahaan.
4. Dasar kebijakan etika bisnis
Kebijakan Etika Perusahaan (Code of Conduct), adalah sekumpulan komitmen yang
terdiridari etika bisnis Perusahaan dan etika kerja Karyawan Perusahaan yang disusun
untuk membentuk, mengatur dan melakukan kesesuaian tingkah laku sehingga tercapai
keluaran yangkonsisten yang sesuai dengan budaya Perusahaan dalam mencapai visi dan
misinya. Etika bisnissangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik
kepentingan dalam membuat keputusandan memecahkan persoalan perusahaan.
Mengapa demikian? Karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan

9
dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua individu atau
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan.
a) Standar etika dalam berhubungan dengan pemangku kepentingan
Kepercayaan merupakan unsur penting untuk meningkatkan loyalitas Pelanggan
maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan, selain kepercayaan,
peningkatan pelayananyang tinggi menjadikan nilai tambah tersendiri bagi
Perusahaan. Untuk menciptakan harmonisasi dan iklim usaha yang terpercaya
tersebut, Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya senantiasa bertindak profesional,
jujur, adil dan konsisten dalam memberikan pelayanan kepada
PemangkuKepentingan. Landasan Perusahaan dalam membina hubungan dengan
Pemangku Kepentingandilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Hubungan dengan insan perusahaan
Perusahaan akan memperlakukan InsanPerusahaan sebagai anggota Perusahaan
dengan adil dengan cara sebagai berikut:
 Menghormati hak Insan Perusahaan serta senantiasa mengikut sertakan Insan
Perusahaan dalam menetapkan kebijakan pengelolaan Karyawan secara
konsistensesuai ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
 Mensosialisasikan seluruh peraturan, khususnya peraturan baru, kepada
seluruh InsanPerusahaan.
 Menerapkan sistem rekrutmen, seleksi, promosi, dan pengembangan karir
secara adildan konsisten berdasarkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan
Perusahaan.
 Menciptakan kesempatan kerja yang sama kepada seluruh Insan Perusahaan
tanpamembedakan suku, ras, gender, dan agama.
 Menyediakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif
sertamenjaga kesehatan dan keselamatan Karyawannya.f.Berusaha
meningkatkan kesejahteraan Insan Perusahaan secara adil, layak
dantransparan sesuai dengan kinerja dan kemampuan Perusahaan.
 Memberikan penilaian, penghargaan dan pembayaran remunerasi sesuai
kinerja dankompetensi Karyawan, baik secara korporasi, tim kerja maupun

10
individu.h.Menghargai kreativitas, inovasi dan inisiatif Karyawan yang
memberikan nilaitambah terhadap Perusahaan.
2) Hubungan dengan pelanggan / kosumen
Kesuksesan Perusahaan tergantung pada pembentukan hubungan produktif
dengan pelanggan berdasarkan integritas, profesionalisme, komunikasi, dan sikap
melayanisesuai dengan nilai ‐ nilai budaya Perusahaan, yaitu dengan:
 Mengembangkan pelayanan yang berkualitas sesuai harapan pelanggan
danmenjalin hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.
 Menjaga kualitas produk dan jasa yang prima, sesuai dengan standar
nasional daninternasional.
 Memberikan informasi secara jelas atas produk dan jasa yang dihasilkan
sertamenyediakan sarana komunikasi bagi Pelanggan.
3) Hubungan dengan pemasok
 Memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh pemasok atau rekanan.
 Proses pengadaan barang dan jasa di Perusahaan harus bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN).
 Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
yangmengakibatkan persaingan yang tidak sehat, penurunan kualitas proses
pengadaandan hasil pekerjaan.
 Mencegah terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest ) pihak ‐
pihak yangterlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
pengadaan.e.Melaksanakan proses pengadaan secara transparan, kompetitif
dan adil untuk mendapatkan Pemasok yang memenuhi kualifikasi
persyaratan pekerjaan dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan.
4) Hubungan dengan kreditur
 Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon Kreditur.
 Memilih Kreditur yang memiliki kredibilitas dan bonafiditas yang dapat
dipertanggungjawabkan serta bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
dengan mengedepankan prinsip kehati ‐ hatian, selektif, kompetitif dan adil.
 Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana untuk
meningkatkan kepercayaan kreditur.

11
 Memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian antara Perusahaan
denganKreditur.
5) Hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar
Membina hubungan dengan baik dengan masyarakat merupakan landasan
pokok bagi keberhasilan jangka panjang Perusahaan. Oleh karena itu Perusahaan
senantiasa berusaha:
 Menghormati nilai, norma dan budaya masyarakat di sekitar lingkungan
Perusahaan dan mewujudkan hubungan yang harmonis dengan
masyarakatsetempat.
 Menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.
 Melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan program
pengembangan mitra binaan dan lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku.
6) Hubungan dengan pemerintah
Perusahaan mempunyai komitmen untuk menjaga danmemelihara hubungan
baik serta komunikatif dengan seluruh instansi dan pejabat Pemerintah
(Regulator) yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan. Hal ‐ hal yang
perlu diperhatikan dalam menjaga hubungan dengan Pemerintah(Regulator)
adalah sebagai berikut :
 Mematuhi dan mendukung peraturan perundang‐undangan yang terkait
denganoperasi Perusahaan termasuk di dalamnya ketaatan terhadap
pembayaran pajak, retribusi, masalah ketenagakerjaan dan lingkungan hidup.
 Membina hubungan yang sehat, harmonis dan konstruktif dengan Regulator
daninstansi terkait lainnya baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah.
 Menghindari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam
berhubungandengan Pemerintah (Regulator).
 Mengedepankan kejujuran dan keterbukaan dalam membina hubungan
denganseluruh instansi dan pejabat Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

12
 Tidak memanfaatkan hubungan baik dengan Pemerintah untuk
memperolehkesempatan bisnis dengan cara yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
7) Hubungan dengan pemegang saham
Agar hubungan dengan Pemegang Saham dapat terjalin dengan baik dan
memenuhi ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku,
makaPerusahaan menetapkan kebijakan sebagai berikut:
 Perusahaan senantiasa menghormati dan menjamin bahwa hak‐hak
Pemegang Saham sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan serta peraturan
lain yang berlaku dapat terpenuhi dengan baik secara transparan, adil, tepat
waktu danlancar.
 Perusahaan senantiasa menjamin bahwa informasi material mengenai
Perusahaanselalu diberikan dengan sejujur ‐ jujurnya, tepat waktu dan teratur
kepadaPemegang Saham sesuai ketentuan/peraturan perundang‐undangan
yang berlaku.
 Tidak melakukan suatu perbuatan untuk mencari keuntungan bagi pribadi
danorang lain dengan menggunakan informasi Perusahaan yang bukan untuk
kepentingan umum atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.
 Memperhatikan dan menghormati arahan dan keputusan Pemegang
Sahamsepanjang sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang‐
undanganyang berlaku.
5. Kepatuahan
Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, harus memperhatikan etika baik
untuk internal maupun eksternal Perusahaan.Etika merupakan suatu norma moral dan
nilai yang menjadi dasar bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Etika bisnis Perusahaan merupakan penjelasan bagaimana suatu entitas bisnis
bersikap beretika dan bertindak dalam upaya menyeimbangkan kepentingan Perusahaan
dengan kepentingan segenap Stakeholders sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan nilai-
nilai korporasi yang sehat dengan tetap menjaga profitabilitas Perusahaan.
a. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

13
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan merupakan
standar perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Memahami hukum dan
peraturan yang berlaku di segala aktivitas harus dihayati oleh Insan Perusahaan
dalam setiap kegiatan bisnis melalui komitmen sebagai berikut :
 Seluruh insan perusahaan berkewajiban untuk memahami, mematuhi dan
melaksanakan kebijakan/peraturan yang diterbitkan oleh perusahaan dan
peraturan perundang-undangan secara konsisten.
 Setiap insan perusahaan harus menghindari setiap tindakan dan perilaku yang
dapat menimbulkan pelanggaran terhadap hukum dan perundang-undangan.
 Segala bentuk ketidakpatuhan yang dilakukan insan perusahaan terhadap
hukum dan perundang-undangan tidak dapat ditolerir dan akan dikenakan
sanksi sesuai dengan tingkat ketidakpatuhannya
 Setiap insan perusahaan tidak melakukan tindakan yang melawan hukum
dengan pihak lain yang merugikan perusahaan, baik secara sendiri-sendiri
maupun bekerjasama dengan pihak lain.\
 Mengedepankan penyelesaian dengan jalur musyawarah mufakat dalam setiap
permasalahan dan apabila tidak tercapai kesepakatan maka digunakan jalur
hukum dan menghormati proses hukum dan keputusan yang dihasilkan.

Hal-hal yang perlu mendapat ketegasan terkait permasalahan hukum dan


perundangundangan agar dikonsultasikan dengan unit kerja terkait yaitu Divisi
Hukum dan Pemulihan Asset dan dalam hal diperlukan dapat meminta pihak
konsultan hukum independen diluar perusahaan.

B. Mekanisme Good Corporate Governance


Literatur dibidang akuntansi, keuangan, hukum dan ekonomi menjelaskan bahwa pemilik
dana perusahaan dapat memperoleh kepastian untuk memperoleh hasil atas investasinya
melalui berbagai mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: spesifik perusahaan (firm-specific), spesifik negara
(countryspesific) dan mekanisme governance pasar.
Klasifikasi tersebut akan mempermudah pemahamam peranan khusus mekanisme
corporate governance dalam konteks perusahaan secara lebih luas. Mekanisme governance

14
spesifik perusahaan dapat diatur dan dikendalikan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
memaksimalkan nilai pemegang saham. Pada umumnya yang tercakup sebagai mekanisme
governance spesifik perusahaan adalah struktur kepemilikan saham, pembiayaan perusahaan,
auditing, komite audit, dewan pengurus, dan kompensasi manajemen. Mekanisme
governance spesifik negara bersifat eksternal terhadap perusahaan, dan berada di bawah
pengendalian pemerintah dan institusi yang diakui secara luas seperti institusi profesi.
Mekanisme governance spesifik negara yang dibahas adalah sistem hukum, kebudayaan dan
standar serta praktik akuntansi. Mekanisme governance pasar didasarkan kepada tingkat
perkembangan pasar modal. Mekanisme ini terdapat pada pasar bagi pengendalian
perusahaan. Pengaruh perubahan governance terhadap kinerja perusahaaan merupakan
bottom line dari perdebatan mengenai corporate governance (Cadbury, 1999; Maher dan
Anderson, 2000). Berkaitan dengan hal tersebut, dua tema akan didiskusikan pada saat
membahas mekanisme corporate governance, yaitu:
a) bagaimana mekanisme governance tersebut menyelesaikan agency problem; dan
b) pengaruh mekanisme governance terhadap kinerja perusahaan.

1. Mekanisme Governance Spesifik Perusahaan (Firmspecific Governance Arrangements)


a. Struktur kepemilikan saham
Struktur kepemilikan saham merupakan mekanisme corporate governance yang
penting, karena hal tersebut menentukan sifat dari agency problem di dalam
perusahaan. Apabila kepemilikan saham tersebar luas, sebagaimana umumnya
perusahaan di Amerika Serikat, agency problem terjadi karena adanya benturan
kepentingan diantara manajer dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976).
Apabila kepemilikan saham terkonsentrasi, seperti banyak ditemui pada perusahaan
di negara Asia, agency problem terjadi karena adanya konflik kepentingan antara
pemegang saham mayoritas dan minoritas (Fan dan Wong, 2002).
b. Pembiayaan perusahan (corporate financing)
Mekanisme pembiayaan perusahaan merupakan suatu bentuk mekanisme
governance. Agency problem, benturan kepentingan yang terjadi antara pemberi dana
ekuitas dan pinjaman, merupakan satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan
perusahaan. Perjanjian hutang menyatakan bahwa bila investasi memperoleh hasil di
atas nilai nominal hutang, maka pemegang saham yang akan memperoleh sebagian
besar hasil. Sebaliknya, apabila investasi gagal, karena sifat limited liability nya,
pemberi pinjaman yang menanggung risiko. Oleh karena itu, pemegang saham dapat
memperoleh keuntungan dari investasi pada proyek yang berisiko dengan dana
pinjaman. Sejalan dengan hal tersebut, untuk menutup kemungkinan gagal, pemberi
pinjaman mempersyaratkan bunga pinjaman yang tinggi. Dengan kata lain, pemberi
15
pinjaman dapat dibedakan dari pemegang saham berdasarkan hak-haknya, khususnya
contractual rights dan residual control rights (Hart, 1995).
c. Auditing
Agency theory menekankan bahwa pemisahan antara kepemilikan saham dan
pengendalian menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antara principal dan
agent. Dalam hubungan keagenan seperti ini, untuk memastikan bahwa agent
(manajer) akan bertindak untuk memaksimalkan kepentingan principal (pemegang
saham), maka principal memerlukan biaya untuk memonitor. Biaya monitoring ini
digunakan untuk mempekerjakan auditor untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan yang disusun oleh manajemen. Dalam konteks ini, auditor meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan yang diaudit, yang diharapkan dapat menyelesaikan
agency problem.
d. Komite audit (audit comitte)
Agency theory memprediksikan bahwa pembentukan komite audit merupakan
cara untuk menyelesaikan agency problems. Hal ini dikarenakan fungsi utama komite
audit adalah mereview pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas
laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Dengan membantu
pembentukan pengendalian internal yang baik, komite audit dapat memperbaiki
kualitas keterbukaan. Ho dan Wong (2001) membuktikan bahwa voluntary disclosure
berasosiasi secara positif dengan keberadaan komite audit. Dengan kata lain, komite
audit melayani kepentingan pemegang saham dengan melindungi hak-haknya melalui
pengawasan terhada perilaku agent.
e. Dewan pengurus
Pemisahan antara kepemilikan saham dan pengendalian, yang merupakan issue
utama dari agency theory, menimbulkan pertanyaan dasar bagi pemegang saham
mengenai bagaimana mereka seharusnya memonitor manajer dan melakukan
pengendalian sehingga manajer akan bertindak untuk memaksimalkan kepentingan
mereka. Peranan dewan pengurus diperlukan karena pemegang saham yang tersebar
membuat sulit pemegang saham minoritas untuk menonitor dan mengontrol
manajemen perusahaan. Hal tersebut membatasi kesempatan bagi pemegang saham
untuk mengeliminasi agency costs. Dewan pengurus merupakan suatu mekanisme
untuk meminimalkan agency problem karena peranannya dalam memonitor dan
mendisiplinkan manajemen atas nama pemegang saham. Hal ini menjelaskan bahwa
dewa pengurus merupakan suatu mekanisme corporate governance.
f. Kompensasi manajemen (managerial compensation)
Penyelarasan kepentingan antara principal dan agent merupakan hal penting untuk
mengurangi agency problem. Dalam hal ini, principal dapat mengikat agent melalui
kontrak kompensasi untuk menyelaraskan kepentingan agent dengan principal.
Dengan melakukan hal ini, manajer perusahaan, sebagai agent, akan dipaksa untuk
bertindak memaksimalkan kepentingan pemegang saham, sebagai principals.
Meskipun demikian, merancang kontrak yang lengkap adalah tidak mungkin.
16
Merancang kontrak yang baik dan dapat dilaksanakan, oleh karenanya merupakan hal
yang penting. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa kompensasi manajemen
merupakan suatu bentuk mekanisme corporate governance.

2. Mekanisme Governance Speifk Negara (Country - Specific Governance Arrangements)


Perusahaan beroperasi dalam konteks ekonomi yang lebih luas. Oleh karena itu,
kerangka corporate governance tidak hanya bergantung pada mekanisme internal didalam
perusahaan saja, tetapi juga pada lingkungan eksternal perusahaan (ADB, 2001; OECD,
2004). Lingkungan hukum, kebudayaan, dan institusi akuntansi didiskusikan pada bagian
ini.
a. Lingkungan hukum
Pendekatan hukum terhadap corporate governance beranggapan bahwa
perlindungan investor (pemegang saham dan kreditur) adalah penting (Beck et al.,
2001; Berndt, 2000; La Porta et al., 1997; 1998; 2000; Shleifer dan Vishny, 1997).
Perlindungan investor adalah penting, karena pengambilan hak pemegang saham
minoritas dan kreditur oleh pemegang saham mayoritas bersifat ekstensif.
Pengambilan hak terkait dengan agency problem dimana agent mengkonsumsi
kenikmatan kerja (perquisites) atas biaya principal. Untuk mengkontrol perilaku
agent, pendekatan hukum menekankan bahwa mekanisme utama corporate
governance adalah perlindungan investor perusahaan melalui sistem hukum. Sistem
hukum atau lingkungan hukum dipengaruhi oleh asal sistem hukumnya dan asal
sistem hukum yang berbeda melindungi hakhak investor dengan tingkatan yang
berbeda.
b. Lingkungan budaya (cultural environment)
Kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem kepercayaan yang membentuk
tindakan individu dalam suatu masyarakat (Stulz dan Williamson, 2001). Hal ini
berarti perilaku investor dan manajer dipengaruhi oleh budaya lingkungannya. Dalam
konteks yang lebih luas, lingkungan budaya menentukan bentuk mekanisme corporate
governance di suatu negara. Sebagai contoh, ciri kepemilikan saham di negara Asia
Timur adalah kepemilikan oleh keluarga dalam jumlah substansial (ADB, 2001),
sementara di negara lain, seperti AS, kepemilikan saham yang tersebar merupakan
karakteristik sebagian besar perusahaan terbuka. Bukti empiris juga memperlihatkan
bahwa pola pembiayaan perusahaan di AS, Jerman, dan Jepang berbeda secara
signifikan satu dengan yang lainnya (Hackethal dan Schmidt, 2001). Ekuitas
merupakan sumber pembiayaan yang penting di AS, sementara hutang merupakan
sumber pembiayaan yang dominan di Jerman dan Jepang. Kedua bukti tersebut
mencerminkan pengaruh dari kebudayaan terhadap kepemilikan saham dan
pembiayaan perusahaan.
c. Penyusunan standar akuntansi
Informasi akuntansi keuangan, yang merupakan instrumen utama dalam
keterbukaan kepada publik, dapat dipergunakan sebagai solusi untuk menyelesaikan
17
masalah asimetri informasi (Ball et al., 2000; Bushman dan Smith, 2001).
Penyusunan standar akuntansi dapat dianggap sebagai reaksi peraturan terhadap
kegagalan dalam pemberian informasi ke pasar modal. Dikarenakan manajer sebagai
orang dalam perusahaan yang menghasilkan informasi memiliki keuntungan
informasi dibandingkan investor, sebagai orang luar; terdapat kecenderungan bahwa
manajer akan mengatur informasi yang disampaikan. Sebagai reaksi terhadap hal
tersebut, penyusun standar akuntansi harus mengambil langkah-langkah untuk
meminimalkan benturan kepentingan antara investor dan manajer. Dengan pengaturan
arus informasi yang disampaikan, penyusun standar akuntansi dapat mengurangi
agency problem di antara manajer dan investor, sehingga menyamakan informasi
yang dimiliki investor dan manajer. Oleh karena itu, masalah utama dalam
penyusunan standar akuntansi adalah bagaimana menyeimbangkan kebutuhan
informasi yang berbeda di antara manajer dan investor. Dalam hal ini, penyusunan
standar akuntansi merupakan suatu mekanisme corporate governance yang dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan agency problem.
d. Praktik akuntansi
Praktik akuntansi di suatu negara akan mempengaruhi bagaimana informasi
akuntansi diproses dan dilaporkan oleh perusahaan (Rahman, Perera dan Ganesh,
2002). Laporan keuangan ditujukan untuk kebutuhan penggunanya, seperti investor.
Sebagai hasilnya, laporan keuangan akan mempengaruhi persepsi investor mengenai
kinerja perusahaan, yang pada akhirnya mempengaruhi pembiayaan dan investasi
perusahaan. Oleh karena itu, perbedaan dalam praktik pengukuran akuntansi
mencerminkan bagaimana suatu negara berhubungan dengan agency problem. Oleh
karena itu, praktik akuntansi merupakan suatu mekanisme corporate governance.

3. Mekanisme Governance Pasar (Msrket Governace Arrangements)


a. Pasar bagi pengendalian perusahaan (market for corporate control)
Jensen dan Ruback (1983) mendefinisikan pasar bagi pengendalian perusahaan,
sering kali disebut pasar pengambilalihan perusahaan (takeover market), sebagai: "…
a market in which alternative managerial teams compete for the rights to manage
corporate resources (p.6)". Mereka berargumentasi bahwa tindakan pengambilalihan
bertindak sebagai mekanisme pengendalian eksternal yang membatasi penyimpangan
manajer dari tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Pengambilalihan dapat terjadi dalam bentuk penggabungan usaha (merger),
penawaran tender, atau proxy contest.
b. Tingkat perkembanganpasar modal (the level of capital market development)
Pasar modal yang berkembang baik cenderung memiliki peraturan yang
lebih baik untuk memastikan bahwa pasar bagi pengendalian perusahaan berfungsi
secara wajar dan transparan. Pengambilalihan perusahaan lebih sering terjadi di AS
dan Inggris, dimana kepemilikan saham tersebar luas (dengan pasar modal yang
maju), dari pada di Eropa dan Asia Timur dimana kepemilikan saham lebih
18
terkonsentrasi (ADB, 2001). Mekanisme governance pasar sebelumnya, yaitu pasar
bagi pengendalian perusahan, juga bervariasi tergantung pada tingkat perkembangan
pasar modal. Hal tersebut dikarenakan pasar bagi pengendalian perusahaan
menawarkan sarana untuk mendisiplinkan manajemen perusahaan terbuka dengan
ancaman kehilangan kendali atas perusahaan; dan perjanjian takeover pada umumnya
terdapat di
undang-undang perusahaan atau undang-undang pasar modal.
4. Interaksi Antar Mekanisme Corporate Governance
Penjelasan pada bagian terdahulu memperlihatkan bahwa mekanisme corporate
governance terdiri dari 3 kategori yaitu: spesifik perusahaan, spesifik negara, dan spesifik
pasar. Mekanisme governance tersebut memiliki hubungan satu dengan yang lainnya.
Hubungan tersebut terdapat baik di antara mekanisme-mekanisme pada kategori yang
sama maupun pada kategori yang berbeda. Pada bagian ini, beberapa hubungan dibahas
lebih jauh untuk memperlihatkan sifat dan pentingnya hubungan tersebut. Dalam
beberapa hal, hubungan di antara mekanisme-mekanisme governance tersebut dapat
bersifat substitusi, yaitu satu mekanisme governance dapat menggantikan mekanisme
governance yang lain. Yang kedua, bersifatkomplementer, yaitu satu mekanisme
governance melengkapi keefektifan mekanisme governance yang lain. Yang ketiga
bersifat sebagai pendukung, yaitu satu mekanisme governance tidak berperan langsung,
tetapi memperkuat mekanisme governance yang lain. Shleifer dan Vishny (1997) dan Fan
dan Wong (2002) memperlihatkan bahwa hubungan antara mekanisme governance
lingkungan hukum dan struktur kepemilikan saham bersifat substitusi. Studi mereka
menunjukkan bahwa negara-negara yang memiliki lingkungan hukum yang lemah dalam
melindungi pemegang saham memiliki kecenderungan perusahaanperusahaannya
dimonopoli oleh pemegang saham mayoritas, seperti pemegang saham keluarga.Wurgler
(2000) dan Black (2001) meneliti hubungan antara tingkat perkembangan pasar modal
dengan sifat dari lingkungan hukumnya. Hasilnya memperlihatkan bahwa negara-negara
dengan pasar modal yang maju memiliki lingkungan hukum yang lebih baik. Hal tersebut
menunjukkanbahwa perbaikan lingkungan hukum dapat menjadi dasar bagi perbaikan
governance pada tingkatan pasar. Gray (1988), Doupnik dan Salter (1995) dan Nobes
(1998) berargumentasi bahwa lingkungan budaya suatu negara mempengaruhi praktik
akuntansinya secara langsung atau tidak langsung melalui variabel lainnya, seperti sifat
pembiayaan di pasar modal. Hasil penelitian mereka memperlihatkan bahwa beberapa
mekanisme governance di tingkat negara mendukung mekanisme governance lainnya
pada tingkat negara.
Penelitian Core, Holthausen, dan Larcker (1999) memperlihatkan bahwa
mekanisme governance berupa kompensasi manajemen dan dewan pengurus bersifat
komplementer satu dengan yang lainnya dalam menciptakan sistem corporate governance
yang efektif. Mereka menemukan bahwa kompensasi CEO lebih tinggi apabila CEO
tersebut juga merangkap sebagai chairman dari BoD, pengurusnya lebih banyak, dan
lebih banyak pengurus yang bersifat independen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
19
perusahaan dengan struktur governance yang lemah menghadapi agency problem yang
lebih besar, dan manajemen puncak perusahaan yang menghadapi agency problem yang
lebih besar menerima kompensasi yang lebih besar. Hal tersebut merupakan contoh sifat
komplementer dari mekanisme governance spesifik perusahaan. Hubungan di antara
mekanisme governance di atas menunjukkan bahwa dampak dari mekanisme governance
tidak selalu bersifat garis lurus (linear). Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam
menarik kesimpulan dari asosiasi antara kinerja perusahaan dan mekanisme governance.

BAB III

PENUTUP
20
A. Kesimpulan
Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan Perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para
Shareholders khususnya dan Stakeholders pada umumnya.
Pedoman Etika Bisnis dan Tata Perilaku/Code of Conduct (CoC) adalah pedoman
yang menjelaskan etika usaha dan Tata Perilaku Insan Perusahaan untuk melaksanakan
praktek-praktek pengelolaan perusahaan yang baik.
Pedoman Tata Kelola Perusahaan/Code of Corporate Governance (CoCG) adala
pedoman yang menjelaskan struktur dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas guna mewujudkan nilai
Pedoman Etika Bisnis dan Tata Perilaku/Code of Conduct (CoC) 3 pemegang saham
dalam jangka waktu panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan Stakeholder
lainnya.

B. Saran
Pembuatan makalah Etika Bisnis & Pedoman Perilaku serta Mekanisme Good
Corporate Governance memerlukan banyak sumber yang mendukung. Banyak sumber
yang mencantumkan perbedaan pendapat, namun masih dalam pokok yang sama, maka
diperlukan kecermatan dalam memilah materi bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

https://accounting.binus.ac.id/2020/06/30/good-corporate-governance-gcg-dan-pedoman-etika-
dalam-perusahaan/

21
https://www.situsekonomi.com/2020/01/14-prinsip-dasar-perusahaan.html
https://www.scribd.com/doc/88821588/Prinsip-Dan-Kode-Etik-Dalam-Bisnis
https://askrindo.co.id/documents/20126/49606/Pedoman+Etika+Bisnis.pdf/7a6b9a62-2ca5

https://www.academia.edu/42430135/KEBIJAKAN_ETIS_PERUSAHAAN_DAN_PENERAPA
NNYA#:~:text=Kebijakan%20Etika%20Perusahaan%20
https://text-id.123dok.com/document/lq5087rrz-mekanisme-governance-spesifik-negara-country-
specific-governance-arrangements-good-corporate-governance-disusun-oleh-etty-retno-
wulandari-phd.html
https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2007/12/gcg-konsep-prinsip-praktik-lkdi-cipe.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai