Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Koperasi

a. Pengertian Koperasi

Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor 12/Per/M.KUKM/IX/2015

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang, seorang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas azas kekeluargaan, sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Koperasi didirikan dan melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai

kejujuran, keterbukaan, tenggungjawab sosial dan peduli terhadap

orang lain.

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-

seorang atau badan hukum koperasi dnegan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.” Ikatan Akuntan

Indonesia dalam PSAK No.27, (2015:27.3)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diambil simpulan

bahwa koperasi adalah sebuah badan usaha yang mengorganisir

7
8

pemanfaatan dan pendayagunaan serta dapat meningkatkan taraf hidup

anggotanya, karena koperasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi anggotanya secara bersama-sama yang dilandasi dengan

prinsip koperasi.

b. Tujuan Koperasi

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 dijelaskan

bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 45.

c. Prinsip-prinsip Koperasi

Menurut Pasal 5 Undang-Undang No.25 1992, prinsip koperasi

adalah sebagai berikut :

1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

2) Pengelolaan bersifat demokratis.

3) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) secara adil, sebanding dengan

besar jasa usaha setiap anggota.

4) Pemberian balas jasa terbatas pada modal.

5) Kemandirian.

6) Pendidikan dan pelatihan pengkoperasian.

7) Kerjasama antarkoperasi.

8) Kepedulian terhadap masyarakat.


9

d. Jenis-Jenis Koperasi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 menjelaskan

perkoperasian didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan

ekonomi anggotanya. Berdasar kondisi dan kepentingan tersebut maka

muncul jenis-jenis koperasi yaitu koperasi berdasarkan jenis usahanya

dan koperasi berdasarkan keanggotaannya sebagai berikut :

1) Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya

Secara umum, berdasarkan jenis usahanya koperasi terdiri

atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha

(KSU), Koperasi Konsumsi dan Koperasi Produksi :

a) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang

memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota

dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung

(menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi

peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan

peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah,

kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk

anggota”.

b) Koperasi Serba Usaha (KSU)

Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang

bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit usaha

simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan


10

sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, dan unit

wartel.

c) Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang

usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota.

Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan

makanan, pakaian, dan perabot rumah tangga.

d) Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang

usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara

bersama-sama. Anggota koperasi ini pada umumnya sudah

memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota

mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.

2) Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

Secara Umum, berdasarkan keanggotaannya koperasi terdiri

atas Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Pegawai Republik

Indonesia (KPRI), dan Koperasi Sekolah sebagai berikut :

a) Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang

beranggotakan masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan

kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk

itu, kegiatan yang dilakukan KUD atara lain menyediakan


11

pupuk, obat pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian,

dan memberi penyuluhan teknis pertanian.

b) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri.

Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi Pegawai

Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan

kesejahteraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat

didirikan di lingkup departemen atau instansi.

c) Koperasi Sekolah

Koperasi sekolah memiliki anggota dari warga sekolah,

yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki

kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti

buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan

koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai media

pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi,

kepemimpinan, tanggungjawab, dan kejujuran.

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah kondisi atau gambaran yang


menunjukkan kondisi perusahaan terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan
laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode,
misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan
internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas
dilakukan satu tahun sekali. Di samping itu, dengan adanya
laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini
12

setelah menganalisis laporan keuangan tersebut dianalisis.


Kasmir, (2015:7)
“Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi

keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan ini

menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasikan dalam nilai

moneter.” PSAK No. 1, (2015:1)

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari serangkaian

proses pencatatan da pengikhtisaran transaksi-transaksi bisnis yang

akan memberikan informasi mengenai kekayaan perusahaan serta hasil

usaha yang telah dicapai dalam suatu periode tertentu. Laporan

keuangan dibuat agar berguna bagi para pemakai laporan, baik itu pihak

manajemen perusahaan maupun pihak diluar perusahaan. Bagi para

akuntan mengorganisir seluruh data akuntansi dan dapat

menjelaskannya adalah hal yang wajib dilakukan.

b. Tujuan Laporan keuangan

“Tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan

berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Secara

umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi

keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada

periode tertentu.” Kasmir, (2015:10)

Tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah

sebagai berikut :

1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.


13

2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimilki perusahaan pada saat ini.

3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

dalam suatu periode.

7) Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan

keuangan.

8) Informasi keuangan lainnya. (Kasmir, 2015:10)

c. Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil ringkasan dari pembuatan

data keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan neraca, laporan laba-rugi dan statement perhitungan hasil

usaha.
14

1) Neraca

“Neraca adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi

aktiva, kewajiban, dan ekuitas perusahaan per tanggal tertentu.”

Hery, (2014:5)

Menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat

tertentu, neraca mempunyai tiga unsur keuangan, yaitu aktiva,

kewajiban dan ekuitas. Ketiga unsur tersebut dapat di

subklasifikasikan sebagai berikut :

a) Aktiva, merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan

dapat di subklasifikasiakan menjadi 5 unsur, yaitu :

(1) Aktiva lancar, yaitu yang manfaat ekonominya diharapkan

akan diperoleh dalam waktu kurang dari satu tahun.

Misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang. Aktiva

lancar merupakan sumber dana dalam melunasi kewajiban

jangka pendek. Maka dari itu Aktiva lancar harus

dipertimbangkan dalam mengukur tingkat likuiditas suatu

perusahaan.

(2) Investasi jangka panjang, yaitu penanaman modal yang

biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh penghasilan

tetap atau untuk menguasai perusahaan lain. Misalnya

investasi saham, investasi obligasi.

(3) Aktiva tetap, yaitu aktiva yang memiliki substansi (wujud)

fisik, digunakan dalam operasi normal perusahaan dan tidak


15

dimaksudkan untuk dijual, serta memberikan manfaat

ekonomi lebih dari satu tahun. Misalnya tanah, gedung,

kendaraan dan mesin.

(4) Aktiva yang tidak berwujud, yaitu aktiva yang tidak

mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak

istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi

perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

Misalnya hak cipta, merek dagang dan lisensi.

(5) Aktiva lain–lain, yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan

ke dalam salah satu dari empat subklasifikasi tersebut,

misalnya beban ditangguhkan, piutang kepada direksi,

deposito, pinjaman karyawan.

(6) Kewajiban, merupakan hutang perusahaan masa kini dapat

disubklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu :

(7) Kewajiban lancar, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya

diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber

daya perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi dalam

jangka kurang dari satu tahun. Misalnya hutang dagang,

hutang wesel, hutang gaji dan upah, hutang pajak, hutang

biaya atau beban lainnya yang belum dibayar.

(8) Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang

penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus

keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat


16

ekonomi) dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

Misalnya hutang obligasi, hutang bank.

(9) Kewajiban lain–lain, yaitu kewajiban yang tidak dapat

dikategorikan ke dalam salah satu subklasifikasi kewajiban

tersebut. Misalnya hutang kepada direksi, hutang kepada

pemegang saham.

(10) Ekuitas, Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menenga Republik Indonesia Nomor

12/Per/M.KUKM/IX/2015 Ekuitas adalah modal yang

mempunyai ciri :

(a) Berasal dari anggota, seperti simpanan pokok dan

simpanan wajib, hibah/donasi dan atau berasal dari

sumber dalam koperasi seperti cadangan, SHU tahun

berjalan.

(b) Menanggung resiko dan berpendapatan tidak tetap.

(c) Tidak dapat dipindahtangankan, namun dapat diambil

kembali pada saat anggota keluar dari keanggotaannya,

atau koperasi bubar, setelah kewajiban-kewajiban

koperasi diselesaikan.

(11) Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor

12/Per/M.KUKM/IX/2015 Ekuitas koperasi terdiri dari

simpanan pokok, simpanan wajib, hibah; cadangan dan sisa


17

hasil usaha (SHU) tahun berjalan. Rincian sumber ekuitas

koperasi adalah sebagai berikut :

(a) Simpanan Pokok, adalah sejumlah uang yang sama

banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh anggota

kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.

Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang

bersangkutan masih menjadi anggota.

(b) Simpanan Wajib, adalah sejumlah uang yang tidak

harus sama besarannya, yang wajib dibayar oleh

anggota kepada koperasi setiap periode selama yang

bersangkutan menjadi anggota. Simpanan wajib tidak

dapat diambil selama yang bersangkutan masih

menjadi anggota.

(c) Hibah (Donasi), adalah sejumlah uang atau barang

modal yang mempunyai nilai yang dapat diukur dalam

satuan mata uang, yang diterima dari pihak lain baik

yang mengikat dan yang tidak mengikat

penggunaannya, berupa aset lancer atau aset tetap

lainnya. Hibah (donasi) tidak dapat dibagikan kepada

anggota;

(d) Cadangan, adalah bagian dari sisa hasil usaha yang

disisihkan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan


18

anggaran rumah tangga atau ketetapan rapat anggota

yang merupakan ekuitas koperasi yang tidak dapat

dibagikan kepada anggota. Pembentukannya ditujukan

untuk pengembangan usaha koperasi dan untuk

menutup kerugian apabila diperlukan. Penggunaan

cadangan untuk tujuan pemupukan modal dan tujuan

resiko diatur dalam ketentuan anggaran dasar koperasi

dengan mempertimbangkan kepentingan

pengembangan usaha koperasi.

(e) Sisa Hasil Usaha (SHU) Tahun Berjalan. Sisa Hasil

Usaha adalah penjualan barang/jasa sebagai

pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu periode

akuntansi dikurangi dengan biaya operasional,

penyusutan dan biaya-biaya lain, termasuk pajak dalam

satu periode akuntansi bersangkutan. Sisa Hasil Usaha

setelah dikurangi dengan cadangan pengembangan

usaha dibagikan kepada anggota, pengurus, pengawas,

karyawan, dan pembagian lainnya sebagaimana diatur

dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

seperti dana pendidikan anggota dan dana

pembangunan daerah kerja. Dalam hal jumlah

pembagian SHU telah diatur dengan jelas, maka bagian

Sisa Hasil Usaha yang bukan menjadi hak koperasi,


19

diakui sebagai kewajiban lancer setelah mendapat

persetujuan rapat anggota tahunan. Bagian SHU yang

merupakan hak koperasi diakui sebagai cadangan dan

merupakan ekuitas koperasi. Apabila jumlah

pembagiannya belum diatur secara jelas, maka Sisa

Hasil Usaha tersebut dicatat sebagai SHU tahun

berjalan serta harus dijelaskan dalam catatan atas

laporan keuangan. (Hermanto dan Agung, 2015:11)

2) Laporan Laba Rugi

Bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang

dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-

unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan

suatu laba (atau rugi) bersih. Untuk dapat menggambarkan

informasi mengenai potensi (kemampuan) perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu, laporan laba rugi

mempunyai dua unsur, yaitu penghasilan dan beban, yang di

jelaskan sebagai berikut :

a) Penghasilan (income) yang diartikan sebagai kenaikan

manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan

aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan selama periode

tertentu dapat disubklasifikasikan meliputi :

(1) Pendapatan (revenures), yaitu penghasilan yang timbul

dalam pelaksanaan aktivitas yang biasa dan yang dikenal


20

dengan sebutan yang berbeda, misalnya penjualan barang

dagang, penghasilan jasa, pendapatan bunga, pendapatan

dividen, royalti dan sewa.

(2) Keuntungan (gains), yaitu pos lain yang memenuhi definisi

penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin misalnya pos

yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi

sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.

b) Beban (expense) diartikan sebagai penurunan manfaat

ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau

kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak

menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama

periode tertentu.

3. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha


Kecil dan Menengah Republik Indonesia No:06/Per/Dep.6/IV/2016.

Dalam menilai kesehatan koperasi menggunakan komponen-

komponen yang dapat membantu untuk mengambil keputusan yang tepat.

Setiap komponen yang digunakan memberikan penilaian dan memberi

informasi yang berbeda.

Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan

komponen pada koperasi yaitu rasio permodalan, kualitas aktiva produktif,

manajemen, efesiensi, kemandirian dan pertumbuhan, likuiditas dan jatidiri

koperasi. Komponen-komponen tersebut bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana perkembangan usaha Koperasi Pegawai Negeri Guru-Guru


21

Banjar Utara Banjarmasin yang berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang

Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia No:06/Per/Dep.6/IV/2016. Adapun komponen-

komponen yang digunakan dalam menghitung tingkat kesehatan koperasi

adalah sebagai berikut :

a. Permodalan

Penilaian dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) rasio

permodalan, yaitu:

1) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset

Rasio modal sendiri terhadap total asset dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan KSP atau USP Koperasi dalam

menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan asset yang

dimiliki. Modal sendiri adalah jumlah dari simpanan pokok,

simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki karakteristik

sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari

Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dalam kaitannya dengan penilaian

kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal

penyertaan. Adapun rumus rasio modal sendiri terhadap total aset

yaitu :

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
× 100% (1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
22

2) Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan berisiko

Pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang

dipinjamkan oleh KSP atau USP Koperasi kepada peminjam yang

tidak mempunyai anggunan yang memadai dan atau jaminan yang

dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut. Adapun

rumus rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan berisiko

yaitu :

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
× 100% (2)
𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

3) Rasio Kecukupan Modal Sendiri

Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara

modal tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

(ATMR) di kaliakan dengan 100%. Modal tertimbang adalah

jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP dan USP

Koperasi yang terdapat pada Neraca dengan bobot pengakuan

risiko. ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva

KSP dan USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot

pengakuan risiko. Adapun rumus Kecukupan Modal Sendiri yaitu

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔


× 100% (3)
𝐴𝑇𝑀𝑅
23

b. Kualitas Aktiva Produktif

Aktiva Produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan

penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan. Penilaian terhadap

kualitas aktiva produktif didasarkan pada 4 (empat) rasio, yaitu :

1) Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume


pinjaman diberikan

Pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan

dana tersebut masih ada ditangan atau sisa dari pinjaman pokok

tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Adapun

rumus volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman

diberikan yaitu :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎


× 100% (4)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛

2) Rasio Risiko Pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang


diberikan

Untuk Memperoleh rasio antara risiko pinjaman bermasalah

terhadap pinjaman yang diberikan, ditetapkan sebagai berikut:

a) Menghitung perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah

(RPM) sebagai berikut:

(1) 50% dari Pinjaman diberikan yang kurang lancar (PKL)

(2) 75% dari pinjaman diberikan yang diragukan (PDR)

(3) 100% dari pinjaman diberikan yang macet

b) Hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan pinjaman yang


disalurkan
24

(50% 𝑥 𝑃𝐾𝐿)+(75% 𝑥 𝑃𝐷𝑅)+(100% 𝑥 𝑃𝑚)


𝑅𝑃𝑀 = .
𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛

Adapun rumus risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman

yang diberikan yaitu :

𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
× 100% (5)
𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛

3) Rasio Cadangan Risiko terhadap pinjaman bermasalah

𝐶𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
× 100% (6)
𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

4) Rasio Pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan

𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜


× 100% (7)
𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛

c. Manajemen

Perhitungan nilai didasarkan pada hasil penilaian terhadap jawaban

atas pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan

komposisi pertanyaan sebagai berikut (rincian daftar pertanyaan

disajikan pada lampiran).

1) Manajemen Umum

Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk

setiap jawaban pertanyaan “ya”).

2) Kelembagaan

Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap

jawaban pertanyaan “ya”).


25

3) Manajemen Permodalan

Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk

setiap jawaban pertanyaan “ya”).

4) Manajemen Aktiva

Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk

setiap jawaban pertanyaan “ya”).

5) Manajemen Likuiditas

Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk

setiap jawaban pertanyaan “ya”).

d. Efisiensi

Penilaian efisiensi koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam

koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu :

1) Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto

Biaya operasional adalah biaya yang timbul atas aktivitas

koperasi. Partisipasi bruto adalah pendapatan koperasi yang timbul

dari transaksi dengan anggotanya. Adapun rumus rasio beban

operasi anggota terhadap partisipasi bruto, yaitu :

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎


× 100% (8)
𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜

2) Rasio beban usaha terhadap SHU kotor

Beban usaha adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

koperasi. SHU kotor adalah selisih dari pendapatan dengan biaya


26

operasional. Adapun rumus rasio beban usaha terhadap SHU kotor,

yaitu :

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
× 100% (9)
𝑆𝐻𝑈 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟

3) Rasio efisiensi pelayanan

Rasio ini menggambarkan seberapa besar KSP atau USP

Koperasi mampu memberikan Pelayanan yang efisien kepada

anggotanya dari penggunaan aset yang dimilikinya. Adapun rumus

rasio efesiensi pelayanan, yaitu :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
× 100% (10)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛

e. Likuiditas

1) Rasio Kas

𝐾𝑎𝑠+𝐵𝑎𝑛𝑘
× 100% (11)
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2) Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yag diterima

𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛


× 100% (12)
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

f. Kemandirian dan Pertumbuhan

1) Rentabilitas Aset

𝑆𝐻𝑈 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


× 100% (13)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

2) Rentabilitas Modal Sendiri

𝑆𝐻𝑈 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎


× 100% (14)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

3) Kemandirian Operasional Pelayanan

𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑒𝑡𝑜
× 100% (15)
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎+𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑘𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛
27

g. Jati Diri Koperasi

Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur

keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu

mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jati diri

menggunakan 2 (dua) rasio yaitu :

1) Rasio Partisipasi Bruto

Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemempuan koperasi

dalam melayani anggota, semakin tinggi persentasenya semakin

baik. Partisipasi bruto adalah konstribusi anggota kepada koperasi

sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup

beban pokok dan partisipasi netto. Pengukuran rasio partisipasi

bruto dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap

partisipasi bruto ditambah pendapatan. Adapun rumus rasio

partisipasi bruto, yaitu :

𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜
× 100% (16)
𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜+𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

2) Rasio promosi ekonomi anggota (PEA)

Pengukuran PEA dihitung dengan membandingkan Promosi

ekonomi anggota terhadap simpanan pokok ditambah simpanan

wajib. Adapun rumus rasio promosi ekonomi anggota, yaitu :


𝑃𝐸𝐴
× 100% (17)
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘+𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑗𝑖𝑏
28

Tabel 2
Standar Perhitungan Rasio

Macam-macam rasio Nilai Bobot Skor


Keterangan
(%) (%)
Rasio modal sendiri terhadap
total Asset
0 0 0
1 – 20 25 6 1.50
21 – 40 50 6 3.00
41 – 60 100 6 6.00 Sempurna/tertinggi
61 – 80 50 6 3.00
81 – 100 25 6 1.50

Rasio kecukupan modal


sendiri
<4 0 3 0.00
4≤x<6 50 3 1.50
6≤x≤8 75 3 2.25
˃8 100 3 3.00 Sempurna/tertinggi

Rasio Modal Sendiri terhadap


pinjaman diberikan yang
berisiko
0 0 0
1 – 10 10 6 0.6
11 – 20 20 6 1.2
21 – 30 30 6 1.8
31 – 40 40 6 2.4
41 – 50 50 6 3.0
51 – 60 60 6 3.6
61 – 70 70 6 4.2
71 – 80 80 6 4.8
81 – 90 90 6 5.4
91 – 100 100 6 6.0 Sempurna/tertinggi

Rasio volume pinjaman pada


anggota terhadap total
pinjaman yang diberikan
29

Lanjutan
≤ 25 0 10 0.00
26 – 50 50 10 5.00
51 – 75 75 10 7.50
˃ 75 100 10 10.00 Sempurna/tertinggi
Rasio risiko pinjaman
bermasalah terhadap pinjaman
yang diberikan
≥ 45 0 5 0
40 ˂ x ˂ 45 10 5 0.5
30 ˂ x ≤ 40 20 5 1.0
20 ˂ x ≤ 30 40 5 2.0
10 ˂ x ≤ 20 60 5 3.0
0 ˂ x ≤ 10 80 5 4.0
0 100 5 5.0 Sempurna/tertinggi

Rasio cadangan risiko terhadap


pinjaman bermasalah
0 0 5 0
1 – 10 10 5 0.5
11 – 20 20 5 1.0
21 – 30 30 5 1.5
31 – 40 40 5 2.0
41 – 50 50 5 2.5
51 – 60 60 5 3.0
61 – 70 70 5 3.5
71 – 80 80 5 4.0
81 – 90 90 5 4.5
91 – 100 100 5 5.0 Sempurna/tertinggi

Rasio pinjaman yang berisiko


terhadap pinjaman yang
diberikan
˃ 30 25 5 1.25
26 – 30 50 5 2.50
21 – 25 75 5 3.75
˂ 21 100 5 5.00 Sempurna/tertinggi

Manajemen umum
1 0.25
30

Lanjutan
2 0.50
3 0.75
4 1.00
5 1.25
6 1.50
7 1.75
8 2.00
9 2.25
10 2.50
11 2.75
12 3.00 Sempurna/tertinggi

Manajemen Kelembagaan
1 0.50
2 1.00
3 1.50
4 2.00
5 2.50
6 3.00 Sempurna/tertinggi

Manajemen Permodalan
1 0.60
2 1.20
3 1.80
4 2.40
5 3.00 Sempurna/tertinggi

Manajemen Aktiva
1 0.30
2 0.60
3 0.90
4 1.20
5 1.50
6 1.80
7 2.10
8 2.40
9 2.70
10 3.00 Sempurna/tertinggi
31

Lanjutan
Manajemen Likuiditas
1 0.60
2 1.20
3 1.80
4 2.40
5 3.00 Sempurna/tertinggi

Rasio beban operasi anggota


terhadap SHU Kotor
˃ 80 25 4 1
60 ˂ x ≤ 80 50 4 2
40 ˂ x ≤ 60 75 4 3
≤ 40 100 4 4 Sempurna/tertinggi

Rasio beban operasi anggota


terhadap partisipasi bruto
≥ 100 0 4 1
95 ≤ x ˂ 100 50 4 2
90 ≤ x ˂ 95 75 4 3
˂ 90 100 4 4 Sempurna/tertinggi

Rasio efisiensi pelayanan


˂5 100 2 2.0 Sempurna/tertinggi
5 ˂ x ˂ 10 75 2 1.5
10 ≤ x ≤ 15 50 2 1.0
˃ 15 0 2 0.0

Rasio kas terhadap kewajiban


lancar
≤ 10 25 10 2.5
10 ˂ x ≤ 15 100 10 10 Sempurna/tertinggi
15 ˂ x ≤ 20 50 10 5
˃ 20 25 10 2.5

Rasio pinjaman yang diberikan


terhadap dana yang diterima
˂ 60 25 5 1.25
60 ≤ x ˂ 70 50 5 2.50
70 ≤ x ˂ 80 75 5 3.75
32

Lanjutan
80 ≤ x ˂ 90 100 5 5 Sempurna/tertinggi

Rasio rentabilitas asset


˂5 25 3 0.75
5 ≤ x ˂ 7.5 50 3 1.50
7.5 ≤ x ˂ 10 75 3 2.25
≥ 10 100 3 3.00 Sempurna/tertinggi

Rasio rentabilitas modal


sendiri
˂3 25 3 0.75
3≤x˂4 50 3 1.50
4≤x˂5 75 3 2.25
≥5 100 3 3.00 Sempurna/tertinggi

Rasio kemandirian operasional


pelayanan
≤ 100 0 4 0
˃ 100 100 4 4 Sempurna/tertinggi

Rasio partisipasi bruto


˂ 25 25 7 1.75
25 ≤ x ˂ 50 50 7 3.50
50 ≤ x ˂ 75 75 7 5.25
≥ 75 100 7 7 Sempurna/tertinggi

Rasio promosi ekonomi


anggota
˂5 0 3 0.00
5 ≤ x ˂ 7.5 50 3 1.50
7.5 ≤ x ˂ 10 75 3 2.25
≥ 10 100 3 3 Sempurna/tertinggi
Sumber : Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia No:06/Per/Dep.6/IV/2016.
33

Tabel 3
Standar Penilaian Kesehatan Koperasi

Skor Predikat
80.00 ≤ x ≤ 100 Sehat
66.00 ≤ x ˂ 80.00 Cukup Sehat
51.00 ≤ x ˂ 66.00 Dalam Pengawasan
˂ 51.00 Dalam Pengawasan Khusus
Sumber : Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No:06/Per/Dep.6/IV/2016

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Pemaparan hasil penelitian terdahulu dan perbandingan penelitian yang

sudah diteliti seperti terlihat pada tabel 3 di bawah ini. Dalam penelitian ini

penulis memfokuskan pada perhitungan tingkat kesehatan Koperasi Pegawai

Negeri Guru-Guru Banjar Utara Banjarmasin periode 2013 s.d 2017

berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No:06/Per/Dep.6/IV/2016.

Tabel 4
Hasil Penelitian Terdahulu

Indikasi Heldi Nopriana Ana Saputriana Sari


Penelitian A03110023 A03120002
Politeknik Negeri Politeknik Negeri
Aspek Banjarmasin 2014 Banjarmasin 2015
1. Judul Analisa Penilaian Analisa Penilaian Tingkat
Kesehatan Keuangan Kesehatan Primkop Kartika
Koperasi Jasa Keuangan Dwi Sakti Mandiri
Syariah Ukhuwah Banjarmasin Berdasarkan
Banjarmasin berdasarkan Peraturan Menteri Negera
SK Menteri Nomor: Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Republik
34

Lanjutan
14/Per/M.KUKM/XII/2009 Indonesia Nomor:
. 14/Per/M.Kukm/XII2009.
2. Perusahaan Koperasi Jasa Keuangan Primkop Kartika Dwi Sakti
yang diteliti Syariah Ukhuwah Mandiri Banjarmasin.
Banjarmasin.
3. Permasalahan Bagaimana kesehatan Bagaimana tingkat
keuangan koperasi jasa kesehatan Primkop Kartika
keuangan syariah Ukhuwah Dwi Sakti Madiri
Banjarmasin ? Banjarmasin Berdasarkan
Peraturan Menteri Negera
Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Republik
Indonesia Nomor:
14/Per/M.Kukm/XII/2009 ?

4. Tujuan Untuk mengetahui Untuk mengetahui Tingkat


Penelitian kesehatan keuangan Kesehatan Primkop Kartika
koperasi jasa keuangan Dwi Sakti Madiri
syariah Ukhuwah Banjarmasin Berdasarkan
Banjarmasin selama Peraturan Menteri Negera
periode 2011-2013. Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Republik
Indonesia Nomor:
14/Per/M.Kukm/XII/2009.

5. Metode Kuisioner, Wawancara dan Kuisioner, wawancara,


Penelitian Dokumentasi. dokumentasi dan penelitian
kepustakaan.
6. Hasil Penelitian Dari hasil analisa penilaian Berdasarkan analisa
kesehatan koperasi penilaian tingkat kesehatan,
35

Lanjutan
berdasarkan SK Mentri hasil penelitian
nomer : menunjukkan selama tahun
14/Per/M.KUKM/XII/2009 2010 sampai dengan tahun
koperasi masih berada pada 2014 rata-rata tingkat
kreteria kurang sehat kesehatan Primkop Kartika
selama periode 2011 Dwi Sakti Madiri
sampai dengan 2013. Banjarmasin adalah sehat
dengan skor rata-rata 80,5.
Sumber : Heldi Nopriana (2014) dan Ana Saputriana Sari (2015)

Anda mungkin juga menyukai