Anda di halaman 1dari 116

TUGAS AKUNTANSI KOPERASI

OLEH:

AZZAHRA FAZRIANI
A1A122083

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................I
A. Pendahuluan.................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Koperasi.............................................................................5
C. Laporan Keuangan koperasi.........................................................................14
D. Sumber dan Penggunaan Dana koperasi......................................................32
E. Akuntansi Penerimaan dan Penyeluaran Kas..............................................45
F. Prosedur Pemberian Kredit..........................................................................57
G. SistemPengendalian Internal Koperasi........................................................67
H. Piutang.........................................................................................................77
I. Analisis Kinerja Keuangan............................................................................83
J. Koperasi simpan Pinjam...............................................................................95
K. Koperasu Konsumen....................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA

i
ii
A . PENDAHULUAN
Koperasi merupakan lembaga yang didalamnya terdiri dari
kepentingan-kepentingan yang sama yang terhimpun untuk meningkatkan
taraf hidup atau kesejahteraan. Dengan kata lain koperasi merupakan
sekumpulan orang-orang yang berbadan hukum yang bertujuan untuk
meningkatkan social ekonomianggotanya dengan cara saling membantu yang
berdasar pada azaz kekeluargaan.Pada UU 1995 sistem perekonomian
Indonesia mengenal 3 pelaku ekonomi yaitu pemerintah, swasta, dan koperasi.
Ketiga pelaku inilah yang diharapkan memilik peranan penting dalam
perekonomian Indonesia nantinya.Pembangunan koperasi sebagai badan
usaha ditujukan untuk penguatan dan perluasan usaha serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia sehingga pengelolaan koperasi harus dilakukan
dengan baik agar usahanya dapat bertahan dan berkembang. Peran pemerintah
dalam mendukung pembangunan dan pengembangan koperasi adalah
mewujudkan pengelolaan koperasi yang profesional dengan menerapkan
prinsip keterbukaan, transparansi, dan akuntabilitas yang dapat diakui,
diterima dan dipercaya, baik oleh anggota pada khususnya maupun
masyarakat luas pada umumnya.
Akuntansi koperasi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, dan
pelaporan transaksi keuangan koperasi. Tujuan utama akuntansi koperasi
adalah untuk menyediakan informasi yang akurat dan relevan mengenai
keuangan koperasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti anggota
koperasi, manajemen, pemerintah, dan pihak lain yang terkait.Akuntansi
koperasi melibatkan berbagai aktivitas, termasuk pencatatan transaksi harian,
penyusunan laporan keuangan, pengendalian internal, dan analisis keuangan.
Pencatatan transaksi harian meliputi pembelian dan penjualan barang atau
jasa, penerimaan dan pengeluaran kas, serta transaksi lainnya yang terkait
dengan operasional koperasi.
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi koperasi
yang mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan
laporan arus kas. Laporan-laporan ini memberikan gambaran mengenai posisi
keuangan koperasi, kinerja operasional, serta arus kas yang
dihasilkan.Pengendalian internal juga merupakan bagian penting dari
akuntansi koperasi. Hal ini melibatkan pengaturan sistem akuntansi yang
efektif, pemisahan tugas yang jelas, serta pelaksanaan prosedur pengendalian
untuk mencegah penyelewengan dan kesalahan dalam pencatatan keuangan.

1
Badan usaha koperasi merupakan gerakan ekonomi kerakyatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012. Koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hkukum koperasi
dengan melandaskan kegitannya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan (Rudianto,
2010:3). Penerapan akuntansi dan penyampaian laporan keuangan koperasi
menunjukkan kekhususan disbanding dengan akuntansi dan laporan keuangan
badan usaha pada umumnya kegitannya pada prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan
(Rudianto, 2010:3). Penerapan akuntansi dan penyampaian laporan keuangan
koperasi menunjukkan kekhususan disbanding dengan akuntansi dan laporan
keuangan badan usaha pada umumnya (Musyafa’ah:2014). Muhammad
Khafid, dkk. (2010) mengatakan bahwa, untuk mencapai tujuan-tujuan
koperasi, maka pengelolaan koperasi harus dilakukan dengan benar dan
profesional. Salah satu tolak ukur koperasi yang sehat adalah koperasi yang
melakukan pengelolaan keuangan yang benar. Sebagai sebuah lembaga
ekonomi yang menghasilkan suatu laporan keuangan maka masalah akuntansi
koperasi merupakan salah satu masalah penting yang ada di koperasi.Suatu
kegiatan ekonomi pastinya akan menghasilkan suatu hasil akhir yang disebut
juga laporan keuangan. Laporan keuangan secara umum mempunyai arti hasil
akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.
Bagi para analisis laporan keuangan merupakan media yang penting
untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomi suatu perusahaan.Dan laporan
keuangan juga menjadi bahan sarana informasi bagi para analis dalam proses
pengambilan keputusan karena laporan keuangan dapat menggambarkan
posisi keuangan perusahaan,hasil usaha perusahaan,dan arus kas perusahaan
dalam periode tertentu.Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila serta Undang-Undang Dasar
1945 (Rudianto, 2010:4).
Untuk bisa menghasilkan laporan keuangan yang wajar terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah komponen laporan
keuangan yaitu LaporanLaba/Rugi. Laba dalam suatu koperasi lebih dikenal

2
dengan sebutan Selisih Hasil Usaha (SHU). Laporan Laba/Rugi berguna
untuk mengetahui kinerja koperasi berupa pendapatan dan beban.
Koperasi Unit Desa Bina Tani merupakan salah satu koperasi besar
dan merupakan koperasi yang cukup lama berdirinya. KUD Bina Tani
berdirisejak tahun 1975 yang diprakarsai oleh Instruksi Presiden (Inpres) No.3
Tahun 1975 dengan nama Badan Usaha Unit Desa (BUUD). Sudah sejak
kurang lebih 46 Tahun berdirinya Koperasi Unit Desa ini hingga sekarang,
KUD Bina Tani sudah memiliki usaha dibidang jasa diantaranya : jasa
penjualan gabah, penjualan beras, penjualan benih, penjualan palawija,
penjualan pupuk pestisida, jasa angkutan umum (tebu) yaitu untuk melayani
anggota dan masyarakat dalam usaha angkutan dan pendistribusian hasil
pertanian tebu, Simpan Pinjam, Pembayaran Rekening Listrik. Usaha yang
dimiliki KUD Bina Tani ini adalah usaha yang sudah ada sejak berdirinya
Koperasi tersebut. Dengan adanya usaha yang cukup banyak dan
membutuhkan suatu laporan keuangan, sudah semestinya dalam prakteknya
Koperasi Unit Desa Bina Tani membuat dan menyajikan laporan keuangan
sesuai dengan standart dan acuan yang berlaku. Tetapi pada kenyataannya,
laporan keuangan KUD Bina Tani masih belum menggunakan Standar
Akuntasi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
berlaku sejak tahun 2011.
Negara Indonesia memiliki tujuan dan cita-cita untuk memakmurkan
masyarakat secara menyeluruh.untuk mencapai tujuan tersebut,pemerintah
menyelenggarakan tata aturan kegiatan perekonomian bagi seluruh
masyarakat,dengan tujuan agar sekuruh kegiatan ekonomi menuju kesatu
sasaran,yaitu pencapaian masyarakat yang adil dan Makmur.dengan
demikian,peran sektor-sektor ekonomi yang ada diindonesia diharapkan dapat
bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita tersebut dalam rangka menumbuh
kembangkan perekonomian bangsa.
Koperasi sebagai badan usaha senantiasa harus diarahkan dan
didorong untuk ikut berperan secara nyata meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan,agar mampu mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan
sosial,sehingga lebh mampu berperan sebagai wadah kegiatan ekonomi
rakyat.

3
DAFTAR PUSTAKA
Rudianto. (2010). Akuntansi Koperasi Edisi 2 Konsep dan Teknik Penyususnan
Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015

4
B. RUANG LINGKUP KOPERASI
1.Pengertian Koperasi
Salah satu badan usaha penopang ekonomi rakyat Indonesia adalah
koperasi. Bagaimana tidak? Pada tahun 2019 saja, Kementerian Koperasi dan
UKM menyebutkan bahwa koperasi di seluruh Indonesia berjumlah 123.048 dan
anggota yang sudah tercatat sebanyak 22 juta orang. Besar sekali kan, Grameds?
Kata koperasi diambil dari Bahasa Inggris, yakni cooperation. Jika diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia, artinya kerja sama.
Menurut Anonimus UU No 25 tahun 1992, koperasi dapat diartikan
sebagai sebuah badan usaha yang beranggotakan sekumpulan orang yang
kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
kerakyatan yang berasas kekeluargaan. Sementara itu, menurut bapak proklamator
kita, Mohammad Hatta, yang sekaligus menjadi bapak Koperasi, koperasi adalah
suatu jenis badan usaha bersama yang menggunakan asas kekeluargaan dan gotong
royong.
Dengan demikian, tidak heran jika pengelolaan koperasi mengarah pada
kegiatan tolong-menolong untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi anggotanya. Itulah salah satu sebab mengapa koperasi sangat bermanfaat
untuk banyak orang.
2.Sejarah Koperasi
Sejarah mencatat bahwa gerakan koperasi di dunia dimulai pada
pertengahan abad 18 dan awal abad 19. Saat itu, koperasi masih disebut dengan
Koperasi Pra Industri. Gerakan ini lahir akibat dari revolusi industri yang gagal
mewujudkan semboyan Liberte-Egalite-Fraternite (kebebasan-persamaan-
kebersamaan).
Semboyan tersebut dianggap gagal karena revolusi industri tidak membawa
perubahan terhadap kondisi ekonomi rakyat. Liberte atau kebebasan hanya
dirasakan oleh mereka yang memiliki kapital sehingga dapat meraup untung
sebanyak-banyaknya. Sementara Egalite dan Fraternite atau persamaan dan
kebersamaan hanya menjadi milik pemilik-pemilik modal besar.
Di Inggris, koperasi pertama kali didirikan pada tahun 1844 di kota
Rochdale. Didirikan oleh 28 anggota, koperasi ini dapat bertahan dan dianggap
sukses karena didasari oleh kebersamaan yang kuat dan kemauan untuk
menjalankan usaha.

5
Para anggotanya duduk bersama untuk bermusyawarah guna menyusun
langkah agar dapat menghasilkan sebuah satuan usaha yang bisa dijalankan
bersama. Bahkan, mereka membuat pedoman kerja dan Standard Operational
Procedure (SOP). Semua itu mereka lakukan agar dapat mewujudkan visi dan cita-
cita mereka. Akhirnya terbentuklah Rochdale Equitable Pioneers Cooperative
Society.
Pada awalnya, mereka mendapatkan banyak hujatan dari banyak pihak.
Namun, mereka mampu membuktikan bahwa toko yang mereka kelola dapat
berkembang dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang mereka pakai dalam
koperasi tersebut, yaitu:
1. Keanggotaan yang sifatnya terbuka.
2. Pengawasan yang sifatnya demokratis.
3. Bunga terbatas yang bermodal dari sesama anggota.
4. Sisa hasil usaha dibagi berdasarkan besarnya kontribusi pada koperasi.
5. Penjualan barang-barang disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku dan
pembayaran harus tunai.
6. Tidak ada diskriminasi dalam suku bangsa, ras, agama, dan aliran politik.
7. Barang-barang yang diperjualbelikan merupakan barang-barang yang asli,
bukan barang rusak, palsu, atau KW.
8. Anggota menerima edukasi secara berkesinambungan.
Prinsip-prinsip tersebut menjadikan koperasi Rochdale sukses dan maju.
Karena itu, prinsip-prinsip di atas menjadi inspirasi bagi koperasi-koperasi lain
yang ada di seluruh dunia. Walaupun tampak masih sederhana, apa yang telah
diperjuangkan oleh Rochdale dengan segala prinsipnya menjadi tonggak bagi
gerakan koperasi seluruh dunia. Pada tahun 1937, prinsip-prinsip tersebut
disampaikan sekaligus dibakukan dalam kongres International Co-operative
Alliance (ICA).
Pergerakan koperasi di seluruh dunia berjalan tidak spontan dan
memerlukan proses yang panjang. Pada umumnya, koperasi tidak diperjuangkan
oleh orang-orang yang sangat kaya. Gerakan ini bermula sebagai bentuk
perlawanan terhadap kapitalisme yang saat itu melahirkan penderitaan ekonomi
dan sosial terhadap rakyat.
Dalam keadaan yang serba sulit, pihak-pihak kapitalis, kolonial, dan
rentenir memperkeruh suasana. Mereka mengambil keuntungan yang besar dari
memeras rakyat kecil dan menengah. Orang-orang kecil dan menengah yang
kesulitan untuk melunasi hutangnya terpaksa melepaskan tanah milik mereka

6
karena sistem pinjaman berbunga yang mencekik. Ditambah kesewenangan pihak
kolonial yang suka memonopoli banyak bidang.Common sorrow, rasa senasib
sepenanggungan menggerakkan orang-orang yang berpenghasilan sederhana,
berkemampuan ekonomi terbatas, dan menderita karena beban ekonomi, untuk
bersatu dan bersama-sama menolong diri mereka sendiri. Karena itulah, mereka
berpikir bagaimana caranya agar bisa keluar dari keadaan tersebut dan
membentuk gerakan perlawanan. Kemudian lahirlah koperasi yang memfasilitasi
para buruh agar bisa saling tolong menolong. Koperasi yang ada di jaman itu
dinamakan Koperasi Pra Industri.
Ada banyak kisah perkembangan koperasi di negara-negara lain yang
memiliki cerita yang hampir sama. Sebut saja perkembangan koperasi di Prancis,
Jerman, Denmark, Swedia, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea.
Saat ini, koperasi semakin berkembang di negara-negara lain dengan
tujuan untuk memberikan kesejahteraan pada anggotanya. Hal ini terbukti dengan
banyaknya permasalahan ekonomi yang dapat diatasi dengan adanya koperasi
3.Perkembangan Koperasi di Indonesia
Pada jaman penjajahan, banyak sekali rakyat Indonesia yang merasakan
penderitaan. Mulai dari monopoli penjajah dan pemimpin lokal yang bersekutu
dengan mereka, tingginya bunga yang mencekik leher oleh para rentenir, hingga
kerja paksa.
Pada tahun 1896, R. Aria Wiriaatmadja, yang saat itu menjadi patih
Purwokerto, tergerak untuk mendirikan koperasi kredit. Koperasi tersebut
bertujuan untuk membantu rakyat yang terlilit hutang dengan cara memberikan
kredit.
Kemudian, pada tahun 1911, Serikat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin
oleh H.Samanhudi dan H.O.S Cokroaminoto menyebarkan impian-impian
berdirinya toko koperasi yang menyerupai warung serba ada (waserda) KUD.
Fasilitas tersebut digaungkan oleh SDI untuk mengimbangi pemerintah kolonial
Belanda yang memberikan kemudahan kepada pedagang asing.
Namun demikian, koperasi-koperasi yang pernah diperjuangkan tersebut
mengalami kegagalan karena banyak kendala. Baik yang diperjuangkan oleh Budi
Utomo, Serikat Dagang Islam (SDI), dan Partai Nasionalis Indonesia (PNI).
Koperasi di Indonesia mengalami kestabilan setelah Indonesia merdeka dan
memiliki UUD 1945.

7
Dr. (h.c.) Drs. Mohammad Hatta memberikan perhatian dan dukungan
akan adanya koperasi. Berbagai upaya dilakukan untuk memberikan edukasi agar
rakyat Indonesia memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya koperasi.
Atas jasa beliau dalam memperjuangkan koperasi, beliau dijuluki sebagai Bapak
Koperasi Indonesia.
4.Mengapa Koperasi Berjaya di Indonesia?
Masyarakat kita yang menjunjung tinggi kekeluargaan dan gotong royong
menjadikan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang sangat cocok untuk
diterapkan di Indonesia. Kebiasaan kekeluargaan dan gotong royong tersebut
sudah menjadi kebiasaan yang sudah turun-menurun sehingga tidak mengherankan
jika asas kekeluargaan dan gotong royong yang diusung oleh koperasi bisa
menyatu dengan bangsa ini.
Bahkan, sistem perekonomian Indonesia memiliki fundamen yang
berbunyi, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.” Hal ini tertuang dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun
1945 ayat 1. Dilansir dari website Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR-RI), makna dari pasal tersebut adalah sistem ekonomi yang dikembangkan
di Indonesia seharusnya tidak berbasis persaingan dan asas individualistik.
Ditambah lagi ayat kedua dalam pasal yang sama menyebutkan secara
gamblang bahwa pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam kegiatan
ekonomi negara. Dengan demikian, masih melansir sumber yang sama, pemerintah
memiliki wewenang agar pembangunan negara tidak lagi eksklusif. Agar
terwujudnya pembangunan yang inklusif, maka pembangunan yang dilakukan
perlu difokuskan kepada pembangunan manusianya, bukan sekadar ekonominya.
Karena kemajuan ekonomi yang berbasis kemajuan sumber daya manusia, mampu
mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang merata.
5.Fungsi Koperasi
Didirikannya koperasi tentu memiliki tujuan dan fungsi. Di bawah ini akan
kita bahas apa saja fungsi dan tujuan dari didirikannya koperasi.
1. Membangun dan Mengembangkan
Fungsi pertama dari koperasi, yaitu membangun sekaligus mengembangkan
potensi dan kemampuan anggotanya secara khususnya dan masyarakat secara
umum. Demikian juga, untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan ekonomi
rakyat.

8
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
Fungsi kedua dari koperasi, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan masyarakat secara aktif. Kualitas SDM yang semakin meningkat
akan memberikan manfaat bagi perekonomian.
3. Memperkuat Ketahanan Ekonomi Kerakyatan
Fungsi ketiga dari koperasi, yaitu memperkuat ketahanan ekonomi
kerakyatan. Fungsi ini bisa dikatakan sebagai pondasi kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan menjadikan koperasi sebagai sokogurunya.
4. Mewujudkan dan Mengembangkan Perekonomian Nasional
Fungsi keempat dari koperasi, yaitu mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional dengan menggunakan asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
5. Tujuan Koperasi
Rasanya belum lengkap kalau hanya membahas pengertian, sejarah, fungsi
koperasi, tetapi tidak membahas tujuan koperasi itu sendiri. Berikut tujuan-
tujuan koperasi.
1. Meningkatkan kehidupan ekonomi anggota koperasi dan masyarakat di
sekitarnya.
2. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota koperasi dan masyarakat di
sekitarnya.
3. Membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat
yang adil dan Makmur
4. Menjadi sokoguru dalam perekonomian nasional.
5. Membantu produsen dengan memberikan penawaran harga yang relatif
lebih tinggi.
6. Membantu konsumen dengan memberikan penawaran harga yang relatif
lebih terjangkau.
7. Memberikan bantuan peminjaman modal kepada unit-unit usaha skala
mikro dan kecil.
6. Prinsip Koperasi
Setiap organisasi, badan usaha, bahkan hingga komunitas tentunya memiliki
idealisme dalam menjalankan operasionalnya. Tidak terkecuali koperasi yang
juga memiliki idealisme yang dirangkum dalam prinsip-prinsip koperasi.

9
Dirangkum dari UU 25 tahun 1992, prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai
berikut:
1. Keanggotaan tidak dipaksa. Oleh karenanya harus berdasarkan sukarela
dan terbuka.
2. Dalam pengelolaannya, koperasi harus bersifat demokratis.
3. Pembagian hasil usaha diberikan secara adil sesuai dengan porsi
kontribusi masing-masing anggota terhadap koperasi.
4. Pemberian balas jasa terhadap pemberi modal sesuai dengan jumlah modal
yang diberikan.
5. Mengutamakan kemandirian.
6. Dalam mengembangkan koperasi, akan diadakan pendidikan
perkoperasian dan kerja sama antar koperasi.
7. Dasar-dasar Hukum Koperasi
Koperasi memiliki dasar hukum sehingga koperasi merupakan badan
usaha yang legal untuk dijalankan. Beberapa dasar hukum koperasi adalah
sebagai berikut:
1. UU Nomor 25 Tahun 1992: Perkoperasian.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994: Pembubaran koperasi oleh
pemerintah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994: Persyaratan dan Tata Cara
4.Pengesahan
4. Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995: Pelaksanaan kegiatan usaha
simpan pinjam oleh koperasi.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998: Modal penyertaan pada
koperasi.
7. Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 98 Tahun 2004: Notaris pembuat akta
koperasi.
8. Permen Koperasi dan UKM Nomor 10 Tahun 2015: Kelembagaan
koperasi.
9. Permen Koperasi dan UKM Nomor 15 Tahun 2015: Usaha simpan pinjam
oleh koperasi.
10. Permen Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018: Penyelenggaraan dan
pembinaan perkoperasian.
11. Kepmen Nomor 22 Tahun 2020: Tata cara penyampaian data debitur
koperasi dalam rangka pemberian subsidi bunga/subsidi margin untuk

10
kredit/pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dalam rangka
mendukung program pemulihan ekonomi nasional.
8. Jenis-Jenis Koperasi
Ada beberapa jenis koperasi yang disebutkan di dalam UU nomor 25
tahun 1992 Pasal 15 ada dua jenis koperasi, yaitu:
1. Koperasi primer
Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh orang-seorang serta
beranggotakan lebih dari 20 orang.
2. Koperasi sekunder
Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh koperasi yang
beranggotakan koperasi juga.
Jenis Koperasi Berdasarkan Jenis Usaha
Berdasarkan jenis usaha yang dijalankan, koperasi terbagi menjadi empat
jenis, yaitu:
1. Koperasi Produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang menyediakan sarana
kepada produsen untuk melakukan produksi. Produk berasal dari
anggota dan ditawar dengan harga relatif lebih tinggi untuk kemudian
dijual kepada anggota dan non-anggota.

2. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang menyediakan
kegiatan usaha berupa barang untuk kebutuhan anggota dan non-
anggota.

3. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang menyediakan jasa (kecuali
simpan pinjam) untuk kebutuhan anggota dan non-anggota.
4. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani
anggota dan non-anggota dengan melakukan jasa simpan-pinjam
sebagai satu-satunya kegiatan usaha lembaga.
9. Keuntungan Menjadi Anggota
mungkin ada yang bertanya apa sih keuntungannya menjadi anggota
koperasi? Bagi sebagian orang, menjadi anggota koperasi memiliki

11
keuntungan tersendiri. Adapun keuntungan yang kemungkinan bisa
didapatkan dengan menjadi anggota koperasi adalah:
1) Anggota koperasi berhak mendapatkan pembagian sisa hasil usaha (SHU).
Besarnya bagi hasil yang didapatkan berdasarkan jumlah modal yang
ditanam dan besarnya keuntungan yang didapatkan oleh koperasi.
2) Anggota dapat membeli barang dan jasa dengan harga yang lebih
terjangkau dibandingkan beli di luar koperasi.
3) Bagi anggota, dapat meminjam dana kepada koperasi baik secara sistem
konvensional berbunga ataupun bagi hasil sistem syari’ah.
4) Anggota bisa mendapatkan pelatihan entrepreneur dan memperluas
jaringan bisnis. Dengan demikian, Anda bisa berkembang menjadi pribadi
yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1997. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(dilengkapi dengan UU No. 12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian). Jakarta: Aneka Ilmu.

13
C. LAPORAN KEUANGAN KOPERASI
Laporan keuangan koperasi adalah dokumen resmi yang memberikan
gambaran tentang kondisi keuangan koperasi. Laporan keuangan ini
mencakup informasi tentang aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya, dan
laba rugi koperasi selama periode tertentu, biasanya satu tahun.
Laporan koperasi keuangan terdiri dari tiga bagian utama:
a. Laporan laba rugi: laporan ini mencantumkan pendapatan koperasi dan
biaya-biaya yang terkait dengan pengelolaan koperasi selama periode
tertentu, biasanya satu tahun. Laba rugi menunjukkan apakah koperasi
menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian selama periode
tersebut.
b. Neraca: neraca koperasi adalah laporan yang menunjukkan posisi
keuangan koperasi pada akhir periode tertentu. Neraca mencantumkan aset
koperasi (seperti kas, piutang, atau inventaris) dan kewajiban koperasi
(seperti Hutang dan kewajiban lainnya).
c. Laporan arus kas: laporan ini menunjukkan arus kas masuk dan keluar
dari koperasi selama periode tertentu. Laporan arus kas membantu
mengungkap sumber dan penggunaan kas koperasi, yang dapat membantu
manajemen koperasi dalam merencanakan kegiatan keuangan di masa
depan.
Laporan keuangan koperasi sangat penting bagi anggota, pengurus,
dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengetahui kondisi keuangan
koperasi dan menilai apakah koperasi tersebut beroperasi dengan efektif dan
efisien.
Manfaat laporan keuangan koperasi adalah sebagai berikut:
1. Update kinerja koperasi keuangan: Laporan koperasi keuangan
memberikan gambaran tentang kinerja koperasi keuangan, termasuk
pendapatan, biaya, laba, dan arus kas. Dengan mengevaluasi laporan
keuangan, anggota dan pengurus koperasi dapat mengetahui apakah
koperasi beroperasi dengan baik atau tidak.
2. Pengambilan keputusan yang tepat: Laporan koperasi keuangan
memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang
tepat terkait dengan operasi koperasi, seperti pengelolaan dana dan
investasi, pembelian atau penjualan aset, Pengeluaran dan penghitungan
koperasi, dan sebagainya.

14
3. Transparansi: Laporan keuangan koperasi membantu meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas koperasi terhadap anggota dan pemangku
kepentingan lainnya. Anggota dan pemangku kepentingan dapat menilai
kinerja keuangan koperasi dan memperoleh kepercayaan terhadap
koperasi.
4. Penilaian: Laporan keuangan koperasi membantu anggota dan pengurus
koperasi untuk menilai risiko dan peluang dalam kegiatan koperasi.
Dengan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kinerja koperasi
keuangan, mereka dapat mengambil tindakan untuk mengurangi risiko dan
meningkatkan keuntungan.
5. Memenuhi persyaratan hukum: Laporan koperasi keuangan biasanya
dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu seperti pemerintah atau lembaga
keuangan untuk memenuhi persyaratan hukum yang berlaku.
Ada beberapa pihak yang dapat mengecek laporan keuangan koperasi, antara
lain:
1. Pengurus koperasi: Pengurus koperasi bertanggung jawab untuk
menyusun dan memeriksa laporan keuangan koperasi. Mereka harus
memastikan bahwa laporan keuangan tersebut akurat dan mencerminkan
kondisi keuangan koperasi dengan sebenar-benarnya.
2. Auditor: Auditor independen dapat ditugaskan oleh koperasi untuk
memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan koperasi. Auditor akan
melakukan audit keuangan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
koperasi disusun secara akurat dan dapat dipercaya.
3. Dewan Pengawas: Dewan Pengawas koperasi memiliki tugas untuk
memastikan bahwa kegiatan koperasi dilakukan secara benar dan sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Salah satu tugas
utama Dewan Pengawas adalah menilai dan mengevaluasi laporan
keuangan koperasi.
4. Anggota koperasi: Anggota koperasi juga berhak untuk memeriksa
laporan keuangan koperasi. Dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT)
koperasi, anggota dapat menilai dan mengevaluasi laporan keuangan serta
memberikan masukan dan masukan kepada pengurus koperasi.
Dalam semua kasus, penting bagi pihak yang memeriksa laporan
keuangan koperasi untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
memadai tentang aspek keuangan dan akuntansi. Hal ini akan membantu
mereka dalam menilai dan mengevaluasi laporan keuangan koperasi secara
efektif.

15
 Prinsip dasar laporan keuangan koperasi
Prinsip Dasar Laporan Keuangan Koperasi Akuntansi adalh aktivitas
mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka , mengklasifikasi
mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas atau transaksi suatu badan usaha
dalam bentuk informasi keuangan. (Rudianto, 2010). Pada dasarnya laporan
keuangan disusun dengan alasan untuk:
1. Mengetahui jumlah dana yang diterima.
2. Mengetahui jumlah dana yang dikeluarkan.
3. Mengetahui jenis dan tanggal transaksi yang dilakukan.

Gambar system Akutansi

Aktifitas Bisnis Para pengambil keputusan

Data Informasi

Pencatatan Komunikasi
Identifikasi
laporan keuangan

Menurut Niswonger, C. Rollin et al. (1992), sistem akuntansi (accounting


system) adalah bidang khusus yang menangani perencanaan dan penerapan
prosedur-prosedur untuk mengumpulkan dan melaporkan data keuangan. Dengan
kata lain, menurut Henry Simamora (2000) dalam (Sudarwanto, 2013) system

16
akuntansi adalah proses terencana untuk menyediakan informasi akuntansi
keuangan yang bermanfaat bagi manajemen.
 Tahap Identifikasi
Sebelum mencatatnya ke dalam Jurnal maka, transaksi yang terbentuk akibat
aktivitas bisnis diidentifikasi lalu dikelompokan terlebih dahulu berdasarkan
jenis transaksinya. Pada jenis koperasi Niaga hanya ada transaksi: Penjualan
barang dagang, Pembelian barang dagang, dan pencatatan beban operasi yang
terjadi selama satu periode.
 Tahap Pencatatan
Pada sistem penyimpanan atau pencatatan transaksi yang telah
diidentifikasi, ada beberapa proses pencatatan yaitu, tahap penjurnalan,
pencatatan jumlah persediaan dan peng ikhtisaran pada buku besar tiap akun.
Setelah tahap ini dilaksanakan, maka nantinya akan menghasilkan Laporan
keuangan koperasi.
Akun Perkiraan dalam Akuntansi Koperasi
Dalam menjurnal transaksi dan menyusun Laporan keuangan untuk
suatu koperasi, maka harus mengenal beberapa perkiraan atau akun yang
sering digunakan dalam akuntansi koperasi, berikut penjelasan setiap bagian
akun perkiraan:
a. Aktifa Lancar
Aktiva Lancar Adalah sumber daya koperasi yang dicatat dalam
jangka waktu tertentu, yang sifatnya likuid. segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk usaha (memiliki manfaat ekonomi). (Sudarwanto, 2013)
Berdasarkan Peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah
Republik Indonesia Nomor 12/PER/M.KUKM/IX/2015 Aset lancar yaitu aset
yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.
o Pengklasifikasian aset lancar antara lain :
1. Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas.
2. Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan).
3. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan.
o Yang termasuk kelompok Aktiva Lancar dalam koperasi, yaitu :
1) Kas adalah aset yang siap digunakan untuk pembayaran dan bebas
digunakan untuk membiayai kegiatan umum organisasi.

17
2) Piutang Anggota adalah hak koperasi kepada anggota, yang timbul
karena koperasi telah meminjamkan uang kepada anggotanya atau
karena koperasi menjual barang secara kredit.
3) Piutang Non Anggota hak yang timbul akibat koperasi menjual
barang secara kredit atau meminjamkan uang kepada Non anggota.
4) Perlengkapan Kantor Perlengkapan adalah material penunjang
yang digunakan untuk operasional koperasi dengan masa manfaat
kurang dari satu tahun.
b. Aktiva Tetap
Aset yang diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat
penggunaannya, diakui sebagai aset tetap. Asset tetap dibagi menjadi dua ,
yaitu :
1) Aktiva Tetap Berwujud Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi organisasi, yang tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal organisasi dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Aset tetap berwujud mencakup perkiraan : tanah,
gedung kantor, peralatan kantor. Dalam neraca, akun ini disajikan sebesar
harga pokok dikurangi akumulasi pemyusutan (kecuali tanah)
2) Aktiva Tetap Tak Berwujud Contohnya seperti,hak paten,good will,
merek dagang, hak lease dan sebagainya. Penyajian akun-akunini pada
neraca berdasarkan harga pokok dikurangi amortisasi yang telah dibentuk
koperasi
c. Kewajiban Lancar
adalah kewajiban yang segera harus dibayar dengan aktiva lancar, dan
paling lama harus dibayar dalam jangka waktu paling lama satu tahun. Akun
yang termasuk Kewajiban Lancar yaitu :

 Utang Usaha dalah pinjaman (kewajiban) yang dimiliki koperasi kepada


pihak lain yang timbul akibat transaksi pembelian keredit yang dilakukan
koperasi.
 Simpanan Sukarela adalah kewajiban yang dimiliki koperasi kepada
anggotanya karena telah menyimpan (menabung) uangnya di koperasi. d.
Kewajiban Jangka Panjang Adalah kewajiban yang memiliki jangka waktu
pembayaran lebih dari satu tahun, seperti, Utang Bank, Utang pada
Lembaga Lain non bank dan sebagainya. Utang Bank adalah kewajiban
yang dimiliki koperasi

18
d. Ekuitas Koperasi,
Ekuitas adalah bukti penyertaan dan kepemilikan anggota sebagai
pihak yang telah menenamkan uanganya dalam koperasi. Ekuitas koperasi
terdiri dari :
1) Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang besarnya sama yang wajib
dibayarkan oleh para anggota koperasi pada saat pertama kali masuk
sebagai anggota. Simpan jenis ini hanya dapat diambil bila anggota
tersebut mengundurkan diri.
2) Simpanan Wajib adalah sejumlah uang yang besarnya bervariasi yang
wajib dibayar anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan ini hanya dapat diambil bila anggota tersebut
mengundurkan diri.
3) Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang ditanamkan pemodal untuk menambah dan
memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan usaha koperasi.
4) Modal Sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan
tidak mengikat. Modal sumbangan tidak dapat dibagikan kepada anggota
selama koperasi masih beroperasi.
5) Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota.
6) Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan
laba/rugi kotor dengan nonanggota, ditambah/dikurangi dengan
pendapatandan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak
penghasilan badan koperasi

Laporan hasil
usaha

19  Pendapatan
 beban
Neraca
TRANSAKSI
BUKU NERACA
JURNAL SALDO  Aktiva
 Penjualan BESAR DAN
UMUM PERSEDIAA  Kewajiban
SEMENTARA Laporan
 Pembelian Aus Kas
N  Ekuitas
 beban
 Aktivitas
koperasi
Olperasi
 Aktiviatas Investasi
 Aktivitas Pendanaan

Bagaimana kinerja perusahaan tersebut dalam suatu periode tertentu.


Dengan adanya laporan keuangan, para pemimpin atau manajemen dapat
melihat lebih jelas kondisi keuangan perusahaan berdasarkan data-data aktual

20
mengenai kondisi perusahaan. Perusahaan yang baik tentunya harus memiliki
sistem pelaporan keuangan yang baik dan tertata. Tanpa adanya laporan
keuangan, perusahaan akan kesulitan menganalisis apa yang terjadi dalam
perusahaan dan bagaimana kondisi dan posisi perusahaan perusahaan.
Dasar Hukum , UU No 17 Tahun 2012 1. Pasal 37 ayat 1 c Laporan
keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri dari neraca akhir dan perhitungan
hasil usaha tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen
tersebut.
a. Perhitungan Hasil Usaha
Perhitungn hasil usaha adalah Laporan Perhitungan Hasil Usaha adalah
laporan yang memberikan informasi tentang perhitungan tentang penghasilan
dan beban KOPERASI SMK. Perhitungan Hasil Usaha Periode Juli 2018

Pendapatan
Penjualan atk Rp 5.000.0000
Penjualan Makanan
Penjualan seragam
Harga Pokok Penjualan (Rp 2.500.000) +
Sisa Hasil Usaha Kotor Rp 2.500.000
Beban Operasi :
Beban Operasional Rp 100.000
Beban Gaji Rp 200.000 +
Jumlah Beban Operasi (Rp450.000)+
SISA HASIL USAHA (LABA) Rp 2.050.000

21
b. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas adalah informasi mengenai perubahan historis atas


kas dan setara kas koperasi yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang
terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan. Tujuan penyusunan laporan arus kas adalah memilah
jumlah uang tunai (kas) yang diharapkan diterima dan jumlah uang tunai yang
dikeluarkan pada perioda yang bersangkutan (kas masuk dan kas keluar). Tiga
jenis kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan kas:

1) Kegiatan operasional: kegiatan rutin

2) Kegiatan investasi: pembelian dan penjualan asset.

3) Kegiatan pendanaan: pemerolehan dan penggunaan dana

Arus kas dari aktivitas operasi:


1. Hasil Usaha Bersih Rp 2.050.000
2. Penyesuaian
2.1 Penyusutan asset tetap
2.2 Kenaikan Piutang Anggota
2.3 Kenaikan Persediaan Barang
22
2.4 Penurunan perlengkapan kantor
2.5 Penurunan uang muka sewa
2.6 Kenaikan hutang usaha
Arus kas dari aktivitas Investasi

c. Neraca

Neraca adalah laporan yang memberikan informasi mengenai posisi


keuangan, yaitu sifat dan jumlah harta atau sumber daya usaha simpan pinjam
koperasi, kewajiban kepada pihak pemberi pinjaman dan penyimpan serta ekuitas
pemilik dalam sumber daya usaha simpan pinjam koperasi pada saat tertentu,
terdiri dari komponen Aset, Kewajiban dan Ekuitas

KOPERASI SMK ….. Neraca Per 31 Juli 2018

Aktiva Lancar Kewajiban


Kas Rp Utang Dagang Rp xxxx
xxxx
Bank Rp
Ekuitas
xxxx
Aktiva Tetap
Simpanan Pokok Rp xxxx
Peralatan Rp
xxxx Simpanan Wajib Rp xxxx

Penyusutan Rp Simpanan Sukarela Rp xxxx


xxxx SHU Rp xxxx

23
Total Kewajiban & Ekuitas Rp xxxxx

Total Aktiva Rp
xxxxx

d. Bukti transaksi
Bukti transaksi merupakan dokumen dasar untuk membuat jurnal dan
merupakan bukti bahwa telah terjadi transakasi di koperasi. Semua bukti
transaksi dari bagian pembelian, bagian penjualan, dan bagian lain-lain ke bagian
akuntansi. Bukti-bukti persebut harus dianalisis kebenarannya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari penyelewengan-penyelewengan. Masing-masing koperasi
mempunyai bukti-bukti transaksi yang berbeda dan akan tergantung pada jenis
koperasinya. Berikut ini diberikan contoh bukti-bukti transaksi yang ada di unit
koperasi "Maju Bersama". Bukti transaksi yang ada di unit toko kopersi "Maju
Bersama' sama seperti bukti transaksi yang terjadi diprusahaan dagang lainnya,
yang dapat dikelompokkan menjadi :
 Bukti Penerimaan Kas Adalah bukti transaksi yang membuktikan bahwa
koperasi telah menerima sejumlah uang tunai atau alat pembayaran yang sama
dengan uang tunai (cek). Bukti penerimaan kas digunakan sebagai tempat
mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan penerimaan uang tunai.
Sumber penerimaan uang tunai antara lain dari :
a. Penerimaan simpanan dari anggota koperasi
b. Penerimaan dari penjuala tunai
c. Penerimaan tagihan dari debitur
d. Penerimaan uang dari pihak lain yang merupakan realisasi hak
koperasi.
e. Penerimaan bunga
f. Penerimaan berupa uang jasa seperti komisi
g. Penerimaan kembali urang karyawan koperasi
h. Penerimaan lainnya yang dapat menambah uang tunai koperasi.

24
 Bukti Pengeluaran Kas Adalah bukti transaksi yang membuktikan bahwa
koperasi telah membayar sejumlah uang tunai atau alat pembayaran
lainnya yang disamakan dengan uang tunai. Bukti pengeluaran kas
merupakan alat untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan
dengan pengeluaran uang kas atau tunai. Pengeluaran uang tunai amtara
lain digunakan untuk :
a. Pembayaran kembali simpana sukarela
b. Pengembalian simpanan pokok dan wajib kepada anggota koperasi
yang keluar
c. Pembelian barang secara tunai
d. Pemberian pinjaman kepada anggota koperasi
e. Pembayaran gajih karyawan dan menajer
f. Pengeluaran-pengeluaran lainnya.

25
e. Jurnal
Pencatatan Dengan Metode Perpetual Jika dicatat dengan metode
perpetual, koperasi diwajibkan memiliki kartu stok/kartu persediaan untuk
mencatat arus keluar masuknya barang dagangan. Setiap jenis produk harus
memiliki satu kartu stok/kartu persediaan Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mencatat arus keluar masuknya persediaan barang dagangan,
antara lain FIFO, LIFO, dan Rata-rata (Average). Kartu persediaan berguna
untuk melihat dan mengendalikan arus keluar masuknya barang serta
menghitung harga pokok penjualan barang dari suatu transaksi tertentu atau
secara keseluruhan. (Mengenai metode pencatatan dan pembuatan kartu
stok/kartu persediaan akan dibahas secara khusus)

26
f. Buku Besar Dan Buku Pembantu
Buku Besar Setelah transaksi-transaksi selesai dicatat dalam jurnal,
berikutnya harus dipindahkan atau posting transaksi-transaksi tersebut ke buku
besar. Buku besar (ladger) adalah kumpulan akun-akun suatu prushaan.
Pencatatan atas tambahan atau berkurangnya suatu akun dalam buku besar akan
mempengaruhi satu atau lebih akun lainnya. Hal ini merupakan akibat dari
sistem pencatatan berpasangan (double entry system). Pengaruh dari kenaikan
atau penurunan suatu akun adalah bertambahnya atau berurangnya akun lain.
Dalam pencatatan akun-akun di buku besar membutuhkan akunakun yang
tersusun dengan baik. Untuk membantu penyusunan akun-akun tersebut,
dibutuhkan kode akun. Kode akun yaitu simbol berupa angka, hurusf , atau
gabungan keduanya yang menunjukan akun tertentu. Bagan atau daftar yang
menunjukan kode akun dan akun dikodenya disebut bagan akun. Dalam
pembuatan kode akun harus diingat bahwa prusahaan (koperasi) akan berdiri /
beroperasi selamanya (prinsip going concern). Dengan demikian kode yang
dibuat harus dirancang untuk kepentingan jangka panjang.

27
Laporan keuangan
a) Penyusunan neraca
Neraca awal adalah neraca yang disusun pertama kali oleh pemerintah.
Neraca awal menunjukkan nilai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal neraca awal.Sistem pencatatan yang digunakan selama ini tidak
memungkinkan suatu entitas menghasilkan neraca, sehingga perlu dilakukan
pendekatan untuk menentukan nilai yang akan disajikan dalam neraca.
Pendekatan yang dimaksud adalah dengan melakukan identifikasi atas pos-pos
neraca dengan cara inventarisasi fisik, catatan, laporan, atau dokumen sumber
lainnya.
Kebijakan akuntansi perlu disiapkan untuk penyusunan neraca awal.
Kebijakan akuntansi Ini mencerminkan ketentuan-ketentuan yang digunakan
dalam penyusunan neraca awal seperti pengertian, pengukuran, dan hal
penting lainnya yang perlu diungkapkan dalam neraca. Apabila neraca awal
yang disusun pertama kali ini belum dapat memenuhi ketentuan- ketentuan
yang diatur dalam PSAP maka terhadap pos-pos neraca tersebut dapat
dilakukan koreksi sebagaimana mestinya di kemudian hari.

28
b) Perhitungan Laporan Rugi/Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba
dalam ilmu ekonomimurni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan
seorang investor sebagai hasil penanammodalnya, setelah dikurangi biaya-
biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut(termasuk di
dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi
didefinisikansebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.
Perbedaan diantara keduanyaadalah dalam hal pendefinisian biaya.
(Wikipedia)Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah
perusahaan, Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
 Laba kotor, Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan
harga pokok penjualan
 .Laba Operasional, Laba Operasional merupakan hasil dari
aktivitas-aktivitas yangtermasuk rencana perusahaan kecuali ada
perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat
diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angkaini
menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai
laba yang pantassebagai jasa pada pemilik modal.
 Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax) ,
Laba sebelumdikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah
hasil dan biaya diluar operasi biasa.Bagi pihak-pihak tertentu
terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpentingkarena
jumlah ini menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai
perusahaan.d.

Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba setelah
dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan.

29
Dari perkiraan labaditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan
sebagai Deviden kepada para pemegang saham.
Rugi adalah loss yaitu (kerugian), jumlah pengeluaran atau biaya yang
lebih besardibandingkan dengan pendapatan yang diterima dalam asuransi
dapat pula diartikan sebagai besarnya pembayaran yang harus diberikan oleh
penanggung kepada tertanggung atas terjadinyahal yang diasuransikan.
(Referensi : KBBI)
Jadi Laporan Laba-Rugi merupakan suatu bentuk laporan keuangan
yang menyajikaninformasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari
pendapatan usaha dan beban usahauntuk satu periode akuntansi tertentu.
Laporan laba rugi (Inggris:Income Statement atau Profitand Loss Statement)
adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban
perusahaansehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.Laporan Rugi
Laba akan menggambarkan sumber-sumber penghasilan yang diperoleh oleh
perusahaan dalam menjalankan usahanya, serta jenis-jenis biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
perusahaan. Yaitu dengan melihat ataumemperhatikan selisih antara
pendapatan (revenues) dengan biaya (expenses), disini akan dapatditetapkan
berapa jumlah laba atau kerugian yang didapat perusahaan dalam suatu
periodetertentu. Pengkategorian perusahaan di katakan laba atau rugi adalah
sebagai berikut :
 Jika pendapatan (revenues) > (lebih besar) daripada biaya (expenses)
pada periodetertentu, berarti perusahaan memperoleh laba.
 Jika pendapatan (revenues) < (lebih kecil) daripada biaya (expenses)
pada periodetertentu, berarti perusahaan menderita kerugian.
Laporan laba-rugi membantu pemakai laporan keuangan
memprediksikan arus kasmasa depan dengan berbagai cara. Para kreditor dan
investor dapat menggunakaninformasi yang terdapat dalam laporan laba-rugi
untuk :
 Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Dengan mengkaji pendapatan
dan beban, Kita bisa mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan
membandingkannyadengan para pesaing.
 Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan.
Informasimengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk menentukan
kecenderungan penting yang, jika berlanjut, menyediakan informasi
tentang kinerja masa depan.

30
 Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa
depan.Informasi tentang berbagai komponen laba (pendapatan, beban,
keuntungan, dankerugian) memperlihatkan hubungan di antara komponen-
komponen tersebut dandapat digunakan untuk menilai resiko kegagalan
perusahaan meraih tingkat aruskas tertentu di masa depan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Henry Simamora, 2000, Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jakarta:


Salemba Empat, Jilid 1.
Sudarwanto, A. (2013). Akuntansi Koperasi, Pendekatan Praktis Penyusunan Laporan
Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

32
D. SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KOPERASI
1.Pengertian Dana dan Modal Kerja

Dalam praktiknya dana yang dimiliki oleh perusahaan, baik dana


pinjaman maupun modal sendiri, dapat digunakan untuk dua hal. Pertama,
digunakan untuk keperluan investasi. Artinya dana ini digunakan untuk
membeli atau membiayai aktiva tetap dan bersifat jangka panjang yang dapat
digunakan secara berulang- ulang, seperti pembelian tanah, bangunan, mesin,
kendaraan, dan aktiva tetap lainnya. Kedua, dana digunakan untuk membiayai
modal kerja, yaitu modal yang digunakan untuk pembiayaan jangka pendek,
seperti pembelian bahan baku, membayar gaji dan upah, dan biaya-biaya
oprasional lainnya. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja merupakan
analisis yang berhubungan dengan sumber-sumber dana dan penggunaan dana
yang berkaitan dengan modal kerja perusahaan. Artinya dari mana saja
perusahaan memperoleh dana guna membiayai kegiatannya. Kemudian, dana
yang sudah diperoleh tersebut digunakan untuk aktivitas apa saja. Di samping
itu, juga perlu dipikirkan untung ruginya penggunaan sumber dana yang akan
dipilih. Dalam praktiknya pengertian dana atau fund dibagi ke dalam beberapa
pengertian berikut ini:

1. Dana dianggap sebagai kas (uang tunai).


2. Dana dianggap sebagai uang yang disimpan di bank dalam bentuk giro atau
tabungan
3. Dana dianggap sebagai seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.
4. Dana dianggap sebagai modal kerja.
5. Dana dianggap sebagai aktiva yang memiliki sifat sama dengan kas. Dana
sebagai modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka waktu
pendek. Sebagai modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar atau setelah
dikurangi dengan utang lancar.

33
Dalam praktiknya secara umum, modal kerja perusahaan dibagi ke dalam dua
jenis, yaitu:

a) Modal kerja kotor (gross working capital), Modal kerja kotor (gross
working capital) adalah semua komponen yang ada di aktiva lancar secara
keseluruhan dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank,
surat- surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar lainnya. Nilai
total komponen aktiva lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang
dimiliki perusahaan.
b) Modal kerja bersih (net working capital).
Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh komponen
aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang
jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang
bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak, dan utang lancar
lainnya. Pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering
digunakan.
1.Tujuan Modal Kerja

Modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi operasional suatu
perusahaan. Di samping itu, manajemen modal kerja juga memiliki tujuan
tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha
memenuhi kebutuhan modal kerjanya, agar dapat meningkatkan likuiditasnya.
Kemudian, dengan terpenuhi modal kerja, perusahaan juga dapat
memaksimalkan perolehan labanya. Kemudian, tujuan manajemen modal
kerja bagi perusahaan adalah:

1. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan;


2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban pada waktunya;
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya;

34
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para
kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat;
5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik
minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan
penjualan dan laba;
7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai
aktiva lancar. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva
lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja yang layak dan
menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Manajemen modal kerja pada
perusahaan sangatlah penting guna mendukung pencapaian tujuan
perusahaan.

Dalam praktiknya terdapat nilai penting manajemen modal kerja dikarenakan:


1. Jumlah aktiva lancar dalam perusahaan biasanya jumlahnya lebih dari
separuh total aktiva yang dimilikinya (khususnya perusahaan
manufaktur) dan jumlah ini akan lebih besar lagi bagi perusahaan yang
bergerak dalam bidang distribusi.
2. Jumlah kas yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi berbagai
pembayaran perusahaan terutama yang sudah jatuh tempo atau
pembelian kebutuhan lainnya seperti bahan baku.
3. Perlu perencanaan matang dan pengawasan terus-menerus bagi
piutang jangan sampai mengganggu modal kerja karena terjadi
kemacetan pembayaran.
4. Jumlah sediaan yang ada jangan sampai terjadi kekurangan atau
kelebihan karena komponen ini sangat rentan bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
5. Apabila suatu aktiva lancar tidak di-manage secara baik, maka dapat
berakibat pada realisasi pengambilan investasi yang dibawah standar.

35
1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi


sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini
disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung
kepada berbagai faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, pihak
manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama
kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memerhatikan
faktor-faktor tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi modal
kerja, yaitu:

1. Jenis perusahaan; Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi


dua macam, yaitu: perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan
nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih
besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Di perusahaan industri,
investasi dalam bidang kas, piutang, dan sediaan relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan
perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya.
2. Syarat kredit; Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya
dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat memengaruhi
modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan
berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit.
Penjualan barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada
konsumen untuk membeli barang dengan cara pembayaran diangsur
(dicicil) beberapa kali untuk jangka waktu tertentu. Hal yang perlu
diketahui dari syarat-syarat kredit dalam hal ini adalah:
a. Syarat untuk pembelian bahan atau barang dagangan. Syarat
pembelian barang atau bahan yang akan digunakan untuk
memroduksi barang memengaruhi modal kerja. Pengaruh- nya
berdampak terhadap pengeluaran kas. Jika persyaratan kredit lebih

36
mudah, akan sedikit uang kas yang keluar, demikian pula sebaliknya,
Syarat untuk pembelian bahan atau barang dagangan juga memiliki
kaitannya dengan sediaan.
b. Syarat penjualan barang. Syarat penjualan berbeda dengan di atas.
Dalam syarat penjualan, apabila syarat kredit diberikan relatif lunak
seperti potongan harga, modal kerja yang dibutuhkan semakin besar
dalam sektor piutang. Syarat-syarat kredit yang diberikan apakah
2/10 net 30 atau 2/10 net 60 juga akan memengaruhi penjualan
kredit.
c. Waktu produksi; Waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya
memroduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk
memroduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja
yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu
yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka semakin
kecil modal kerja yang dibutuhkan.

3. Tingkat perputaran sediaan. Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap


modal kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah
tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula
sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup
tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga serta
mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan sediaan.

4.Sumber-Sumber Modal Kerja

Menurut (Riyanto) modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni :

1. Pendapatan bersih yaitu modal kerja yang diperoleh dari hasil


penjualan barang dan hasil hasil lainnya yang meningkatkan uang kas
dan piutang.
2. Keuntungan dari penjualan surat surat berharga yaitu surat surat
berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual

37
3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak
lancar lainnya yaitu sumber lain untuk menambah modal kerja dari
hasil penjualan aktiva tetap.
4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik yaitu
obligasi, dan saham.
5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya yaitu
pinjaman jangka pendek.

Menurut Kamsir ( 2010) sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal
dari :

1. Hasil operasi perusahaan, merupakan jumlah pendapatan yang berada di


dalam perhitungan laporan laba rugi ditambah dengan depresiasi
(penyusutan) dan amortisasi (pengurangan aktiva tidak berwujud.
2. Keuntungan dari penjualan surat surat berharga (investasi jangka pendek),
adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan
menimbulkan berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam
unsur modal kerja
3. Penjualan aktiva tidak lancar, yaitu hasil penjualan aktiva tetap yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan.

Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari


penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passiva. Berikut ini beberapa sumber
modal kerja yang dapat digunakan, yaitu:

a. Hasil operasi perusahaan; Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah


pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan
atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan. Seperti
misalnya cadangan laba, atau laba yang belum dibagi. Selama laba yang
belum dibagi perusahaan dan belum atau tidak diambil pemegang saham,
hal tersebut akan menambah modal kerja perusahaan. Namun, modal kerja

38
ini sifatnya hanya sementara waktu saja dalam waktu yang relatif tidak
terlalu lama.
b. Keuntungan penjualan surat-surat berharga; Keuntungan penjualan surat-
surat berharga juga dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. Besar
keuntungan tersebut adalah selisih antara harga beli dengan harga jual
surat berharga tersebut. Namun, sebaliknya jika terpaksa harus menjual
surat-surat berharga dalam kondisi rugi, otomatis akan mengurangi modal
kerja.
c. Penjualan saham; Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah
saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil
penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja.
d. Penjualan aktiva tetap; Pada penjualan aktiva tetap, maksudnya yang
dijual di sini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih
menganggur.
e. Penjualan obligasi; Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan
sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini
juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun hasil penjualan obligasi lebih
diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang.
f. Memperoleh pinjaman; Mengenai memperoleh pinjaman dari kreditor
(bank atau lembaga lain), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk
pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja peruntukkan
pinjaman jangka panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi.
Dalam praktiknya pinjaman, terutama dari dunia perbankan ada yang
dikhususkan untuk digunakan sebagai modal kerja, walaupun tidak
menambah aktiva lancar.
g. Dana hibah; Mengenai perolehan dana hibah dari berbagai lembaga, ini
juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak
dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban
pengembalian.

39
Dapat disimpulkan bahwa secara umum kenaikan dan penurunan modal
kerja disebabkan:

1. Adanya kenaikan modal (penambahan modal pemilik atau laba);


2. Adanya pengurangan aktiva tetap (penjualan aktiva tetap);
3. Adanya penambahan utang

5. Penggunaan Modal Kerja dan Laporan Sumber Modal Kerja

1) Penggunaan Modal Kerja

Menurut Jumingan penggunaan modal kerja yaitu:

1. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang utang jangka


pendek.
2. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan.
3. Kerugian usaha yang memerlukan pengeluaran kas.
4. Pembayaran utang jangka jangka panjang dan pembelian kembali saham
perusahaan.

Penggunaan modal kerja di atas jelas akan mengakibatkan perubahan


modal kerja, namun perubahan modal kerja tergantung dari penggunaan
modal kerja itu sendiri. Dalam praktiknya modal kerja suatu perusahaan tidak
akan berubah apabila terjadi :

1. Pembelian barang dagangan dan bahan lainnya secara tunai;


2. Pembelian surat-surat berharga secara tunai;
3. Perubahan bentuk piutang misalnya dari piutang dagang ke piutang wesel.

Dikatakan modal kerja tidak mengalami perubahan disebabkan


pembelian barang secara tunai, posisinya tetap berada di aktiva lancar, hanya
berubah komponennya saja. Demikian pula denganpembelian surat-surat
berharga secara tunai tetap tidak mengubah aktiva lancar. Sementara itu,

40
perubahan bentuk piutang misalnya dari piutang dagang ke piutang wesel juga
tidak mengubah posisi utang lancar. Modal kerja dibagi menjadi 3 konsep
yaitu (Labib):

 Konsep Kuantitatif Konsep kuantitatif berlandaskan pada kuantitas dana


yang terdapat dalam bagian aktiva lancar, dimana aktiva tersebut
merupakan aktiva yang sekali tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi
dalam jangka pendek. Oleh sebab itu, modal kerja menurut konsep ini
adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (Riyanto). Modal kerja
dalam pengertian ini disebut dengan modal kerja bruto (Gross working
capital).
 Konsep Kualitatif Modal kerja dalam konsep ini dikaitkan dengan
besarnya jumlah aktiva lancar dan utang lancar. Oleh karena itu, modal
kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-
benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
diganggu likuiditasnya yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas
utang lancarnya (Riyanto). Modal kerja kualitatif disebut modal kerja neto
(Net working capital)
1) Laporan Sumber Modal Kerja

Perolehan modal kerja dari sumber yang telah dipilih serta


penggunaan modal kerja yang telah dilakukan selama operasi perusahaan
perlu dibuatkan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajer
keuangan. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja menggambarkan
bagaimana perputaran modal kerja selama periode tertentu. Laporan ini juga
menunjukkan kinerja manajemen dalam mengelola modal kerjanya. Dalam
laporan penggunaan dan sumber modal kerja akan terlihat perubahan modal
kerja yang dimiliki perusahaan. Laporan perubahan modal kerja disebut juga
dengan statement of fund atau statement of financial changes. Dalam
praktiknya laporan perubahan modal kerja menggambarkan:

1. Posisi modal kerja per periode;

41
2. Perubahan modal kerja;
3. Komposisi modal kerja;
4. Jumlah modal kerja yang berasal dari penjualan saham,
5. Jumlah modal kerja yang berasal dari utang jangka panjang.
6. Jumlah modal kerja yang digunakan untuk aktiva tetap;
7. Jumlah aktiva tetap yang telah dijual;

Langkah-langkah penyusunan laporan sumber-sumber dan penggunaan modal


kerja :

a. Menyusun laporan perubahan modal kerjaUntuk mengetahui adanya


kenaikan atau penurunan modal kerja beserta besarnya perubahan modal
kerja
b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current
account ke dalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja
dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja
c. Mengelompokkan unsure-unsur dalam laporan laba ditahan ke dalam
golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan
yang perubahannya mempunyai efek memperkecil modal kerja
d. Menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja Untuk
membuat laporan perubahan modal kerja, berikut ini disajikan

42
contoh perbandingan neraca Pada PT. Rahayu :

Unsur-unsur modal 2015 2016 Perubahan Modal kerja


kerja Bertambah
Berkurang

Aktiva Lancar Rp .600 Rp. 700 Rp. 100 Rp. –

Kas Rp .700 Rp. 500 Rp. – Rp. 200

Efek Rp .1.200 Rp. 1.000 Rp. – Rp. 200

Piutang Rp. 2.200 Rp. 2.600 Rp. 400 Rp. –

Barang

Jumlah aktiva Rp. 4.700 Rp. 4.800


lancer

Hutang Lancar
Rp. 1.500 Rp. 1.000 Rp. 500 Rp. –
Hutang perniagaan
Rp. 1.000 Rp. 1.200 Rp. – Rp. 200
Hutang wesel
2.500 Rp. 2.200
Jumlah hutang
lancar

Rp. 2.200 Rp. 2.600


Modal kerja

Rp. 1.000 Rp. 600


tambah modal kerja
Rp. – Rp. 400

Rp. 1.000 Rp. 1.000


Jumlah

43
Dari tabel diatas, nampak besarnya modal kerja pada akhir tahun 2016 lebih besar
daripada jumlah modal kerja pada saat tahun 2015, berarti ada tambahan modal kerja.
Kenaikan modal kerja ini disebabkan sumbernya lebih besar daripada
penggunaannya.

Contoh laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerj

PERUSAHAAN PT. RAHAYU LAPORAN SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN


DANA 31 DESEMBER 2015 – 31 DESEMBER 2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH)
Sumber-Sumber Penggunaan
Dana dari operasi :
Keuangan neto Rp. 1.500 cash deviden Rp. 700
Depresiasi Rp. 500 bertambahnya mesin Rp. 1.000

Bertambahnya hutang Rp. 1.500 bertambahnya tanah Rp. 1.400


jangka Panjang bertambahnya modal kerja rp. 400

Jumlah Rp. 3.500 Rp. 3.500

DAFTAR PUSTAKA

44
Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua,
Kencana, Jakarta.
Riyanto, 2001. Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh,
BPFE, Yogyakarta.

E.AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS

45
A. Sistem Akuntansi Kas
a. Pengertian Sistem
Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika dipandang sebagai suatu
keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dengan
adanya sistem, maka kegiatan operasional perusahaan diharapkan berjalan
lancar dan terkoordinir sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Sistem berasal dari bahasa latin systema atau bahasa Yunani sustema yang
berarti suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau
energi. Menurut Laponsa (2018)[6] sistem diartikan sebagai sekelompok
unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem diciptakan untuk
menangani sesuatu yang berulang kali atau yang secara rutin terjadi. Sistem
adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
b. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan
(Saifudin dan Ardani, 2017)[1].
Menurut Fahmi, dkk (2015)[9] sistem akuntansi merupakan gabungan
dari formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang
digunakan untuk mengolah data dalam suatu badan usaha dengan tujuan
menghasilkan informasi-informasi keuangan yang diperlukan oleh manajemen
dalam mengawasi usahanya atau untuk pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Dari beberapa pengertian diatas, sistem akuntansi dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk mencatat, menggolongkan, meringkas,
melaporkan, dan menganalisa informasi-informasi tentang data keuangan
suatu perusahaan.
c. Pengertian Kas
Kas merupakan salah satu aktiva yang paling lancar yang sering
digunakan dalam operasional perusahaan (Rohmatulloh, 2016)[2]. Kas
merupakan pembayaran yang siap dan bebas digunakan perusahaan sewaktu-
waktu apabila diperlukan. Setiap perusahaan baik perusahaan dagang,
perusahaan jasa, maupun perusahaan industri harus dapat mengelola kasnya

46
dengan baik agar tidak terjadi gangguan terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut.
Menurut Laponsa (2018)[6] kas adalah suatu alat pertukaran dan juga
digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kas
merupakan alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang dan
dapat diterima sebagai setoran ke bank dalam jumlah sebesar nominalnya,
juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil
sewaktu-waktu.
Menurut Rosita (2005)[10] kas dalam arti sempit berarti uang. Di
dalam akuntansi istilah kas mengandung pengertian yang luas karena meliputi
juga uang kertas, uang logam, dan cek, pos wesel, simpanan di bank, dan
segala sesuatu yang disamakan dengan uang.
Sedangkan menurut Esteria, dkk (2016)[11] kas adalah uang tunai dan
seluruh benda atau sumber lainnya (surat berharga) yang segera tersedia untuk
memenuhi kewajiban.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan sistem akuntansi
kas adalah kesatuan yang melibatkan bagian-bagian, formulir-formulir,
catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang saling berkaitan satu
sama lain yang digunakan perusahaan untuk menangani penerimaan dan
pengeluaran kas yang terjadi dalam perusahaan.
B. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
a. Pengertian Penerimaan Kas
Penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan baik yang
berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai sifat dapat
segera digunakan, yang berasal dari transaksi perusahaan maupun penjualan
tunai, pelunasan piutang atau transaksi lainnya yang dapat menambah kas
perusahaan. Menurut Rohmatulloh (2016)[2] sumber penerimaan kas terbesar
suatu perusahaan dagang berasal dari transaksi penjualan tunai.
Berdasarkan sistem pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan
kas dari penjualan tunai mengharuskan:
a) Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam
jumlah penuh dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk
melakukan internal check.

47
b) Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu
kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan
transaksi penerimaan kas.
b. Fungsi yang Terkait Penerimaan Kas
Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penerimaan
kas dari penjualan tunai menurut Adibah (2015)[12], yaitu:
a. Bagian Penjualan
Bagian penjualan bertanggung jawab untuk menerima order dari
pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut
kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke bagian
kas.
b. Bagian Kas
Dalam transaksi penjualan tunai, bagian ini bertanggung jawab
sebagai penerimaan kas dari pembeli.
c. Bagian Gudang
Bagian gudang bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang
dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke bagian
pengiriman.
d. Bagian Pengiriman
Bagian ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan
menyerahkan barang yang telah dibayar harganya dari pembeli.
e. Bagian Akuntansi atau billing Bagian ini bertanggung jawab sebagai
pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan membuat laporan
penjualan.
c. Formulir yang Digunakan pada Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001)[15] formulir adalah secarik kertas yang
memiliki ruang untuk diisi. Formulir merupakan dokumen yang digunakan
untuk merekam data. Formulir atau dokumen yang digunakan dalan sistem
akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai menurut Harmanto (2011)[13]
adalah sebagai berikut:
a. Faktur penjualan tunai Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai
informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai penjualan tunai.
b. Pita register kas
Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh
bagian kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang
dicatat dalam jurnal penjualan.

48
c. Credit card sales slip
Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang
menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi
anggota kartu kredit.
d. Bill off loading
Dokumen ini merupakan bukti penyerahan dari perusahaan
penjualan barang kepada perusahaan angkutan umum.
e. Faktur penjualan COD (Cash On Delivery Sales) Dokumen ini digunakan
untuk merekam penjualan COD.
f. Bukti setor bank Dokumen ini dibuat oleh bagian kas sebagai bukti
penyetoran kas ke bank.
g. Rekap harga pokok penjualan
Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas
harga pokok produk yang dijual selama satu periode.
d. . Catatan Akuntansi yang Digunakan pada Penerimaan Kas
Bahari, dkk (2017)[14] menjelaskan adapun catatan akuntansi yang
digunakan dalam system akuntansi penerimaan kas kecil dari penjualan tunai
adalah:
a. Jurnal penjualan/Digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan
meringkas data penjualan.
b. Jurnal penerimaan kas/Untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber,
diantaranya dari penjualan tunai.
c. Jurnal umum/Untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
d. Kartu persediaan/Untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang
dijual. Selain itu kartu ini juga digunakan untuk mengawasi mutasi dan
persediaan barang yang disimpan di gudang.
e. Kartu gudang/Untuk mencatat berkurangnya kuantitas produk yang dijual.
e. Prosedur yang Dilaksanakan pada Penerimaan Kas
Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga
prosedur yaitu: prosedur penerimaan kas dari over-the-counter sales, prosedur
penerimaan kas dari cash-on-delivery sales (COD sales), dan prosedur
penerimaan kas dari credit card sales. Menurut Rosita (2005)[10] penerimaan
kas dari over-the-counter sales dilaksanakan melalui prosedur berikut ini:
a. Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di
Bagian Penjualan.

49
b. Bagian Kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang
tunai, cek pribadi (personal check), atau kartu kredit.
c. Bagian Penjualan memerintahkan Bagian Pengiriman untuk menyerahkan
barang kepada pembeli.
d. Bagian Pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e. Bagian Kasa menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank.
f. Bagian Akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.
g. Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam
jurnal penerimaan kas.
f. Unsusr Pengendalian Intern pada Penerimaan Kas
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan adanya internal
control maka kinerja dari masing-masing bagian dapat berjalan efisien. Unsur
pengendalian intern secara garis besar adalah sebagai berikut: (Adibah, 2015)
[12]
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
1. Fungsi Penjualan harus terpisah dari Fungsi Kas.
2. Fungsi Kas harus terpisah dari Fungsi Akuntansi.
3. Transaksi penjualan harus dilakukan oleh Fungsi Penjualan, Fungsi
Pengiriman, dan Fungsi Akuntansi.
b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh Fungsi Penjualan
dengan menggunakan formulir faktur penjualan.
2) Penerimaan kas diotorisasi oleh Fungsi Kas dengan cara
membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan dan menempelkan
pita register kas pada faktur tersebut. Penjualan dengan kartu
kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi kredit dari bank
penerbit kartu kredit.
3) Penyerahan barang diotorisasi oleh Fungsi Pengiriman dengan
cara membubuhkan cap sudah diserahkan pada faktur penjualan.

50
4) Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh Fungsi Akuntansi
dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan.
c. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
1) Faktur penjualan bernomor urut tercetak dalam pemakaian
dipertanggung jawabkan oleh Fungsi Penjualan.
2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya
ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan atau hari
kerja berikutnya.
3) Perhitungan saldo kas yang ada di tangan Fungsi Kas secara
periodik dan secara mendadak oleh Fungsi Pemeriksa Intern.
d. Karyawan yang mutunya berkualitas sesuai dengan tanggung jawabnya.
C. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
a. Pengertian Pengeluaran Kas
Secara garis besar pengeluaran kas perusahaan dilakukan melalui dua
sistem, yaitu sistem pengeluaran kas dengan cek dan sistem pengeluaran kas
dengan uang tunai melalui dana kas kecil (petty cash). Pengeluaran kas yang
dilakukan dengan tunai biasanya karena jumlahnya relatif kecil. Pengeluaran
kas dengan cek dinilai lebih aman dibanding dengan pengeluaran kas secara
tunai. Adapun kebaikan pengeluaran kas melalui cek ditinjau dari
pengendalian internnya, sebagai berikut: (Rosita, 2005)[10]
a. Dengan menggunakan cek atas nama, pengeluaran cek akan diterima
oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek.
b. Dengan menggunakan cek, pencatatan transaksi pengeluaran kas juga
akan direkam oleh pihak Bank.
c. Jika sistem perbankan mengembalikan cancelled check kepada check
issuer, pengeluaran kas dengan cek memberi manfaat tambahan bagi
perusahaan dengan dapat digunakannya cancelled check sebagai tanda
terima kas dari pihak yang menerima pembayaran. Sistem akuntansi
pengeluaran kas adalah kesatuan yang melibatkan bagian-bagian,
formulir-formulir, catatan-catatan,prosedur-prosedur, dan alat-alat
yang saling berkaitan satu sama lain yang digunakan perusahaan untuk
menangani pengeluaran kas.

51
b.Fungsi yang Terkait Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Menurut Mulyadi (2001)[15] fungsi yang terkait dalam sistem
akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah:
a.Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas misalnya untuk pembelian
jasa dan untuk biaya perjalanan dinas, fungsi ini mengajukan permintaan cek
kepada fungsi akuntansi, setelah mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi
yang bersangkutan.
b. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, memintakan
otorisasi atas cek dan menyerahkan cek kepada kreditur via pos atau
membayarkan langsung kepada pihak yang memerlukan pengeluaran kas.
c. Fungsi Akuntansi Bertanggung jawab atas pencatatan yang berkaitan
dengan pengeluaran kas.
d. Fungsi Pemeriksa Intern
Melakukan perhitungan kas secara periodik dan mencocokkan hasil
penghitungannya dengan saldo kas menurut catatan rekening Kas dalam buku
besar. Fungsi ini juga melakuka pemeriksaan secara mendadak terhadap saldo
kas yang ada di tangan dan membuat rekonsiliasi bank secara periodik.
Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem pengeluaran kas tunai
dengan dana kas kecil adalah sebagai berikut: (Mulyadi, 2001)[15]
a. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, memintakan
otorisasi atas cek dan menyerahkan cek kepada pemegang dana kas kecil
pada saat pengisian kembali dana kas kecil.
b. Fungsi Akuntansi Fungsi akuntansi dalam sistem dana kas kecil
bertanggung jawab atas:
 Pencatatan pengeluaran kas kecil yang menyangkut biaya dan
persediaan.
 Pencatatan transaksi pembentukan dana kas kecil.
 Pencatatan pengisian kembali dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran
kas atau register cek.
 Pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran dana
kas kecil.

52
 Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi
kas dalam mengeluarkan cek sebesar dokumen tersebut. Fungsi ini
juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan dan
kesahihan dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan
bukti kas keluar.
c. Fungsi Pemegang Dana Kas Kecil
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyimpangan dana kas kecil,
pengeluaran dana kas kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang
ditunjuk, dan permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
d. Fungsi yang Memerlukan Pembayaran Tunai
Fungsi ini bertanggung jawab terhadap pemakai dana kas kecil serta
mempertanggung jawabkan kepada pemegang dana kas kecil.
e. Fungsi Pemeriksa Intern.
Bagian ini bertanggung jawab atas perhitungan dana kas kecil secara
periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan catatan kas. Fungsi
ini juga bertanggung jawab atas pemeriksaan secara mendadak terhadap saldo
dana kas kecil yang ada di tangan pemegang dana kas kecil.
c. Formulir yang Digunakan pada Pengeluaran Kas Formulir yang digunakan
dalam sistem pengeluaran kas dengan cek adalah: (Mulyadi, 2001)[15]
a. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas kepada
bagian Kasa sebesar yang tercantum pada dokumen tersebut.
b. Cek
Cek merupakan dokumen untuk memerintahkan bank melakukan
pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang namanya
tercantum pada cek.
c. Permintaan Cek
Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi yang
memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi untuk membuat bukti
kas keluar.
Mulyadi (2001)[15] menambahkan bahwa formulir yang digunakan
dalam sistem akuntansi pengeluaran tunai dengan kas kecil adalah:

53
a. Bukti kas keluar
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas dari fungsi
akuntansi kas sebesar yang tercantum pada dokumen tersebut. Dalam sistem
dana kas kecil, dokumen ini diperlukan pada saat pembentukan dana kas kecil
dan pada saat pengisian kembali dana kas kecil.
b. Cek
Dokumen ini digunakan sebagai perintah kepada bank untuk
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau pihak yang yang
tercantum dalam cek tersebut.
c. Permintaan Pengeluaran Kas Kecil.
Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk meminta
uang ke pemegang dana kas kecil. Bagi pemegang dana kas kecil, dokumen
ini berfungsi sebagai bukti telah dikeluarkannya kas kecil.
d. Bukti Pengeluaran Kas Kecil
Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil untuk
mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas kecil. Dokumen ini dilampiri
dengan bukti-bukti pengeluaran kas kecil dan diserahkan oleh pemakai dana
kas kecil kepada pemegang dana kas kecil.
e. Permintaan Pengisian Kembali Kas Kecil
Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil untuk meminta
kepada bagian utang agar dibuatkan bukti kas keluar guna pengisian kembali
dana kas kecil.
d.. Catatan Akuntansi yang Digunakan pada Pengeluaran Kas
Adapun Mulyadi (2001)[15] menjelaskan tentang catatan akuntansi
yang digunakan dalam system pengeluaran kas dengan cek adalah:
a. Jurnal Pengeluaran Kas Digunakan untuk mencatat pengeluaran kas.
b. Register Cek Untuk mencatat pengeluaran kas dengan cek.
Sedangkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat
pengeluaran tunai dengan kas kecil yaitu: (Mulyadi, 2001: 532)[15]

54
a. Jurnal pengeluaran kas
Catatan akuntansi ini dalam sistem dana kas kecil, digunakan
untuk mencatat pengeluaran kas dalam pembentukan dana kas kecil dan
pengisian kembali dana kas kecil. b. Register cek
Catatan ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang dikeluarkan
untuk pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil.
b.Jurnal pengeluaran dana kas kecil
Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan
jurnal khusus. Jurnal ini sekaligus berfungsi sebagai alat distribusi
pendebitan yang timbul sebagai akibat pengeluaran dana kas kecil. Jurnal
ini hanya digunakan dalam sistem dana kas kecil dengan sistem saldo
berfluktuasi.
e. Prosedur yang Dilaksanakan pada Pengeluaran Kas
Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek yang tidak memerlukan
permintaan cek, terdiri dari jaringan prosedur berikut: (Mulyadi, 2001)[15]
a. Prosedur pembuatan bukti kas keluar
b. Prosedur pembayaran kas
c. Prosedur pencatatan pengeluaran kas
Sedangkan dalam sistem dana kas kecil dengan fluctuating fund-
balance system dibagi menjadi tiga prosedur: (Mulyadi, 2001)[15]
a. Prosedur pembentukan dana kas kecil/Pembentukan dana kas kecil dicatat
dengan mendebit rekening Dana Kas Kecil.
b. Prosedur permintaan dan pertanggungjawaban pengeluaran dan akas
kecil/Pengeluaran dana kas kecil dicatat dengan mengkredit rekening
Dana Kas Kecil, sehingga setiap saat saldo rekening ini berfluktuasi.
c. Prosedur pengisian kembali dana kas kecil/Pengisian kembali dana kas
kecil dilakukan dengan jumlah sesuai dengan keperluan, dan dicatat
dengan mendebit rekening Dana Kas Kecil. Dalam sistem ini, saldo
rekening Dana Kas Kecil berfluktuasi dari waktu ke waktu.
f. Unsur Pengendalian Intern pada Pengeluaran Kas
Menurut Saragih (2018)[3] sistem pengendalian intern pengeluaran
kas meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

55
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen.
a. Organisasi

 Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.


 Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan
sendiri oleh bagian kasa sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan
dari fungsi yang lain.
b. Sistem otorisasi dan Prosedur Pencatatan

 Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.


 Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan
dari pejabat yang berwenang.

56
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin & Ardani. (2017). Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran
Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Internal atas Pendapatan pada
RSUP dr. Kariadi Semarang. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan Vol. 2 No.
2, April 2017
Rohmatulloh. (2016). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas pada PT. Multi Technindo. Proposal. Universitas Islam
Majapahit.
Laponsa. (2018). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas (Studi Kasus
pada Koperasi Wahana Multi Sukabumi). Skripsi. Universitas Sanata
Dharma.
Fahmi, dkk. (2015). Analisa Sistem Akuntansi Penerimssn dan Pengeluaran Kas
Guna Mendukung Pengendalian Intern Perusahaan (Studi pada PT.
Tambora Mulyorejo Malang Jatim). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.
26 No. 2.
Rosita. (2005). Sistem Akuntansi Penerimssn dan Pengeluaran Kas pada PT.
Pelayaran Nasional Indonesia Cabang Semarang. Tugas Akhir. Universitas
Negeri Semarang

57
F. PROSEDUR PEMBELIAN KREDIT
A. Pengertian Prosedur
a.prosedur
Prosedur sangat penting dimiliki bagi suatu perusahaan agar segala
sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Karena, untuk mecapai tujuan yang
efesien dan efektif perusahaan harus melakukan rangkaian atau langkah-
langkah yang detail dan melakukan nya dengan sebaik mungkin. Pada
akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi dalam
menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu
fungsi tertentu.
Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011:23)
“Serangkaian langkah/kegiatan klerikal yang tersusun secara sistematis
berdasarkan urutan-urutan yang terperinci dan harus diikuti untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan”. Sedangkan pengertian prosedur
Menurut Mulyadi (2016:4) prosedur adalah suatu urutan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang.
Menurut Irra Crisyanti (2014:43) pengertian dari prosedur adalah “
Tata cara kerja yaitu rangkaian tindakan, langkah atau perbuatan yang harus
dilakukan olehh seseorang dan merupakan cara yang tepat untuk dapat
mencapai tahap tertentu dalam hubungan mencapai tujuan akhir”.
Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa prosedur
merupakan serangkaian langkah yang tersusun dalam suatu perusahaan yang
melibatkan beberapa orang dalam suatu departement, dan dilakukan untuk
menangani kegiatan perusahaan atau transaksi-transaksi yang terjadi berulang-
ulang.
1. Pembelian
(Adawiyah, R 2018) menyatakan bahwa: “Pembelian dapat diartikan
serangkaian untuk mendapatkan atau memperoleh barang maupun yang
dibutuhkan.”
(Sofyan, 2013) menyatakan bahwa: “Pembelian adalah salah satu
fungsi yang krusial pada berhasilnya operasi suatu perusahaan.”
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelian

58
merupakan suatu tindakan untuk memperoleh barang atau jasa yang
digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produksi.
Adapun jenis-jenis pembelian sebagai berikut:
a) Pembelian secara kas atau tunai adalah pembelian yang dilakukan
sekali transaksi dengan menerima barang yang dibeli dan memberikan
yang sebagai alat tukar yang sesuai dengan jumlah yang disepakati.
b) Pembelian kredit atau berkala adalah pembelian yang dilakukan lebih
dari satu kali transaksi, pada transaksi pertama pembeli memberikan
sejumlah uang sebagai uang muka dan penjual memberikan barang
yang dibeli dengan catatan akan terjadi pembayaran kedua.
Menurut (Tjiptono, 2015) mendefinisikan keputusan pembelian
merupakan sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya.
Tujuan pembelian adalah:
1. Membantu identifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal.
2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan supplier, harga,
dan pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.
2. Pembelian Kredit
Pembelian kredit merupakan pembelian yang dilakukan oleh
perusahaan yang pembayarannya dilakukan secara bertahap atau
dilakukan secara angsuran kepada pemasok. Dalam pembelian kredit,
pada umumnya sebelum melakukan transaksi maka pembelian harus
mendapatkan otorisasi terhadap pembelian yang akan dilakukan. Pada
sistem pembelian kredit umumnya memerlukan informasi-informasi
dalam pembelian kredit, sebagai berikut:

 Jumlah barang yang harus dipesan. Catatan diambil berdasarkan


catatan yang ada pada bagian gudang.
 Jumlah pesanan pembelian yang diterima setiap periode.
 Barang yang diorder yang belum diterima barangnya.
 Jumlah utang yang akan jatuh tempo.
 Informasi pembelian berdasarkan barang, pemasok, faktur atau
urutan pembelian.
 Informasi berdasarkan pemasok atau urutan pembayaran utang.

Sistem Akuntansi Pembelian

59
Sistem akuntansi pembelian merupakan sistem yang digunakan oleh
sebuah perusahaan dalam melakukan pengelolaan bahan baku, bahan untuk
keperluan kantor dan aktiva tetap yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
kegiatan kantor secara keseluruhan. Sistem pembelian berguna untuk dapat
mengenali kebutuhan dalam pembelian persediaan fisik seperti bahan baku
dan melakukan pesanan kepada pemasok. Ketika barang diterima maka sistem
pembelian akan mencata peristiwa tersebut dengan menambah persediaan dan
membuat akun utang untuk dibayarkan pada tanggal yang ditetapkan.
B. Penerapan Sistem Akuntansi Pembelian Kredit
Mulyadi (2016:243) menyatakan bahwa: “Sistem akuntansi pembelian
digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan pengadaan barang-barang apa saja
yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional perusahaan.”
Secara umum, pembelian yang dilakukan perusahaan yaitu pembelian
persediaan yang bertujuan untuk pembelian bahan baku dan bahan pembantu
yang digunakan perusahaan membuat suatu produk, pembelian persediaan
yang dibutuhkan perusahaan, pembelian peralatan, pembelian perlengkapan
dan sebagainya. Sistem akuntansi pembelian kredit merupakan sistem
pembelian dimana pembelian barang dengan pembayaran tempo atau
menunda pembayaran atau kredit serta pembayarannya dilakukan setelah
barang diterima pembeli. Jumlah dan jatuh tempo pembayarannya disepakati
oleh kedua belah pihak.
a. Fungsi yang terkait
Adapun fungsi yang terkait pembelian kredit menurut Mulyadi (2016:244)
yaitu:
1. Fungsi Gudang
Fungsi Gudang mempunyai tanggung jawab untuk membuat dan
mengajukan surat permintaan pembelian sesuai dengan jumlah persediaan
yang ada digudang. Permintaan pembelian yang diajukan harus sesuai
dengan persediaan yang ada digudang, untuk memudahkan penyimpanan
oleh fungsi penyimpanan.
2. Fungsi Pembelian
Fungsi Pembelian mempunyai tanggungjawab untuk mencari tahu
dan mendapatkan informasi mengenai harga barang terbaru dari pemasok
yang dipilih. Setelah mendapatkan pemasok dengan kriteria dan harga
barang yang diinginkan, fungsi pembelian akan membuat surat order
pembelian kemudian akan dikirim ke pemasok yang telah dipilih.

60
3. Fungsi Penerimaan
Fungsi Penerimaan mempunyai tanggungjawab dalam menerima
dan melakukan pengecekan terhadap jenis, jumlah, mutu dan kualitas
barang yang diterima dari pemasok untuk dapat menilai barang yang
diterima perusahaan sudah sesuai dengan pesanan yang telah diajukan.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi Akuntansi mempunyai tanggung jawab dalam fungsi
pencatatan persediaan dan fungsi pencatatan utang. Fungsi pencatatan
persediaan bertanggung jawab dalam mencatat harga pokok persediaan
barang yang telah dibeli ke dalam kartu persediaan. Sedangkan, fungsi
pencatatan utang bertanggung jawab dalam melakukan pencatatan atas
transaksi pembelian ke dalam register bukti pengeluaran bank yang
berfungsi sebagai catatan utang atau kartu utang sebagai buku pembantu
utang.
Di dalam sistem akuntansi, pembelian adalah fungsi yang sangat
diperlukan pada perusahaan demi lancarnya penyediaan barang dagang
yang dibutuhkan.
b.Jaringan Prosedur
Dengan adanya prosedur yang tepat dalam sistem pembelian, maka
dapat memaksimalkan kinerja perusahaan (Nurlaili & Kurniawan, 2021).
Transaksi pembelian mencangkup beberapa prosedur, berikut ini merupakan
jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi pembelian kredit
menurut Mulyadi (2016:244):
1.Prosedur Permintaan Pembelian
Dalam prosedur ini surat permintaan pembelian diajukan oleh bagian
fungsi gudang dalam bentuk formulir permintaan pembelian, kemudian
dikirim ke bagian fungsi pembelian. Kemudian barang habis pakai yang tidak
disimpan didalam gudang, misalnya untuk barang-barang yang langsung pakai
maka fungsi yang memakai barang mengajukan permintaan pembelian
langsung ke fungsi pembelian dengan menggunakan surat permintaan
pembelian.
2. Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok Dalam
prosedur ini fungsi pembelian bertanggung jawab mengirimkan surat
permintaan penawaran harga kepada pemasok yang telah dipilih oleh
perusahaan untuk dijadikan sebagai pemasok barang dan untuk mendapatkan
sebuah informasi mengenai harga barang kepada pemasok tersebut. Dalam

61
pemilihan pemasok, sistem pembelian dibagi menjadi tiga yang diantaranya
sebagai berikut ini:

 Sistem akuntansi pembelian dengan pengadaan langsung Pada sistem


akuntansi pembelian ini, pemasok dipilih langsung oleh fungsi pembelian
tanpa adanya melakukan penawaran harga. Umumnya, pembelian dengan
pengadaan langsung ini meliputi jumlah rupiah yang kecil dalam sekali
pembelian.
 Sistem akuntansi pembelian dengan penunjuk langsung Pada sistem
akuntansi pembelian ini, pemilihan pemasok dilakukan oleh fungsi
pembelian yang terlebih dahulu melakukan pengiriman permintaan
penawaran harga kepada paling sedikit tiga pemasok dan didasarkan pada
pertimbangan harga penawaran dari para pemasok yang ada.
 Sistem akuntansi pembelian dengan lelang Pada sistem akuntansi
pembelian ini, pemilihan pemasok dilakukan oleh panitia lelang yang
dibentuk, melalui lelang yang diikuti oleh pemasok yang jumlahnya
terbatas.
Prosedur pemilihan pemasok dengan lelang tersebut dilakukan melalui
beberapa tahap berikut ini:
a. Pembuatan rerangka acuan (terms of reference) yang berisi uraian rinci
jenis,spesifikasi dan jumlah barang yang akan dibeli melalui lelang.
b. Pengiriman rerangka acuan kepada para pemasok kepada kepentingan
pengajuan penawaran harga.
c. Penjelasan kepada para pemasok mengenai rerangka acuan tersebut.
d. Penerimaan penawara harga denagn dilampiri berbagai persyaratan lelang
oleh para pemasok dalam amplop tertutup.
e. Pembukuan amplop penawaran harga oleh panitia lelang didepan para
pemasok.
f. Penerapan pemasok yang dipilih (pemenang lelang) oleh panitia lelang.
3. Prosedur Order Pembelian
Pada prosedur order ini pemasok yang telah dipilih akan menerima
surat order pembelian dari fungsi pembelian. Fungsi pembelian akan
memberitahukan kepada berbagai divisi di perusahaan misalnya fungsi
penerimaan, fungsi permintaan barang dan fungsi pencatatan utang.

62
4. Prosedur Penerimaan Barang
Pada prosedur ini fungsi penerimaan barang memiliki tanggung jawab
untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang-barang yang telah diterima
dari pemasok dan membuat laporan penerimaan sesuai dengan barang yang
telah diterima.
5. Prosedur Pencatatan Utang
Pada prosedur ini fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk
melakukan pencatatan utang, mengarsipkan dokumen sebagai catatan utang
dan memeriksa dokumen-dokumen yang memiliki kaitan dengan pembelian
seperti surat order pembelian, faktur dari pemasok dan laporan penerimaan
barang.
6. Prosedur Distribusi Pembelian
Pada prosedur ini meliputi pembuatan laporan manajemen berdasarkan
distribusi akun yang didebit dari transaksi pembelian untuk kepentingan
manajemen.
c.. Dokumen yang digunakan
Fungsi-fungsi yang ada dalam sistem akuntansi memerlukan dokumen
sebagai penyalur informasi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
melaksanakan aktivitas pembelian bahan baku. Adapun beberapa dokumen
yang dibutuhkan dalam sistem akuntansi pembelian kredit menurut Mulyadi
(2016:246):
1. Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang
kemudian diserahkan kepada fungsi pembelian untuk melakukan permintaan
pembelian barang kepada pemasok. Surat permintaan pembelian ini berisi
mengenai jenis, jumlah dan kualitas suatu barang.
2. Surat Permintaan Penawaran Harga
Dokumen ini merupakan surat yang dibuat untuk meminta penawaran
harga kepada pemasok. Surat permintaan penawaran harga ini biasanya dibuat
untuk permintaan barang dengan pembelian yang besar.
3. Surat Order Pembelian

63
Dokumen ini merupakan surat yang diotorisasi oleh bagian pembelian
apabila akan melakukan pembelian barang kepada pemasok. Jika pemasok
telah dipilih maka bagian pembelian mengirimkan dokumen surat order
pembelian kepada pemasok tersebut. Dokumen ini memiliki berbagai
tembusan dengan fungsi yang sebagai berikut:
a. Surat order pembelian
Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pembelian yang
dikirimkan kepada pemasok sebagai order resmi yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
b. Tembusan pengakuan oleh pemasok
Tembusan order pembelian ini dikirimkan kepada pemasok,
dimintakan tanda tangan dari pemasok tersebut dan dikirim kembali ke
perusahaan sebagai bukti telah diterima dan disetujuinya order pembelian,
serta kesanggupan pemasok memenuhi janji pengirim barang seperti tersebut
dalam dokumen tersebut.
c. Tembusan bagi unit peminta barang
Tembusan ini dikirimkan kepada fungsi yang meminta pembelian
bahwa barang yang dimintanya telah dipesan.
d. Arsip tanggal penerimaan
Tembusan order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian
menurut tanggal penerimaan barang yang diharapkan, sebagai dasar untuk
mengadakan tindakan jika barang tidak datang pada waktu yang telah
ditetapkan.
e. Arsip pemasok
Tembusan surat order pembelian ini disimpan oleh fungsi pembelian
menurut nama pemasok, sebagai dasar untuk mencari informasi mengenai
pemasok.
f. Tembusan fungsi penerimaan
Tembusan surat order pembelian ini dikirim ke fungsi penerimaan
sebagai otoritas untuk menerima barang yang sejenis, spesifikasi, mutu,
kuantitas, dan pemasoknya seperti yang tercantum dalam dokumen tersebut.
g. Tembusan fungsi akuntansi

64
Tembusan surat order pembelian ini dikirim fungsi akuntansi sebagai
salah satu dasar untuk mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi
pembelian.
4. Laporan Penerimaan Barang
Dokumen ini merupakan dokumen yang dibuat oleh fungsi
penerimaan untuk menunjukkan barang yang telah diterima sudah sesuai
dengan surat order pembelian.
5. Surat Perubahan Order Pembelian
Dokumen ini merupakan dokumen yang dibuat jika terjadi perubahan
terhadap isi surat order pembelian sebelumnya seperti perubahan pada
kuantitas, spesifikasi, dan jadwal penyerahan barang.
6. Bukti kas keluar
Dokumen merupakan dokumen yang dibuat oleh fungsi akuntansi
untuk dasar pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi
sebagai perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok
dan yang sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur
mengenai maksud pembayaran.
d. Catatan akuntansi yang digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian yaitu :
1. Register Bukti Kas Keluar (Voucher Register)Jika dalam pencatatan
utang perusahaan menggunakan voucher payable procedure, jurnal
yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah register
bukti kas keluar.
2. Jurnal Pembelian Jika dalam pencatatan utang perusahan
menggunakan account payable procedure, jurnal yang digunakan
untuk mencatat transaksi pembelian adalah jurnal pembelian.
3. Kartu Utang Jika dalam pencatatan utang perusahaan menggunakan
account payable procedure, buku pembantu yang digunakan untuk
mencatat utang kepada pemasok adalah kartu utang. Jika dalam
pencatatan utang perusahaan menggunakan voucher payable
procedure, yang berfungsi sebagai catatan utang adalah arsip bukti kas
kelaur yang belum dibayar.

65
4. Kartu persediaan
Dalam sistem akuntansi pembelian, kartu persediaan ini
digunakan untuk mencatat harga pokok persediaan yang dibeli.

66
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. (2018). Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)


Berbasis Aspek Modal Sosial (Studi pada BUMDes Surya Sejahtera, Desa
Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo). Kebijakan dan
Manajemen Publik, 6.
Anggadini, Sri D. & Puspitawati, Lilis. (2011). Sistem Informasi Akuntansi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

67
G. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KOPERASI
1. Pengertian Pengendalian Internal

Mulyadi (2013:164) Pengertian pengendalian internal meliputi struktur


organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, serta
mendorong efisiensi dalam mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
Pengertian pengendalian intern menurut AICPA meliputi struktur organisasi,
semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam
perusahaan untuk melindungi hartakekayaan, yang terkoordinasi yang dianut
dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian,
dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi
usaha dan mendorong diataatinya kebijakan perusahaan yang telah diterapkan.

Pengertian pengendalian intern menurut (COSO: 2013) adalah suatu


proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang
dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan
organisasi akan dapat dicapai melalui: efisiensi dan efektifitas operasi,
penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap undang-
undang dan aturan yang berlaku. Dapat disimpulkan pengendalian internal
merupakan suatu pondasi bagi setiap badan usaha atau perusahaan yang
khususnya peruahaan yang menyediakan kredit dikarenakan hal ini dapat
melindungi suatu aset lancar dari perusahaan mulai dari kas, piutang dan
persediaan.

1.Ruang Lingkup Pengendalian Internal

Dalam teori yang ada pada kerangka kerja COSO (Committee of


Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) yang
mengemukakan pendapat bahwa pengendalian intern merupakan suatu
pengendalian kegiatan operasional perusahaan yang dilakukan oleh pimpinan

68
perusahaan untuk mencapai suatu tujuan secara efisien, yang terdiri dari suatu
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu dari operasi perusahaan COSO mengemukakan bahwa
terdapat 5 (lima) komponen kebijakan dan prosedur yang didesain dan
diimplementasikan untuk penerapan suatu perusahaan guna untuk mencapai
tujuan pengendalian intern kelima komponen tersebut diantaranya:

a) Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian ini meliputi suatu sikap dari manajemen dan


karyawan perusahaan tentang bertapa pentingnya sebuah pengendalian internal
dalam sebuah perusahaan (COSO: 2013). Lingkungan pengendalian adalah
faktor-faktor yang meliputi integritas, nilai nilai etika, komitemen terhadap
kompetisi, filosofi manajemen dan gaya operasi. Berupa cara yang ditempuh oleh
manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan suatu tanggung jawabnya
meliputi perorganisasian dan pengembangan sumber daya manusiadan
memperhatikan arahan yang dilakukan oleh pimpinan. Untuk menentukan dan
menilai efektivitas sistem pengendalian internal kredit pada bagian lingkungan
pengendalian meliputi:

1. Integritas dan nilai-nilai etika di terapkan dan dilakukan dengan cara:

a) Mengadakan tindakan manajemen untuk meminimalisir penyebab


pegawai yang bertindak tidak jujur, melanggar hukum atau tidak etis

b) Pelaksanaan peraturan kinerja dan disiplin kerja

c) Penegakan peraturan-peraturan tertulis dan tidak tertulis pada koperasi

2. Komitmen terhadap kompetensi dapat dilakukan dengan cara:

a) Dewan direksi menunjukan independensi dari manajemen dalam


mengawasi pengembangan dan kinerja pengendalian internal

69
b) Pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas

c) Pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen terhadap tingkat


kompetensi dari pekerjaan tertentu

3. Filosofi dan gaya operasi dapat dilakukan dengan cara:

a) Penegasan sifat dari manajemen yang bersifat pengambilan resiko dari


suatu perusahaan

b) Bertanggung jawaban pengawasan dari dewan direksi dalam suatu


perusahaan

4. Struktur organisasi

a) Pembatasan garis tanggung jawab dan wewenang yang ada

b) Penghubung antara garis arus komunikasi pada perusahaa

c) Digunakan untuk mengindari adanya rangkap jabatan yang dilakukan


oleh satu orang

5. Kebijakan dan paktek sumber daya manusia

a) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing


bagian

b) Menyusun deskripsi tugas pegawai pada masing-masing bagian

c) Pelaksanaan prosedur sumber daya manusia dimulai pada saat


pengangkatan karyawan

b) .Penilaian Resiko

Berdasarkan rumusan COSO, bahwa penilaian resiko melibatkan


proses yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai resiko
terhadap pencapian tujuan. Resiko itu dipahami sebagai suatu kemungkinan
bahwa suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapian tujuan

70
entitas, dan resiko terhadap pencapian seluruh tujuan dari entitas di anggap
relatif terhadap toleransi resiko yang di tetapkan, maka dari itu penilian resiko
harus dikelola oleh organisasi. Jadi setiap suatu perusahaan yang berdiri harus
menyadari bahwa terdapat resiko yang harus dihadapinya. Oleh karena itu
koperasi harus menetapkan tujuan yang harus dikedepankan dengan bagian
kegiatan keuangan serta bagian kegiatan lainnya agar dapat sejalan secara
kompak dan terorganisasi. Koperasi juga mempertimbangkan bagaimana
mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan bagaimana cara
memecahkan masalah untuk jalan keluar resiko yang terkait, dengan adanya
suatu penilaian resiko ini dapat teridentifikasi dan dapat dianalisis sehingga
kita dapat memperkirakan tindakan apa yang harus diperlukan apabila terjadi
permasalahan dan bagaimana cara untuk meminimalisirkannya. Menurut
(Tunggal, 2013) menyebutkan bahwa penilian resiko manajemen harus
mencangkup pertimbangan-pertimbangan khusus terhadap resiko yang timbul
dari perubahan keadaan seperti:

1. Personil baru

a) Pelaksanaan pemantauan terkait dengan perekrutan karyawan baru

b) Menentukan tujuan dengan kejelasan agar identifikasi dan


penilaian resiko dapat berkaitan dengan tujuan

2. Laju pertumbuhan kredit

a) Perusahaan mengidentifikasi resiko terhadap pencapaian tujuan dan


analis resiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus
dikelola

3. Teknologi dan sistem informasi

a) Perusahaan memepertimbangkan potensi kecurangan dalam


penilaian resiko terhadap pencapian tujuan

b) Kelayakan teknologi dalam pencatatan dalam transaksi

71
4. Kegiatan diluar

a) Pelatihan yang diadakan diluar perusahaan

5. Piutang tak tertagih

a) Bagaiamana penerapan dan perlakuan apabila terdapat suatu piutang yang


tak tertagih pada anggota koperasi.

c. Aktivitas Pengendalian

Menurut (COSO: 2013) aktivitas pengendalian adalah tindakan-


tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan arahan manajemen untuk mengurangi resiko terhadap
pencapaian tujuan yang bersifat personel seperti mutasi tugas, cuti wajib,
pelimpahan tanggung jawab, dan pemisahan tanggung jawab, pemisahan pada
bagian fungsi akuntansi , penyimpanan aset dan suatu operasi dari kantor.
Menurut (COSO: 2013) aktivitas pengendalian terdiri dari tiga kelompok
yang mempunyai tujuan yaitu:

1. Aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong akurasi seperti:


pemisahan tugas dan fungsi, otorisasi yang memadai, dokumentasi yang
layak, pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan akuntansi, verifikasi
independen atau review atas kegiatan atau pun kinerja

2. Aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong kinerja seperti:


evaluasi kinerja

3. Aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong kehandalan proses


informasi seperti: pengendalian umum dan pengendalian aplikasi khusus
Untuk menentukan dan menilai efektivitas sistem pengendalian internal kredit
pada bagian aktivitas pengendalian meliputi:

1. Penilaian kinerja

a) Suatu cara untuk mengukur kinerja suatu perusahaan

72
b) Pemantauan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan

2. Pemrosesan informasi

a) Mengidentifikasi terkait dengan pengamanan aset dengan catatan


pada perusahaan

b) Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian


umum atas tegnologi untuk mendukung tercapainya tujuan

3. Pengendalian fisik

a) Mempertimbangkan potensi untuk penipuan dalam penilaian resiko

b) Suatu pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan guna untuk


menghindari suatu sabotase yang dilakukan oleh karyawan

c) Menerapkan suatu prosedur tertentu guna untuk memberikan


keamanan secara fisik

4. Pemisahan tugas

a) Mengidentifikasi dan menilai perubahan yang dapat mempengaruhi


pengendalian internal

b) Melakukan suatu tindakan berupa pemisahan tanggung jawab


secara fugsional

c) Adanya pemisahan yang jelas antara wewenang dan tanggung jawab


yang diberikan kepada karyawan akan mengurangi kesempatan kepada
karyawan dalam bentuk otorisasi melakukan transaksi, mencatat
transaksi dan memelihara posisi asset

d. Informasi dan Komunikasi

COSO (2013: 5) menjelaskan mengenai komponen informasi dan


komunikasi dalam pengendalian internal dinyatakan bahwa informasi sangat
penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengedalian

73
internal guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Informasi yang
diperlukan manajemen adalah informasi yang bersifat relevan dan berkualitas
baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal dan informasi yang
digunakan untuk mendukung fungsi komponen-komponen lain dari
pengendalian internal. Informasi ini dapat diperoleh ataupun dihasilkan
melalui proses komunikasi antar pihak internal maupun pihak eksternal yang
dilakukan secara terus menerus, berulang, dan berbagi. Kebanyakan
organisasi membangun sistem infromasi untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang andal, relevan, dan tepat waktu. Selanjutnya menurut COSO
(2013: 7) menegaskan mengenai prinsip-prinsip dalam organisasi yang
mendukung komponen informasi dan komunikasi yaitu sebagai berikut:

1. Organisasi memperoleh ataupun mengahasilkan dan menggunakan


informasi yang berkualitas dan yang relevan untuk mendukung fungsi
pengendalian internal,
2. Organisasi secara internal mengkomunikasikan infromasi yang berupa
tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal dalam rangka
mendukung fungsi pengendalian internal
3. Organisasi berkomunikasi dengan pihak eksternal mengenai hal-hal yang
dapat mempengaruhi fungsi pengendalian internal.

e.Pemantauan atau monitoring

(COSO: 2013) Pemantauan atau yang sering disebut monitoring ini


merupakan suatu kegiatan untuk mengevaluasi dengan beberapa bentuk
apakah sifatanya berkelanjutan, ataupun terpisah keduanya ini digunakan
untuk memastikan apakah masing-masing dari kelima komponen
pengendalian internal mempengaruhi prinsip-prinsip setiap komponen.
Kegiatan pemantauan meliputi proses penilaian kualitas kinerja pengendalian
internal dan memastikan apakah semuanya sudah dijalankan seperti yang di
inginkan. Prinsip prinsip yang mendukung dengan indikator pemantauan
COSO 2013 adalah:

74
1. Organisasi memilih untuk mengembangkan dan melakukan suatu evaluasi
yang terus menerus dan atau terpisah untuk memastikan apakah komponen-
komponen pengendalian internal sudah adan dan apakah berfungsi

Organisasi menegvaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan pengendalian


internal secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang sesuai dengan
tanggung jawab untuk mengambil tindakan untuk memperbaiki

3 .Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2010:163) tujuan dari pengendalian internal adalah sebagai


berikut:

a) Menjaga kekayaan organisasi. Meliputi Kekayaan fisik suatu perusahaan


yang dapat dicuri, dan disalahgunakan karena musibah atau bencana
alam, apabila jika kekayaan tersebut dilindungi dengan pengendalian
internal yang memadai. Begitu juga dengan kekayaan perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik seperti aktiva lancar berupa piutang dagang
lebih berpotensi kekurangan jika dokumen penting dan catatan tidak
dijaga dengan baik.
b) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Manajemen
memperlukan informasi keuangan yang dapat diteliti dan andal untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Beragam informasi akuntansi yang
digunakan oleh pihak manajemen untuk dasar pengambilan keputusan
penting oleh suatu entitas. Pengendalian internal ini dirancang untuk
memberikan jaminan berupa proses pengolahan data akuntansi yang akan
menghasilkan suatu informasi keuangan yang teliti serta andal.
c) Mendorong efesiensi. Mendorong efisiensi ini ditujukan untuk
bagaimana cara mencegah suatu duplikasi usaha yang tidak terlalu
diperlukan atau yang bersifat pemborosan dalam segala kegiatan bisnis
perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan
yang tidak efesien dan efektif.

75
d) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Untuk mendapatkan
pencapaian tujuan suatu perusahaan maka manajemen menetapkan
kebijakan dan prosedur yang di atur oleh perushaan yang berguna untuk
memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi
oleh seluruh karyawan. Untuk mencapai suatu kegunaan maupun tujuan
pengendalian internal tersebut maka diperlukan adanya sistem informasi
akuntansi yang benar untuk memberikan suatu bantuan terutama pada
menjaga kekayaan suatu perusahaan dengan cara pencatatan aktiva yang
baik serta struktur pengendalian suatu perusahaan melemah maka akan
menimbulkan suatu permasalahan, ketidakakuratan dan dapat mengalami
suatu kerugian bagi pihak perusahaan.

76
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

77
H.PIUTANG
2.1. Piutang

2.1.1. Pengertian Piutang

Menurut para ahli ekonomi terdapat beberapa pengertian piutang yang


dikemukakan, yaitu sebagai berikut : Piutang merupakan kebiasaan bagi
perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para
pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang
diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut
membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.
(Soemarso, 2004) Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang usaha dan lain-lain yang diharapkan tertagih dalam satu
atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. (PSAK, No.9)

Menurut (Martani, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK


Edisi 2 , 2014) menjelaskan piutang sebagai klaim suatu perusahaan pada
pihak lain. Hampir semua entitis memiliki piutang kepada pihak lain baik
terkait dengan transaksi penjualan. Piutang merupakan sejumlah uang hutang
dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit
kepada perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa piutang bisa timbul tidak
hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit, tetapi dapat karena
hal–hal lain, misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan
aktiva tetap secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara
kredit atau adanya uang muka untuk pembelia atau kontrak kerja lainnya.
Kesimpulan dari beberapa defenisi piutang adalah tagihan perusahaan kepada
pihak ketiga dalam bentuk uang, jasa maupun barang yang semuanya akan
membawa pengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan hubungan
langsung dengan langganan penerimaan kredit.

1.1.2.1.Tujuan Piutang Usaha

78
Berikut ini merupakan tujuan dari piutang usaha, adalah sebagai berikut :

1. Mempererat kerja sama antar perusahaan.

2. Menumbuhkan sikap yang saling membantu antar perusahaan terutama


investasi dalam perusahaan.

3. Mendukung tumbuh besarnya suatu perusahaan atau tingkatan bisnis sebab


dengan piutang perusahaan, lebih cepat dalam mendapat kredit usaha,
terutama usaha kecil apabila mendapat kredit usaha patungan yang banyak
maka usaha tersebut akan mudah tumbuh besar.

2.1.3. Jenis Piutang

Berdasarkan jenisnya, piutang dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Piutang Lancar Piutang lancar merupakan piutang yang akan ditagih dalam
masa satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih
panjang.

2. Piutang Tidak Lancar Piutang tidak lancar merupakan piutang yang akan
tertagih lebih dari satu tahun. Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam
neraca yaitu sebagai :

a. Piutang dagang

Jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa


yang telah diberikan sebagai bagian dari operasional bisnis normal.
Piutang dagang ini kemudian terbagi lagi menjadi dua, yaitu

1. Piutang usaha merupakan janji lisan dari pembeli untuk membayar


barang atau jasa yang dijual.

2. Wesel tagih merupakan janji tertulis untuk membayar sejumlah


uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan.

b. Piutang Non dagang

79
Piutang non dagang berasal dari berbagai transaksi. Berikut
merupakan contoh piutang non dagang, yaitu :

1. Uang muka kepada karyawan dan staf.

2. Uang muka kepada anak perusahaan.

3. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugia dan kerusakan.

4. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran.

5. Piutang deviden dan bunga.

6. Klaim terhadap :

a. Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertangguhkan.

b. Terdakwa dalam suatu perkara hukum.

c. Badan-badan pemerintahan untuk pengembalian pajak.

d. Perusahaan pengangkut untuk barang yang rusak atau


hilang.

e. Kreditor untuk barang yang dikembalikan rusak atau hilang.

f. Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan.

2.1.4. Klasifikasi Piutang

Piutang diklasifikasikan menjadi piutang usaha dan piutang lain-lain.


Piutang usaha merupakan piutang yang timbul akibat hasil penjualan bidang
usaha utama suatu perusahaan. Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak
berasal dari hasil bidang usaha utama perusahaan seperti piutang bunga,
piutang deviden, uang muka pegawai, dan yang lainnya. Salah satu cara untuk
mengestimasikan piutang tak tertagih ini adalah dengan menggunakan metode
umur piutang, dimana piutang pelanggan dianalisis berdasarkan lamanya
piutang dari pelanggan, serta dikelompokan berdasarkan umur piutang.

80
Menurut Kieso D. (2018) mengklasifikasikan piutang dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut :

1. Pengklasifikasian piutang berdasarkan untuk tujuan dalam laporan


keuangan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Piutang lancar (short term receivables) yang diharapkan akan tertagih


dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, mana yang lebih
panjang.
b. Piutang tidak lancar (long term receivables) adalah jenis piutang
dimana yang masuk kategori ini merupakan seluruh piutang yang tidak
termasuk dalam kategori sebelumnya.

2. Pengklasifikasian piutang berdasarkan sebab terjadinya piutang tersebut.


Pengklasifikasian piutang berkait dengan perbedaan penting antara piutang
hasil perdagangan dan bukan hasil perdagangan, dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :

a) Piutang dagang (trade receivables) merupakan jumlah terutang oleh


pelanggan sebagai bagian dari aktivitas normal bisnis perusahaan berupa
penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan yang dapat
disub-klasifikasikan lagi menjadi piutang usaha (account receivables) dan
wesel tagih (notes receivables).
b) Piutang usaha (account receivables) merupakan janji lisan dari pembeli
untuk membayar barang dan jasa yang di beli, biasanya dapat ditagih
dalam waktu 30-60 hari.
c) Wesel tagih (notes receivables) adalah janji tertulis secara formal untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu dimasa depan
(tanggal jatuh tempo). Wesel tagih ini sendiri ada yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang yang terdiri dari dua jenis, yaitu :

81
1. Wesel Tagih Tidak Berbunga (non-interst bearing note) Jenis wesel tagih
dimana nilai nominal wesel (nilai yang tertera dalam lembar wesel) sama
besarnya dengan nilai jatuh tempo.
2. Wesel Tagih Berbunga (interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana
nilai nominal wesel (nilai yang tertera pada lembar wesel) tidak sama
besarnya dengan nilai jatuh tempo. Nilai jatuh tempo terdiri dari nilai
nominal ditambah dengan bunga yang diperoleh selama masa periode
tertentu.

2.1.5. Piutang Usaha Yang Tak Tertagih

Piutang usaha yang tak tertagih merupakan jumlah yang akan ditagih
dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Pada
penjualan kredit, penerimaan dan keuntungan akan meningkat, tetapi kerugian
yang dialami perusahaan akan meningkat pula karena meningkatnya jumlah
piutang yang tidak tertagih. Kerugian ini biasanya disebut beban piutang tak
tertagih

2.1.6. Analisis Umur Piutang

Analisis umur piutang merupakan suatu bentuk laporan guna


mengetahui posisi dengan melakukan peneglompokan piutang pada periode
tertentu. Dengan pengelompokan tersebut manajemen perusahaan dapat
mengetahui posisi piutang sehingga dapat mengambil kebijakan keuangan
yang tepat. Kegunaan analisis umur piutang adalah sebagai alat bagi
manajemen untuk mengambil kebijaksan dalam pemberian kredit dan
penagihan. Metode analisa piutang berdasarkan umur piutang banyak
digunakan karena merupakan salah satu metode yang dianggap paling tepat.

82
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani, dkk. 2014. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:

Salemba Empat.

Kieso, et. al., (2018), Akuntansi Keuangan Menengah Volume 1. Alih Bahasa: Nia

Pramita Sari, Muhammad Rifai. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat

83
I. ANALISIS KINERJA KEUNGAN
2.1. Kinerja Keuangan

2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat


sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012:2).
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.

2.1.2. Tujuan Kinerja Keuangan

Ada empat tujuan dilaksanakannya pengukuran kinerja keuangan


perusahaan Munawir (2004:31) yaitu untuk:

1. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada
saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, kewajiban keuangan yang dimaksud mencakup keuangan
jangka pendek maupun jangka Panjang
3. Mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan
aktiva atau modal secara produktif
4. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
menjalankan dan mempertahankan usahanya sehingga tetap stabil.
Kemampuan yang dimaksud diukur dari kemampuan perusahaan
membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.
1.1.3. Analisis Kinerja Keuangan

84
Menurut Hery (2016:25) mengatakan bahwa analisis kinerja keuangan
merupakan suatu proses pengkajian kinerja keuangan secara kritis, yang
meliputi peninjauan data keuangan, penghitungan, pengukuran, interpretasi,
dan pemberian solusi terhadap masalah keuangan perusahaan pada suatu
periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan menggunakan
beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis kinerja keuangan dapat
dibedakan menjadi 9 macam, yaitu:

a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis


dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau lebih
untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam
persentase (relatif).
b. Analisis Trend, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c. Analisis Persentase per Komponen (Common Size), merupakan teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing
komponen aset terhadap total aset; persentase masing-masing komponen
utang dan modal terhadap total pasiva (total aset); persentase masing-
masing komponen laporan laba rugi terhadap penjualan bersih.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan
modal kerja selama dua periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun
laporan laba rugi.

85
g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari suatu periode ke
periode berikutnya serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor
tersebut.
h. Analisis Titik Impas, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
i. Analisis Kredit, merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menilai
layak tidaknya suatu permohonan kredit debitor kepada kreditor, seperti
bank.

2.2. Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari


kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan
dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan sangat berguna bagi beberapa pihak, baik pihak-pihak
yang ada didalam (internal) perusahaan maupun pihak-pihak yang berada
diluar (eksternal) perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan dapat dipakai
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data keuangan perusahaan, dan karena inilah maka laporan keuangan
sering disebut juga “languange of business” (Arief dan Edi, 2015:1). Seorang
akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir selruh data akuntansi hingga
menghasilkan laporan keuangan dan bahkan harus dapat menginterpretasikan
serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya (Hery, 2016:3).

2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan buku Akuntansi Keuangan berdasarkan Standar


Akuntansi Keuangan (SAK) berbasis International Financial Reporting
Standards (IFRS) tahun 2012, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

86
informasi tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perushaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini merupakan beberapa tujuan
penyusunan laporan keuangan menurut Kasmir (2016:10):

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang


dimiliki perusahaan pada saat ini;
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan saat ini;
c. Memberikan informasi tentang jumlah pendapatan yang diperoleh pada
suatu periode tertentu;
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;
e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode tertentu;
f. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;
g. Informasi keuangan lainnya.

Sedangkan menurut Hery (2016:5), tujuan laporan keuangan terdapat


tujuan khusus dan tujuan umum, yaitu:

a. Tujuan khusus laporan keuangan Menyajikan posisi keuangan hasil


usaha, dan perubahan posisi keungan lainnya secara wajar dan sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Tujuan umum Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber
daya ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan tujuan menilai kekuatan
dan kelemahan perusahaan, menunjukkan posisi keuangan dan investasi
perusahaan, menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya, dan kemampuan sumber daya yang ada untuk
pertumbuhan perusahaan; memberikan informasi yang terpercaya tentang
sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari
laba dengan tujuan memberikan gambaran tentang jumlah dividen yang

87
diharapkan pemegang saham, menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai,
pemerintah, dan kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk
kepentningan ekspansi perusahaan, dan menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba jangka panjang; memungkinkan
untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba;
memberikan informasi yang diperlakukan lainnya tentang perubahan aset
dan kewajiban; dan mengungkapkan informasi relevan lainnya yang
dibutuhkan oleh para pemakai laporan.

2.2.3. Pihak-pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi


kepentingan berbagai pihak, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Menurut Kasmir (2016:18) pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan, yaitu:

1. Pemilik Pemilik yang dimaksud adalah mereka yang memiliki usaha,


dapat disebut juga para pemegang saham. Para pemegang saham
berkepentingan untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini,
melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode, dan
melihat kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan.
2. Manajemen Bagi pihak manajemen laporan keuangan yang dibuat
merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Pihak
manajemen dapat menilai dan mengevaluasi kinerja mereka dalam suatu
periode apakah target-target yang dibuat tercapai atau tidak, melihat
kemmapuan mereka mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
perusahaan, melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan,
dan menjadi dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
3. Kreditor Kreditor adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan.
Kepentingan pihak kreditor adalah untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam membayar pinjaman, memantau terhadap kredit yang sudah

88
berjalan untuk melihat kepatuhan perusahaan membayar kewajibannya,
dan tidak menginginkan pinjaman yang diberikan menjadi beban nasabah
dalam pengembaliannya.
4. Pemerintah Pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan
kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan
perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi
pemerintah adalah untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan
seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan mengetahui
kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan keuangan yang
dilaporkan.
5. Investor Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu
perusahaan. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam suatu
usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu
memertimbangkan banyak hal secara matang. Dasar pertimbangan
investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang
akan ditanamnya. Dalam hal ini investor akan melihat prospek usaha ini
sekarang dan masa yang akan datang. Prospek yang dimaksud adalah
keuntungan yang akan diperolehnya (dividen) serta perkembangan nilai
saham ke depan.

2.2.4. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Arief Sugiono dan Edi Untung (2015:3), laporan keuangan


terdiri dari 5 (lima) laporan dasar, yaitu:

a. Laporan Laba Rugi Laporan keuangan yang menyajikan hasil usaha


perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan
sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.
b. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan keuangan yang memuat tentang
saldo awal dan akhir laba ditahan dalam nerca untuk menunjukkan suatu
analisa perubahan besarnya laba selama jangka waktu tertentu.

89
c. Neraca Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan yang
meliputi kekayaan, kewajiban serta modal pada waktu tertentu.
d. Laporan Arus Kas Laporan keuangan yang memperlihatkan aliran kas
selama periode tertentu, serta memberikan informasi terhadap sumber-
sumber kas serta penggunaan kas dari setiap kegiatan dalam periode yang
dicakup.
e. Catatan atas laporan keuangan Laporan keuangan yang dibuat berkaitan
dengan laporan keuangan lain yang disa jikan. Laporan ini memberikan
informasi atau penjelasan secara rinci atau detail yang dianggap perlu
terhadap laporan keuangan yang ada. Tujuannya agar pengguna laporan
keuangan menjadi jelas dengan data yang disajikan.

2.3. Analisis Rasio Keuangan

2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan


menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja keuangan. Rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dan hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Hery,
2016:138).

2.3.2. Tujuan Analisis Rasio

Keuangan Menurut Hery (2016:140) pada bukunya yang berjudul


“Analisis Laporan Keuangan”, tujuan analisis rasio keuangan yaitu:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah


dibaca dan ditafsirkan
2. Rasio merupakan pengganti yang cukup sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang pada dasarnya sangat rinci dan rumit.
3. Rasio sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

90
4. Dengan rasio lebih mudah untuk membandingkan suatu perusahaan
terhadap perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara
periodik.

2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Berikut adalah jenis-jenis rasio keuangan menurut Hery, 2016:

 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka
pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan
segera jatuh tempo. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo maka perusahaan
tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika
perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya pada saat jatuh tempo, perusahaan tersebut dikatakan sebagai
perusahaan yang tidak likuid. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang akan segera jatuh tempo, perusahaan harus memiliki
tingkat ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset lancar lainnya yang
juga dapat dengan segera dikonversi atau diubah menjadi kas. Rasio
likuiditas terdiri dari:

 Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan rasio yang


digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan total aset lancar yang tersedia.
 Rasio Sangat Lancar atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

91
jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset
sangat lancar (kas+sekuritas jangka pendek+piutang), tidak termasuk
persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya.
 Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk
membayar utang jangka pendek.
1) Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang. Dengan
kata lain, rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung
perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Rasio solvabilitas terdiri
dari:

a. Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio) Rasio utang


terhadap aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aset.
b. Rasio Utang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio) Rasio utang
terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya proporsi utang terhadap modal.
c. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to
Equity Ratio) Rasio utang jangka panjang terhadap modal
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
proporsi utang jangka panjang terhadap modal.
d. Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest Earned
Ratio) Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan sejauh
mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar
bunga.
e. Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating Income to
Liabilities Ratio) Rasio laba operasional terhadap kewajiban

92
merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau berapa
kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban.
2) Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang
dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Rasio ini juga digunakan
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari.

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran


persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar
dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata
persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual.
b. Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover)
Perputaran piutang usaha merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang
usaha akan berputar dalam satu periode atau berapa lama
(dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha.
c. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover) Perputaran total
aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur
berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)
Perputaran modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan penjualan.

93
e. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover) Perputaran aset
tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan atau dengan kata lain untuk mengujur
seberapa efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi
menciptakan penjualan.
3) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktivitas normal bisnisnya.

a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Marjin laba kotor


merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
presentase laba kotor atas penjualan bersih.
b. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Marjin laba bersih
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
presentase laba bersih atas penjualan bersih.
c. Marjin Laba Opersional (Operating Profit Margin) Marjin laba
operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih.
d. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Asset) Hasil
pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa bersih kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih.
e. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity) Hasil
pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba
bersih.

94
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2012. “Analisis Kinerja Keuangan” , Bandung: Alfabeta


Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Liberty, Yogyakarta. Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI). 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK ). Jakarta: Salemba Empat.
Analisis Laporan Keuangan Integrated and Comprehensive Edition. Jakarta:
Grasindo.

95
J . KOPERASI SIMPAN PINJAM
2.1 Pengertian Koperasi

Kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu coopere yang dalam
bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari kata
co dan operation yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal I, Ayat I
dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
orang atau badan koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk
mensejahterakan anggotanya.

Sedangkan menurut “Bapak Koperasi Indonesia” Moh.Hatta adalah


usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong-menolong. Pengertian koperasi menurut Rudianto (2006) menyatakan
bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsipprinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf
hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah pada umumnya,
dengan demikian koperasi merupakan ekonomi rakyat dan sokoguru
perekonomian nasional.”

2.1.1 Jenis-jenis Koperasi

Menurut ketentuan Pasal 16 UU No.25 Tahun 1992 koperasi secara


umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen, koperasi produsen
dan koperasi kredit (jasa keuangan). Secara garis besar jenis koperasi yang
ada dapat kita bagi menjadi 5 golongan (Anoraga,2007), yaitu :

1) Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggota-


anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan
langsung dalam lapangan konsumsi.

96
2) Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Kredit atau
Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam
lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungantabungan para
anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan
kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat
untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
3) Koperasi Produksi Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak
dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik
yang dilakukan oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang
anggota Koperasi.
4) Koperasi Jasa Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang
penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
5) Koperasi Serba Usaha Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang
berusaha dalam beberapa macam kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan kepentingan para anggota..

2.1.2 Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi


kredit, koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus
memberikan kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan
koperasi sebagai pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan
bagi anggota menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi anggotanya
memiliki kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah
(customers). Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan
kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi.
Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung dalam bentuk simpanan
wajib, simpanan sukarela, dan deposito, merupakan sumber modal bagi
koperasi. Penghimpunan dana dari anggota menjadi modal yang selanjutnya
oleh koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota
dan calon anggota.

97
Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP)
Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana
milik anggota untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang
membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi
dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.

Pengertian dari koperasi simpan pinjam menurut Kasmir (2007) dalam


bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” menyatakan bahwa
“Koperasi adalah badan usaha yang dapat dikategorikan sebagai lembaga
pembiayaan”. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan pinjam
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan
kembali dana tersebut melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota
koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi yang bersangkutan, koperasi lain atau anggotanya. Landasan ideal
koperasi Indonesia adalah Pancasila. Pancasila akan menjadi pedoman yang
mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasi-organisasi lainnya
dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengah-tengah masyarakat.

2.2 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari kata credere atau creditium.Credere dari bahasa


Yunani yang berarti kepercayaan, sedangkan creditium dari bahasa latin yang
berarti kepercayaan atas kebenaran. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan (revisi UU No. 14 tahun 1992), kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan tersebut berdasarkan persetujuan
pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak lain, debitur berkewajiban
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan kredit yang didefinisikan oleh Malayu S.P Hasibuan (2007) adalah
“Jenis-jenis pinjaman yang harus dibayarkan bersama bunganya oleh
peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Fungsi kredit pada
dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam

98
rangka mendorong dan melancarkan produksi, perdagangan dan konsumsi,
sehingga pada akhirnya akan menaikkan pendapatan masyarakat (Firdaus,
2004).

Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa


unsur yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :

a) Kepercayaan Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang


diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima
kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini
diberikan oleh koperasi, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern.
Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang
terhadap nasabah pemohon kredit.
b) Kesepakatan Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.
c) Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka
menengah atau jangka panjang.
d) Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin besar
suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko
ini menjadi tanggungan koperasi, baik resiko yang disengaja oleh nasabah
yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi
bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur
kesengajaan lainnya.
e) Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

99
2.2.1 Prosedur Pemberian

Kredit Menurut M.Tohar (2004) urutan kegiatan dalam penyaluran


kredit adalah sebagai berikut :

1. Permohonan kredit Pada umumnya dilakukan dengan mengisi formulir


permohonan kredit, antara lain:

 Calon peminjam terlebih dahulu mengisi formulir permohonan


pinjaman yang telah tersedia.
 Petugas memberikan petunjuk serta bimbingan kepada calon dalam
pengisian formulir.
 Proses permohonan diteruskan untuk diproses.

2. Evaluasi atau analisis kredit Fungsi utama dari evaluasi atau analisis
pinjaman adalah untuk menilai sampai sejauh mana kredit tersebut diperlukan
oleh calon peminjam dan menilai kondisi serta kemampuan peminjam untuk
melunasi pinjamantersebut, rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
mengevaluasi pinjaman adalah sebagai berikut :

a) Melakukan interview pada calon peminjam Tujuan dari interview atau


tanya jawab ini adalah:

 Mengetahui sampai sejauh mana calon penerima kredit menguasai


kegiatan usahanya.
 Meneliti kembali kebenaran data atau informasi yang diterima.
 Mengenal lebih dekat pribadi serta sifat dan watak dari calon
peminjam.
 Mengetahui hal-hal lain dari calon peminjam seperti latar belakang
kehidupan pendidikan dan pengalaman usaha.

b) Melaksanakan survey Survey dilakukan untuk mendapatkan informasi


dari berbagai pihak tentang:

100
 Reputasi dan kondisi calon peminjam
 Hubungan dengan pemberi kredit bank atau koperasi lain dan
kondisinya sampai saat ini.
 Penilaian dari teman, rekan usaha atau tetangga.

c) Melakukan peninjauan ke tempat usaha Hal ini dilakukan apabila sifat, jenis
usaha calon peminjam benarbenar memerlukan untuk ditinjau guna melihat
sejauh mana perkembangannya.

3. Keputusan pinjaman

a) Setiap permohonan pinjaman memperoleh wewenang dari pengurus


koperasi.

b) Manajer simpan pinjam dalam mengambil keputusan mempergunakan bahan


pertimbangan sebagai berikut:

 Hasil evaluasi dari permohonan pinjaman, rekomendasi dari pengurus


kelompok.
 Informasi lain yamg diperoleh dari sumber lain sepanjang menyangkut
calon peminjam.

c) Ketentuan peminjam yang tertulis dalam lembaran evaluasi yang memuat:

 Jumlah pinjaman yang di setujui


 Penggunaan pinjaman
 Besarnya bunga pinjaman
 Tanggal jatuh tempo pinjaman
 Jaminan pinjaman

d) Setiap keputusan yang diambil harus ditanda tangani manager simpan


pinjam koperasi yang bersangkutan.

4.Perjanjian pinjaman Perjanjian pinjaman berisi hal-hal berikut ini :

101
 Perjanjian pinjaman merupakan hal yang harus dilaksanakan
sebelumkredit di cairkan.
 Penandatanganan perjanjian baru harus dapat dilakukan setelah adanya
keputusanpinjaman dari hasil evaluasi.
 Perjanjian pinjaman tersebut dilaksanakan dengan meliputi surat
perjanjian pinjamandan surat kuasa menjual memindah hak.
 Surat perjanjian yang asli harus disimpan koperasi
 Penandatanganan perjanjian dilaksanakan di kantor koperasi.
 Copy dari perjanjian harus dipegang oleh peminjam.
5. Pencairan pinjaman

Pencairan pinjaman merupakan tahap akhir setelah ketentuanketentuan


di penuhi oleh peminjam. Peminjam harus menandatangani kuitansi rangkap 2
sebagai bukti tanda terima uang tersebut. Yang asli ada pada kasir sedangkan
kopinya ada pada peminjam, pinjaman ini diberikan secara tunai dan tidak di
benarkan dalam bentuk lain. Bilamana memungkinkan pencairannya di
usahakan secara bertahap, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya penyimpangan dalam penggunaan dana tersebut. Jadi prosedur
peminjaman kredit pada koperasi adalah rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan di dalam mengelola permohonan kredit dari saat permohonan
diterima sampai dengan pencairan dana kredit. Manfaat prosedur pemberian
kredit adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggota,
untuk mengetahui dan menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam
permohonan kredit dan untuk mengusahakan pemberian kredit dalam waktu
relatif singkat.

2.3 Anggota Ketentuan

Pasal 17 ayat ( 1 ) UU No. 25 Tahun 1992, dinyatakan bahwa anggota


koperasi Indonesia adalah merupakan pemilik sekaligus sebagai pengguna
jasa koperasi. Dari sini bisa disimpulkan bahwa maju mundurnya badan usaha

102
koperasi adalah sangat ditentukan sekali dari para anggotanya. Keanggotaan
koperasi didasarkan pada kesadaran dan kehendak secara bebas. Didalam
koperasi dijunjung tinggi asas persamaan derajat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam keanggotaan koperasi dikenal adanya sifat bebas, sukarela dan
terbuka. Di dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992,
dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan
kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi. Kewajiban dari setiap
anggota koperasi yang tercantum dalam pasal 20 ayat (1) UU No. 25 tahun
1992, dapat disimpulkan sebagai berikut:

o Memenuhi anggaran dasar koperasi.


o Mematuhi anggaran rumah tangga koperasi.
o Mematuhi hasil keputusan-keputusan rapat anggota koperasi.
o Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.
o Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
o Menghadiri rapat anggota.

2.3.2 Simpanan Anggota

Menurut Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1995 simpanan adalah dana


yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi
berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut
adalah simpanan yang merupakan hutang bagi KSP/USP, sementara itu terdapat
jenis simpanan lain dari anggota yang merupakan kekayaan bersih bagi
KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib (bagi KSP). Simpanan
untuk modal koperasi digunakan baik untuk ekuitas (modal sendiri) maupun
modal pinjaman. Perbedaan istilah, simpanan untuk koperasi dan saham untuk
perusahaan pada umumnya dilihat dari segi hukum dapat dibenarkan, karena
simpanan merupakan ketentuan Undang-undang (UU).

103
a) Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya , yang wajib
dibayarkan oleh masing-masing anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Simpanan pokok ini sifatnya permanen, artinya tidak
dapat di ambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. Modal
koperasi bertambah besar jumlahnya apabila terjadi pertambahan anggota.
b) Simpanan wajib, yaitu sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada
periode tertentu dan tidak dapat di ambil selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota.

Oleh karena itu simpanan wajib setiap angota tidak akan sama
jumlahnya, hal ini tergantung seberapa rajin dan seberapa besar para anggota
itu menyetorkan uangnya. Sumber pendanaan utama yang membiayai
kegiatan pemberian kredit berasal dari dana simpanan anggota koperasi yaitu
simpanan pokok serta simpanan wajib maka volume dana yang berhasil
dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang
dapat dikembangkan oleh koperasi dalam penanaman dana yang dapat
menghasilkan (pemberian kredit). Semakin besar simpanan yang berhasil
dihimpun oleh koperasi, maka akan semakin besar pula pengalokasian dana
koperasi untuk pemberian kredit dengan tujuan memperoleh keuntungan atau
laba yang optimum (Thomas Suyatno, 2005).

2.4 Aset Koperasi

Aset merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk usaha


yang memiliki nilai. Aset dalam laporan keuangan koperasi adalah total aktiva
koperasi yang terdiri dari aktiva lancar ditambah dengan penyertaan dan
aktiva tetap. Aset yang dikelola koperasi, tetapi bukan milik koperasi tidak
diakui sebagai aset dan harus di jelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Semakin banyak aset yang dimiliki sebuah koperasi maka kemungkinan
penyaluran kreditnya juga semakin tinggi.

104
2.4.2 Modal Koperasi

Modal sebagaimana diketahui adalah merupakan salah satu faktor


produksi yang sangat penting. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian Pasal 41 dijelaskan bahwa modal koperasi terdiri dari :

a) Modal sendiri, terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana


cadangan, dan hibah.

b) Modal pinjaman, terdiri dari pinjaman anggota, pinjaman dari koperasi


lain, bank, penerbitan obligasi, dan sumber lain yang sah.

c) Modal penyertaan adalah modal yang bersumber dari pemerintah atau


masyarakat dalam bentuk investasi.

Menurut Sitio (2001) : “Modal sendiri bersumber dari simpanan pokok


anggota, simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi atau hibah”.

Menurut Andjar, dkk (2005) tentang modal sendiri adalah : “Modal


sendiri adalah modal yang berasal dari dana pendiri atau anggota koperasi yang
di setorkan pertama kali dalam bahas teknis organisasi perusahaan biasanya
disebut sebagai modal dasar pendirian koperasi”. Yang dimaksud dengan modal
sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal ekuiti
(Subandi, 2009). Modal luar merupakan modal yang berasal dari pihak luar
koperasi sebagai pinjaman atau hutang yang bertujuan untuk meningkatkan
modal kerja dalam jangka waktu tertentu. Modal pinjaman dapat berasal dari
(Subandi, 2009:83) :

a) Anggota, yaitu modal pinjaman yang diperoleh dari anggota,termasuk calon


anggota yang memenuhi syarat.

105
b) Koperasi lain atau anggotanyapinjaman dari koperasi lain atau anggotanya
didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi.Biasanya pinjaman dari
koperasi lainnya berasal dari koperasi induk, atau pusat koperasi.

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya pinjaman dari bank dan lembaga
keuangan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Jika tidak terdapat ketentuan khusus,
koperasi sebagai debitur dari bank atau lembaga keuangan lainnya
diperlakukan sama dengan debitur lain, baik mengenai persyaratan
pemberian dan pengembalian kredit maupun prosedur kredit. Modal
pinjaman ini dari lembaga keuangan atau bank dalam bentuk kredit modal
kerja, kredit usaha mikro, atau kredit lainnya yang telah disediakan oleh
pihak bank untuk koperasi.

d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dalam rangka mencari


tambahan modal, koperasi dapat mengeluarkan obligasi (surat pernyataan
hutang) yang dapat dijual ke masyarakat. Sebagai konsekuensinya, maka
koperasi diharuskan membayar bunga atas pinjaman yang diterima secara
tetap, baik besar maupun waktunya. Penerbitan obligasi dan surat hutang
lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

e) Sumber lainnya yang sah, yaitu modal pinjaman dari bukan anggota yang
dilakukan tidak melalui penawaran secara umum dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

106
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Indonesia,


Jakarta.

Rudianto. (2006). Akuntansi Koperasi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan


Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

107
K. KOPERASI KONSUMEN

1. Pengertian Koperasi Konsumen

Koperasi komsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen


dengan menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang konsumsi Kegiatan
utama koperasi ini adalah membeli barang atau jasa Koperasi Konsumen
Menjembatani produsen dengan konsumen yang membutuhkan barang-barang
atau jasa, atau bisa dibilang koperasi ini bisa disebut Perantara antara produsen
dan konsumen Tujuannya adalah untuk memberikan keuntungan sebesar-
besarnya bagi anggotanya dengan cara mengadakan barang atau jasa yang
murah, berkualitas, dan mudah didapat. Sewaktu era orde baru ada pembedaan
nama untuk koperast yang usahanya lebih dari satu jenis. Kebijakan ini
dimaksudkan agar mempermudah dalam hal pembinaan, Yaitu antara koperasi
yang dikhususkan tumbuh di desa-desa dan perkotaan Untuk perkotaan,
namanya KSU alias Koperasi Serba Usaha dan KUD untuk di pedesaan

Koperasi Konsumen adalah sebagai pemilik dan pengguna jasa


koperasi anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi Keanggotaan
koperasi konsumen atau pendiri koperasi konsumen adalah kelompok
masyarakat misal Kelompok PKK Karang Taruna Pondok Pesantren. Penida
dan lain-lain yang membeli barang-barang untuk kebutuhan hidup sehari-han
seperti sabun, gula pasir, minyak tanah Di samping in Koperasi Konsumen
membeli barang-barang konsumen dalam jumlah besar sesuai dengan
kebutuhan anggota koperasi Konsumen menyalurkan barang-barang konsumsi
kepada para anggota dengan harga layak, berusaha membuat sendiri barang-

108
barang konsumsi untuk keperluan anggota dan di samping pelayanan untuk
anggota. Koperasi Konsumsi juga boleh melayani unum Berdasarkan uraian di
atas, maka aktivitas utama koperasi konsumen terdiridari

1. Pembelian

2 Pengeluaran kas

3. penjualan

4. Penerimaan kas

5. akun akun koperasi konsumen

akun -akun yang terdapat pada koperasi konsumen yaitu:

a. Pembelian adalah rekening yang hanya digunakan untuk menampung


aktivitas pembelian barang dagangan koperasi

b. Partisipasi bruto anggota adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai


ubalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota yang mencakup harga
pokok dan paritsipasi neto. Dengan kata lain, partisipasi bruto adalah nilai
total penjualan produk perusahaan barang dan jasa. kepada anggota koperasi.

c. artisipasi neto anggota adalah kontribusi anggota terhadap hasil usaha


koperasi yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dengan beban
pokok. Dengan kata lam partisipasi neto adalah laba yang timbul alabat
penjualan produk perusahaan, barang dan jasa, kepada anggota koperasi.

d. Pendapatan dari non anggota adalah penjualan barang dan jasa kepada pihak
selain anggota koperasi

e. Beban perkoperasian adalah beban seimbangan dengan gerakan


perkoperasian dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha

109
f. Sisa Hasil Usaha (SHU) menunjukkan selisih antara penghasilan yang
diterima selama periode tertentu dengan pengorbanan yang dikeluarkan
untuk memperoleh penghasilan itu. SHU mi setelah dikurangi dengan
beban-beban tertentu akan dibagikan kepada para anggota sesuai dengan
perimbangan jasanya masing-masing

g. Persediaan adalah untuk menunjukkan jumlah barang dagangan yang


dimiliki koperasi pada awal atau akhir periode tertentu

h. Harga Pokok Penjualan digunakan untuk menampung harga pokok harga


beli barang yang dijual di dalam suatu periode akuntansi

i. Beban pokok adalah harga beli dari barang yang dijual kepada anggota
koperasi. Jadi pada dasarnya beban pokok adalah harga pokok penjualan
untuk barang yang dijual kepada anggota koperasi

j. Potongan penjualan potongan ninas digunakan untuk menampung jumlah


diskon atau pengurangan yang diberikan pihak penjual kepada konsumen
karena telah membayar secara tunai atau dalam waktu yang telah ditentukan

k. Retur penjualan digunakan untuk menampung sejumlah barang yang telah


dijual tetapi dikembalikan lagi oleh pihak pembeli karena ada
ketidaksesuaian dengan pesanan

l. Potongan pembelian digunakan untuk menampung sejumlah diskon yang


telah diberikan pihak produsen supplier kepada pihak pembeli karens telah
membayar secara tunai atau dalam waktu yang ditetapkan

m. Beban pemasaran digunakan untuk menampung keseluruhan beban yang


dikeluarkan koperasi untuk mendistribusikan barang dagangannya hingga
sampai ke tangan pelanggan. Beban ini mencakup beban iklan, komisi
perantara, komisi wiraniaga, dan lain-lain

110
n. Beban administrasi dan umum digunakan untuk menampung keseluruhan
beban operasi kantor Beban ini mencakup gaji manajer koperasi, gaji
manajer produksi, beban listrik air dan telepon, beban depresiasi, dan lain-
lain

3. Metode pencatatan

Metode yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi koperasi yaitu

1) Metode Perpetual, adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal- hal
yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan di dalam koperasi
konsumen, dimana persediaan dicatat dan dihitung secara detail. baik pada
waktu dibeli maupun dijual Metode ini lebih cocok digunakan di dalam
koperasi yang memiliki frekuensi transaksi yang tidak terlalu tinggi tetapi
nilai transaksinya besar

2) Metode Periodik (Fisik) adalah metode yang digunakan utk mencatat hal-hal
yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan di dalam koperasi
konsumen dimana persediaan dicatat dan dihitung hanya pada awal dan akhir
periode akuntansi saja unnik menentukan harga pokok penjualannya Metode
ini paling banyak dipakai oleh koperasi yang Seleuensi transaksinya tinggi

4. Kegiatan koperasi konsumen

Kegiatan koperasi konsumen adalah menjembatani antara produsen dan


konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung Adapun kegiatan
utama koperasi konsumen adalah membeli barang secara bersama-sama yang
disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya Misalnya koperasi yang mengelola
minimarket atau toko serba ada Tentunya koperasi jenis ini biasanya tidak
memproduksi barang sendiri. Oleh karena im dalam aktivitasnya koperasi
harus membeli barang-barang yang akan di jual baik ke anggota maupun non

111
anggota Pembelian barang dapat dilakukan melalui agen yang ditunjuk oleh
produsen

5. Kendala koperasi konsumen

1. Permodalan

Permodalan sangat penting dalam koperasi konsumen karena kegiatan


koperasi ini membeli barang kepada supplier

2.Keuntungan sedikit

Keuntungan koperasi konsumen mangkin tidak seefisien koperasi


produksi karena koperasi ini membeli barang bukan memproduksi senduri

6. Keuntungan koperasi konsumen

Keunggulan koperasi konsumen adalah banyak duunati masyarakat karena


koperasi konsumen banyak menjual barang barang kebutuhan sehari hari yang
biasanya diminati masyarakat. Selain itu juga dapat

 Dapat memenuhi kebutuhan sehari-han dengan mudah

 Harga lebih murah atau sama dengan harga pasar

 Kualitas barang lebih terjamin

 Sisa hasil usaha yang diperoleh dikembalikan kepada anggota

 Ongkos-ongicos penjualan maupun ongkos pembelian dapat dihemat

112
DAFTAR PUSTAKA

https://redaksi.duta.co/permasalahan-koperasi-di-masa-kini/

https://id.scribd.com/document/502978890/Makalah-Koperasi-Konsumen

113

Anda mungkin juga menyukai